You are on page 1of 16

ETIKA PENYAMPAIAN INFORMASI

A. TUGAS APOTEKER DALAM KEFARMASIAN


Apoteker adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan kewenangan di
bidang kefarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri, pendidikan, dan
bidang lain yang masih berkaitan dengan bidang kefarmasian. Pendidikan
apoteker dimulai dari pendidikan sarjana, kurang lebih empat tahun, ditambah
satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker. Profesi apoteker ini merupakan
salah satu profesi di bidang kesehatan khususnya di bidang farmasi yang
ditujukan untuk kepentingan kemanusiaan. Kepentingan kemanusiaan yang
dimaksud adalah mampu memberikan jaminan bahwa mereka memberikan
pelayanan, arahan atau bimbingan terhadap masyarakat agar mereka dapat
menggunakan sediaan farmasi secara benar. Sediaan farmasi terutama obat
bukanlah zat atau bahan yang begitu saja aman digunakan. tanpa keterlibatan
tenaga profesional.
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 13). Dalam hal
ini praktek kefarmasian adalah meliputi pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
Tugas apoteker antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bertanggung jawab atas proses pembuatan obat. Meskipun obat dibuat oleh
asisten apoteker.
2. Kehadirannya ditempat bertugas diatur oleh undang-undang No. 23 Tahun
1992 tentang kesehatan.
3. Wajib berada ditempat selama apotek jam apotek buka.
4. Wajib menerangkan kepada konsumen tentang kandungan obat yang
ditebus. Penjelasan ini tidak dapat di wakilkan kepada asisten apoteker
ataupun petugas apotek lain.
5. Membahas dan mendiskusikan resep obat langsung kepada dokter, bukan
asisten atau petugas apotek.
6. Wajib menjaga kerahasiaan resep pasien.

Dengan kata lain, Apoteker bertanggung jawab dari A sampai Z sebuah sediaan
farmasi berupa obat, obat tradisional, suplemen, ataupun alat kesehatan.
B. DEFINISI INFORMASI OBAT
Ada berbagai macam definisi dari informasi obat, tetapi pada umumnya
maksud dan intinya sama saja. Salah satu definisinya adalah, informasi obat
adalah setiap data atau pengetahuan objektif, diuraikan secara ilmiah dan
terdokumentasi mencangkup farmakologi, toksikologi, dan farmakoterapi obat.
Informasi obat mencangkup, tetapi tidak terbatas pada pengetahuan seperti
nama kimia, struktur dan sifat-sifat, identifikasi, indikasi diagnostik atau
indikasi terapi, mekanisme kerja, waktu mulai kerja dan durasi kerja, dosis dan
jadwal pemberian, dosis yang direkomendasikan, absorpsi, metabolisme
detoksifikasi, ekskresi, efek samping danreaksi merugikan, kontraindikasi,
interaksi, harga, keuntungan, tanda, gejala dan pengobatan toksisitas, efikasi
klinik, data komparatif, data klinik, data penggunaan obat, dan setiap informasi
lainnyayang berguna dalam diagnosis dan pengobatan pasien (Siregar, 2004).
Definisi pelayanan informasi obat adalah; pengumpulan, pengkajian,
pengevaluasian, pengindeksan, pengorganisasian, penyimpanan, peringkasan,
pendistribusia, penyebaran serta penyampaian informasi tentang obat dalam
berbagai bentuk dan berbagai metode kepada pengguna nyata dan yang
mungkin (Siregar, 2004).
C. Ruang Lingkup Pelayanan Informasi Obat
Ruang lingkup jenis pelayanan informasi rumah sakitdi suatu rumah sakit,
antara lain:
a. Pelayanan informasi obat untuk menjawab pertanyaan
b. Pelayanan informasi obat untuk mendukung kegiatan panitia farmasi dan
terapi
c. Pelayanan informasi obat dalam bentuk publikasi
d. Pelayanan informasi obat untuk edukasi
e. Pelayanan informasi obat untuk evaluasi penggunaan obat
f. Pelayanan informasi obat dalam studi obat investigasi
D. STRATEGI PENCARIAN INFORMASI SECARA SISTEMIK
Proses menjawab pertanyaan yang diuraikan dibawah ini adalah suatu
pendekatan yang sebaiknya digunakan oleh apoteker di rumah sakit.
a) Mengtahui pertanyaan yang sebenarnya.

Menetapkan informasi obat sebenarnya yang dibuthkan penanya adalah


langkah pertama dalam menjawab suatu pertanyaan. Hal ini dapat dilakukan
dengan menggolongkan jenis penaya, seperti dokter, apoteker, perawat, dan
sebagainya, serta informasi latar belakang yang perlu (Siregar, 2004).
Penggolongan penanya dapat dilakukan secara otomatis jika penanya
memperkenalkan

dirinya,

tetapi

kadang-kadang

apoteker

harus

menanyakan, terutama jika berkomunikasi melalui telepon. Dengan


mengetahui jenis penanya, akan membantu apoteker dalam memberikan
jawaban yang benar-benar ia perlukan (Siregar, 2004).
b) Mengumpulkan data khusus pasien
Apabila pertanyaan melibatkan seorang pasien, adalah penting untuk
memperoleh informasi latar belakang tentang pasien sebelum menjawab
suatu pertanyaan yang berbeda-beda sesuai dengan jenis pertanyaan. Umur,
bobot, jenis kelamin biasanya diperlukan. Kekhususan tentang kondisi
medis pasien seperti diagnosis sekarang, fungsi ginjal dan hati, sering
diperlukan. Dalam beberapa kasus diperlukan juga sejarah obat yang
lengkap (Siregar, 2004).
Pentingnya pengambilan sejarah obat pasien telah benar-benar dimengerti
oleh dokter dan perawat. Apoteker harus memiliki keterampilan dalam
pengambilan sejarah obat berdasarkan dua alasan dari sudut pandang
penyediaan informasi obat, yaitu:
Untuk memberi apoteker pengertian yang lebih baik tentang permintaan
informasi sebenarnya dengan keadaan permintaan, agar apoteker dapat
mencari dan menyediakan jawaban.
Untuk memungkinkan apoteker menyajikan jawaban yang lebih berguna
dan sesuai untuk keadaan klinik tertentu.
E. METODE MENJAWAB PERTANYAAN INFORMASI.
Pada umumnya, ada dua jenis metode utama untuk menjawab pertanyaan
informasi, yaitu komunikasi lisan dan tertulis. Apoteker, perlu memutuskan
kapan suatu jenis dari metode itu digunakan untuk menjawab lebih tepat
daripada yang lain. Dalam banyak situasi klinik, jawaban oral biasanya diikuti
dengan jawaban tertulis.
a. Jawaban tertulis

Jawaban tertulis merupakan dokumentasi informasi tertentu yang diberikan


kepada penanya dan menjadi suatu rekaman formal untuk penanya dan
responden. Keuntungan dari format tertulis adalah memungkinkan penanya
untuk membaca ulang informasi jawaban tersebut dan secara pelan-pelan
mengintepretasikan

jawaban

tersebut.

Komunikasi

tertulis

juga

memungkinkan apoteker untuk menerangkan sebanyak mungkin informasi


dalam keadaan yang diinginkan tanpa didesak penanya. Jawaban tertulis
dapat mengakomodasi tabel, grafik, dan peta untuk memperlihatkan data
secara visual (Siregar, 2004).
b. Jawaban lisan (oral)
Setelah ditetapkan bahwa jawaban lisan adalah tepat, apoteker perlu
memutuskan jenis metode jawaban lisan yang digunakan. Ada dua jenis
metode menjawab secara lisan, yaitu komunikasi tatap muka dan
komunikasi telepon. Komunikasi tatap muka lebih disukai, jika apoteker
mempunyai waktu

dan

kesempatan

untuk mendiskusikan temuan

informasiobat dengan penanya (Siregar, 2004).


F. TINDAK LANJUT TERHADAP JAWABAB INFORMASI OBAT
Apabila mungkin, tindak lanjut perlu diadakan untuk jenis pertanyaan tertentu,
terutama yang berkaitan langsung dengan perawatan sien. Misalnya, apoteker
ditelpon tentang seorang pasien yang mengalami reaksi obat merugikan
terhadap suatu obat tertentum dan dokter menyakan suatu terapi alternatif.
Seteleh

pencarian

pustakan

secara

sistematik,

apoteker

membuatkan

rekomendasi. Apoteker menggunakan kesempatan ini mendatangi pasien, untuk


mmelihat respon pasien terhadap rekomendasinya itu. Tindak lanjut yang
konsisten untuk jenis itu, akan meningkatkan interaksi dengan profesional
kesehatan lainnya yang dapat mempromosikan partisipasi apooteker dalam
perawatan pasien langsung termasuk kunjungan klinik ke ruang pasien (Siregar,
2004)
G. Prioritas Untuk Permintaan Informasi Obat
Sasaran utama pelayanan informasi obat adalah penyempurnaan perawatan
pasien melalui terapi obat yang rasional. Oleh karena itu, prioritas harus
diberikan kepada permintaan informasi obat yang paling memoengaruhi secara

langsung pada perawatan pasien. prioritas untuk permintaan informasi obat


diurutkan sebagai berikut:
1. Penanganan/pengobatan darurat pasien dalam situasi hidup atau mati
2. Pengobatan pasien rawat tinggal dengan masalah terapi obat khusus
3. Pengobatan pasien ambulatori dengan masalah terapi obat khusus
4. Bantuan kepada staf profesiional kesehatan untuk penyelaesaian tanggung
jawab mereka
5. Keperluan dari berbagai fungsi PFT
6. Berbagai proyek penelitian yang melibatkan penggunaan obat
Adapun simulasi pelayanan informasi obat adalah penanya berada di ruang
PIO, petugas mengisi formulir mengenai klasifikasi, nama penanya dan
pertanyaan yang ditanyakan, setelah itu petugas menanyakan tentang informasi
latar belakang penyakit mulai muncul, petugas melakukan penelusuran sumber
data dengan mengumpulkan data yang ada kemudian data dievaluasi. Formulir
jawaban didokumentasikan oleh petugas lalu kemudian dikomunikasikan
kepada penanya. Informasi yang dikomunikasikan petugas kepada penanya
akan menimbulkan umpan balik atau respon penanya (Juliantini dan Widayati,
1996).

BENTUK-BENTUK PENYAMPAIAN INFORMASI MENURUT ISLAM


1. Menanamkan Pemahaman (Q.S AL ANBIYA; 21: 79)

Artinya: Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang
hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan
hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung,
semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya.
2. Mengajarkan (Q.S ALALAQ; 96: 4)

Artinya: yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

Maksud dari ayat tersebut adalah Allah menyatakan bahwa dia menjadikan
manusia dari alaq lalu di ajarinya komunikasi dengan prantara kalam bahwa
manusia di ciptakan dari sesuatu bahan hina dengan melalui proses sampai
kepada kesempurnaan sebagai manusia sehingga dapat mengetahui segala
rahasia sesuatu
3. Menjelaskan (Q.S AL ARAF, 7:52)


Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran)
kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami;
menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan


menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Dengan pengertian demikian,
maka komunikasi Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah atau
nilai-nilai Islam, dan cara (how), dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan
bahasa (retorika). Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam
meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak
(ihsan). Pesan-pesan keislaman keislamnan yang disampaikan tersebut disebut sebagai
dakwah. Dakwah adalah pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia
mengikuti islam.
Etika Komunikasi Dalam Al-Quran dan Hadits

Menurut A. Samover We Cannot Not Communicate oleh karena itu,manusia


tidak dapat terhindar dalam interaksi sesamanya. Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran
dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan
efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika
berkomunikasi dalam perspektif Islam.
Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum
Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal,
interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun
dalam aktivitas lain.
Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan
setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan
sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni: (1) Qaulan Sadida, (2)
Qaulan Baligha, (3) Qulan Marufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan Layinan, dan (6)
Qaulan Maysura.
1. Qaulan Sadida
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida perkataan yang benar (QS.
4:9)
Sadid menurut bahasa berarti yang benar, tepat. Al-Qosyani menafsirkan
Qaulan Sadida dengan : kata yang lurus (qowiman); kata yang benar (Haqqan);
kata yang betul, tepat (Shawaban). Al-Qasyani berkata bahwa sadad dalam dalam
pembicaraan berarti berkata dengan kejujuran dan dengan kebenaran dari situlah
terletak unsur segala kebahagiaan, dan pangkal dari segala kesempurnaan, karena
yang demikian itu berasal dari kemurnian hati. Dalam lisanul Arab Ibnu Manzur
berkata bahwa kata sadid yang dihubungkan dengan qaul (perkataan) mengandung
arti sebagai sasaran.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan diatas, dapatlah dikatakan
bahwa yang dihubungkan dengan kegiatan penyampaian pesan dakwah adalah
model dari pendekatan bahasa dakwah yang bernuansa persuasif. Moh. Natsir

dalam Fiqhud dakwahnya mengatakan bahwa, Qaulan Sadida adalah perkataan


lurus (tidak berbeli-belit), kata yang benar,keluar dari hati yang suci bersih, dan
diucapkan dengan cara demikian rupa, sehingga tepat mengenai sasaran yang
dituju yakni sehingga panggilan dapat sampai mengetuk pintu akal dan hati
mereka yang di hadapi.
Dari segi substansi, komunikasi Islam harus menginformasikan atau
menyampaikan kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong,
juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta. Dari segi redaksi, komunikasi
Islam harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku, sesuai kadiah
bahasa yang berlaku.
Seorang muslim jika berkata harus benar, jujur tidak berdusta. Karena sekali
kita berkata dusta, selanjutnya kita akan berdusta untuk menutupi dusta kita yang
pertama, begitu seterusnya, sehingga bhbir kita pun selalu berbohong tanpa merasa
berdosa. Siapapun tak ingin dibohongi, seorang istri akan sangat sakit hatinya bila
ketahuan suaminya berbohong, begitu juga sebaliknya. Rakyat pun akan murka
bila dibohongi pemimpinnya. Juga tidak kalah penting dalam menyampaikan
kebenaran, adalah keberanian untuk bicara tegas, jangan ragu dan takut, apalagi
jelas dasar hukumnya yaitu Al Quran dan hadits.
Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta (QS. Al-Hajj:30).
Hendaklah kamu berpegang pada kebenaran (shidqi) karena sesungguhnya
kebenaran itu memimpin kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke
surga (HR. Muttafaq Alaih).
Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya (HR Ibnu Hibban).
Dan berkatalah kamu kepada semua manusia dengan cara yang baik (QS. AlBaqarah:83).
Sesungguhnya segala persoalan itu berjalan menurut ketentuan (H.R. Ibnu
Asakir dari Abdullah bin Basri).
2. Qaulan Baligha (Perkataan Yang Membekas Pada Jiwa)
Ungkapan qaulan baligha terdapat pada surah an-Nisa ayat 63:
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,
dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha perkataan yang berbekas pada
jiwa mereka. (QS An-Nissa :63).

Jalaluddin Rahmat memerinci pengertian qaulan baligha menjadi dua,qaulan


baligha terjadi bila dai (komunikator) menyesuaian pembicaraannya dengan sifatsifat khalayak yang dihadapinya sesuai dengan frame of reference and field of
experience. Kedua, qaulan baligha terjadi bila komunikator menyentuh
khalayaknya pada hati dan otaknya sekaligus.
Jika dicermati pengertian qaulan baligha yang diungkapkan oleh jalaluddin rahmat
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kata Qaulan Baligha artinya
menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah
dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelitbelit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang
disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.

Sebagai orang yang bijak bila berdakwah kita harus melihat stuasi dan kondisi
yang tepat dan menyampaikan dengan kata-kata yang tepat. Bila bicara dengan
anak-anak kita harus berkata sesuai dengan pikiran mereka, bila dengan remaja
kita harus mengerti dunia mereka. Jangan sampai kita berdakwah tentang
teknologi nuklir dihadapan jamaah yang berusia lanjut yang tentu sangat tidak
tepat sasaran, malah membuat mereka semakin bingung..Gaya bicara dan pilihan
kata dalam berkomunikasi dengan orang awam tentu harus dibedakan dengan saat
berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan. Berbicara di depan anak TK tentu
harus tidak sama dengan saat berbicara di depan mahasiswa. Dalam konteks
akademis, kita dituntut menggunakan bahasa akademis. Saat berkomunikasi di
media massa, gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa
(language of mass communication).
Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas)
mereka (H.R. Muslim).
Tidak kami utus seorang rasul kecuali ia harus menjelaskan dengann bahasa
kaumnya (QS.Ibrahim:4)
3. Qaulan Marufa (Perkataan Yang Baik)

Jalaluddin rahmat menjelaskan bahwa qaulan marufan adalah perkataan yang


baik. Allah menggunakan frase ini ketika berbicara tentang kewajiban orang-orang
kaya atau kuat terhadap orang-orang miskin atau lemah.qaulan marufan berarti
pembicaraan yang bermamfaat memberikan pengetahuan , mencerahkan
pemikiran, menunjukan pemecahan terhadap kesulitan kepada orang lemah, jika
kita tidak dapat membantu secara material,kita harus dapat membantu psikologi.
Qaulan Marufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan
kebaikan (maslahat). Sebagai muslim yang beriman,perkataan kita harus terjaga
dari perkataan yang sia-sia, apapun yang kita ucapkan harus selalu mengandung
nasehat, menyejukkan hati bagi orang yang mendengarnya. Jangan sampai kita
hanya mencari-cari kejelekan orang lain, yang hanya bisa mengkritik atau mencari
kesalahan orang lain, memfitnah dan menghasut.
Kata Qaulan Ma`rufa disebutkan Allah dalam QS An-Nissa ayat 5 dan 8, QS. AlBaqarah ayat 235 dan 263, serta Al-Ahzab ayat 32.
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna
akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah
sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu)
dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Marufa kata-kata yang baik. (QS AnNissa :5)
Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin,
Maka berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka
Qaulan Marufa perkataan yang baik (QS An-Nissa :8).
Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau
kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah
mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah
kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekadar
mengucapkan (kepada mereka) Qaulan Marufa perkataan yang baik (QS. AlBaqarah:235).

Qulan Marufa perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari
sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima).
Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (QS. Al-Baqarah: 263).
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit dalam hatinya] dan ucapkanlah Qaulan Marufa
perkataan yang baik. (QS. Al-Ahzab: 32).
4. Qaulan Karima (Perkataan Yang Mulia)
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, seklai kali janganlah kamu mengatakan kepada kedanya
perkatan ah dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka Qaulan Karima ucapan yang mulia (QS. Al-Isra: 23).
Dakwah dengan qaulan karima adalah orang yang telah lanjut usia,pendekatan
yang digunakan adalah dengan perkataan yang mulia, santun penuh penghormatan
dan penghargaan tidak menggurui tidak perlu retorika yang meledak-ledak. Term
qaulan karima terdapat dalam surat al-isra ayat 23.
Dalam perspektif dakwah maka term pergaulan qaulan karima diperlakukan jika
dakwah itu ditujukan kepada kelompok orang yang sudah masuk kategori usia
lanjut. Seseorang dai dalam perhubungan dengan lapisan madu yang sudah
masuk kategori usia lanjut, haruslah bersikap seperti terhadap orang tua
sendiri,yankni hormat dan tidak kasar kepadanya,karena manusia meskipun telah
mencapai usia lanjut,bisa saja berbuat salah. Dengan penjelasan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa qaulan karimah adalah perkataan yang mulia, dibarengi
dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan
bertatakrama.

Dalam konteks jurnalistik dan penyiaran, Qaulan Karima bermakna mengunakan


kata-kata yang santun, tidak kasar, tidak vulgar, dan menghindari bad taste,
seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis.
5. Qaulan Layyinan (Perkataan Yang Lembut)
Term qaulan layyinan tardapat dalam surah Thaha ayat 43-44, secara harfiah
berarti komunikasi yang lemah lembut (layyin)
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina kata-kata
yang lemah-lembut (QS. Thaha: 44).
Dari ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Qaulan Layina berarti
pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh
keramahan, sehingga dapat menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara,
seperti membentak, meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan
orang-orang yang kasar. Rasullulah selalu bertuturkata dengan lemah lembut,
hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang
mendengarnya.Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah
kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar
berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Firaun. Dengan Qaulan Layina, hati
komunikan (orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya
tergerak untuk menerima pesan komunikasi kita.
Dengan demikian, dalam komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari katakata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi. Allah melarang
bersikap keras dan kasar dalam berdakwah, karena kekerasan akan mengakibatkan
dakwah tidak akan berhasil malah ummat akan menjauh. Dalam berdoa pun Allah
memerintahkan agar kita memohon dengan lemah lembut, Berdoalah kepada
Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lemahlembut, sungguh Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas, (Al Araaf ayat 55)
6. Qaulan Maisura (Perkataan Yang Ringan)
Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya
yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura ucapan
yang mudah (QS. Al-Isra: 28).

Kata maisura berasal dari kata yasr, yang artinya mudah. Qaulan maisura adalah
lawan dari kata masura, perkataan yang sulit. Sebagai bahasa Komunikasi, qaulan
maisura artinya perkataan yang mudah diterima, dan ringan, yang pantas, yang
tidak berliku-liku. Dakwah dengan qaulan maisura yang artinya pesan yang
disampaikan itu sederhana, mudah dimengerti dan dapat dipahami secara spontan
tanpa harus berpikir dua kali.
Dakwah dengan pendekatan Qaulan Maisura harus menjadi pertimbangan madu
yang dihadapi itu terdiri dari:
Orang tua atau kelompok orang tua yang merasa dituakan, yang sedang
menjalani kesedihan lantaran kurang bijaknya perlakuan anak terhadap
orang tuanya atau oleh kelompok yang lebih muda.
Orang yang tergolong didzalimi haknya oleh orang-orang yang lebih kuat.
Masyarakat yang secara sosial berada dibawah garis kemiskinan, lapisan
masyarakat tersebut sangat peka dengan nasihat yang panjang, karenanya
dai harus memberikan solusi dengan membantu mereka dalam dakwah.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Ghulusy, ad-Dawatul Islamiyah, Kairo : Darul Kijab,1987., hal.9
Larry A samover, Richard E. Potter, Nemi C. Jain. Understanding Interculturnal
Commication,Wodsworth Publishing Company,Belmont,California,. hal. 23.
Jalaluddin Rahmat,islam Aktual,Mizan,1996, hal.83.

MAKALAH IDI-1
ETIKA PENYAMPAIAN INFORMASI DI BIDANG KEFARMASIAN MENURUT
ISLAM

DI SUSUN OLEH:
Astiani Utami

(1204015055)

Banu Pradipta

(1204015068)

Hadijah

(1204015188)

Muhammad Iqbal

(1204015246)

Mei Rina Afifah

(1204015260)

Elsa Apriandini

Adiariella Puspa A

(1304015013)

Imelda Utami

(1304015235)

KELAS : 8C
DOSEN: ARWANIS

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA
JAKARTA

2016

You might also like