Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
dr. Sri Dewi Rahmawati Syarief
Pendamping:
dr. Hj. Asmawati
NIP. 19691112 200904 2 001
Puskesmas Arut Selatan
Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah
Program Dokter Internsip
Periode Juni 2016 Oktoer 2016
i
LEMBAR PENGESAHAN
MINI PROJECT
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 .......................................................................................................................................................... 6
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 6
A.
B.
C.
Tujuan ............................................................................................................................................. 7
D.
Manfaat .......................................................................................................................................... 7
BAB II .......................................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 9
A.
Laktasi ............................................................................................................................................. 9
B.
C.
IMD ............................................................................................................................................... 13
D.
E.
MPASI............................................................................................................................................ 14
F.
G.
BAB VI ....................................................................................................................................................... 19
HASIL ......................................................................................................................................................... 19
A.
B.
C.
BAB V ........................................................................................................................................................ 31
DISKUSI ..................................................................................................................................................... 31
D.
BAB VI ....................................................................................................................................................... 36
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................................................... 36
iii
A.
Simpulan ....................................................................................................................................... 36
B.
Saran ............................................................................................................................................. 36
LAMPRAN.................................................................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 39
iv
Figure 2. Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai ASI .......................Error! Bookmark not defined.
Figure 3. Permasalahan Ibu Saat Menyusui ...................................Error! Bookmark not defined.
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
ASI mengandung gizi tinggi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan bayi. Badan kesehatan
dunia WHO, merekomendasikan bayi mendapatkan ASI Ekslusif selama 6 bulan. Berbagai macam
kandungan ASI bagi bayi yaitu; protein dan lemak yang jumlah sesuai, mengandung banyak laktulosa,
mengandung cukup vitamin, mengandung zat besi yang cukup bagi bayi, mengandung air yang cukup
bagi bayi walaupun disaat cuaca panas, mengandung garam, fosfat dan kalsium yang cukup bagi bayi,
mengandung immunoglobulin, bifidus, sel darah putih hidup dan laktoferin. Sedangkan, manfaat bagi
ibu yang menyusukan ASI kepada bayinya yaitu; membantu menghentikan perdarahan setelah
melahirkan, mendekatkan psikologis ibu dan anak, membantu menyeimbangkan ekonomi keluarga,
dan lain sebagainya.
Menyusui Ekslusif adalah tidak memberikan bayi makanan ataupun minuman lain, termasuk
air putih, selain menyusui. Data Capaian ASI Ekslusif di Indonesia menurut Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia belum mencapai angka yang diharapkan yaitu 80%. Berdasarkan laporan SKDI
tahun 2012 pencapaian ASI Eksklusif adalah 42%. Sedangkan, berdasarkan laporan dari Dinas
Kesehatan provinsi tahun 2013, cakupan pemberian ASI 0-6 bulan hanyalah 54,3%. Angka Cakupan
Pemberian ASI Ekslusif 0-6 bulan di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2013 adalah sebesar
43,4%. Data Cakupan Pemberian ASI di Puskesmas Arut Selatan pada tahun 2014-2016 adalah sebagai
berikut
Tabel 1. Data Cakupan Pemberian ASI
Tahun
2014
2015
2016
Angka Cakupan Pemberian ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya; persiapan ibu
untuk IMD, faktor pengetahuan Ibu mengenai ASI, promosi susu formula yang dilakukan sangat
gencar, kurangnya promosi ASI, penyediaan fasilitas khusus menyusui, penerapkan 10 langkah
menuju keberhasilan menyusui (LMKM) di Rumah Sakit dan lain sebagainya.
Berbagai penelitian menunjukkan dalam meningkatkan pemberian ASI ibu-ibu membutuhkan
bantuan dan informasi yang mendukung sehingga menambah keyakinan bahwa mereka akan dapat
menyusui bayinya dengan sukses. Para ibu lebih patuh dan menurut pada nasihat dan bimbingan
6
petugas kesehatan dan akan berdampak positif bila petugas kesehatan memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai cara memberikan informasi, mendidik ibu dan keluarga tentang menejemen laktasi
dan menjadi konsultan laktasi.
Tercapainya Angka Cakupan ASI Ekslusif di Kalimantan Tengah khususnya di Puskesmas
Arut Selatan merupakan suatu prestasi, namun hal ini tidak diimbangi dengan tingka pegetahuan ibu
mengenai laktasi dan ASI serta masukan dari masyarakat diwilayah Puskesmas Arut Selatan maka
penulis bermaksud melaksanakan mini project pengadaan Klinik Laktasi sebagai program inovasi gizi
puskesmas arut selatan. Melalui mini project ini diharapkan puskesmas dapat mendirikan program
kerja Klinik Laktasi dan melanjutkan penelitiannya sehingga dapat menjadi solusi bagi permasalahan
laktasi.
Rumusan masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap cakupan pemberian ASI di Puskesmas Arut Selatan dalam rangka penyelenggaraan Program
Inovasi Gizi Berupa Klinik Laktasi Di Puskesmas Arut Selatan, Kabupaten Kota Waringin Barat,
Kalimantan Tengah.
Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Pengembangan wawasan dan kualitas dalam peningkatan cakupan pemberian ASI
b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas Puskesmas Arut Selatan
c. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas Arut Selatan
d. Puskesmas Arut Selatan dapat turut meningkatkan gizi Anak Indonesia
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai laktasi
b. Menjadi wahana pemecahan masalah laktasi
c. Meningkatkannya pengetahuan dan kemampuan petugas Puskesmas Arut Selatan
Manfaat
1. Manfaat Bagi Penulis
a. Berperan serta dalam upaya peningkatan pengetahuan laktasi yang dimulai dari IMD,
ASI Ekslusif, MPASI dan memberikan ASI sampai 2 tahun
b. Mengaplikasikan pengetahuan dan memberikan contoh laktasi kepada Ibu di wilayah
kerja Puskesmas Arut Selatan
c. Melaksanakan mini project dalam rangka program internsip Dokter Indonesia.
2. Manfaat Bagi Puskesmas
a. Bertambahnya peran dan inovasi Puskesmas dalam peningkatan pengetahuan ibu
mengenai Laktasi
b. Puskesmas Arut Selatan dapat melakukan pemantauan pemberian ASI selama 2 tahun
di wilayah kerjanya.
3. Manfaat Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam upaya peningkatan Angka Cakupan ASI
Ekslusif dan peningkatan pengetahuan mengenai Laktasi.
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
Upaya peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) berperan sangat besar terhadap pencapaian
dua dari empat sasaran tersebut, yaitu menurunnya angka kematian bayi dan menurunnya prevalensi
gizi kurang pada anak balita. World Health Organization/United Nations Childrens Fund
(WHO/UNICEF), pada tahun 2003 melaporkan bahwa 60% kematian balita langsung maupun tidak
langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan praktik pemberian
makan yang kurang tepat pada bayi dan anak. Oleh karena itu penting sekali penerapan pola pemberian
makan terbaik bagi bayi dan anak.
Terkait dengan hal tersebut, WHO/UNICEF dalam Global Strategy on Infant and Young Child
Feeding tahun 2002, merekomendasikan bahwa pola makan terbaik untuk bayi dan anak sampai usia
2 (dua) tahun adalah:
1. Inisiasi menyusu dini dalam 30 sampai 60 menit setelah bayi lahir;
2. Memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan;
3. Mulai memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berusia 6 bulan;
4. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia dua tahun atau lebih.
Penelitian Gareth Jones, dkk, mengemukakan bahwa menyusui dapat mencegah 13% kematian
balita (Lancet 2003:362), sedangkan Karen M. Edmond, dkk, dalam penelitian di Ghana menyatakan
bahwa 16% kematian neonatus dapat dicegah bila bayi mendapat ASI pada hari pertama, dan angka
tersebut meningkat menjadi 22% bila bayi melakukan inisiasi menyusu dini dalam 1 jam pertama
setelah lahir (Pediatric, March 2006).
Dalam hal pemberian ASI secara eksklusif, Departemen Kesehatan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan No: 450/Menkes/SK/IV/2004 telah menetapkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif
bagi bayi di Indonesia adalah sejak lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan, dan semua tenaga
kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI
secara eksklusif.
A.
Laktasi
Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi perkembangan alveoli
dan duktus lactiferous di dalam payudara, serta merangsang produksi kolostrum. Produksi ASI tidak
berlangsung sampai masa sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun. Penurunan
kadar estrogen ini memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI. Produksi prolaktin yang
berkesinambungan disebabkan oleh menyusunya bayi pada payudara ibu.
9
Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro endokrin. Rangsangan sentuhan pada payudara
(bayi menghisap) akan merangsang produksi oksitoksin yang menyebabakan kontraksi sel sel
myoepithel. Proses ini disebut juga sebagai refleks prolaktin atau milk production reflect yang
membuat ASI tersedia bagi bayi. Dalam hari hari dini, laktasi refleks ini tidak dipengaruhi oleh
keadaan emosi ibu. Namun, refleks ini dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu bila ia merasa takut,
lelah, malu, merasa tidak pasti, atau bila mersakan nyeri.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus kesinus lactiferous.
Hisapan merangsang produksi okstoksin oleh kelenjar hypofisis posterior. Oksitsoksin memasuki
darah dan menyebabkan kontraksi sel sel khusus (sel sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus
mamae dan duktus lactiferus. Kontraksi sel sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui
duktus lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan
keluar, kemulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down reflect atau pelepasan. Pada
akhirnya, let down dapat dipacu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasaan dapat terjadi bila ibu
mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya. Pelepasan penting sekali bagi
pemberian ASI yang baik. Tanpa pelepasan, bayi dapat menghisap terus menerus, tetapi hanya
memperoleh sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan di dalam payudara. Bila pelepasaan gagal
terjadi berulang kali dan payudara berulang kali tidak dikosongkan pada waktu pemberian ASI, refleks
ini akan berhenti berfungsi dan laktasi akan berhenti. Cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya
sesudah dilahirkan adalah kolostrum yang mengandung campuran yang kaya akan protein, mineral,
dan antibodi, daripada ASI yang telah matur. ASI mulai ada kira kira pada hari yang ke 3 atau
ke 4 setelah kelahiran bayi dan kolostrum berubah menjadi ASI yang matur kira kira 15 hari
sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah byi lahir dan bayi diperolehkan sering menyusu maka
proses produksi ASI akan meningkat.
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia
termasuk manusia.
Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu ibu harus sudah siap baik
secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat menyusu. Produksi ASI
disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500 800 ml/hari (3000 ml/hari).
B.
Menejemen Laktasi
Manajemen Laktasi adalah merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu
mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap dalam tiga tahap, yakni
10
pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal),
dan masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal).
Manajemen Laktasi adalah tata laksana yang dipelukan untuk menunjang keberhasilan
menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan
pada masa menyusui selanjutnya.
Manajemen Laktasi adalah upaya upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan
menyusui. Ruang Lingkup manajemen laktasi adalah periode postnatal, antara lain ASI eksklusif,
teknik menyusui, memeras ASI, memberikan ASI peras, menyimpan ASI peras, pemenuhan gizi
selama periode menyusui.
Semua tahapan pada manajemen laktasi adalah penting dan berperan untuk keberhasilan ASI
eksklusif, sehingga semua tahap harus dipersiapkan dengan baik supaya ASI eksklusif berjalan dengan
sukses adalah motivasi bidan, konseling dan perawatan payudara. Tahapan manajemen laktasi meliputi
petunjuk bagi petuas kesehatan dan petunjuk bagi ibu sebagi berikut:
1. Tahapan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil (Petunjuk Bagi Petugas Kesehatan) Pada Masa
Kehamilan
a. Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat menyusui baik bagi ibu maupun
bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.
b. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu, apakah ada
kelainan/tidak. Disamping itu, perlu dipantau keneikan berat badan ibu hamil.
c. Perawatan payudara dimulai pada kehamilan memasuki usia 6 bulan agar ibu mampu
memproduksi dan berikan ASI cukup.
d. Memperhatikan gizi/ makanan ditambah mulai dari kehamilan trimester II sebanyak 1 1/3 kali
dari porsi makanan sebelum hamil.
e. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga
terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan
hatinya.
2. Tahapan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil (Petunjuk Bagi Ibu)
a. Meyakinkan diri sendiri akan keberhasilan menyusi dan bahwa ASI adalah amanah ilahi.
b. Makan dengan teratur, peuh gizi dan seimbang.
c. Mengikuti bimbingan persiapan menyusui yang terdapat disetiap Klinik Laktasi dirumah sakit.
d. Melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara teratur.
e. Mengikuti senam hamil.
Beberapa tahapan dalam manajemen laktasi agar sukses meningkatkan cakupan pemberian ASI
ekslusif adalah sebagi berikut:
11
Sejak kehamilan 6-8 minggu terjadi perubahan pada payudara berupa pembesaran payudara, terasa
lebih padat, kencang, sakit dan tampak jelas gambaran pembuluh darah di permukaan kulit yang
bertambah serta melebar. Kelenjar Montgomery daerah aerola tampak lebih nyata dan menonjol.
Perawatan payudara yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Mengganti BH sejak hamil 2 bulan dengan ukuran yang lebih sesuai dan dapat menopang
perkembangan payudara. Biasanya diperlukan BH dengan ukuran 2 nomor lebih besar.
2. Latihan gerakan otot badan yang berfungsi menopang payudara untuk menunjang produksi
ASI dan mempertahankan bentuk payudara setelah selesai masa laktasi.Bentuk latihan : duduk
sila di lantai. Tangan kanan memegang bagian lengan bawah kiri (dekat siku), tangan kiri
memegang lengan bawah kanan. Angkat kedua siku sejajar pundak. Tekan pegangan tangan
kuat-kuat kearah siku sehingga terasa adanya tarikan pada otot dasar payudara.
3. Menjaga higiene sehari-hari, termasuk payudara, khusus daerah puting dan aerola.
4. Setiap mandi, puting susu dan aerola tidak disabuni untuk menghindari keadaan kering dan
kaku akibat hilangnya 'pelumas' yang dihasilkkan kelenjar Motgomery.
5. Lakukan persiapan puting susu agar lentur, kuat, dan tidak ada sumbatan sejak usia kehamilan
7 bulan, setiap hari sebanyak 2 kali.
6. Mengoreksi puting susu yang datar/terbenam agar menyebul keluar dengan bantuan pompa
puting pada minggu terakhir kehamilan sehingga siap untuk disusukan kepada bayi.
C.
IMD
Protokol evidence based yang baru telah diperbaharui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan
bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa bayi harus mendapat kontak kulit kekulit
ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan untuk melakukan
inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberikan
bantuan bila diperlukan, menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir
sampai dengan inisiasi menyusu selesai dilakukan.
D.
ASI Eksklusif
Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui kadar lemak 4-5
kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui. Juga terjadi variasi dari hari ke
hari selama periode laktasi. Sekresi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin
menghasilkan ASI dalam alveolar dan bekerjanya prolaktin ini dipengaruhi oleh lama dan rekuensi
pengisapan (suckling). Hormon oksitosin disekresi oleh kelenjar pituitary sebagai respon adanya
suckling yang akan menstimulasi sel-sel mioepitel untuk mengeluarkan (ejection) ASI. Hal ini dikenal
13
dengan milk ejection reflex atau let down reflex yaitu mengalirnya ASI dari simpanan alveoli ke lacteal
sinuses sehingga dapat dihisap bayi melalui puting susu. Terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik
dan komposisi berbeda yaitu kolostrum, ASI transisi, dan ASI matang (mature). Kolostrum adalah
cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan (4-7 hari) yang berbeda karakteristik
fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 300 ml/hari. ASI transisi adalah ASI
yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar
protein, mineral lebih rendah. ASI matang adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan
dengan volume bervariasi yaitu 300 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi.
Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 700 ml/24 jam, tahun kedua 200 400 ml/24 jam, dan
sesudahnya 200 ml/24 jam.
Penelitian terakhir membuktikan bahwa bayi yang diberikan ASI mempunyai IQ lebih tinggi
daripada bayi yang diberikan susu formula. Penelitian juga membuktikan bahwa memberikan ASI
selama 1 3 minggu atau lebih mengurangi bayi dari resiko gastroenteritis dan infeksi pernafasan.
Pemberian ASI juga menunjukkan dapat memperlambat / mengurangi terjadinya alergi pada anakanak. Terutama bagi mereka yang memiliki sejarah alergi di keluarganya seperti asma, hayfever, eksim
dan alergi makanan.
Antara usia 4 sampai dengan 6 bulan, bayi harus mendapatkan minimum 600 ml ASI atau susu
formula setiap harinya. Meskipun untuk ASI, kebutuhan tsb tidak dapat ditakar dg berapa cc atau ml
yg harus diberikan. Yang paling tepat adalah berikan ASI sesering mungkin dan kapanpun anak
menginginkannya. Di usia hingga 6 bulan, ASI (atau susu formula bagi mereka yang tidak memberikan
ASI) merupakan makanan utama bagi bayi.
E.
MPASI
Dari sejumlah penelitian medis terakhir menyarankan bahwa makanan padat sebaiknya
dikenalkan pada bayi saat ia berusia 6 bulan. Karena di usia tersebut, sistem pencernaan dan sistem
kekebalan tubuh anak relatif sudah sempurna dan siap untuk menerima makanan padat. Hal ini akan
mengurangi kemungkinan resiko terkena alergi makanan. Di 6 bulan pertama kehidupan seorang anak,
ia mempelajari dengan baik cara untuk menyusu pada ibunya ataupun menghisap dari botol susu. Saat
bayi mulai fase makan (> 6 bl), maka ia akan mempelajari keahlian baru.
Mulai dari bagaimana ia belajar untuk mendorong makanan di rongga mulut dengan lidahnya,
hingga masuk ke bagian belakang mulut kemudian menelannya. Saat makanan dimasukkan dengan
sendok ke dalam mulut, bayi harus belajar menggunakan lidahnya untuk mendorong makanan ke arah
belakang dan bukan ke arah depan. Ia juga belajar menggunakan bibirnya untuk mengambil makanan
dari sendok. Sebelum bayi diperkenalkan makanan padat, ia hanya menggunakan otot rahang dan pipi
14
untuk menyusu. Disinilah keisitimewaan dari pengenalan pertama makanan padat, karena momen
tersebut merupakan pengalaman yang sangat baru dan luar biasa bagi si kecil. Jangan pernah
meninggalkan bayi sendirian dengan makanannya, terutama di awal-awal ia belajar makan. Ini
dikarenakan ia mungkin saja tersedak setiap saat. Jika pengenalan makanan padat terlambat (usia >6
bln) diberikan, maka beberapa bayi seringkali kesulitan untuk belajar menelan dan mengunyah
makanannya.
Makanan padat pertama yang diberikan kepada anak haruslah mudah dicerna. Dan bukanlah
makanan yang mempunyai resiko alergi yang tinggi. Jangan tergiur untuk menambahkan gula atau
garam pada makanan bayi. Biarkan rasanya hambar, biarkan anak merasakan rasa asli dari makanan
tersebut. Garam dapat mengancam ginjal bayi. Sementara gula dapat membuat bayi anda kelak
menyukai makanan manis, sehingga dapat merusak giginya. Di minggu-minggu pertama pemberian
MPASI, berikan bubur beras dengan 1 macam sayuran atau 1 macam buah. Kenalkan satu persatu.
Jangan dicampuraduk menjadi satu. Biarkan ia belajar mengenal rasa tiap jenis makanan yg masuk ke
dalam mulutnya.
Pemberian MPASI merupakan waktu yang amat istimewa bagi si Kecil dan juga anda. Berikan
di waktu yang nyaman untuk anak dan juga anda. Jika memungkinkan, berikanlah MPASI di waktu
yang sama setiap harinya. Tujuannya agar terbentuk suatu pola atau kebiasaan. Untuk itu, berikanlah
anak sedikit ASI / susu formula, sebelum memberikan MPASI. Sehingga ia tidak terlalu kelaparan
yang sangat mungkin membuatnya marah atau frustasi. Di hari-hari pertama pemberian MPASI, bayi
biasanya hanya memerlukan sedikit makanan padat. Misalnya, 2 3 sendok kecil penuh. Dimulai dari
1 kali pemberian MPASI per hari. Misalkan saat makan siang. Kemudian dapat ditingkatkan menjadi
3 kali sehari (makan pagi, makan siang dan makan malam). Yang perlu diingat, ukurlah selalu suhu
dari makanan sebelum diberikan kepada si kecil. Dudukkan bayi anda di pangkuan atau di kursi makan
bayi. Cobalah membuat acara makan menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan.
Sebagai panduan kasar, di awal pemberian MPASI mungkin bayi anda hanya memakan 1 - 2
sendok makan (sdm) saja. Maka sediakan kira-kira 1 -2 sdm makanan di mangkuknya. Seiring waktu
saat bayi sudah mulai terbiasa dengan pemberian MPASI, berikan makanan dengan jumlah lebih
secara bertahap. Makanan yang akan diberikan kepada bayi harus dalam suhu ruangan atau hangathangat kuku.
F.
1. Mempunyai kebijakan menyusui tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua staf
perawatan kesehatan;
15
2. Melatih keterampilan kepada semua staf perawatan kesehatan dalam melaksanakan kebijakan ini;
3. Memberitahu kepada semua wanita hamil tentang keuntungan dan penatalaksanaan menyusui;
4. Membantu ibu untuk memulai menyusui setengah jam setelah melahirkan;
5. Menunjukkan kepada ibu cara menyusui dan bagaimana memelihara laktasi meskipun terpisah dari
bayinya;
6. Tidak memberikan makanan atau minuman kepada bayi selain ASI jika tidak ada indikasi medik;
\
7. Mempraktekkan perawatan bersama (rooming-in), izinkan ibu dan bati untuk tinggal bersama
selama 24 jam sehari;
8. Menganjurkan pemberian ASI sekehendak bayinya;
9. Tidak memberikan kempeng atau dot kepada bayi yang menyusu ibu;
10. Membantu mengembangkan pembentukan kelompok pendukung ibu menyusui dan merujuk ibu
kepada mereka ketika keluar dari rumah sakit atau klinik.
G.
Klinik Laktasi
Upaya peningkatan pemberian ASI selama ini mulai memberikan hasil yang menggembirakan.
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2005 dan 2006 menunjukkan telah terjadi
peningkatan cakupan pemberian ASI secara eksklusif sampai 6 bulan. Jika pada tahun 2005 cakupan
ASI eksklusif 6 bulan sebesar 18,1%, cakupan tersebut meningkat menjadi 21,2% pada tahun 2006.
Sedangkan cakupan ASI eksklusif pada seluruh bayi dibawah 6 bulan (06 bulan) meningkat dari
49,0% pada tahun 2005 menjadi 58,5% pada tahun 2006. Sebagaimana diketahui, pemerintah telah
menetapkan target cakupan pemberian ASI secara eksklusif pada tahun 2010 pada bayi 0-6 bulan
sebesar 80%. Oleh karena itu untuk mencapai target pemberian ASI secara eksklusif, upaya
peningkatan pemberian ASI eksklusif perlu dilanjutkan dan terus ditingkatkan, yaitu melalui kegiatan:
1. Memberdayakan ibu dan meningkatkan dukungan anggota keluarga agar semakin banyak bayi
baru lahir yang melakukan inisiasi menyusu dini, dan semakin banyak ibu mampu menyusui
dengan benar.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan menyediakan tenaga konselor menyusui di
sarana pelayanan kesehatan, dan revitalisasi sarana pelayanan kesehatan sayang ibu dan bayi.
3. Menciptakan lingkungan kondusif yang memungkinkan ibu tetap menyusui sebagaimana
mestinya.
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, keberadaan tenaga konselor menyusui menjadi sangat
penting. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa peranan tenaga konselor menyusui sangat besar
terhadap peningkatan pemberdayaan ibu, peningkatan dukungan anggota keluarga serta peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan yang pada gilirannya akan meningkatkan cakupan pemberian ASI secara
16
eksklusif di Indonesia. Oleh karena itu keberadaan tenaga konselor menyusui perlu dipertahankan dan
ditingkatkan.
Tenaga konselor menyusui diperoleh melalui suatu proses pelatihan konseling menyusui
dengan menggunakan standar kurikulum atau modul yang baku. Selama ini standar kurikulum atau
modul pelatihan konseling menyusui menggunakan modul WHO/UNICEF metode 40 jam yang telah
diakui secara internasional.
Seiring dengan era desentralisasi dimana setiap daerah dimungkinkan untuk melaksanakan
pelatihan konseling menyusui dan bahkan pelatihan fasilitator konseling menyusui, maka untuk
menjamin kualitas pelatihan yang optimal diperlukan standarisasi penyelenggaraan pelatihan, baik
pelatihan konseling menyusui maupun pelatihan fasilitator konseling menyusui. Berdasarkan
kepentingan tersebut maka disusun pedoman penyelenggaraan pelatihan konseling menyusui dan
pelatihan fasilitator konseling menyusui.
1. Konseling
Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah antara konselor dan klien yang bertujuan
membantu klien untuk memutuskan apa yang akan dilakukan dalam mengatasi masalah yang dialami
oleh klien. Dalam komunikasi tersebut konselor bukan memberi nasihat tetapi memberikan informasi
dan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya klien memilih dan memutuskan sendiri alternatif yang
terbaik untuk dirinya.
2. Konselor
Konselor adalah orang yang memberikan konseling
3. Konselor menyusui
Konselor menyusui adalah orang yang telah mengikuti pelatihan konseling menyusui dengan modul pelatihan
standar WHO/UNICEF 40 jam. Konselor menyusui adalah: dokter dan dokter spesialis, bidan, perawat, ahli
gizi dan tenaga kesehatan. Pasien yang menjadi sasaran mencakup bayi umur 0-6 bulan, 7-24 bulan, bayi
dengan indikasi medis yang biasanya lahir belum cukup bulan, bayi yang di vacum, BBLR, bayi dengan lidah
pendek (prenulum), bayi dengan hidrocephalus, bayi yang di inkubator dan bayi kembar. Selain itu, konselor
menyusui juga membantu masalah-masalah yang sering dihadapi oleh ibu misalnya, ibu dengan payudara
bengkak, ibu dengan puting susu yang terbenam, ibu dengan payudara yang tidak bisa mengeluarkan ASI, dll.
17
BAB III
METODE
Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian ini dipilih oleh peneliti untuk mengungkapkan pendapat/ tanggapan
masyarakat tentang pengertian, manfaat bagi ibu dan bayi, sikap dan perilaku, perawatan dan
pengobatan terhadap masalah-masalah yang ditemui saat laktasi sampai usia 2 tahun.
1. Kriteria Responden
Informan dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang mendaftar dan mendapatkan
pelayanan kesehatan di Puskesmas Arut Selatan pada tanggal 04 Agustus 2016 sampai dengan 20
Agustus 2016. Teknik pengambilan informasi yang digunakan adalah purposive samping yaitu dengan
mengambil subjek penelitian yang memenuhi kriteria yang dibuat oleh peneliti sendiri. Kriteria yang
menjadi sampel penelitian adalah:
1. Pengantar pasien balita yang berkunjung ke Poli MTBS dan Pelayanan Imunisasi PIN pada tanggal
04 Agustus 2016 sampai dengan 20 Agustus 2016.
2. Pengantar balita yang bersedia mengisi kuesioner.
3. Jumlah Responden
Jumlah responden pada panelitian ini tidak dibatasi jumlah orang, namun hanya dibatasi waktu
pembagian yaitu tanggal 04 Agustus 2016 sampai dengan 20 Agustus 2016 pada jam pelayanan.
18
BAB VI
HASIL
A. Profil Komunitas Umum
Wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan dengan batas-batas :
Utara
Timur
Barat
Selatan
B. Data Geografis
Luas wilayah Kerja Puskesmas Arut Selatan 116,5 Km yang terdiri dari 2 (dua) Kelurahan
terdiri dari Kelurahan Raja dengan luas 1,50 Km dan Kelurahan Raja Seberang 115 Km. 5
Wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan memiliki batas-batas:5
Utara
Timur
Barat
Selatan
19
Luas Wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan 116,5 km yang terdiri dari 25% daratan
dan 75% merupakan daratan terjal dan tanah rawa-rawa.5
Jalur darat berupa aspal dari gedung puskesmas Arut Selatan sampai menjangkau desa dalam
wilayah terjauh 0.5 km. Jalur air dengan menyelusuri sungai Arut dapat dijangkau 3 desa, jarak
terdekat ditempuh dengan waktu 0.25 jam, sedangkan jarak terjauh dapat ditempuh dengan waktu
1.5 jam dengan menggunakan spead boot.5
C. Data Demografik
Penyebaran Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Arut Selatan
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Arut Selatan berjumlah 8.491 jiwa, tersebar
dalam 2 (dua) kelurahan. Penduduk terbanyak adalah Kelurahan Raja berjumlah 6.532 jiwa
dan Kelurahan Raja Sebrang 1.959 jiwa.5
Grafik 4.1 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Wilayah
Puskesmas Arut Selatan Tahun 20135
Raja
Seberang,
1959
Raja, 6532
Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan akhir tahun 2013 per
km sekitar 22 jiwa. Kelurahan yang terpadat penduduknya adalah kelurahan Raja sebesar
4355 jiwa dan disusul berturut-turut kelurahan Raja Seberang 17 jiwa, kemudian saat itu desa
Rangda 15 jiwa, desa Kenambui 4 jiwa dan desa Sulung 7 jiwa.5
20
4317
17
15
4
7
Raja
Raja Sebr.
Rangda
Kenambui
Sulung
Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk disebabkan oleh adanya kelahiran, kematian dan imigrasi.
Pada akhir tahun 2012 penduduk di wilayah Puskesmas Arut Selatan 10.885 jiwa. Adapun
rata-rata pertumbuhan penduduk di Kecamatan Arut Selatan selama 5 (lima) tahun terakhir
adalah sebesar - 3,6 % pertahun.5
21
KELOMPOK
NO
UMUR
(TAHUN)
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
LAKI-LAKI+PEREMPUAN
<1
119
105
224
14
371
324
695
59
357
314
671
10 14
1323
1202
2525
15 19
482
436
918
20 24
454
412
866
25 29
432
422
854
30 34
421
381
802
35 39
411
372
783
10
40 44
298
259
557
11
45 49
257
232
489
12
50 54
249
223
472
13
55 59
235
217
452
14
60 64
116
106
222
15
65 69
111
99
210
16
70 74
39
35
74
17
75+
38
33
71
5713
5172
10885
PUSKESMAS
Sosial Ekonomi
Mata pencaharian penduduk diperhitungkan dengan prosentase:5
22
Petani/nelayan
: 50%
Pedagang
: 40%
Pegawai/buruh
: 10%
10%
50%
40%
Petani/Nelayan
Pedagang
Sarana Kesehatan
: 18 buah
Sarana Pendidikan
: 28 buah
Sarana Ibadah
: 23 buah
Perkantoran
: 15 buah
TK dan PAUD
: 8 buah
SD/MI
: 15 buah
SLTP
: 4 buah
SLTA
: 2 buah
23
Jenis Tenaga
Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Arut Selatan pada akhir tahun
2013 sebanyak 34 orang, dengan jenis tenaga terdiri dari Dokter Umum sebanyak 3 orang,
Dokter Gigi 1 orang, Sarjana Kesehatan Masyarakat 1
Keperawatan 1 orang, D3 Bidan 5 orang, Bidan 3 orang, Perawat gigi 2 orang, Perawat 5
orang, Apoteker 1 orang, Asisten Apoteker 1 orang, D2 Kesmas 1 orang, Analis lab. 2 orang,
Pekarya SMA 4 orang, SMA 1 orang, PCPM 1 orang dan SD 1 orang.
1. Dokter Umum
Jumlah Dokter Umum adalah sebanyak 3 orang dan ditempatkan di Puskesmas Induk.
Adapun Rasio dokter umum terhadap penduduk di wilayah Puskesmas Arut Selatan selama
tahun 2013 adalah 27.6.
2. Dokter Gigi
Jumlah tenaga Dokter Gigi sebanyak 1 orang sampai dengan akhir tahun 2013 dengan rasio
terhadap penduduk di wilayah kerja Puskesmas Arus Selatan 9.2.
3. Bidan
Jumlah tenaga D 3 bidan dan bidan di Puskesmas Arut Selatan sampai dengan akhir tahun
2013 adalah sebanyak 8 orang. Rasio tenaga bidan terhadap penduduk Puskesmas tahun
2013 adalah 73.
4. Perawat
Jumlah tenaga D 3 Keperawatan SPK di Puskesmas Arut Selatan tahun 2013 sebanyak 8
orang, Rasio terhadap penduduk Puskesmas tahun 2013 sebanyak 73.
5. Analis Kesehatan
Jumlah tenaga Analis Kesehatan di Puskesmas Arut Selatan pada akhir tahun 2013 sebanyak
2 orang. Rasio terhadap penduduk Puskesmas tahun 2013 sebesar 18.4
6. Apoteker dan Asisten Apoteker
Jumlah tenaga Apoteker di Puskesmas Arut Selatan pada akhir tahun 2013 sebanyak 1 orang
dan Asisten Apoteker 1. Rasio terhadap penduduk di Puskesmas tahun 2013 sebesar 18.4.
7. Sarjana Kesmas dan DIII Kesmas
Jumlah tenaga Sarjana Kesmas dan DIII Kesmas di Puskesmas Arut Selatan pada akhir tahun
2013 masing-masing sebesar 2 orang. Rasio terhadap jumlah penduduk Puskesmas pada
tahun 2013 sebesar 18.4 .
24
Pustu, 4
Puskesmas,
30
Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Institusi Tempat Tugas di Puskesmas Arut
Selatan Tahun 2013
Puskesmas Induk
1 buah
1 buah
Posyandu
10 buah
4 buah
Poliklinik TNI-AD
1 buah
Rumah Bersalin/Bidan
1 buah
1 buah
1 buah
25
1 buah
Apotek
4 buah
Toko Obat
4 buah
1 buah
Optikal
2 buah
Mobil (Pusling)
Sepeda Motor
8 buah
PLN
2400 watt
Telephon
PDAM
Komputer
Laptop
Genset / generator
LCD
1 buah
1 buah
:
5 unit
:
1 buah
1 buah
:
Jumlah
Jumlah Balita
Target
Jumlah
Persentase
Penduduk
(10% Jumlah
Penemuan
Penemuan
(%)
Penduduk)
Penderita
Penderita
Pneumonia
Pneumonia
(10% Jumlah
Balita)
2013
10.885
1.089
108,85
36
33,07
2014
8.386
838,6
83,86
59
70,4
26
Dari data tersebut, terlihat adanya peningkatan jumlah penemuan dan penanganan kasus
pneumonia pada balita di Puskesmas Arut Selatan dari tahun 2013 ke tahun 2014. Akan tetapi,
pencapaian program ini masih kurang dari 100%.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 target penemuan penderita yang
harus didapatkan dalam 1 tahun adalah 108,85. Artinya, setiap bulan minimal harus
menemukan dan menangani 9-10 penderita pneumonia balita. Sementara pada tahun 2014
target penemuan penderita yang harus didapatkan dalam 1 tahun adalah 83,86. Artinya, setiap
bulan minimal harus menemukan dan menangani 7-8 penderita pneumonia balita.
Intervensi akan dilakukan pada bulan Januari-Februari 2015. Sebagai data pembanding
tiap bulannya, maka diambil data penderita pneumonia balita di Puskesmas Arut Selatan pada
tahun 2014. Data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Jumlah Pasien Penderita Pneumonia Balita di Puskesmas Arut Selatan pada Tahun 2014
Bulan
Jumlah Penderita
TOTAL
Pneumonia
< 1 tahun
1 4 tahun
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
10
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
10
NOVEMBER
DESEMBER
TOTAL
16
15
15
13
59
27
Jumlah Pasien
Rawat Jalan
755 orang
Rawat Inap
509 orang
TOTAL
1.264 orang
Selain ke rekam medik, penulis juga mengumpulkan data dari poliklinik anak
Rumah Sakit Sultan Imanuddin Pangkalan Bun selama tahun 2014. Data yang
didapatkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Jumlah Penderita Pneumonia Balita di Poliklinik Anak RS Sultan Imanuddin
yang Berdomisili di Wilayah Kerja Puskesmas Arut Selatan Tahun 2014
28
Bulan
Jumlah Penderita
TOTAL
Pneumonia
< 1 tahun
1 4 tahun
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
TOTAL
Dari data di atas, didapatkan jumlah penderita pneumonia balita yang berobat dan
tinggal di wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan sebanyak 8 balita. Apabila data ini
ditambahkan pada jumlah penderita pneumonia balita yang didapatkan di Puskesmas Arut
Selatan, maka jumlah penderita pneumonia yang didapatkan pada tahun 2014 adalah 67
balita, sehingga presentase yang didapatkan adalah 79,8%.
Selain pengambilan data, penulis juga melakukan intervensi berupa pembagian
pamflet tentang pneumonia pada orang tua yang membawa anaknya berobat ke poliklinik
balita dan posyandu balita. Pembagian pamflet dilakukan sejak awal Januari 2015. Pamflet
dibagikan oleh petugas Puskesmas yang bertugas di poliklinik balita dan posyandu balita.
Selain itu, pada tanggal 7 Februari 2015, penulis membagikan pamflet tentang
pneumonia sambil memberikan penyuluhan mengenai pneumonia kepada orang tua yang
membawa anaknya ke posyandu balita di Kelurahan Raja Seberang.
29
Jumlah Penderita
TOTAL
Pneumonia
JANUARI
< 1 tahun
1 4 tahun
30
BAB V
DISKUSI
Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada penelitian ini didapatkan bahwa Angka Cakupan ASI
Ekslusif di Puskesmas Arut Selatan tercapai namun, hasil kuesioner menunjukan bahwa tingkat
pengetahuan ibu mengenai laktasi dan segala permasalahannya belum dapat sepenuhnya dipahami,
sehingga responden sangat antusias dalam rencana pembentukan Klinik Laktasi di Puskesmas Arut
Selatan.
38.3
48.3
67
2014
2015
2016
pengetahuan ibu masih rendah, 35% pengetahuan ibu sedang dan 28% pengetahuan ibu tinggi
mengenai ASI. Rendah pengetahuan ibu mengenai ASI mempengaruhi pola menyusui ibu, seperti
dijelaskan pada gambar 6 dan 7 di bawah ini.
Non-ASI
56
73
86
Menyusui Ekslusif
CATEGORY 1
32
17%
27%
Puting Lecet
Puting Tenggelam
4%
52%
33
diberikan dot, masalah selanjutnya yang muncul adalah terjadinya bingung puting kepada anak
sehingga gagalnya program relaktasi.
Program inovasi gizi untuk menyediakan Klinik Laktasi dapat menjadi solusi bagi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Berikut adalah gambaran yang dibutuhkan untuk dapat
terlaksananya program inovasi gizi berupa Klinik Laktasi yang dijelaskan dalam bentuk fish bone.
34
25
22
21
19
20
15
15
13
10
10
18
14
13
12
18
5
5
0
Setuju
Tidak Setuju
35
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Data hasil angka cakupan ASI Ekslusif di Puskesmas Arut Selatan dari tahun 2014 ke 2016 telah
mencapai target namun, saat peneliti melakukan survey primer didapatkan tingkat pengetahuan ibu
yang rendah mengenai ASI dan Laktasi, perubahan pola menyusui ibu yaitu menjadi menyusui parsial,
banyaknya ditemukan permasalahan ibu dalam menyusui yang sebagian besar belum mengetahui jalan
keuar dari permasalahan ini, dan masukan dari masyarakat untuk memfasilitasi Klinik Laktasi menjadi
dasar pengajuan program inovasi gizi berupa Klinik Laktasi. Untuk membangun Klinik Laktasi
Puskesmas Arut Selatan dapat menyediakan sumber daya manusia yaitu dokter/ bidan/ ahli gizi yang
sudah mendapatkan pelatihan konseling WHO 40 jam dan antusiasme dari masyarakat. Selain itu,
metode yang dapat digunakan yaitu pelatihan kader peduli laktasi, merutinkan penyuluhan/ seminar
laktasi, bekerjasama dengan bidan untuk menyukseskan IMD, menerapkan 10 langkah keberhasilan
menuju keberhasilan menyusui. Dalam proses pengadaan fasilitas Klinik Laktasi, puskesmas
memerlukan dana untuk melakukan pelatihan konsultan laktasi dan pengadaan kebutuhan Klinik
Laktasi, dalam hal material puskesmas harus menyediakan fasilitas ruangan yang nyaman dan strategis
untuk konsultasi. Hal terakhir yang dapat dipersiapkan untuk membangun Klinik Laktasi yaitu dari
segi machine yaitu dengan menggalakkan promsi ASI dipuskesmas selama minimal 2 tahun dan
melarang promosi susu formula diwilayah puskesmas.
Saran
1. Puskesmas hendaknya menggalakkan promosi ASI
2. Puskesmas hendaknya melarang promosi susu formula
3. Puskesmas hendaknya bekerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk membangun Klinik
Laktasi di Puskesmas Arut Selatan
4. Puskesmas hendaknya melanjutkan penelitian mengenai Klinik Laktasi lebih mendalam
dalam prosesnya utnuk membangun Klinik Laktasi
36
LAMPIRAN
KUESIONER PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERMASALAHAN MENYUSUI DI PUSKESMAS
ARUT SELATAN
I. Data Identitas Responden
Isilah titik-titik dibawah ini!
No. Responden
Nama Responden (anak)
Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Usia (anak)
Anak ke
Jumlah anak
Nama Pengisi data
Hub. Keluarga
Pendidikan orangtua (ibu)
a. Tidak Sekolah
b. Tamat SD
Pekerjaan orangtua (ibu)
a. Tidak bekerja
b. Pegawai negeri
c. Pegawai swasta
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Sarjana
:
d. Buruh
e. Lain-lain,.
1. Pada saat anak ibu berusia 0-6 bulan, adakah makanan/minuman yang diberikan kepada anak selain
ASI seperti teh, air putih, madu, kopi, susu, dan lainnya?
a. Ada
b. Tidak*
*jika tidak ada, abaikan pertanyaan nomor 2, 3, dan 4, lanjut ke kuesioner
c. Susu formula
d. Buah-buahan
c. Saat berusia 5-6 bulan
d. Setelah berusia 7 bulan
d. Anak nangis terus
e. Lainnya,.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
38
39
DAFTAR PUSTAKA
Brinch Jennifer, MPH, Menyusui Bayi Dengan Baik Dan Berhasil, Gaya Favorit Press, Jakarta,
1986 .
Ebraim G.J, ASI, Yayasan Essentia Media, Jogyakarta, 1986
Kementerian Kesehatan Republic Indonesia. Menkes Resmikan Klinik Laktasi Rumah Sakit
Puri Cinere. 2016
Khumaidi M, Gizi Masyarakat, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1994
King F. Savage, Menolong Ibu Menyusui, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1993
Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Konseling Menyusui Dan Pelatihan Fasilitator Konseling
Menyusui. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2007
Siregar, Dr. Mhd. Arifin . Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi Oleh Ibu
Melahirkan. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat . Fakultas Kesehatan Masyarakat . Universitas
Sumatera Utara. Medan. 2004
Soetjiningsih, Dr. DSAK, ASI, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1997
39