Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Anak merupakan masa depan dan generasi penerus bangsa yang harus dilindungi dan
dijamin kesejahteraannya, karena masa kanak-kanak adalah masa pertumbuhan sehingga
apapun yang terjadi pasa masa pertumbuhan ini akan berpengaruh sangat besar bagi
perkembangan anak selanjutnya hingga dewasa. Didalam masyarakat seorang anak harus
mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kekerasan dan kejahatan yang membahayakan
keselamatan anak. Sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea ke 4 yaitu Melindungi segenap bangsa dan
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mensejahterakan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia ( Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia.)
Mengenai batasan anak dibawah umur, dapat dipedomani dalam peraturan perundangundangan yang berlaku seperti Undang-Undang Perlindungan Anak, Undang-Undang
kesejahteraan Anak dan Undang Undang peradilan anak yang sangat diperlukan dalam
menganalisa masalah tindak pidana perkosaan terhadap anak dibawah umur. Menurut
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan anak menyebutkan bahwa
yang dikategorikan sebagai anak tertuang dalam pasal 1ayat 1 adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan (Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak).
Pemerkosaan secara umum adalah suatu tindakan kriminal disaat si korban dipaksa
untuk melakukan hubungan seksual, khususnya penetrasi dengan alat kelamin, diluar
kemauan sendiri (UCSC,2010). Komnas Perlindungan Anak Indonesia menyatakan bahwa
kekerana pada anak selalu meningkat di tiap tahunnya. Dari hasil pemantauan KPAI 2011
sampai 2014, terjadi peningkatan yang signifikan di mana menurut Wakil Ketua KPAI,
Maria Advianti pada tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013
4311 kasus, 2014 ada 5066 kasus. Tetapi pada kenyataanya sangat sedikit kasus perkosaan
terhadap anak dibawah umur yang tertangkap tangan pada saat pelaku sedang melakukan
kejahatan pemerkosaan tersebut. Sebagian besar kasus-kasus tersebut diketahui berasal dari
laporan keluarga koban, karena telah terjadi luka pada bagian tubuh anak tersebut atau cerita
polos dari ank-anak yang bersangkutan mengenai peristiwa yang dialami tanpa disadari
1
bahwa telah menjadi korban perkosaan oleh pelaku kejahatan tersebut. Oleh karena itu,
tidak hanya keluarganya yang berperan aktif akan tetapi seluruh lapisan masyarakat harus
berperan aktif dan memperhatikan, melindungi dan menjaga.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami tertarik untuk menulis dan menganalisa tentang
perkosaan pada anak sebagai judul referat kami.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa defenisi Pemerkosaan?
2. Berapa Prevalensi perkosaan anak di Indonesia?
3. Apa saja yang termasuk jenis-jenis pemerkosaan?
4. Apa penyebab terjadinuya tindak pidana permerkosaan?
5. Apa saja pemeriksaan untuk korban pemerkosaan?
6. Apa saja tanda bukti adanya pemerkosaan?
7. Bagaimana dampak dari tindakan pemerkosaan?
8. Bagaimana tindakan pemerkosaan dipandanng dari aspek hukum?
I.3 Tujuan Penelitian
I.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui aspek ilmu kedokteran forensik medikolegal pada kasus pemerkosaan
anak.
I.3.2. Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
I.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan pemerkosaan terhadap anak
2. Meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman
mahasiswa
mengenai
aspek
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kejahatan Seksual
II.1.1 Defenisi
Kejahatan seksual merupakan semua tindakan seksual, percobaan tindakan
seksual, komentar tidak diinginkan, perdagangan seks, dengan menggunakan paksaan,
ancaman, paksaan fisik oleh siapa saja tanpa memandang hubungan dengan korban,
dalam dalam situasi apa saja, termasuk tapi tidak terbatas pada rumah dan pekerjaan
(JASC, 2005)
II.1.2 Kategori Kejahatan Seksual
Kejahatan seksual dapat dikategorikan menjadi (USLEGAL,2010) :
Non- konsesual, memaksa perilaku seksual fisik seperti pemerkosaan atau
penyerangan seksual.
Psikologis bentuk pelecehan, seperti pelecehan seksual, perdagangan manusia,
mengintai, dan eksposur tidak senonoh tapi bukan eksibisionisme.
Pengunaan posisi kepercayaan untuk tujuan seksual, seperti pedofilia dan semburit,
kekerasan seksual.
Perilaku dianggap oleh pemerintah tidak sesuai.
Bentuk kejahatan seksual yang paling banyak adalah pelecehan seksual, namun
ini hanya berdasarkan keterangan korban dan tidak dapat dibuktikan dengan barang bukti,
3
Pasal 281
Diancam dengan pidana penjara paling lama dengan 2 tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:
1. Barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan;
2. Barang siapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ
paling lama Sembilan bulan atau pidan denda paling banyak empat ribu lima ratus
puliah.
3) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama sebagai
pencarian atau kebiasaan, dapat dijatuhkan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak tujuh puluh lima ribu rupiah.
Pasal 283
1.) Diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau pidana denda
paling banyak Sembilan ribu rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan
untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau meperlihatkan
tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk
mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seseorang yang belum dewasa,
dan yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa umumnya belum tujuh
belas tahun, jika isi tulisan, gambaran, benda atau alat itu telah diketahuinya.
2.) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa membacakan isi tulisan yang
melanggar kesusilaan dimuka orang yang belum dewasa sebagaimana dimksud
dalam ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.
3.) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana kurungan
paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak Sembilan ribu rupiah,
barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus atau sementara waktu,
menyerahkan atau memperlihatkan, tulisan, gambaran atau benda yang melanggar
kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada
orang yang belum dewasa sebagaimana di maksud pada ayat pertama, jika ada
alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan, gambaran atau benda yang
melanggar kesusilaan atau alat itu adalah alat untuk mencegah atau
menggugurkan kehamilan.
Pasal 283 bis
Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan tersebut dalam pasal 282 dan 283
dalam menjalankan pencariannya dan ketika itu belum lampau dua tahun sejak
adanya pemidanaan yang menjadi pasti karena kejahatan semacam itu juga, dapat
dicabut haknya untuk menjalankan pencarian tersebut.
5
Pasal 284
1) Diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan:
1. a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel), padahal
diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya.
b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal diketahui
bahwa pasal 27 BW berlaku baginya.
2. a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya
bahwa yang turut bersalah telah kawin
b. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu,
padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27
BW berlaku baginya.
2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/ istri yang tercemar,
dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW,dalam tenggang waktu tiga bulan
diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah-meja dan ranjang karena alas an itu
juga.
3) Terhadap pengaduan ini tidak diberlakukan pasal 72, 73, dan 75.
4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan
belum dimulai.
5) Jika bagi suami istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama
perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Pasal 286
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal
diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 287
1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan, padahal
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umumnya belum lima belas
tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawin,
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
2) Penuntutan hanya dapat dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita
belum sampai dua belas tahun atau jika salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan
pasal 294.
Pasal 288
1) Barang siapa dalam perkawinan bersetubuh dengan seorang wanita yang
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa yang bersangkutan belum
waktunya untuk dikawin. Apabila perbuatan mengakibatkan luka-luka diancam
dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling
Pasal 291
1) Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286, 287, 289, dan 290
mengakibatkan luka luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
2) Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 285, 286, 287, 289, dan 290
mengakibatkan kematian dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 292
Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin,
yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya sebelum dewasa, diancam
uang
atau
barang,
sengaja
menggerakan
orang
sebelum
dewasa
dan
baik
yang
belum
dewasa
yang
pemeliharaannya,
pendidikan
atau
1. Dengan pidana penjara paling lama lima tahun barang siapa dengan
sengaja menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul
oleh anakny, anak tirinya, anak angkatnya, anak dibawah pengawasannya
yang belum dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa yang
pemeliharaannya, pendidikan atau penjaganya diserahkan kepadanya,
ataupun oleh bujangnya atau bawahannya yang belum cukup umur
dengan orang lain.
2. Dengan pidana penjara paling lama empat tahun barang siapa dengan
sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali
yang tersebut dalam butir 1 diatas, yang dilakukan oleh orang yang
diketahuinya belum dewasa atau yang sepatutnya harus diduganya
demikian dengan orang lain.
2) Jika yang melakukan kejahatan itu sebagai perncarian atau kebiasaan, maka
Pasal 298
1) Dalam hal pemidanaan berdasarkan salah satu kejahatan dalam pasal 281, 284
290 dan 292 297, pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No 1-5 dapat
dinyatakan.
2) Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan berdasarkan pasal 292 297
dalam melakukan pencahariannya, maka hak untuk melakukan pencaran itu
dapat dicabut.
Pasal 299
1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbukan harapan bahwa karena
Pasal 1
- Ayat 1
-
Pasal 9
- Ayat 1a. : Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari
kejahatan seksual dan kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan,
10
Pasal 59
Perlindungan Khusus kepada Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada:
a. Anak dalam situasi darurat;
b. Anak yang berhadapan dengan hukum;
c. Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi
d. Anak yang dieksploitasi secara ekonomi
e. Anak yang menjadi korban penyalahgunaan dan/atau seksual; narkotika, alkohol,
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Tuanya.
Pasal 76 C
Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau
11
Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang disusun oleh W.J.S Poerwadarminta,
pengertian perkosaan dilihat dari etiologi atau asal kata yang dapar diuraikan sebagai berikut
(W. J. S Poerwadarminta,1984) :
Perkosa : gagah; paksa; kekerasan; perkasa.
Memperkosa : 1) Menundukan dan sebagainya dengan kekerasan.
2) Melanggar ( menyerang dan sebagainya) dengan kekerasan
Perkosaan : 1) perbuatan memperkosa; penggagahan; paksaan.
2) Pelanggaran dengan kekerasan.
Menurut Soetandy Wignjosoebroto ( seperti yang dikutip oleh Suparman Marzuki
dalam bukunya yang berjudul Pelecehan Seksual, mendefinisikan perkosaan sebagai
berikut : Perkosaan adalah suatu usaha melampiaskan nafsu seksual oleh seorang laki-laki
terhadap seorang perempuan dengan cara yang menurut moral dan atau hukum yang berlaku
melanggar ( Topo Santos, 1997 ).
Menurut Wirdjono Prodjodikoro mengungkapkan bahwa perkosaan adalah :
Seorang laki-laki yang memaksa seorang perempuan yang bukan istrinya untuk bersetubuh
dengan dia, sehingga sedemikian rupa ia tidak dapat melawan, maka dengan terpaksa ia mau
melakukan persetubuhan itu ( Wirdjono Prodjodikoro , 1986 )
Menurut R Sugandhi, mendefinisikan perkosaan adalah sebagai berikut : Seorang
pria yang memaksa pada seorang wanita bukan istrinya untuk melakukan persetubuhan
dengannya dengan ancman kekerasan, yang mana diharuskan kemaluan pria telah masuk ke
dalam lubang kemaluan seorang wanita yang kemudian mengeluarkan air mani ( R.
Sugandhi, 1980 ).
Umumnya negara-negara maju mendefiniskan perkosaan sebagai perbuatan
bersenggama yang dilakukan dengan menggunakan kekerasan ( forc ), menciptakan
ketakutan (fear) atau dengan cara memperdaya ( fraud) ( Dahlan Sofwan, 2007).
Menurut undang undang Republik Indonesia no 27 tahun1998 pasal 285 Kitab
Undang- Undang Hukum Pidana perkosaan didefinisikan Barang siapa dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengannya,
dihukum karna memperkosa, dengan hukuman penjara selama lamanya 12 tahun ( Dahlan
Sofwan, 2007).
12
13
II.2.4 Tindak Pidana Perkosaan Menurut Kitab Undang- Undang Hukum Pidana
Tindak pidana pemerkosaan diatur dalam pasal 285 KUHP, Bab XIV tentang kejahatan
terhadap kesusilaan. Namun demikian ada pasal-pasal lain yang dapat digunakan untuk
menjaring pelaku perkosaan, yaitu pasal 268 dan 287 KUHP, pasal 285 KUHP sifatnya adalah
pasal pokok kasus perkosaan. Ketiga pasal tersebut mengandung unsur yang sama yaitu adanya
persetubuhan diluar perkawinan.
Pasal 285 KUHP berbunyi sebagai berikut :
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh
dengan dia diluar pernikahan, diancam karena melakukan perkosaan, dengan pidana penjara
negara paling kama dua belas tahun.
Dengan demikian unsur-unsur asal yang terdapat dalam pasal 285 KUHP adalah sebagai berikut :
a. Barang siapa
Jika dimaknai pasal 2, 44, 45, 46, 48, 49, 50, dan 51 KUHP dapat disimpulkan bahwa
barang siapa adalah orang atau subjek tindak pidana adalah orang atau manusia.
b. Kekerasan
Yang dimaksud dengan kekerasan adalah kekuatan fisik atau perbuatan fisik
menyebabkan orang lain secara fisik tidak berdaya tidak mampu melakukan perlawanan
atau pembelaan. Wujud dari kekerasan dalam tindak pidana perkosaan antara lain berupa
14
mendekap, mengikat, menindih, memegang, melukai, dan perbuatan fisik yang secara
objektif dan fisik menyebabkan orang yang terkena tidak berdaya.
c. Ancaman kekerasan
Ancaman kekerasa adalah serangan psikis yang menyebabkan orang menjadi ketakutan
sehingga tidak mampu melakukan pembelaan atas perlawanan atau kekerasan yang belum
diwujudkan tapi yang menyebabkan orang yang terkena tidak mempunyai pilihan lain
selain mengikuti orang yang mengancam dengan kekerasan.
d. Unsur memaksa
Dalam perkosaan menunjukkan adanya pertentangan kehendak antara pelaku dan koraban.
Pelaku ingin bersetubuh, sementara korban tidak ingin. Karenanya tidak ada pemerkosaan
apabila tidak ada pemaksaan dalam arti hubungan itu dilakukan atas dasar suka sama suka.
Jadi tidak ada kekerasan atau ancaman kekerasan bila tidak memaksa.
e. Adanya persetubuhan
Dalam KUHP tidak ditemukan pengertian dari persetubuhan. Persetubuhan dalam arti
biologi adalah suatu perbuatan yang memungkinkan terjadinya kehamilan, sehingga harus
terjadi ereksi penis, penetrasi penis ke dalam vagina, dan ejakulasi penis dalam vagina.
f. Diluar perkawinan
Maksudnya adalah persetubuhan secara paksa dengan kekerasan atau anacaman
kekerasanitu dilakukan terhadap seorang wanita yang bukan istrinya. Hal itu berarti bahwa
seorang suami tidak mungkin dituntut telah melakukan pemerkosaan terhadap istrinya atas
adasar Pasal 285 KUHP. Harus diakui pembuktian dalam tindak pidana pemerkosaan adalah
sangat sulit, sebab pihak yang berwenang harus memastikan benar apakah perbuatan
persetubuhan tersebut dilakukan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
15
Sedangkan pengertian anak menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah keturunan kedua
yang berarti dari seorang pria dan seorang wanita yang melakkan keturunannya, yang dimana
keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur yang kemudian berkembang biak di
dalam rahim wanita berupa kandungan dan kemudian wanita tersebut pada waktunya nanti
melahirkan keturunannya.
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan yang maha Esa, yang dalam dirinya melekat
harkat dan martabat secara keseluruhan . Anak merupakan makluk sosial,hal ini sama dengan
orang dewasa,anak tidak dapat tumbuh dan berkembang sendiri tanpa adanya orang lain. Karena
anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat
mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Anak harus kita jaga dan lindungi karena:
a. Anak mempunyai sifat dan ciri khusus
b. Anak sebagai potensi tumbuh kembang bangsa di masa depan
c. Anak tidak dapat melindungi dirinya sendiri dari perlakuan salah dari orang lain.
Anak merupakan tunas, sumber potensi dan generasi muda penerus perjuangan cita-cita
bangsa di masa yang akan datang nantinya. Oleh karena itu harus kita jaga dan kita lindungi dari
perbuatan buruk atau sebagai korban dari perbuatan buruk seseorang.
diperhatikan bahwa yang dikategorikan sebagai anak adalah dibawah usia dua puluh satu
tahun dan belum pernah kawin.
d. Undang Undang No.3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
Di dalam Undang-Undang ini, yang dikategorikan sebagai anak terdapat dalam pasal 1
ayat (1) yang menyebutkan anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah
mencapai umur 8 tahun tetapi balum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah kawin .
Dari penjelasan pasal ini dapat diketahui bahwa yang dikatakan sebagai anak adalah
seorang yang berumur delapan samapi delapan belas tahun.
e. Undang- Undang No.39 Tahun 1999 tentang hak Asasi Manusia
Di dalam Undang-Undang ini, yang dikategorikan sebagai anak terdapat dalam pasal 1
ayat (5) yang menyebutkan anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 tahun
dan belum menikah termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut
adalah untuk kepentingannya . Menurut pasal ini, yang dikategorikan sebagai anak
f.
adalah mulai dalam kandungan sampai usia delapan belas tahun dan belum menikah.
Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Di dalam Undang-Undang ini, yang dikategorikan sebagai anak terdapat dalam pasal 1
ayat (1) yang menyebutkan anak adalah seseorang yang berusia dibawah 18 tahun
termasuk anak yang masih dalam kandungan . Menurut pasal tersebut diatas bahwa yang
dikategorikan sebagai adalah yang berusia dibawah delapan belas tahun sampai sampai
pembinaan mental korban akibat peritiwa yang dialami korban. Adapun beberapa faktor yang
dapat mendukung pelayanan terhadap anak korban kejahatan menurut Arif Gosita antara lain:
a. Keinginan untuk mengembangkan perlakuan adil terhadap anak peningkatan kesejahteraan
anak.
b. Hukum kesejahteraan yang dapat mendukung pelaksanaan pelayanan terhadap anak korban
kejahatan.
c. Sarana yang dapat dimanfaatkan
kejahatan.
waktunya.
Miscellaneous: yang tidak termasuk semua kategori diatas.
gangguan stres pasca trauma, kegelisahan, gangguan makan, rasa rendah diri yang buruk,
gangguan identitas pribadi dan kegelisahan. Gangguan psikologis yang umum seperti somatisasi,
sakit saraf, sakit kronis, perubahan perilaku seksual, masalah sekolah atau belajar, dan masalah
perilaku termasuk penyalahgunaan obat terlarang, perilaku menyakiti diri sendiri, kekejaman
terhadap hewan, kriminalitas ketika dewasa dan bunuh diri. Pola karakter yang spesifik dari
gejala- gejala yang belum teridentifikasi.
Sebuah studi yang didanai USA Natinonal Drug abuse menemukan bahwa Diantara
lebih dari 1400 perempuan dewasa, pelecehan seksual pada masa kanak-kanak terkait dengan
ketergantungan obat terlarang, alkohol dan ganguan kejiwaan. Ratio keterkaitan itu sangat
terlihat: misalnya, perempuan yang mengalami pelecehan seksual non kelamin pada masa kecil
2,83 kali besar ketergantungan obat ketika dewasa dibandingkan perempuan normal.
II. 3. 6 Pemeriksaan
II. 3. 6. 1 Anamnesa
Pada umumnya anamnesa yang diberikan oleh orang sakit dapat dipercaya. Sebaliknya
anamnesa yang diperoleh dari korban tidak selalu benar. Terdorong oleh berbagai maksud atau
perasaan, korban mungkin mengatakan hal yang tidak benar. Anamnesa merupakan sesuatu yang
tidak bisa dilihat dan ditemukan oleh dokter, bukan hasil pemeriksaan objektif, jadi anamnesa
tidak dimasukkan ke dalam visum et repertum. Anamnesa dibuat terpisah dan dilampirkan pada
visum et repertum dibawah kalimat keterangan yang diperoleh dari korban. dalam mengambil
anamnesa dokter meminta kepada korban untuk menceritakan segala sesuatu tentang kejadian
itu. Anamnesa terdiri dari bagian yang bersifat umum dan khusus (Fauzih A,Lucyanawati
M,Hanifa I,et al,2008).
a. Umum
19
kondom.
b. Khusus
Waktu kejadian
Kalau antara kejadian dan dilaporkan kejadian pada pihak yang berwajib terpisah
beberapa hari atau beberapa minggu, orang sudah dapat mengira bahwa itu bukan
peristiwa pemerkosaan, tetapi persetubuhan yang pada dasarnya telah disetujui oleh
20
Adakah tanda-tanda bekas kekerasan memar atau luka lecet pada daerah mulut,
lama atau baru dan catat lokasi rupture tersebut. Tentukan besar orifisium.
Periksa frenulum labiorum pudenda dan comissura labiorum posterior utuh atau
tidak.
Periksa vagina dan speculum bila keadaan alat genital memungkinkan.
Periksa tanda-tanda adanya penyakit kelamin.
Periksa tanda-tanda kehamilan.
Hymen annularis
Hymen labiiformis
Hymen semilunaris
Hymen fimbriatus
21
Hymen corolliformis
Hymen eribriformis
Hymen imperforatus
Hymen myrtiformis
Umur Korban
Umur korban snagat perlu ditentukam pada pemeriksaan medis, Karen ahal ini
menentukan jenis delik (delik aduan atau bukan), jenis pasal yang dilanggar dan jumlah
hukuman yang dapat dijatuhkan. Dalam hal korban mengetahui secara pasti tanggal lahirnya
atau umurnya, apalagi jika dikuatkan oleh bukti diri (KTP, SIM, dsb), maka umur dapat
langsung disimpulkan dari hal tersebut. Akan tetapi jika korban tidak mngetahui umurnya
secara pasti maka perlu diperiksa erupsi gigi molar II dan molar III pada usia 17 sampai 21
tahun. Untuk wanita yang telah tumbuh rambut molar II sudah mengalami mineralisasi gigi.
22
Jika setengah sampai seluruh mahkota molar III sudah mengalami mineralisasi (terbentuk),
tapi akarnya belum maka usianya kurang dari 15 tahun. Criteria sudah tidaknya wanita
mengalami haid pertama atau menarche tak dapat dipakai untuk menentukan umur karena
usia menarche saat ini tidak lagi pada usia 15 tahun tetapi seringkali jauh lebih muda dari
itu.
Tanda Kekerasan
Yang dimaksud dengan kekerasan pada detik asusila adalah kekerasan yang
menunjukkan adanya unsure pemaksaan, seperti jejas bekapan pada hidung, mulut dan bibir,
jejas cekik pada leher, kekerasan pada kepala, luka lecet pada punggung atau bokong akibat
penekanan, memar pada lengan atas dan paha akibat pembukaan secara paksa, luka lecet
pada pergelangan tangan akibat pencekalan. Adanya luka-luka jenis ini harus dibedakan
dengan luka-luka akibat foreplay pad persetubuhan yang biasa seperti luka isap
(cupang) pada leher, daerah payudara dan sekitar kemaluan, cakaran pada punggung (yang
sering terjadi saat orgasme). Luka-luka yang terakhir ini memang merupakan kekerasan
tetapi bkan kekerasan yang dimaksud pada delik perkosaan. Adanya luka-luka jenis ini harus
dinyatakan secara jelas dalam kesimpulan visum et repertum untuk menghindari kesalahan
interpretasi oleh aparat penegak hukum. Tanpa adanya kejelasan ini suatu kasus
persetubuhan biasa bisa disalahtafsirkan sebagai perkosaan untuk beberapa jenis obatobatan yang umum digunakan untuk membuat orang mabuk atau pingsan perlu dilakukan,
karena tindakan membuat orang mabuk atau pingsan secara sengaja dikategorikan juga
sebagai kekerasan. Obat-obatan yang perlu diperiksa adalah obat penennang, alcohol, obat
tidur, obat perangsang (termasuk acstasy).
Tanda Persetubuhan
Tanda penetrasi biasanya hanya jelas ditemukan pada korban yang masih kecil
atau belum pernah melahirkan atau multipara. Pada korban-korban ini penetrasi dapat
menyababkan terjadinya robekan selaput dara sampai ke dasar pada lokasi pukul 5 sampai 7,
luka lecet, memar sampai luka robek baik di daerah liang vagina, bibir kemaluan maupun
daerah perineum. Adanya penyakit keputihan akibat jamur Candida misalnya dapat
menunjukan adanya erosi yang dapat disalah artikan sebagai luka lecet oleh pemeriksa yang
kurang berpengalaman. Tidak ditemukannya luka-luka tersebut pada korban yang bukan
multipara tidak menyingkirkan kemungkinan adanya penetrasi. Tanda ejakulasi bukanlah
23
tanda yang harus ditemukan pada persetubuhan, meskipun adanya ejakulasi memudahkan
kita secara pasti menyatakan bahwa telah terjadi persetubuhan. Ejakulasi dibuktikan dengan
pemeriksaan ada tidaknya sperma dan komponen cairn mani.
Pelaku Pemerkosaan
Aspek pelaku pemerkosan merupakan aspek yang paling sering dilupakan oleh
dokter. Padahal tanpa adanya pemeriksaan kearah ini, walaupun telah terbukti adanya
kemungkinan pemerkosaan. Amatlah sulit menuduh seseorang sebagai pelaku pemerkosaan.
Untuk mendapatkan informasi ini dapat dilakukan pemeriksaan kutikula rambut dan
pemeriksaan golongan darah dan pemeriksaan DNA dari sampel yang positif sprema atau air
maninya.
vestibulum.
Penentuan Spermatozoa
Tanpa Pewarnaan :
Setetes cairan vagina diletakan di atas kaca benda dan diperiksan dengan pembesaran 500
kali dengan kondensor diturunkan. Perhatikan apakah spermatozoa bergerak. Dapat
diambil sebagai patokan bahwa spermatozoa masih bergerak kira-kira 4 jam postkiotal.
Dengan Pewarnaan :
24
Buat sediaan apus dari cairan vagina pada kaca benda, keringkan di udara, fiksasi dengan
api, warnai dengan Malachite-green 1% dalam air, tunggu 10-15 menit, cuci dengan air,
warnai dengan eosin-yellowish 1% dalam air, tunggu 1 menit, cuci dengan air, keringkan
dan diperikasa dibawah mikroskop. Hasil yang diharapkan adalah bagian basis kepala
25
letaknya semula. Dengan demikian letak bercak mani pada bahan dapat dilokasi.
Pemeriksaan tersangka pelaku persetubuhan
Pemeriksaan terhadap tersangka pelaku kejahatan kesusilaan dapat dilakukan melalui
pemeriksaan langsung dan pemeriksaan laboratorium, setelah sebelumnya dapat dilakuan
wawancara. Pemeriksaan langsung dapat dilakukan terhadap pakaian. Perlu dicatat adanya
bercak semen, darah, dan lain lain pada pakaian tersangka. Penentuan golongan darah
penting untuk dilakukan. Mungkin dapat ditentukan tanda tanda bekas kekerasan akibat
perlawanan oleh korban. Pemeriksaan laboratorium terhadap tersangka pelaku dilakukan
untuk menentukan apakah seorang pria baru melakukan persetubuhan dengan mencari ada
tidaknya sel epitel vagina pada glans penis. Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah
cairan yang masih melekat di sekitar corona glandis. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
menekankan kaca objek pada glans penis, daerah korona, atau frenulum, kemudian diletakan
terbalik di atas cawan yang berisi larutan lugol. Uap yodium akan mewarnai lapisan pada
kaca objek tersebut. Sitoplasma sel epitel vagina akan berwarna coklat tua karena
mengadung glikogen. Warna coklat tadi cepat hilang namun dengan meletakan kembali
sediaan di atas cairan lugol maka warna coklat akan kembali lagi. Pada sedian ini dapat pula
ditemukan adanya spermatozoa.
26
Pemeriksaan DNA
Pertama kali diperkenalkan oleh Jeffrey pada tahun 1985. Beliau menemukan bahwa pita
DNA dari setiap individu dapat dilacak secara simultan pada banyak lokus sekaligus dengan
pelacak DNA (DNA probe) yang diciptakannya. Pola DNA ini dapat divisualisasikan berupa
urutan pita pita yang berbaris membentuk susunan yang mirip dengan gambaran barcode
pada barang disupermarket. Uniknya ternyata pita pita DNA ini bersifat spesifik individu,
sehingga tidak ada orang yang memiliki pita yang sama persis dengan orang lain. Pada kasus
perkosaan ditemukannya pita pita DNA dari benda bukti atau korban yang ternyata identik
dengan pita pita DNA tersangka menunjukan bahwa tersangkalah yang menjadi donor
sperma. Adanya kemungkinan percampuran antara sperma pelaku dan cairan vagina tidak
menjadi masalah, karena pada proses kedua jenis DNA ini dapat dipisahkan satu sama lain.
Satu satunya kesalahan yang mungkin terjadi adalah kalau pelakunya memiliki saudara
kembar identik. Perkembangan lebih lanjut
pelacak DNA yang hanya melacak satu lokus saja ( single locus probe ). Berbeda dengan
teknik jeffreys yang menghasilkan banyak
Penggunaan metode ini pada kasus perkosaan sangat menguntungkan karena ia dapat
digunakan untuk membuat perkiraan jumlah pelaku pada kasus perkosaan dengan pelaku
lebih dari satu. Ditemukannya metode penggandan DNA secara enzimatik (polymerase
Chain Reaction atau PCR ) membuka lebih banyak kemungkinan pemeriksaan DNA.
Dengan metode ini bahan sampel yang sangat sedikit jumlahnya tidak lagi menjadi masalah
karena DNAnya dapat diperbanyak jutaan sampai milyaran kali lipat di dalam mesin yang
dinamakan mesin PCR atau thermocycler. Dengan metode ini waktu pemeriksaan juga
banyak dipersingkat, lebih sensitif serta lebih spesifik pula. Pada metoda ini analisis DNA
dapat dilakukan dengan system dotblot yang berbentuk bulatan berwarna biru, sitem
elektroforesis yang berbentuk pita DNA atau dengan pelacakan urutan basa dengan metode
sekuensing.
27
BAB III
PENUTUP
III. 1. Kesimpulan
Pemerkosaan adalah perbuatan bersenggama yang dilakukan dengan menggunakan
kekerasan (force), menciptakan ketakutan (fear) atau dengan cara memperdaya (fraund), dimana
korbannya bisa menimpa berbagai golongan umur, salah satunya adalah anak dibawah umur,
menurut KUHP dalam pasal 287 ayat (1) yang intinya usia yang dikategorikan sebagai anak
adalah seseorang yang belum mencapai usia lima belas tahun. Di Indonesia Komnas
Perlindungan Anak mencatat sepanjang tahun 2011 tercatat 1.020 atau setara dengan dengan
62,7% anak mengalami kekerasan seksual dalam bentuk sodomi, perkosaan, dan pencabulan
selebihnya adalah kekerasan fisik dan psikis. Menurut jenisnya perkosaan terdiri dari perkosaan
yang pelakunya sudah dikenal korban dan oleh orang tidak dikenal. Terjadinya tindak perkosaan
disebabkan oleh banyak hal yaitu kurangnya pengetahuan tentang seksualitas, kurangnya
kepedulian orang tua terhadap anak. Perkosaan pada anak akan menimbulkan dampak,
psikologis, emosional, fisik dan sosialnya meliputi depresi, gangguan stress paksa trauma,
kegelisahan, gangguan makan, rasa rendah diri yang buruk, gangguan indentitas pribadi dan
kegelisahan. Gangguan psikologis yang umum seperti somatisasi, sakit saraf, sakit kronis,
perubahan prilaku seksusal, masalah sekolah atau belajar, dan masalah prilaku termasuk
penyalahgunaan obat terlarang, perilaku menyakiti diri sendiri, kekejaman terhadap hewan,
kriminalitas ketik dewasa dan bunuh diri. Dilihat dari aspek hukum perkosaan masuk dalam
KUHP pasal 285, 286 dan 287.
Sebagai dokter apabila mendapat kasus pasien perkosaan, perrtama yang kita minta
adalah surat permintaan visum, kemudian kita lakukan pemeriksaan dimana pada kasus
perkosaan akan ditemukan tanda tanda kekerasan dn persetubuhan, untuk membuktikan pelaku
28
perkosaan dibutuhkan pemeriksaan labortorium yaitu: Tes DNA dan golongan darah. Kemudian
kita tuangkan seluruh hasil pemriksaan kedalam surat Visum Et Repertum.
DAFTAR PUSTAKA
30