Professional Documents
Culture Documents
Eksistensi Tri Hita Karana sesungguhnya telah ada sejak jaman pemerintahan Majapahit dan
digunakan oleh Patih Gajahmada sebagai salah satu rahasia sukses dalam mempersatukan
nusantara, yang dikenal dengan Tri Hita Wacana. Kemudian, pada tanggal 11 November
1966, muncullah istilah Tri Hita Karana melalui Konferensi daerah I Badan Perjuangan Umat
Hindu Bali (Perguruan Dwijendra). Konferensi ini diadakan atas dasar kesadaran umat Hindu
akan dharmanya dalam upaya mewujudkan kesejahteraan yang berdasarkan Pancasila. Tri
Hita Karana secara etimologi, berasal dari kata tri yang artinya tiga, hita adalah
kebahagian, dan karana artinya sebab. Jadi, Tri Hita Karana adalah tiga unsur penyebab
kebahagiaan dalam mewujudkan kehidupan harmonis. Adapun bagiannya meliputi:
1. Parahyangan: keharmonisan manusia dengan Tuhan
2. Pawongan: keharmonisan manusia dengan manusia
3. Palemahan: keharmonisan dengan alam lingkungan
Ketiga sumber tersebut terinspirasi dari Bhagawadgita (III.10), yaitu:
Sahayajnah prajah sristwa,
Pura waca prajahpatih
Anena prasawisya dhiwam,
Esa wostiwista kamadhuk
Artinya:
Pada jaman dahulu Prajapati menciptakan manusia dengan yajna dan bersabda: dengan ini
engkau akan berkembang dan menjadi kamadhuk dari keinginanmu.
2.
Bagaimana umat Hindu menerapkan bagian-bagian Tri Hita Karana dalam kehidupan
sehari-hari?
a) Parahyangan (manusia dengan Tuhan)
Tuhan merupakan sumber kebahagiaan utama bagi manusia karena kebahagiaan yang
sesungguhnya adalah ketika kesadaran sang atman mampu setara dengan Brahman, sehingga
muncul konsep parahyangan yang diaktualisasikan dalam bentuk tempat suci sebagai sarana
pemujaan kepada Beliau.
Sebagai masyarakat agraris, umat Hindu etnis Jawa mempercayai kemahakuasaan Dewi Sri
sebagai Ista Dewata pemberi kemakmuran. Kepercayaan tersebut mereka wujudkan dalam
letak tata ruang sebuah rumah yang memuliakan senthong tengah sebagai tempat pemujaan
terhadap Dewi Sri. Selain itu, senthong tengah juga digunakan untuk memuja leluhur yang
disimbolkan dalam bentuk dua boneka (loro blonyo) sebagai lambang purusa dan pradana.
Eksistensinya sama dengan pemaknaan sanggah, jika di Bali Ista Dewata dan leluhur
disthanakan pada pelinggih maka di Jawa Ista Dewata dan leluhur disthanakan di senthong
tengah. Kegiatan spiritual yang dilakukan oleh umat Hindu etnis Jawa dalam memuliakan
senthong tengah, dengan melakukan meditasi untuk memperkuat potensi batin mereka.
Sementara itu, umat juga menghaturkan sesaji kepada Ista Dewata dan para leluhur sebagai
ungkapan terima kasih atas anugrah yang diberikan.
b) Pawongan (manusia dengan manusia)
abadi, namun karena terpengaruh oleh badan manusia yang bersifat maya,
maka Jiwatma tidak mengetahui asalnya yang sesungguhnya. Keadaan itu
disebut Awidya. Hal tersebut mengakibatkan Jiwatma mengalami proses
reinkarnasi berulang-ulang. Namun proses reinkarnasi tersebut dapat diakhiri
apabila Jivatma mencapai moksa[7] http://arya-go-blog.blogspot.co.id/2012/06/atma-tattwa.html.
Prasanti Komang
Sabtu, 04 Oktober 2014
Tatwa II (Moksa Tatwa)
Pendahuluan
Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena memuja
banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah
Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu
ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta menegaskan bahwa hanya ada satu kekuatan dan
menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada
manusia dalam beragam bentuk. Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan
yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu.
Kelima keyakinan tersebut, yakni:
1. Widhi Tattwa adalah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
2. Atma Tattwa adalah percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
3. Karmaphala Tattwa adalah percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam
setiap perbuatan
4. Punarbhava Tattwa adalah percaya dengan adanya proses kelahiran kembali
(reinkarnasi)
5. Moksa Tattwa adalah percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir
manusia
Salah satu masalah yang selalu dipikirkan manusia sejak zaman dahulu sampai
sekarang adalah masalah tentang keadaan sesudah kematian. Apakah yang akan terjadi
sesudah kehidupan ini? Apakah seseorang lenyap setelah meninggal dunia atau apakah ia
tetap hidup sesudah kematian? Jika ia tetap hidup sesudah kematian, bagaimana keadaanya
dalam kehidupan yang baru itu? Semua pertanyaan yang membingungkan ini telah berkalikali dicoba untuk dijawab sejak masa yang lampau. Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan
teka-teki klasik yang sering muncul dalam pikiran manusia.
II. Pembahasan
Moksa (Sanskerta: moks a) adalah sebuah konsep agama Hindu dan Buddha. Artinya
ialah kelepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi dan lepas juga dari putaran reinkarnasi
atau Punarbawa kehidupan.
Bersatunya Atma dengan Brahman akan tercapai keadaan Sat Cit Ananda yaitu
kebahgiaan yang abadi, hal itulah yang dinamakan dengan Moksa. Moksa merupakan salah
satu bagian dari Panca Sradha yang merupakan pokok keimanan dalam agama Hindu. Dalam
agama Hindu istilah Moksa disamakan artinya dengan Mukti atau kelepasan.
Moksa merupakan tujuan tertinggi dalam hidup setiap orang, yang pencapainnya
didasarkan pada cinta kasih dan ketidakterikatan. Hal ini sangat sulit, maka itu pencapain
yang mesti ditempuh adalah melalui usaha dan niat yang sungguh-sungguh yang didasarkan
kepada kitab suci.
Keberadaan alam Sorga dan Neraka dalam agama Hindu bukanlah merupakan tujuan
hidup yang tertinggi. Karena alam-alam ini merupakan alam fenomena yang dialami oleh
Atma bersama Karma Phalanya masing-masing pada waktu hidupnya di dunia. Hidup di
dunia akan menumbuhkan adanya rasa cinta dan keinginan yang berlebihan. Yang
menyebabkan seseorang menjadi terikat. Bila mereka menyadari akan hal ini, akan
tumbuhlah dalam dirinya usaha untuk melepaskan diri keterikatan tersebut secara sadar.
Pelepasan diri dari kerikatan segera sadar inilah yang akan mengantarkan manusia ke alam
Moksa. Ketidaksadaran akan rasa ketrikatan akan menumbuhkan penderitaan yang datangnya
silih berganti.
Usaha-usaha untuk menuju Moksa itu adalah dimulai dari sifat dasar ajaran agama,
seperti berperilaku yang baik, berdana, beryadnya, dan Tirta Yatna. Semua usaha-usaha ini
dapat dilakukan secara bertahap yang didasari oleh niat yang baik, sehingga pada akhirnya
seseorang dapat melepaskan dirinya dari keterikan yang mengarah kepada Adharma.
Untuk mendalami pengertian tentang Moksa perhatikan dan renungkanlah sloka berikut :
Artinya :
1.
setelah manunggal dengan Brahman dan tenang dalam jiwa, ia bebas dari duka cita dan
keinginan. Memandang semua makhluk param bakti pada Ku.
2. Akan tetapi dengan bakti tunggal pada Ku. OArjuna. Aku dapat dikenal, sungguh dilihat dan
dimasuki ke dalam, Omakhluk musuh.
Demikianlah dengan tegas dinyatakan Moksa itu adalah manunggalnya Atma dengan
Brahman, bila hal itu terjadi akan mendapatkan kebahagiaan, yakni lepas dari ikatan suka dan
duka.
2.1 Tingkatan Moksa
Ada beberapa tingkatan Moksa dalam agama Hindu, yang didasarkan pada keadaan
Atma dalam hubungannya dengan Brahman. Adapun pembagiannya dan penjelasan
singkatnya. Moksa dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu:
1.
Samipya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di
dunia ini. Hal ini dapat dilakukan oleh para Yogi dan oleh para Maharsi. Beliau dalam
melakukan Yoga Samadhi telah dapat melepaskan unsur-unsur maya, sehingga beliau dapat
mendengar wahyu Tuhan. Dalam keadaan demikian, atman berada sangat dekat sekali dengan
Tuhan. Setelah beliau selesai melakukan samadhi, maka keadaan beliau kembali biasa. Emosi
a.
Jiwa Mukti merupakan suatu kebebasan yang dapat di capai oleh seseorang semasa
hidupnya, di mana Atmanya tidak lagi terpengaruh oleh gejolak indria dan maya. Istilah Jiwa
Ye tu dharmyemrta idam
yu thoktam paryupisate
sradhana matparama,
bakti te tiva me priyeh
b)
a)
b)
Tulyanindastutir mauni
sumitusta yena benacit
aniketah sthirametir
baktima me priyo narah
Artinya:
Mereka yang penuh kepercayaan menetapkan Aku sebagai tujuannya yang tertinggi,
mengikuti pengetahuan yang abadi ini, mereka yang berbakti ini adalah kecintaanKu yang
tersayang
Ia yang menganggap sama, celaan dan pujian, menerima apa saja yang datang, tanpa diikuti
oleh tempat yang tetap, dan teguh dalam pikiran, yang berbakti demikian adalah kecintaanKu
Seorang bhakta hendaknya memiliki tujuan hidup yang tertinggi hanya Tuhan, bukan
pada yang lainnya. Kepercayaan ini hendaknya dipupuk dengan sebaik-baiknya, karena iman
yang teguh kepada Tuhan merupakan dasar kepercayaan diri seseorang untuk mencapai
tujuan tertinggi yang disebut Moksa. Tanpa seseorang memiliki kepercayaan, hidupnya akan
goyang dan keragu-raguan, yang akan membawa dirinya pada penderitaan berupa kelahiran
yang berulang-ulang.
2.
a)
b)
Artinya:
a) Serahkanlah segala pekerjaan padaKu dengan memusatkan pikiran kepada Atma, melepaskan
diri dari pengharapan dan perasaan keakuan dan berperanlah kamu. Bebas dari pikiranmu
yang susah.
b)
Mereka itu yang tidak dengan putus-putusnya menanti ajaranKu ini dengan penuh
kepercayaan dan terlepas dari perasaan iri hati, merekapun juga terlepas dari karana (ikatan
kerja).
Melaksanakan semua pekerjaan sebagai masa pemujaan pada Tuhan akan membuat
tenang pikiran seseorang. Dari kebahagiaan dan persatuan aturan dengan Brahman, yang
disebut Moksa. Para Karma Yogi dianjurkan untuk melenyapkan sifat-sifat iri hati, dengki,
dan sejenisnya dalam hidup sehingga dengan demikian akan tercapailah cat cit ananda.
Bila para Karma Yogi masih terikat akan hasil suatu pekerjaan, ia tidak akan dapat
menyatu dengan Brahman melebihi kerja. Hidup ini sesungguhnya terikat oleh kerja, maka
itu laksanakanlah kerja itu sebaik-baiknya dengan menyerahkan hasilnya pada Tuhan.
kebahagiaan akan muncul pada Karma Yogi yang telah memahami hakikat kerja dan tidak
meliki rasa pamrih.
3.
a)
b)
Na hi juanena sadrsam
pavitram iha vidyate
tat svayam yogasamsiddhah
kalenatmani vindati
(Bhagawadgita V. 38)
Artinya:
a)
Meskipun engkau adalah paling berdosa di antara semua orang berdosa, engkau akan dapat
mengarungi laut kejahatan hanya dengan biduk bijaksana (pengetahuan).
b) Tidak ada di dunia ini yang menyamai kesucianNya kebijaksanaan. Ia yang menjadi
sempurna oleh Yoga dengan sendirinya menemui kebijaksanaan ini di dalam hatinya sendiri
dalam beberapa waktu.
Kehidupan ini penuh dengan kegiatan yang kadangkala menarik seseorang ke arah
lembah dosa dari satu bentuk kehidupan ke kehidupan yang lainnya. Walaupun demikian
sesungguhnya dosa itu dapat diatasi, yaitu dengan melalui ilmu pengetahuan kerohanian yang
ditentukan oleh kitab suci. Karena pada hakikatnya tidak ada sesuatu yang menyamai
kesucian ilmu pengetahuan itu sendiri, maka itu melaksanakanlah Jnana Marga Yoga itu
dengan sebaik-baiknya.
4.
1. Yama, artinya mengendalikan diri tahap pertama yang termasuk di dalam tahapan ini adalah :
Ahimsa (tidak menyakiti), Satya (kebenaran), Asetya (tidak mencuri), Brahmancari
(pengendalian nafsu seks), dan Aparigraha (melakukan hidup sederhana).
2. Nyama, artinya pengendalian tahap kedua, yang terdiri atas Sauca (suci lahir batin), Santosa
(puasa dengan apa yang dimiliki), Tapa (tahan uji terhadap segala macam cobaan), Swadyaya
(mempelajari buku agama secara teratur), dan Iswarapranidhana (melakukan renungan
dengan berbakti pada Tuhan).
3. Asana, artinya melakukan latihan berbagai sikap badan untuk meditasi.
4. Pranayama, artinya meletakkan latihan pengetahuan nafas masuk, menahan, dan
mengeluarkan dengan teratur.
5. Pratyahara, artinya penarikan indria dari obyek-obyek yang disenangi dan meletakkan di
bawah pengawasan pikiran yang suci.
6. Dharma, artinya memusatkan pikiran pada satu obyek yang dikehendaki.
7. Dhyana, artinya pemusatan pikiran secara terus menerus pada suatu obyek sehingga
mencapai suatu ketenangan yang bebas dari gejolak lingkungan.
8. Samadhi, adalah penyatuan yang sempurna kepada Tuhan, sehingga tercapai keadaan Sat Cit
Ananda atau Moksa.
Untuk lebih memantapkan pengertian tentang Raja Marga Yoga, perhatikan dan
renungkanlah sloka berikut :
a) Servabhutasthitam yo man
bhajaty ekatvam istthitah
sarvatha vartamano pi
sa yogi mayi vartate,
(Bhagawadgita VI. 31)
b) Atma upamyena sarvatra
samam pasyati yorjuna
sukham va yadi va dhukham
sa yogi paramo matah
Artinya:
a) Seorang yogi yang telah teguh di dalam kesatuan menyembah Aku yang berada di dalam
semua makhluk, hidup dalam Aku, meskipun bagaimana juga aktifnya (di dalam kehidupan).
b) Ia OArjuna yang melihat dengan sama. Segala-galanya sebagai bayangan dari jiwanya
sendiri, walaupun di dalam keadaan senang maupun dalam keadaan menderita, ia dianggap
seorang yogi yang sempurna.
Seorang yogi hendaknya sujud kepada Tuhan agar mereka berhasil yoganya. Penyatuan
dengan Tuhan setian saat bagi seorang yogi adalah merupakan suatu kewajiban, karena Tuhan
adalah sumber dari segalanya. Tanpa restu Tuhan pencapaian Moksa akan tidak dapat, maka
itu sudah sewajarnyalah setiap makhluk sujud bakti kepadaNya.
Keseimbangan jiwa seorang yogi merupakan kesempurnaan yoganya, karena kesamaan
pandangan terhadap yoga menyenangkan dan menyusahkan adalah keberhasilan yoga.
b. Tri Sadhana
Jalan untuk mencapai Moksa selain dari jalan yang disebutkan diatas seperti Tri Marga,
Catur Yoga ada lagi yang dinamakan Tri Karana atau Tri Sadhana. Ajaran Tri Karana (Tri
sadhana) ada dalam Kitab Wrhaspati Tattwa yang termasuk Tri Karana/Tri Sadhana itu
adalah:
1)
2)
3)
III. Penutup
Moksa merupakan bagian dari ajaran Panca Sradha. Moksa adalah bersatunya Atman
dengan Brahman. Saat terjadinya seperti itu tercipta kebahagiaan yang abadi.
Moksa adalah tujuan hidup setiap orang. Latihan untuk mencapai Moksa dengan tidak
terikat pada benda duniawi dan didasarkan atas cinta kasih. Ajaran pelepasan keterikatan
disebut Wairagia. Bila manusia melekatkan diri dengan keterikatan ia menjadi menderita.
Moksa mempunyai tingkatan seperti Jiwa Mukti, Wideha Mukti, dan Purana Mukti.
Ada empat jalan untuk menuju Moksa yang disebut Catur Marga Yoga. Keempat marga
itu ialah Bakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga.
Ada tiga tingkatan jalan lagi untuk mencapai Moksa menurut Wrhaspati Tattwa yaitu
Jnana Bhyudreksa, Indria Yoga Marga, dan Tresna Doksa Ksaya.
Demikian tentang Moksa dan cara untuk mencapai Moksa yang patut dipakai oleh umat
dan dipakai pedoman melatih diri dalam kehidupan sehari-hari.
4. Daftar Pustaka
Maswinara Wayan.1996.Panca Sraddha.Surabaya:Paramita
Ngurah I Gusti.2006.Agama Hindu.Surabaya:Paramita.
Ra Anadas.2007.Hukum Karma dan cara menghadapinya.Surabaya:Paramita.
Sudirga Ida Bagus.2002.Agama Hindu.Jakarta:Ganeca Exact.
Vasu Rai Bahadur Srisa Candra.2000.Siva Samhita.Surabaya:Paramita.
Wardhana Made.2007.Karma dan Reikarnasi.Jakarta:Yayasan Bhaktivedanta
http://md.sutriani.wordpress.com/2012/06/19/panca-srada-moksa.html
Diposkan oleh Komang Prasanti di 16.28
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Komang Prasanti
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2014 (18)
o Oktober (18)
Jurnalistik
Mimamsa Darsana
Dharma Gita
Contoh Promes
Evaluasi Pendidikan
Pupuh Durma
Psikologi Pendidikan
adanya atman yang memberi hidup kepada semua makluk. Atman merupakan percikan sinar
suci dari Tuhan atau ada yang menyebutkan juga bahwa atman adalah bagian terkecil dari
Brahman. Atman tidak terhitung jumlahnya, tidak terlahirkan dan juga tidak akan pernah
mati. Atman bersifat kekal abadi. Atman yang ada dalam makluk yang satu sama dengan
atman yang ada dalam makluk lainya. Didalam Hindu kita mengenal ajaran Tat Tvam Asi
yang berarti engkau adalah aku, aku adalah engkau, kita semua sejatinya sama. Oleh karena
itu sebagai manusia yang mengerti akan ajaran ini hendaknya mempunyai rasa tenggang rasa
terhadap sesama, menyayangi binatang / tidak menyakitinya dan juga menjaga serta
melestarikan lingkungan.
Dewasa ini banyak terjadi hal hal yang asusila, seperti seorang ayah tega membunuh
istrinya sendiri, mutilasi, pemerkosaan, dan tindakan tindakan kriminal lainnya. Apakah
mereka tidak menyadari dengan apa yang dilakukanya? Seharusnya sesama manusia kita
saling menghormati dan menghargai, bukannya saling menyakiti dan sampai membunuh.
Oleh karena itu memahami hakekat dari atman mempunyai arti yang penting. Dengan
menyadari bahwa manusia sesungguhnya adalah Tuhan (jivatman) yang mempunyai akal dan
pikiran, dan kita sejatinya adalah sama, maka jangan sampai melakukan hal hal asusila
yang dilarang oleh Tuhan.
1.2.Permasalahan
Percaya terhadap adanya atman merupakan salah satu dari lima keyakinan umat
Hindu (panca sradha). Dalam makalah ini penulis memberikan permasalahan yang akan
dibahas yaitu :
1.2.1.Apakah hakekat dari atman?
1.2.2.Bagaimana pandangan Vedanta terhadap atman?
1.2.3.Apa sajakah sloka sloka yang berhubungan dengan atman?
1.3.Tujuan Penulisan
Setiap kegiatan yang kita lakukan pasti mempunyai suatu tujuan, demikian juga
dengan makalah ini. Sesuai dengan permasalahan diatas, penulis mempunyai tujuan dalam
penulisan makalah ini yaitu :
1.3.1.Untuk mengetahui apa hakekat dari atman.
1.3.2.Untuk mengetahui bagaimana pandangan Vedanta tentang atman.
1.3.3.Untuk mengetahui apa saja sloka sloka yang berhubungan dengan atman.
BAB II
ATMA TATTVA
2.1.Hakekat Atman
2.1.1 Pengertian Atman
Atman adalah sinar suci / bagian terkecil dari Brahman ( Tuhan Yang Maha Esa ).
Atman berasal dari kata AN yang berarti bernafas. Setiap yang bernafas mempunyai atman,
sehingga mereka dapat hidup. Atman adalah hidupnya semua makluk ( manusia, hewan,
tumbuhan dan sebagainya ). Kitab suci Bhagawad gita menyebutkan sebagai berikut :
aham atma gudakeda, sarwabhutasyaathi, aham adis camadhyam ca, bhutanam anta eva
ca
artinya :
O, Arjuna, aku adalah atma, menetap dalam hati semua makluk, aku adalah permulaan,
pertengahan, dan akhir daripada semua makluk.
Dari kutipan sloka diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa atman itu merupakan
bagian dari Tuhan ( Sang Hyang Widi ). Bila Tuhan diibaratkan lautan maka atman itu
hanyalah setitik uap embun dari uap airnya. Bila Tuhan diibaratkan matahari maka atman itu
merupakan percikan terkecil dari sinarnya. Demikianlah Tuhan asal atman sehingga Ia diberi
gelar Paramatman yaitu atma yang tertinggi. Atman berasal dari Tuhan maka pada akhirnya
atman kembali kepadanya. Seperti halnya setitik uap air laut yang kembali kelaut saat hujan
turun, (Sudirga, Ida Bagus.2003;71). Jivatman adalah atman yang telah masuk kedalam tubuh
(wadah), memberikan kekuatan dan hidup. Dan apabila mati atman akan keluar daru tubuh
(wadah) dan disebut Roh.
2.1.2 Fungsi Atman
Dalam hubungannya dengan maya, atman itu seolah olah terkurung atau
terbelenggu. Sehingga atman memiliki tiga fungsi, yaitu :
a)
Sebagai sumber hidup citta dan sthula sariranya makluk. Citta adalah alam pikiran,
meliputi pikiran atau akal, perasaan kemauan inderanya dan instuisi. Sedangkan sthula sarira
adalah badan wadah seperti darah, daging, tulang, lender, otot, sumsum, otak, dan sbagainya.
b)
Bertanggung jawab atas baik buruk atau amal dosa dari segala karmanya makluk yang
bersangkutan.
c)
Menjadi tenaga hidup dari suksma sariranya makluk yang bersangkutan,(Sudirga, Ida
Bagus.2003.73)
Sama halnya yang ada dalam modul srada yang menyebutkan ada tiga fungsi atman yaitu
sebagai sumber hidup, sebagai yang bertanggung jawab atas karmawasana setiap manusia
dan sebagai pemberi tenaga kehidupan.
2.1.3 Sifat Sifat Atman
Atman merupakan bagian dari Tuhan / tunggal adanya dengan Tuhan. Seperti halnya
Tuhan yang memiliki sifat sifat khusus, atman juga mempunyai sifat sifat, seperti yang
tertuang dalam Kitab Bhagawad Gita, yakni :
na jayate mriyate va kadacin
nayam bhutva bhavita van a bhuyah
ajo nitya sasvato yam purano
na hayate hayamane sarire (Bhagawad Gita II.20)
artinya :
Ia tidak pernah lahir dan juga tidak pernah mati atau setelah ada tak akan berhenti ada. Ia tak
dilahirkan, kekal, abadi, sejak dahulu ada; dan Dia tidak mati pada saat badan jasmani ini
mati.
nai nam chindanti sastrani
nai namdahati pawakah
na cai nam kledayanty apo
na sosayati marutah (Bhagawad Gita II.23)
artinya :
Senjata tak dapat melukai-Nya, dan api tak dapat membakar-Nya, angin tak dapat
mengeringkan-Nya dan air tak dapat membasahi-Nya.
acchedyo yam adahyo yam
akledyo sasya eva ca,
nittyah sarwagatah sthanur
acalo yam sanatanah(Bhagawad Gita II.24)
artinya :
Sesungguhnya dia tidak dapat dilukai, dibakar dan juga tak dapat dikeringkan dan dibasahi;
Dia kekal, meliputi segalanya, tak berubah, tak bergerak, dan abadi selamanya.
Avyakto yam acityo yam
avikaryo yam ucyate,
tasmad evam viditvainam
nanusocitum arhasi(Bhagawad Gita II.25)
artinya :
Dia tidak dapat diwujudkan dengan kata kata, tak dapat dipikirkan dan dinyatakan, tak
berubah ubah; karena itu dengan mengetahui sebagaimana halnya, engkau tak perlu
berduka.
Berdasarkan uraian sloka sloka Bhagawad Gita diatas dapat kita simpulkan sifat
sifat atman sebagai berikut :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
acala berarti tidak bergerak, sanatana berarti selalu sama dan kekal,
i)
j)
k)
l)
ekorasasamutpanna ekanaksatrakanwittah,
na bhawanti samacara yatha badarakantakah.( Slokantara 27-53 )
artinya :
Lahir dari perut ibu yang sama dan diwaktu yang sama, tetapi kelakuannya tidak akan sama.
Manusia yang satu berlainan dengan manusia yang lainnya, sebagai berbedanya duri belatung
yang satu dengan yang lainnya.
kadi rupa Sang Hyang Aditya an prakasakan iking sarwa loka mangkana ta sang Hyang
atma an prakasakan iking sira marganyam wenang maprawartti.( Bhisma Parwa )
artinya :
Sebagai rupanya Sang Hyang Aditya menerangi dunia, demikianlah atma menerangi badan.
Dialah yang menyebabkan kita dapat berbuat.
DAFTAR PUSTAKA
Sudharta, Tjok.2004.Slokantara(terjemahan).Paramita:Surabaya