Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Perusahaan rokok merupakan salah satu industri yang sedang eksis di Indonesia. Bagaimana
tidak, cukai hasil tembakau merupakan salah satu sumber penerimaan negara dari dalam
negeri yang cukup besar. Dikutip dari kontan.co.id, pada tahun 2010 kontribusi pajak cukai
mencapai 21,6 persen APBN. Ini adalah penerimaan terbesar negara dalam APBN. Apalagi
industri rokok selama ini mampu menyedot tenaga kerja cukup banyak sehingga membantu
pemerintah dalam mengurangi pengangguran. Tentu pemerintah bisa dikatakan cukup
bergantung dengan adanya pemasukan dari cukai ini. Dengan ada pemasukan tersebut,
pemerintah bisa menggunakannya untuk kepentingan peningkatan ekonomi di sektor lain.
Namun, seolah menjadi dilematis ketika beberapa tahun terakhir ini, muncul banyak
pertentangan mengenai rokok. Sudah banyak bukti medis yang menunjukkan bahaya rokok,
seperti kanker, serangan jantung, keguguran, dan lain-lain. Di negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, Uni Eropa, dan beberapa negara lain sudah dengan tegas memberlakukan
larangan pengkonsumsian rokok. Sedangkan di Indonesia, walaupun belum maksimal juga
sudah mulai dibatasi penggunaan rokok di tempat umum. Bahkan Majelis Ulama Indonesia
(MUI) sudah mengeluarkan fatwa haram terkait konsumsi rokok di tempat umum.
Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah kebijakan pemerintah dan perusahaan rokok
melakukan tidakan lanjut terkait isu ini. Pemerintah harus merancang kebijakan baru
mengenai rokok ini, mengingat rokok merupakan sumber peningkat ekonomi, namun juga
merupakan mesin waktu penghancur peradaban. Selain itu, peranan perusahaan rokok dalam
melakukan sustainable marketing juga menjadi sorotan utama di sini. Sudah tidak dipungkiri
industri ini memberikan tempat yang banyak kepada pekerja, sehingga membantu mengatasi
pengangguran. Dalam makalah ini akan membahas mengenai kegiatan sustainable
marketing yang dilakukan oleh perusahaan rokok sebagai tindak lanjut terkait isu bahaya
lingkungan dan kesehatan yang sedang gencar dipromosikan masyarakat. Saya mengambil
PT. HM Sampoerna Tbk. sebagai contoh perusahaan yang akan dilihat bagaimana
kegiatan sustainable marketing yang dilakukan Sampoerna. Mengapa PT HM. Sampoerna
Tbk.? Karena saya melihat di Indonesia, Sampoerna menjadimarket leader di bidang industri
rokok dan sangat menarik untuk melihat sejauh mana strategi PT. HM Sampoerna dalam
menjawab tantangan global ini.
BAB II
PEMBAHASAN
di Indonesia untuk membatasi konsumsi rokok meluas ke semua kalangan. Pemerintah juga
akan menaikkan tarif cukai pada tahun depan untuk menekan tembakau. Namun, karena di
Indonesia banyak perusahaan-perusahaan besar yang mempunyai kepanjangan tangan di
kursi senayan, peraturan perundang-undangan pun bisa menjadi lunak. Contohnya hilangnya
ayat yang menjelaskan pembatasan tembakau di Indonesia pada UU Kesehatan sempat
menjadi polemik beberapa waktu yang lalu.
Kembali ke Sampoerna, perusahaan yang menjadi market leader dalam industri rokok di
Indonesia ini mempunyai beberapa strategi dalam menghadapi tantangan global. Dalam
menjalankan sustainable marketing, saya akan fokus melihat dari sisi produk, tanggung
jawab sosial, dan manajemen perusahaan. Dalam modern marketing, dikenal
adanya marketing mix yang terdiri dari product, place, price, danpromotion. Keempat unsur
ini menjadi sangat fundamental dalam menjalanakan proses marketingperusahaan. Kaitannya
dengan topik bahasan sustainable, saya mencoba menghubungkan salah satu dari empat
marketing mix tersebut, yaitu product dengan konsep sustainability marketing.
Product
Dalam prinsip societal marketing yang merupakan salah satu dari 5 prinsip sustainable
marketing, ada 4 klasifikasi sosial produk, diantaranya deficient product, pleasing product,
salutary product, dan desirable product. Deficient product adalah produk yang tidak
memberikan kepuasan kepada konsumen dan tidak bersifat memberikan benefit dalam jangka
panjang. Pleasing product adalah produk yang memberikan kepuasan terhadap konsumen
namun memberikan efek yang negatif secara jangka panjang. Salutary product adalah produk
yang tidak memberikan kepuasan kepada konsumen namun memberikan efek yang positif
terhadap lingkungan. Dan yang terakhir, desirable product adalah produk yang sangat
diinginkan dan memberikan efek jangka panjang kepada lingkungan. Sampoerna jika dilihat
dari produk rokoknya termasuk produk dalam kategori pleasing product. Dikatakan pleasing
product karena peminat rokok di Indonesia sangat banyak dan semakin banyak. Terbukti
setiap tahun penjualan Sampoerna semakin meningkat. Ini menunjukkan kepuasan tersendiri
bagi konsumen setelah mengkonsumsi rokok. Namun, rokok ini tidak memberikan efek yang
positif dalam jangka panjang, baik untuk kesehatan maupun lingkungan.
Untuk itu, Sampoerna melakukan inovasi untuk mengurangi efek negatif tersebut dalam
jangka panjang tanpa mengurangi kepuasan konsumen. Sampoerna mengeluarkan rokok
kretek untuk segmen Low-Tar Low-Nicotin (LTLN) yaitu Trend Mild. Trend Mild ini
mempunyai dua produk unggulan yaitu Sampoerna A-Mild dan U-Mild. Rokok ini
mempunyai kandungan tar dan nikotin yang rendah sehingga efek yang ditimbulkan kepada
kesehatan konsumen tidak separah rokok kretek yang lainnya. Dengan ini maka Sampoerna
berusaha menciptakan desirable product, yaitu produk yang memberikan kepuasan kepada
konsumen namun tidak memberikan efek negatif secara cepat kepada kesehatan konsumen.
Hal yang dilakukan oleh Sampoerna tersebut adalah sebuah diferensiasi untuk mendapatkan
tempat di mata konsumen. Dalam bukunya New Wave Marketing, Hermawan Kertajaya
mengatakan bahwa pentingnya sebuah diferensiasi dalam menghadapi persaingan pasar saat
ini. Its better to litle bit different than litle bit better. Itulah salah satu judul tulisan yang
ditulis oleh Hermawan dalam bukunya tersebut. Dengan mempunyai diferensiasi pada
segmen baru yang belum pernah ada adalah kekuatan utama sebagai pemegang kendali pasar.
Selain segmen LTLN, Sampoerna juga mempunyai pembeda dengan produk Dji Sam Soe nya
yang lebih memilih originalitas tembakau di saat pesaing lain lebih mengutamakan variasi
pada saus nya. Alhasil, 2 produk Sampoerna tersebut berhasil merangsek ke atas dalam
mendapatkan perhatian konsumen.
Selama tahun 2011 Sampoerna mendapatkan beberapa penghargaan bergengsi, antara lain
2011 Indonesia Customer Satisfaction Award (ICSA) oleh majalah SWA untuk produk AMild dan Dji Sam Soe, dan Green Proper Award (Penghargaan Lingkungan Hidup
Nasional)oleh Kementerian Lingkungan Hidup.Dua penghargaan bergengsi ini cukup
membuktikan bahwa Sampoerna berhasil menerapkan strategi mereka untuk mengarah ke go
green. Masih ada penghargaan lain yang akan saya sajikan nanti di lain bahasan di makalah
ini.
Tanggung Jawab Sosial
Sebagai wujud kepedulian kepada masyarakat, Sampoerna menjalankan tanggung jawab
mereka dengan melakukan Corporate Social Responsibility (CSR). Kegiatan ini sebagai tolak
ukur keberhasilan perusahaan dan peningkatan value perusahaan kepada masyarakat.
Program CSR Sampoerna berfokus pada pengentasan kemiskinan, pendidikan, pelestarian
lingkungan, dan penanganan bencana.
Program pengentasan kemiskinan
Sampoerna melalui berbagai pabriknya di beberapa daerah melakukan program
pemberdayaan masyarakat yang dimaksudkan untuk ikut menjalankan program pemerintah
tentang pengentasan kemiskinan. Wujud program tersebut diantaranya Program Pelatihan
Kewirausahaan (PPK) Sampoerna, mendirikan UKM Center di beberapa daerah,
pemberdayaan petani melalui System of Rice Intensification (SRI), membantu pengecer
memperbaiki ruko atau tempat berjualannya melalui program Sampoerna Retail Community
(SRC), dan masih banyak lagi program lainnya yang telah mampu meningkatkan kualitas
ekonomi masyarakat.
Pelestarian Lingkungan
Sampoerna ikut mendukung berbagai program untuk mengurangi penggundulan hutan dan
memastikan keberlanjutan bahan baku seperti tembakau dan cengkeh. Program-program
tersebut diantaranya penanaman 75.000 bibit pohon di Gunung Arjuno, 5.000 spesies pohon
yang hampir punah di Bali, pemberian bantuan 1,2 juta bibit cengkih di beberapa daerah,
mengadakan pelatihan Good Agricultural Practice (GAP) untuk petani tembakau di Jawa
Barat, dan lain-lain.
Bidang pendidikan
Sampoerna berkomitmen untuk meningkatkan akses pendidikan dan kualitan pelayanan
publik di Indonesia. Beberapa programnya antara lain pemberian pelatihan kepada guru-guru
di Pasuruan, Surabaya, dan Karawang, pendirian taman belajar masyarakat (TBM) serta
perpustakaan masyarakat di sekitar wilayah pabrik.
Penanggulangan Bencana
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai perusahaan rokok yang memproduksi produk yang menjadi pertentangan dunia
karena efek negatifnya, Sampoerna mempunyai berbagai cara untuk tetap mendapat tempat di
masyarakat. Dengan mengedepankan prinsip go green, Sampoerna mampu manjalankan caracaranya untuk menjalankansustainable marketing, seperti dengan inovasi produk, tata kelola
perusahaan, dan dengan menjalankanCorporate Social Responsibility (CSR). Cara ini dinilai
ampuh dalam merebut pangsa pasar rokok Indonesia di tengah persaingan yang cukup ketat
seperti dengan Gudang Garam dan Djarum. Namun, meskipun demikian perlu adanya kajian
lebih lanjut mengenai pemanfaatan tembakau di masa yang akan datang, mengingat konsumsi
tembakau memang tidak dapat dipungkiri menyebabkan berbagai penyakit yang cukup
berbahaya. Pemerintah, yang bisa dibilang cukup mengandalkan hasil cukai sebagai sumber
penerimaan negara juga harus berpikir keras mencari alternatif lain dalam penciptaan
lapangan kerja sehingga tidak menambah jumlah pengangguran. Pemerintah juga harus
mengedepankan nilai-nilaientrepreneurship melalui jalur pendidikan sejak dini agar penerus
bangsa mampu menjadi pemuda yang mandiri dan menciptakan lapangan kerja. Semoga ke
depannya bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, yang selalu menciptakan iklim
kondusif untuk kesejahteraan masyarakatnya tanpa menghilangkan hak generasi yang akan
datang dalam memanfaatkan sumber daya alam di Indonesia.