Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
dr. Sri Dewi Rahmawati Syarief
Pendamping:
dr. Hj. Asmawati
NIP. 19691112 200904 2 001
Puskesmas Arut Selatan
Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah
Program Dokter Internsip
Periode Juni 2016 Oktoer 2016
LEMBAR PENGESAHAN
MINI PROJECT
Peserta
DAFTAR ISI
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................4
A. Laktasi.............................................................................................................................4
B. Menejemen Laktasi.........................................................................................................6
C. IMD.................................................................................................................................9
D. ASI Eksklusif..................................................................................................................9
E. MPASI...........................................................................................................................10
F.
G. Klinik Laktasi................................................................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................18
METODE.................................................................................................................................18
Metode Pengumpulan Data..................................................................................................18
BAB VI....................................................................................................................................19
KONDISI WILAYAH STUDI.................................................................................................19
A. KEADAAN GEOGRAFI..............................................................................................19
1.
KEPENDUDUKAN..................................................................................................19
2.
SOSIAL EKONOMI.................................................................................................21
3.
DATA SARANA........................................................................................................22
4.
SARANA PENDIDIKAN.........................................................................................22
5.
SARANA KESEHATAN...........................................................................................22
6.
FASILITAS PENUNJANG.......................................................................................22
2.
Posyandu....................................................................................................................24
3.
Pemeriksaan/pelayanan K1.......................................................................................26
2.
Pemeriksaan/Pelayanan K4.......................................................................................27
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
ASI mengandung gizi tinggi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan bayi.
Badan kesehatan dunia WHO, merekomendasikan bayi mendapatkan ASI Ekslusif
selama 6 bulan. Berbagai macam kandungan ASI bagi bayi yaitu; protein dan lemak
yang jumlah sesuai, mengandung banyak laktulosa, mengandung cukup vitamin,
mengandung zat besi yang cukup bagi bayi, mengandung air yang cukup bagi bayi
walaupun disaat cuaca panas, mengandung garam, fosfat dan kalsium yang cukup
bagi bayi, mengandung immunoglobulin, bifidus, sel darah putih hidup dan laktoferin.
Sedangkan, manfaat bagi ibu yang menyusukan ASI kepada bayinya yaitu; membantu
menghentikan perdarahan setelah melahirkan, mendekatkan psikologis ibu dan anak,
membantu menyeimbangkan ekonomi keluarga, dan lain sebagainya.
Menyusui Ekslusif adalah tidak memberikan bayi makanan ataupun minuman
lain, termasuk air putih, selain menyusui. Data Capaian ASI Ekslusif di Indonesia
menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia belum mencapai angka yang
diharapkan yaitu 80%. Berdasarkan laporan SKDI tahun 2012 pencapaian ASI
Eksklusif adalah 42%. Sedangkan, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan provinsi
tahun 2013, cakupan pemberian ASI 0-6 bulan hanyalah 54,3%. Angka Cakupan
Pemberian ASI Ekslusif 0-6 bulan di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2013
adalah sebesar 43,4%. Data Cakupan Pemberian ASI di Puskesmas Arut Selatan pada
tahun 2014-2016 adalah sebagai berikut
Table 1. Data Cakupan Pemberian ASI
Tahun
2014
2015
2016
diwilayah
Puskesmas
Arut
Selatan
maka
penulis
bermaksud
melaksanakan mini project pengadaan Klinik Laktasi sebagai program inovasi gizi
puskesmas arut selatan. Melalui mini project ini diharapkan puskesmas dapat
mendirikan program kerja Klinik Laktasi dan melanjutkan penelitiannya sehingga
dapat menjadi solusi bagi permasalahan laktasi.
B.
Rumusan masalah
Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Pengembangan wawasan dan kualitas dalam peningkatan cakupan pemberian
ASI
b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas Puskesmas Arut Selatan
c. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas Arut
Selatan
d. Puskesmas Arut Selatan dapat turut meningkatkan gizi Anak Indonesia
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai laktasi
b. Menjadi wahana pemecahan masalah laktasi
c. Meningkatkannya pengetahuan dan kemampuan petugas Puskesmas Arut
Selatan
D. Manfaat
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
Upaya peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) berperan sangat besar terhadap
pencapaian dua dari empat sasaran tersebut, yaitu menurunnya angka kematian bayi dan
menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health Organization/United
Nations Childrens Fund (WHO/UNICEF), pada tahun 2003 melaporkan bahwa 60%
kematian balita langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari
kematian tersebut terkait dengan praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan
anak. Oleh karena itu penting sekali penerapan pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan
anak.
Terkait dengan hal tersebut, WHO/UNICEF dalam Global Strategy on Infant and
Young Child Feeding tahun 2002, merekomendasikan bahwa pola makan terbaik untuk bayi
dan anak sampai usia 2 (dua) tahun adalah:
1. Inisiasi menyusu dini dalam 30 sampai 60 menit setelah bayi lahir;
2. Memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan;
3. Mulai memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berusia 6 bulan;
4. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia dua tahun atau lebih.
Penelitian Gareth Jones, dkk, mengemukakan bahwa menyusui dapat mencegah 13%
kematian balita (Lancet 2003:362), sedangkan Karen M. Edmond, dkk, dalam penelitian di
Ghana menyatakan bahwa 16% kematian neonatus dapat dicegah bila bayi mendapat ASI
pada hari pertama, dan angka tersebut meningkat menjadi 22% bila bayi melakukan inisiasi
menyusu dini dalam 1 jam pertama setelah lahir (Pediatric, March 2006).
Dalam hal pemberian ASI secara eksklusif, Departemen Kesehatan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan No: 450/Menkes/SK/IV/2004 telah menetapkan bahwa pemberian ASI
secara eksklusif bagi bayi di Indonesia adalah sejak lahir sampai dengan bayi berumur 6
bulan, dan semua tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru
melahirkan untuk memberikan ASI secara eksklusif.
A Laktasi
produksi kolostrum. Produksi ASI tidak berlangsung sampai masa sesudah kelahiran
bayi ketika kadar hormon estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen ini
memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI. Produksi prolaktin yang
berkesinambungan disebabkan oleh menyusunya bayi pada payudara ibu.
Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro endokrin. Rangsangan
sentuhan pada payudara (bayi menghisap) akan merangsang produksi oksitoksin yang
menyebabakan kontraksi sel sel myoepithel. Proses ini disebut juga sebagai refleks
prolaktin atau milk production reflect yang membuat ASI tersedia bagi bayi. Dalam
hari hari dini, laktasi refleks ini tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu. Namun,
refleks ini dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu bila ia merasa takut, lelah, malu,
merasa tidak pasti, atau bila mersakan nyeri.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus
kesinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi okstoksin oleh kelenjar hypofisis
posterior. Oksitsoksin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel sel khusus
(sel sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus lactiferus.
Kontraksi sel sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus
lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus
tertekan keluar, kemulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down reflect
atau pelepasan. Pada akhirnya, let down dapat dipacu tanpa rangsangan hisapan.
Pelepasaan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan
tentang bayinya. Pelepasan penting sekali bagi pemberian ASI yang baik. Tanpa
pelepasan, bayi dapat menghisap terus menerus, tetapi hanya memperoleh sebagian
dari ASI yang tersedia dan tersimpan di dalam payudara. Bila pelepasaan gagal terjadi
berulang kali dan payudara berulang kali tidak dikosongkan pada waktu pemberian
ASI, refleks ini akan berhenti berfungsi dan laktasi akan berhenti. Cairan pertama
yang diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan adalah kolostrum yang
mengandung campuran yang kaya akan protein, mineral, dan antibodi, daripada ASI
yang telah matur. ASI mulai ada kira kira pada hari yang ke 3 atau ke 4
setelah kelahiran bayi dan kolostrum berubah menjadi ASI yang matur kira kira 15
hari sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah byi lahir dan bayi diperolehkan
sering menyusu maka proses produksi ASI akan meningkat.
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai
proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari
siklus reproduksi mamalia termasuk manusia.
9
Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu ibu harus
sudah siap baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat
menyusu. Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500 800
ml/hari (3000 ml/hari).
B Menejemen Laktasi
Meyakinkan diri sendiri akan keberhasilan menyusi dan bahwa ASI adalah amanah
b.
c.
ilahi.
Makan dengan teratur, peuh gizi dan seimbang.
Mengikuti bimbingan persiapan menyusui yang terdapat disetiap Klinik Laktasi
d.
e.
dirumah sakit.
Melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara teratur.
Mengikuti senam hamil.
Beberapa tahapan dalam manajemen laktasi agar sukses meningkatkan
cakupan pemberian ASI ekslusif adalah sebagi berikut:
1. Persiapan Menyusui Pada Ibu Hamil
Yang dimaksud dengan persiapan menyusui pada Ibu Hamil adalah
persiapan menyusui sejak kala hamil. Dalam hal ini berarti proses menyusui
sebaiknya sudah dipersiapkan jauh hari sebelum melahirkan. Hal ini penting
supaya ibu benar benar siap, baik secara fisik maupun mental. Kesiapan ini akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI.
2. Manajemen Laktasi (Penggunaan ASI)
a. Pendidikan kesehatan/penyuluhan kesehatan kepadaa pasien dan keluarga
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
masing).
j. Tidak melakukan diet untuk mengurangi berat badan (kecuali intruksi dokter
karena alasan penyakit lainnya yang membahayakan ibu dan bayinya).
k. Penambahan berat badan yang memadai adalah 11 13 kg.
l. Cara hidup sehat (hindarkan merokok, alkohol, dan lain lain).
3. Langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi Pada Masa Kehamilan
11
C IMD
Protokol evidence based yang baru telah diperbaharui oleh WHO dan
UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa
bayi harus mendapat kontak kulit kekulit ibunya segera setelah lahir selama paling
sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu
dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberikan bantuan bila
diperlukan, menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru
lahir sampai dengan inisiasi menyusu selesai dilakukan.
D ASI Eksklusif
Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui
kadar lemak 4-5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui.
Juga terjadi variasi dari hari ke hari selama periode laktasi. Sekresi ASI diatur oleh
hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin menghasilkan ASI dalam alveolar dan
bekerjanya prolaktin ini dipengaruhi oleh lama dan rekuensi pengisapan (suckling).
Hormon oksitosin disekresi oleh kelenjar pituitary sebagai respon adanya suckling
yang akan menstimulasi sel-sel mioepitel untuk mengeluarkan (ejection) ASI. Hal ini
dikenal dengan milk ejection reflex atau let down reflex yaitu mengalirnya ASI dari
simpanan alveoli ke lacteal sinuses sehingga dapat dihisap bayi melalui puting susu.
Terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan komposisi berbeda yaitu
kolostrum, ASI transisi, dan ASI matang (mature). Kolostrum adalah cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan (4-7 hari) yang berbeda
karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 300
ml/hari. ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana
kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah. ASI
matang adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume
bervariasi yaitu 300 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi.
13
Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 700 ml/24 jam, tahun kedua 200 400
ml/24 jam, dan sesudahnya 200 ml/24 jam.
Penelitian terakhir membuktikan bahwa bayi yang diberikan ASI mempunyai
IQ lebih tinggi daripada bayi yang diberikan susu formula. Penelitian juga
membuktikan bahwa memberikan ASI selama 1 3 minggu atau lebih mengurangi bayi
dari resiko gastroenteritis dan infeksi pernafasan. Pemberian ASI juga menunjukkan
dapat memperlambat / mengurangi terjadinya alergi pada anak-anak. Terutama bagi
mereka yang memiliki sejarah alergi di keluarganya seperti asma, hayfever, eksim dan
alergi makanan.
Antara usia 4 sampai dengan 6 bulan, bayi harus mendapatkan minimum 600
ml ASI atau susu formula setiap harinya. Meskipun untuk ASI, kebutuhan tsb tidak
dapat ditakar dg berapa cc atau ml yg harus diberikan. Yang paling tepat adalah
berikan ASI sesering mungkin dan kapanpun anak menginginkannya. Di usia hingga 6
bulan, ASI (atau susu formula bagi mereka yang tidak memberikan ASI) merupakan
makanan utama bagi bayi.
MPASI
luar biasa bagi si kecil. Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian dengan
makanannya, terutama di awal-awal ia belajar makan. Ini dikarenakan ia mungkin
saja tersedak setiap saat. Jika pengenalan makanan padat terlambat (usia >6 bln)
diberikan, maka beberapa bayi seringkali kesulitan untuk belajar menelan dan
mengunyah makanannya.
Makanan padat pertama yang diberikan kepada anak haruslah mudah dicerna.
Dan bukanlah makanan yang mempunyai resiko alergi yang tinggi. Jangan tergiur
untuk menambahkan gula atau garam pada makanan bayi. Biarkan rasanya hambar,
biarkan anak merasakan rasa asli dari makanan tersebut. Garam dapat mengancam
ginjal bayi. Sementara gula dapat membuat bayi anda kelak menyukai makanan
manis, sehingga dapat merusak giginya. Di minggu-minggu pertama pemberian
MPASI, berikan bubur beras dengan 1 macam sayuran atau 1 macam buah. Kenalkan
satu persatu. Jangan dicampuraduk menjadi satu. Biarkan ia belajar mengenal rasa
tiap jenis makanan yg masuk ke dalam mulutnya.
Pemberian MPASI merupakan waktu yang amat istimewa bagi si Kecil dan
juga anda. Berikan di waktu yang nyaman untuk anak dan juga anda. Jika
memungkinkan, berikanlah MPASI di waktu yang sama setiap harinya. Tujuannya
agar terbentuk suatu pola atau kebiasaan. Untuk itu, berikanlah anak sedikit ASI /
susu formula, sebelum memberikan MPASI. Sehingga ia tidak terlalu kelaparan yang
sangat mungkin membuatnya marah atau frustasi. Di hari-hari pertama pemberian
MPASI, bayi biasanya hanya memerlukan sedikit makanan padat. Misalnya, 2 3
sendok kecil penuh. Dimulai dari 1 kali pemberian MPASI per hari. Misalkan saat
makan siang. Kemudian dapat ditingkatkan menjadi 3 kali sehari (makan pagi, makan
siang dan makan malam). Yang perlu diingat, ukurlah selalu suhu dari makanan
sebelum diberikan kepada si kecil. Dudukkan bayi anda di pangkuan atau di kursi
makan bayi. Cobalah membuat acara makan menjadi pengalaman yang sangat
menyenangkan.
Sebagai panduan kasar, di awal pemberian MPASI mungkin bayi anda hanya
memakan 1 - 2 sendok makan (sdm) saja. Maka sediakan kira-kira 1 -2 sdm makanan
di mangkuknya. Seiring waktu saat bayi sudah mulai terbiasa dengan pemberian
MPASI, berikan makanan dengan jumlah lebih secara bertahap. Makanan yang akan
diberikan kepada bayi harus dalam suhu ruangan atau hangat-hangat kuku.
15
Setiap fasilitas yang memberikan pelayanan maternitas dan perawatan neonatus harus:
1. Mempunyai kebijakan menyusui tertulis yang secara rutin dikomunikasikan
kepada semua staf perawatan kesehatan;
2. Melatih
keterampilan
kepada
semua
staf
perawatan
wanita
hamil
kesehatan
dalam
kepada
semua
tentang
keuntungan
dan
penatalaksanaan menyusui;
4. Membantu ibu untuk memulai menyusui setengah jam setelah melahirkan;
5. Menunjukkan kepada ibu cara menyusui dan bagaimana memelihara laktasi
meskipun terpisah dari bayinya;
6. Tidak memberikan makanan atau minuman kepada bayi selain ASI jika tidak ada
indikasi medik;
7. Mempraktekkan perawatan bersama (rooming-in), izinkan ibu dan bati untuk
tinggal bersama selama 24 jam sehari;
8. Menganjurkan pemberian ASI sekehendak bayinya;
9. Tidak memberikan kempeng atau dot kepada bayi yang menyusu ibu;
10. Membantu mengembangkan pembentukan kelompok pendukung ibu menyusui
dan merujuk ibu kepada mereka ketika keluar dari rumah sakit atau klinik.
G Klinik Laktasi
Upaya peningkatan pemberian ASI selama ini mulai memberikan hasil yang
menggembirakan. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2005 dan
2006 menunjukkan telah terjadi peningkatan cakupan pemberian ASI secara eksklusif
sampai 6 bulan. Jika pada tahun 2005 cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 18,1%,
cakupan tersebut meningkat menjadi 21,2% pada tahun 2006. Sedangkan cakupan
16
ASI eksklusif pada seluruh bayi dibawah 6 bulan (06 bulan) meningkat dari 49,0%
pada tahun 2005 menjadi 58,5% pada tahun 2006. Sebagaimana diketahui, pemerintah
telah menetapkan target cakupan pemberian ASI secara eksklusif pada tahun 2010
pada bayi 0-6 bulan sebesar 80%. Oleh karena itu untuk mencapai target pemberian
ASI secara eksklusif, upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif perlu dilanjutkan
dan terus ditingkatkan, yaitu melalui kegiatan:
1. Memberdayakan ibu dan meningkatkan dukungan anggota keluarga agar semakin
banyak bayi baru lahir yang melakukan inisiasi menyusu dini, dan semakin
banyak ibu mampu menyusui dengan benar.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan menyediakan tenaga konselor
menyusui di sarana pelayanan kesehatan, dan revitalisasi sarana pelayanan
kesehatan sayang ibu dan bayi.
3. Menciptakan lingkungan kondusif yang memungkinkan ibu tetap menyusui
sebagaimana mestinya.
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, keberadaan tenaga konselor menyusui
menjadi sangat penting. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa peranan tenaga
konselor menyusui sangat besar terhadap peningkatan pemberdayaan ibu, peningkatan
dukungan anggota keluarga serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang pada
gilirannya akan meningkatkan cakupan pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia.
Oleh karena itu keberadaan tenaga konselor menyusui perlu dipertahankan dan
ditingkatkan.
Tenaga konselor menyusui diperoleh melalui suatu proses pelatihan konseling
menyusui dengan menggunakan standar kurikulum atau modul yang baku. Selama ini
standar kurikulum atau modul pelatihan konseling menyusui menggunakan modul
WHO/UNICEF metode 40 jam yang telah diakui secara internasional.
Seiring dengan era desentralisasi dimana setiap daerah dimungkinkan untuk
melaksanakan pelatihan konseling menyusui dan bahkan pelatihan fasilitator
konseling menyusui, maka untuk menjamin kualitas pelatihan yang optimal
diperlukan standarisasi penyelenggaraan pelatihan, baik pelatihan konseling menyusui
17
18
Menyusui bayi adopsi, sebuah program bagi ibu ibu adopsi utk dapat
menyusui bayi adopsinya shg muncul hubungan batin antara bayi dan ibu.
sasaran adalah seluruh ibu hamil dimulai sejak usia kehamilan 28 minggu, 36
minggu, sesaat setelah kelahiran, 7 hari setelah kelahiran, 14 hari setelah
kelahiran, 40 hari setelah kelahiran sampai 2 tahun setelah kelahiran bila memang
memerlukan konsultasi lebih lanjut.
Berikut informasi tambahan tentang klinik laktasi di beberapa Rumah Sakit yaitu :
1. RS St. Carolus Jakarta
Menurut Dr. Jeanne Purnawati yang merupakan konselor laktasi RS St.
Carolus Jakarta, Di klinik laktasi, para ibu akan mendapat banyak informasi yang
berkaitan dengan menyusui, seperti tata cara pemberian ASI eksklusif, pemijatan
19
payudara, perawatan bayi dan pijat bayi. Di klinik ini, bayi tidak pernah dikenalkan
pada dot atau botol susu, tetapi lebih diajarkan untuk minum melalui cangkir. Ada
juga yang disebut antenatal preparation, yaitu program khusus pada masa sebelum
persalinan, yang bertujuan memberikan pengetahuan dasar bagi para calon ibu
mengenai pentingnya ASI.
Umumnya, menurut Dr. Jeanne, waktu yang cukup untuk konseling masalah
ASI dan menyusui adalah dua sampai tiga kali kunjungan. Namun, untuk pasien
relaktasi (sedang dalam proses memberikan ASI kembali, setelah berhenti dalam
waktu yang cukup lama, red.) biasanya perlu waktu yang lebih lama. Biaya konseling
relatif murah, berkisar antara Rp. 50.000, 00 Rp. 60.000, 00 (sudah termasuk biaya
administrasi).
Pelayanan selama konseling pun fleksibel sesuai kondisi. Jika ada beberapa
orang ibu yang mempunyai masalah menyusui serupa, maka konseling dapat
dilakukan bersamaan. Jadi, Anda bisa sharing pengalaman dengan ibu-ibu yang lain.
Namun, Anda juga dapat berkonsultasi secara personal. Suami Anda pun diizinkan
masuk ke dalam ruang konseling, agar ia juga mengetahui solusi dari masalah
menyusui yang Anda hadapi.
2. RS Bunda Jakarta
Tidak jauh beda dengan RS St. Carolus, klinik laktasi RS Bunda Jakarta juga
mengajarkan manajemen laktasi dan semua yang berhubungan dengan ASI dan
menyusui, seperti cara penyimpanan ASI setelah diperah, pijat payudara agar ASI
lancar, dan sebagainya. Klinik laktasi RS Bunda Jakarta juga melayani pijat bayi
untuk bayi sehat, bukan bayi yang sakit. Menurut suster Muji Hananik, salah satu
petugas yang melayani jasa konseling laktasi di RS Bunda Jakarta, justru bayi yang
sehat yang harus dipijat, bukan bayi yang sakit. Jika pijatan diberikan pada bayi yang
sakit, hal itu malah akan membahayakan susunan syaraf tubuhnya.
Aktivitas utama yang dilakukan di klinik yang juga masih berada di bawah Dr.
Jeanne Purnawati dari RS St. Carolus sebagai konselor itu adalah, memberikan
konseling bagi para ibu yang mempunyai kesulitan menyusui. Menurut suster Muji,
banyak ibu yang belum tahu apa sebenarnya manfaat ASI bagi bayi. Maka, untuk
20
itulah klinik laktasi dibentuk, agar para ibu mengetahui manajemen laktasi, sehingga
bisa terus memberikan ASI pada bayi mereka.
Sistem konseling di klinik laktasi RS Bunda Jakarta adalah, satu pasien untuk
satu kali konseling. Suami pun diizinkan masuk, karena menurut suster Muji, suami
sangat berperan dalam mendukung rasa percaya diri ibu menyusui. Namun Anda juga
dapat melakukan konseling bersama beberapa teman yang mempunyai masalah
menyusui yang sama. Klinik laktasi RS Bunda Jakarta juga mempunyai agenda acara
rutin seperti kelas prenatal dan workshop mengenai pentingnya ASI yang diadakan
setiap dua bulan sekali.
Untuk satu kali konseling, Anda akan dikenakan biaya sebesar Rp. 50.000, 00.
Klinik laktasi RS Bunda Jakarta hanya melayani konseling tanpa memberikan obat.
Jika masalah yang Anda hadapi cukup rumit, membutuhkan obat-obatan tertentu, atau
belum berhasil dibantu di klinik laktasi, maka Anda akan segera dialihkan ke dokter
yang bersangkutan untuk penanganan lebih lanjut.
21
BAB III
METODE
Metode Pengumpulan Data
22
23
BAB VI
KONDISI WILAYAH STUDI
GAMBARAN UMUM
A KEADAAN GEOGRAFI
Utara
Timur
Barat
Selatan
2.
Puskesmas Mendawai
3.
Puskesmas Madurejo
4.
KEPENDUDUKAN
a. Luas Wilayah
Luas wilayah Kerja Puskesmas Arut Selatan 116,5 Km yang terdiri dari 2
(dua) Kelurahan dan 2 ( dua ) desa terdiri dari Kelurahan Raja dengan luas 1,50
Km, Kelurahan Raja Seberang 115 Km,.
b. Penyebaran Penduduk
24
Raja; 6883
c. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan akhir tahun
2015 per km sekitar 75 jiwa. Kelurahan yang terpadat penduduknya adalah
kelurahan Raja
Seberang 16 jiwa,
25
Raja; 4589
KELOMPOK
NO
UMUR
(TAHUN)
1
2
1
0-4
2
5-9
3
10 - 14
4
15 - 19
5
20 - 24
6
25 - 29
7
30 - 34
8
35 - 39
9
40 - 44
10
45 - 49
11
50 - 54
12
55 - 59
13
60 - 64
14
65 - 69
15
70 - 74
16
75+
PUSKESMAS
JUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKI
3
443
368
391
434
460
436
418
384
383
275
163
154
94
62
45
17
4,527
PEREMPUAN
4
408
365
360
431
374
406
390
339
370
259
157
130
75
55
34
22
4,175
LAKI-LAKI+PEREMPUAN
5
851
733
751
865
834
842
808
723
753
534
320
284
169
117
79
39
8,702
1. SOSIAL EKONOMI
a. Mata pencaharian penduduk diperhitungkan dengan prosentase:
Petani, nelayan
: 50%
Pedagang / Jasa
: 40%
26
10%
40%
Petani/Nelayan
Pegawai/ buruh
50%
Pedagang / Jasa
Pegawai/Buruh
: 10%
Grafik 3. Persentase Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Arut Selatan
2. DATA SARANA
TTU
: 99 buah
TPM
: 120 buah
TP3
2 buah
27
3. SARANA PENDIDIKAN
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan dalam menyerap
informasi termasuk informasi kesehatan dan lebih pandai dalam menyelesaikan
masalah. Pendidikan dapat diklasifikasikan bahwa semua penduduk di wilayah
Puskesmas Arut Selatan sudah melek huruf serendah-rendahnya pernah mengenyam
bangku sekolah.Pada wanita diharapkan angka melek huruf mempengaruhi dalam
alternatif kesehatan sehingga Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi
menurun.
PAUD
2 buah
TK
6 buah
SD/MI
: 12 buah
SLTP
3 buah
SLTA
2 buah
4. SARANA KESEHATAN
Puskesmas Induk
Pustu / Poskesdes / Polindes
Posyandu
: 1 buah
: 1 buah
: 5 buah
: 4 buah
Poliklinik TNI-AD
: 1 buah
: 2 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
Apotek
: 2 buah
Toko Obat
: 2 buah
5. FASILITAS PENUNJANG
Mobil (Pusling)
Sepeda Motor
PLN
Telephon
PDAM
Komputer
: 1 buah
: 8 buah
: 16 A
: 1 buah
: 1 buah
: 10 unit
28
Laptop
Genset / generator
: 2 unit
: 1 buah
Balita ; 4.4
Bayi ; 5.6
6. Posyandu
Untuk memperluas cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan telah
dikembangkan berbagai sarana upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
29
(UKBM), dan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
adalah Posyandu .
Pada tahun 2015 di wilayah Puskesmas Arut Selatan terdapat 5 buah posyandu, 4
buah Posbindu untuk kegiatan posyandu telah berjalan dengan baik.
7. Penggunaan Sarana Kesehatan
Angka kunjungan ke Puskesmas Arut Selatan selama tahun 2015 adalah
31.586 orang. Dan kunjungan rawat jalan sebanyak 18.513 yang terdiri dari Rawat
Jalan 11.865 orang, Rawat Jalan Usia 45 49 tahun 2.636 orang, rawat jalan usia >
60 tahun 1.784 orangdan rawat jalan gigi 2228 orang Angka ini belum
menggambarkan angka kesakitan yang sebenarnya karena yang ada datanya adalah
yang berkunjung ke Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, sedangkan yang
berkunjung ke Rumah Bersalin, Praktek Dokter tidak diperoleh datanya.
G. PERSALINAN YANG DITOLONG TENAGA KESEHATAN
Puskesmas; 90.8
2
1
I.
Jumlah ibu hamil di wilayah Puskesmas Arut Selatan tahun 2015 adalah
sebanyak 207 orang. Dari jumlah ibu hamil tersebut telah mendapatkan
pelayanan/pemeriksaan K1 dan K4 sebagai berikut :
1
Pemeriksaan/pelayanan K1
Jumlah Ibu Hamil yang mendapatkan pemeriksaan/pelayanan K1 adalah
sebanyak
203orang
(98.1%).
Adapun
ibu
hamil
yang
mendapatkan
31
Puskesmas; 98.1
Raja; 98.2
8.
Pemeriksaan/Pelayanan K4
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan/pemeriksaan K4 pada tahun
2015 adalah sebanyak 201 ( 97.1 % ). Adapun ibu hamil yang mendapat
pemeriksaan/pelayanan K4 di masing-masing kelurahan adalah kelurahan Raja
sebesar 160 orang ( 97.6 % ), Kelurahan Raja Seberang 41 ( 95.3 % ).
Grafik 8. Persentase Cakupan K-4 Bumil Menurut
Puskesmas; 97.1
Raja; 97.6
J.
Jumlah Bayi 4 bulan di wilayah Puskesmas Arut Selatan tahun 2015 adalah
sebanyak 205 bayi yang diberi ASI Eksklusif adalah sebanyak 99 bayi (48.3%).
32
Adapun bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif di Kelurahan Raja menurut jenis
kelamin Laki laki 54 bayi (74 % ), Perempuan 45 bayi ( 70.3 % ),
Grafik 9. Persentase Pemberian ASI Eksklusif
Wanita; 70.3
Pria; 74
Wilayah kerja Puskesmas Arut Selatan meliputi kecamatan Raja dan Raja
Sebrang. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan pada tahun 2015 di wilayah kerja
Puskesmas Arut Selatan sebanyak 8702 jiwa, dengan jumlah balita usia 0-4 tahun
sebanyak 443 jiwa laki-laki dan 408 jiwa perempuan sehingga berjumlah 851 jiwa.
33
Grafik 10. Presentase Kunjungan Ibu hamil, Ibu bersalin dan Persalinan Ibu yang ditolong
Nakes
207
201
192
185
188
183
174
34
Grafik 11. Presentase Jumlah Bayi Lahir Hidup, Bayi Baru Lahir yang Ditimbang,
Kunjungan Neonatus ke-1, Kunjungan Neonatus Lengkap dan Cakupan Pelayanan
Kesehatan Bayi
Grafi k bayi
Jumlah Lahir Hidup
KN1
KN4
174
174
174
174
174
188
174
188
174
35
Grafi k baduta
Jumlah BADUTA yang dilaporkan
Yang ditimbang
356
353
287
262
Grafik 12 menjelaskan jumlah bayi sampai usia 2 tahun yang dilaporkan pada
tahun 2014 adalah sebanyak 353 jiwa dan pada tahun 2015 adalah sebanyak 356 jiwa.
Jumlah BADUTA yang ditimbang pada tahun 2014 adalah sebanyak 262 jiwa atau
74.2 % kasus sedangkan pada tahun 2015 meningkat menjadi 80.6% atau 287 jiwa.
Grafik 13. Angka Cakupan ASI Eksklusif Puskesmas Arut Selatan
48.3
38.3
Grafik 13 menjelaskan jumlah angka cakupan ASI Ekslusif dari tahun 2014
sampai dengan tahun 2016. Pencatatan pemberian ASI Ekslusif ini dilakukan pada
bulan Februari dan Agustus. Pada tahun 2014 angka cakupan ASI Ekslusif adalah
36
sebanyak 48.3% kasus dan pada tahun 2015 terjadi penurunan tren menjadi 38.3%.
hasil pengumpulan data terakhir pada tahun 2016 yang dilakukan sampai bulan
agustus, angka cakupan ASI Ekslusif di tahun ini adalah sebanyak 67%.
Profil pendidikan responden penelitian :
Grafik 14. Profil Tingkat Pendidikan Responden
65
37
22
Grafik 14 menjelaskan tentang profil pendidikan responden yaitu 2 orang ibu yang
tidak sekolah, 37 ibu tamat SD, 80 ibu tamat SMP, 65 ibu tamat SMA dan 22 ibu
sarjana.
37
BAB V
DISKUSI
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada penelitian ini didapatkan bahwa Angka
Cakupan ASI Ekslusif masih dibawah target pencapaian yaitu 48.3% dari 80% pada tahun
2014 dan 38.3% dari 39% di tahun 2015 tapi ditahun 2016 data sampai bulan oktober angka
cakupan ASI Ekslusif tercapai yaitu 67% dengan target capaian 42%. Namun, hasil survey
primer dengan pengolahan kuesioner menunjukan bahwa tingkat pengetahuan ibu mengenai
laktasi, pola menyusui parsial dan segala permasalahannya belum dapat sepenuhnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi angka cakupan ASI ekslusif di Puskesmas Arut
Selatan adalah tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI namun hasil survey primer 37%
pengetahuan ibu masih rendah, 35% pengetahuan ibu sedang dan 28% pengetahuan ibu tinggi
mengenai ASI. Hal ini sebanding dengan tingkat pendidikan ibu yang belum memadai yaitu
38.8% atau 80 ibu adalah tamat SMP. Berdasarkan data kunjungan ibu hamil ditrimester akhir
adalah diatas 90% maka seharunya ibu sudah mulai mendapatkan pengetahuan dan
mempersiapkan untuk proses menyusui. Rendah pengetahuan ibu mengenai ASI
mempengaruhi pola menyusui ibu, seperti dijelaskan pada grafik 16 dan 17 di bawah ini:
Grafik 15. Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai ASI
38
Menyusui Parsial
Non-ASI
86
73
56
Grafik 17. menunjukan bahwa sikap ibu lebih banyak adalah menyusui parsial. Yang
dimaksud dengan menyusui parsial adalah menyusukan ASI Ekslusif kurang dari 7 bulan atau
menyukan ASI kurang dari 2 tahun atau menyusukan ASI yang dicampur dengan susu
formula pada anak kurang dari dua tahun. Sikap ibu yang menyusui parsial dapat berdampak
kepada tidak tercapainya pemberian ASI secara Ekslusif. Pola menyusui parsial ini tidak akan
mendominasi bila sejak awal proses menyusui ibu mendapatkan pengetahuan lebih mengenai
laktasi. Dengan tercapai target persalinan ibu yang ditolong oleh NAKES sebanyak 100%
dapat dijadikan awal pengenalan proses menyusui dalam 30-60 menit pertama berupa IMD.
Kemudian tercapainya angka kunjungan neonates pertama sampai dengan lengkap yaitu
100% seharusnya dapat dijadikan evaluasi laktasi bagi para ibu.
39
17%
27%
Puting Lecet
Puting Tenggelam
ASI tidak keluar
4%
Lain-lain
52%
laktasi pada saat anteatal sampai dengan perinatal. Kemudian, tercapainya angka kunjungan
neonates pertama, kunjungan neonates lengkap, serta tingginya kunjungan penimbangan bayi
usia 0-6 sampai 2 tahun menjadi data dasar untuk mengevaluasi proses dalam pemberian ASI,
bila dalam perjalanannya ditemukan permasalahan dalam laktasi maka klinik laktasi dapat
menjadi media konsultasi yang mana hal ini termasuk dalam program klinik laktasi kategori
postnatal.
Berikut adalah gambaran yang dibutuhkan untuk dapat terlaksananya program inovasi gizi
berupa Klinik Laktasi yang dijelaskan dalam bentuk fish bone.
Persiapan untuk mereliasikan klinik laktasi yang dijelaskan dalam bentuk tulang ikan
atau fish bone terdiri dari 5 M, yaitu :
1. Man
Munculnya program inovasi gizi berupa klinik laktasi selain karena pemasalahan
yang ada hal ini disebabkan karena antusiasme dari masyarakat untuk
mengadakan klinik laktasi di Puskesmas Arut Selatan. Yang menjadi konsultan di
klinik laktasi yaitu dokter, perawat, bidan dan ahli gizi. Para konultasn ini harus
mengikuti pelatihan konseling menyusui dengan modul pelatihan standar
WHO/UNICEF 40 jam.
2. Money
41
Salah satu syarat didirikannya klinik laktasi yaitu para konsultan telah
mendapatkan pelatihan konseling menyusui dengan modul pelatihan standar
WHO/UNICEF 40 jam dengan kisaran harga Rp. 2.000.000-4.000.000/ orang.
Selain itu, fasilitas keseehatan yang bersangkutan harus menyediakan dana untuk
perlengkapan klinik laktasi.
3. Methode
a. Pelatihan kader peduli laktasi. Pengadaan kader peduli laktasi ini dapat
diberikan tanggung jawab untuk menindak lanjuti proses laktasi pada ibu
diwilayahnya. Para kader dapat memfasilitasi pertemuan dalam bentuk
arisan bagi para ibu yang menyusui. Pertemuan arisan ini dapat digunakan
sebagai ajang sharing bagi ibu-ibu yang pernah mengalami masalah dalam
menyusui untuk berbagi pengalamannya dengan ibu-ibu yang lain, jadi
saat keluar pemenang dari pengocokan arisan, maka pemenang arisan
tersebut dapat menyiapkan topik yang sedang hangat diperbincangkan,
tidak hanya mengenai menyusui, tapi dapat pula mengenai tumbuh
kembang anak. Setiap ibu yang sudah pernah menjadi pemenang dapat
diberikan kenang-kenangan sebagai bentuk reward. Dalam pertemuan
rutin ini, para kader dapat mengevaluasi pola menyusui, tingkat
pendidikan mengenai laktasi ibu dan masalah menyusui.
b. Merutinkan penyuluhan/ seminar laktasi. Metode penyuluhan pernah
dilakukan di puskesmas Arut Selatan, namun di tahun 2015 penyuluhan
diteruskan. Pemberiaan informasi tidak hanya penyuluhan yang dilakukan
secara 1 arah, namun hal ini dapat lebih dimodifikasi menjadi Focus
Group Discussion yaitu sasaran penyuluhan akan membentuk suatu
kelompok kecil yang terdiri dari 8-12 orang dan membahas suatu masalah
tertentu dalam suasana informal dan lebih santai dengan panduan
konsultan. Selain itu, metode yang dapat digunakan workshop laktasi, hal
ini memaparkan cara menyusui bayi secara benar yang menggunakan role
model. Ibu-Ibu dapat mempraktekan langsung kepada anaknya.
c. Bekerjasama dengan bidan praktek swasta untuk menyukseskan IMD.
Dalam metode ini puskesmas dapat menerapkan metode reward bagi
para bidan yang menyukseskan program IMD dan mengenalkan klinik
laktasi kepada ibu-ibu yang melahirkan ditempat prakteknya. Reward yang
dimaksudkan merupakan suatu bentuk penghargaan atas prestasi yang
telah dibuatnya.
42
43
21
19
15
13
10
18
14
13
12
18
0
Setuju
0
0
0
Tidak Setuju
44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Data hasil angka cakupan ASI Ekslusif di Puskesmas Arut Selatan pada 2014 ke 2015
mengalami peurunan tren yaitu dari 48.3% menjadi 38.3% dan telah mengalami peningkatan
tren sementara di tahun 2016 yaitu 67% namun, saat peneliti melakukan survey primer
didapatkan 37% tingkat pengetahuan ibu masih rendah mengenai ASI dan Laktasi, 86 kasus
atau 41.7% terjadi perubahan pola menyusui ibu yaitu menjadi menyusui parsial, banyaknya
ditemukan permasalahan ibu dalam menyusui dan masukan dari masyarakat untuk
memfasilitasi Klinik Laktasi menjadi dasar pengajuan program inovasi gizi berupa Klinik
Laktasi.
Untuk membangun Klinik Laktasi Puskesmas Arut Selatan dapat menyediakan:
1. Memfasilitasi konsultan laktasi yaitu dokter/ perawat/ bidan/ ahli gizi yang sudah
mendapatkan pelatihan konseling WHO 40 jam dan antusiasme dari masyarakat
2. Metode yang dapat digunakan yaitu pelatihan kader peduli laktasi, merutinkan
penyuluhan/ seminar laktasi, bekerjasama dengan bidan untuk menyukseskan IMD,
menerapkan 10 langkah keberhasilan menuju keberhasilan menyusui.
3. Menyediakan dana untuk melakukan pelatihan konsultan laktasi dan pengadaan
kebutuhan Klinik Laktasi
4. Menyediakan fasilitas ruangan yang nyaman dan strategis untuk konsultasi
5. Klinik Laktasi yaitu dari segi machine yaitu dengan menggalakkan dan memaksimalkan
promosi ASI dipuskesmas selama minimal 2 tahun, membuat hari peduli ASI, peduli
istri, peduli si buah hati, pojok susi.
Saran
46
DAFTAR PUSTAKA
Brinch Jennifer, MPH, Menyusui Bayi Dengan Baik Dan Berhasil, Gaya Favorit Press,
Jakarta, 1986 .
Ebraim G.J, ASI, Yayasan Essentia Media, Jogyakarta, 1986
Kementerian Kesehatan Republic Indonesia. Menkes Resmikan Klinik Laktasi Rumah
Sakit Puri Cinere. 2016
Khumaidi M, Gizi Masyarakat, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1994
King F. Savage, Menolong Ibu Menyusui, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1993
Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Konseling Menyusui Dan Pelatihan Fasilitator
Konseling Menyusui. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2007
Siregar, Dr. Mhd. Arifin . Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi Oleh Ibu
Melahirkan. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat . Fakultas Kesehatan Masyarakat .
Universitas Sumatera Utara. Medan. 2004
Soetjiningsih, Dr. DSAK, ASI, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1997
Widiasih, Restuning, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. Masalah Seminar Menejemen Laktasi
Masalah-masalah dalam Menyusui. Fakultas Keperawatan. Universitas Padjajaran.
Bandung. 2008
http://www.rumahsehatterpadu.or.id/2014/10/09/6-masalah-solusi-pada-ibu-menyusui/
http://rumahasibali.blogspot.co.id/p/klinik-laktasi_8713.html
http://bunda.co.id/rsiabundajakarta/id_ID/klinik-laktasi/
http://www.kemangmedicalcare.com/doctors-schedule/konsultasi-laktasi.html
http://www.rspermatadepok.com/index.php/en/13-pelayanan/32-klinik-laktasi
47
http://www.rspermatadepok.com/index.php/en/13-pelayanan/32-klinik-laktasi
48
LAMPIRAN
49