Professional Documents
Culture Documents
kecerdasannya
anak untuk
mengembangkan imajinasinya serta melatih daya motorik halus dan kasar pada anak.
Pada anak pra sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan motorik halusnya
sudah baik (Soetjiningsih, 1995). Pada tahap ini mereka berminat untuk mendapatkan
pengetahuan dan mulai mengalami peningkatan kompetensi. Dengan mengerti tentang
dunia anak terutama usia anak pra sekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk
melaksanakan program terapi bermain karena dengan bermain membuat anak menjadi
lebih rileks. Adapun terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain puzzle. Alasan
kelompok mengadakan terapi bermain puzzle adalah untuk mengembangkan motorik
halus, keterampilan kognitif dan kemampuan berbahasa.Puzzle merupakan salah satu
bentuk permainan yang membutuhkan ketelitian, melatih kita untuk memusatkan pikiran,
karena kita harus berkonstrasi ketika meyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga
menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap. Puzzle termasuk mainan anak yang
memiliki nilai-nilai edukatif.
Saat usia 3 tahun atau lebih, kemampuan balita untuk memegang dan mengambil
benda sudah berkembang, mereka juga bisa memasang kepingan-kepingan puzzle.
Dengan puzzle, balita belajar memahami konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah.,
tentunya bentuk puzzle yang digunakan lebih sederhana dan mempunyai warna yang lebih
mencolok. Memasang kepingan puzzle berarti mengingat gambar utuh, kemudian
menyusun komponennya menjadi sebuah gambar benda. Cara anak menyelesaikan
gambar utuh puzzle adalah dengan menggunakan metode coba dan salah. Warna dan
bentuk kepingan, dua hal yang diperhatikan buah hati Anda saat memasang puzzle.
Bermain puzzle melatih anak memusatkan pikiran karena ia harus berkonsentrasi ketika
mencocokkan kepingan-kepingan puzzle. Tidak hanya itu, permainan ini meningkatkan
keterampilan anak menyelesaikan masalah sederhana.
2. TUJUAN
2.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti terapi bermain puzzle diharapkan dapat meminimalkan dampak
stress hospitalisasi pada anak
2.2 Tujuan Instruksional Khusus
Dengan mengikuti terapi bermain puzzle, diharapkan dapat:
1) Melatih kemampuan kognitif anak.
2) Melatih kemampuan motorik halus anak.
3) Melatih kemampuan sosial personal anak.
4) Melatih kemampuan berbahasa anak.
3. SASARAN
1) Anak usia pra sekolah (5-6 tahun)
2) Anak yang dirawat di ruang Hematologi Bona Lantai 1
3) Tidak mempunyai keterbatasan fisik yang dapat menghalangi proses terapi bermain
4) Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5) Tidak dalam kondisi kritis
4. JADWAL PELAKSANAAN
Hari/Tanggal
Jam
: 10.00 WIB
Tempat
5. MEDIA
Puzzle (lebih dari 9 keping puzzle dengan gambar tokoh kartun)
Tape
6. METODE
1) Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain yang meliputi
waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang terkait dengan program terapi
bermain.
2) Diawal permainan, anak diperkenalkan dengan puzzle, lalu diberikan penjelasan
mengenai cara bermain puzzle.
3) Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk mengamati terlebih dahulu
gambar yang ada di dalam puzzle, memencar kepingan puzzle, menyusun kembali
kepingan puzzle sesuai gambar semula dengan benar.
4) Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama bermain puzzle berlangsung.
5) Ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam kegiatan
membentuk mainan.
6) Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak dipersilahkan untuk
berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak selama terapi bermain
berlangsung.
7) Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap perilaku anak
dan proses jalannya terapi bermain.
8) Setelah anak selesai menyusun puzzle, anak diharapkan untuk bercerita tentang
gambar yang ada di dalam puzzle sesuai dengan imajinasi anak.
9) Pada akhir kegiatan diberikan pengumuman hasil bangun terbaik dan memberikan
bangun tersebut sebagai reward.
10) Kemudian fasilitator mengembalikan hasil karya mereka dan memberikan pujian
kepada semua peserta sebagai reward.
7. STRATEGI PELAKSANAAN
No
Waktu
1.
5 menit
2.
15 menit
Kegiatan
Pembukaan:
1. Membuka
kegiatan
dengan
mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dari terapi
bermain
4. Kontrak waktu dengan anak dan
orang tua
Pelaksanaan:
1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan
terapi bermain puzzle
2. Memberikan kesempatan kepada
anak untuk bertanya jika belum jelas
3. Membagikan puzzlekepadaanak
Peserta
1. Menjawab salam
2. Mendengarkan
3. Memperhatikan
4. Memperhatikan
1. Memperhatikan
2. Bertanya
3.
4.
5 menit
5 menit
dan
bertepuk
1. Gembira
2. Gembira
3. Mengungkapkan perasaan
4. Menjawab salam
8. PENGORGANISASIAN
Leader
Pembimbing Klinik
: Suparmiasih, S.Kep., Ns
Mengarahkan permainan.
2) Fasilitator
-
3) Observer
-
Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu dengan Leader dan
fasilitator.
10. SETTING
= Anak
= Observer
= Leader
= fasilitator
Evaluasi Struktur
Evaluasi Proses
Kriteria Hasil
BAB 2
MATERI KONSEP BERMAIN
2.1 Pengertian
1) Menurut Hurlock (1991) bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan
yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, bermain dilakukan secara
sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.
2) Menurut Depkes RI (1993) bermain merupakan kesibukan anak, layaknya seperti
bekerja bagi orang dewasa, dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan.
3) Menurut Foster (1989) bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.
2.2 Fungsi Bermain
Menurut Wong (1996), fungsi bermain bagi anak meliputi :
1. Perkembangan sensori motorik
Bermain penting untuk mengembangkan otot dan energi. Komponen yang paling
untuk semua umur terutama bayi. Anak mengekslorasi alam sekitarnya :
a.
b.
c.
Sekolah dan remaja : Memodifikasi gerakan tubuh lebih terkoordinasi dan rumit.
Contoh berlari dan bersepeda.
b. Sampai usia 1 tahun : bayi memeriksa bayi lain, memeriksa objek di lingkungan.
c. Usia 23 tahun : permainan pura-pura dengan ibu dan anak, dokter dan pasien, penjual
dan pembeli. Kemudian meluas teman sementara dan teman permainannya.
d. Usia prasekolah : sadar akan keberadaan teman sebaya, mengidentifikasi ciri yang ada
pada setiap bermainnya.
e. Usia sekolah : teman 1 atau 2 orang yang disukai, belajar memberi dan menerima,
belajar peran benar atau salah, nilai moral dan etik, mulai memahami tanggung jawab
dari tindakannya.
4. Kreativitas
Melalui bermain anak menjadi kreatif, anak mencoba ide-ide baru dalam bermain.
Kalau anak merasa puas dari kreativitas baru, maka anak akan mencoba pada situasi yang
lain.
5. Nilai terapeutik
Untuk melepaskan stress dan ketegangan.
6. Kesadaran diri
Anak akan sadar akan kemampuan dan kelemahannya serta tingkah lakunya.
7. Nilai Moral
Belajar salah/benar dari kultur, rumah, sekolah dan interaksi. Contoh bila ingin
diterima sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhi kode perilaku yang diterima
secara kultur, adil, jujur, kendali diri dan mempertimbangkan kepentingan orang lain.
2.3 Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian,
selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah sakit.
4) Asosiasi Play, bermain dan beraktifitas serupa bersama, tetapi tidak ada
pembagian kerja, pemimpin/ tujuan bersama, Anak interaksi dengan saling
meminjam alat permainan. Ciri Anak Prasekolah
5) Cooperatif Play, bermain dalam kelompok, ada perasaan kebersamaan/
sebaliknya, terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut. Ada tujuan yang
ditetapkan dan ingin dicapai.
3. Menurut Usia Anak
1) Anak usia bayi
Permainan untuk anak usia bayi dibagi menjadi bayi usia 0 3 bulan, usia 4 6
bulan, dan usia 7 9 bulan. Karakteristik permainan anak usia bayi adalah sense
of pleasure play.
- Bayi usia 0 3 bulan
Karakteristik khas permainan bagi usia bayi adalah adanya interaksi sosial yang
menyenangkan antara bayi dan orang tua dan/atau orang dewasa sekitarnya.
Selain itu, perasaan senang juga menjadi ciri khas dari permainan untuk bayi di
usia ini. Alat permainan yang biasa digunakan, misalnya mainan gantungan yang
berwarna terang dengan bunyi musik yang menarik. Dari permainan tersebut,
secara visual bayi diberi objek yang berwarna terang dengan tujuan menstimuli
penglihatannya. Oleh karena itu bayi harus ditidurkan atau diletakkan pada
posisi yang memungkinkan agar dapat memandang bebas ke sekelilingnya.
Secara auditori ajak bayi berbicara, beri kesempatan untuk mendengar
pembicaraan, musik dan nyanyian yang menyenangkan.
- Bayi usia 4 6 bulan
Untuk menstimuli penglihatan, dapat dilakukan permainan seperti mengajak
bayi menonton TV, memberi mainan yang mudah dipegangnya dan berwarna
terang, serta dapat pula dengan cara memberi cermin dan meletakkan bayi
didepannya sehingga memungkinkan bayi dapat melihat bayangan di cermin.
Untuk
stimulasi
pendengaran,
dapat
dilakukan
dengan
cara
selalu
10
Olehkarenaitu,
dalammelakukanpermainan,
anaklebihbebas,
spontan,
danmenunjukkanotonomibaikdalammemilihmainanmaupundalamaktivitasbermai
nnya.Anakmempunyai
rasa
ingintahu
yang
besar.Olehkarenaituseringkalimainannyadibongkar-pasang,
bahkandirusaknya.Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak
dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan
perlukaan.
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah solitary play
dan parallel play. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak
melakukan permainan sendiri dengan mainannya sendiri, sedangkan pada usia
lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan permainan secara
parallel karena sudah dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum
begitu jelas karena kemampuan berbahasa belum begitu lancar. Jenis alat
permainan yang tepat diberikan adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin warnawarni yang dapat dibentuk benda macam-macam
3) Anak usia prasekolah (>3 tahun - 6 tahun)
Anak usia prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang
lebih matang dari pada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan
imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan
temannya semakin meningkat. Oleh kerena itu jenis permainan yang sesuai
adalah associative play, dramatic play dan skill play. Anak melakukan
11
dengan
melakukan
permainan
berbagai
macam
olah
raga,
12
13
14
Konsep Puzzle
Puzzle merupakan salah satu jenis permainan yang biasanya menggunakan potongan
(piece), dan pemain diminta memindahkan potongan (piece) secara bebas. Umumnya puzzle
memiliki potongan (piece) denganbentuk yang kompleks sehingga selama kita berusaha
mencocokan gambar, kita juga harus mencocokan bentuk sambungannnya (Yuriastien, 2009)
1.
Jenis-jenispuzzle:
15
16
e. Melatih kesabaran
Dengan bermain puzzle anak bias belaja rmelatih kesabarannya dalam menyelesaikan
suatu tantangan.
f. Melatih daya ingat
Bermain puzzle akan melatih daya ingat anak tentang bentuk dan warna puzzle yang
akan disusun. Anak akan mengingat gambar yang dilihat sebelum menyusunnya.
g. Melatih nalar
Puzzle dalam bentuk manusia akan melatih nalar mereka. Anak akan menyimpulkan
dimana letak kepala, tangan, kaki dan lain-lain sesuai dengan logika. Jika sudah
menaruh bagian hidung berarti mulut ada di bagian bawahnya.
Orang tua harus memperhatikan bahwa kemampuan tiap anak itu berbeda. Biasanya
anak yang sejak dini sudah dikenalkan dengan puzzle akan lebih mahir dan terbiasa bermain
puzzle. Oleh karena itu, para orang tua yang akan memilih puzzle untuk anaknya, jangan
berdasarkan umur, tetapi bergantung kepada kemampuan sibuah hati. Umumnya, anak-anak
yang kuat kemampuan visualnya, akan lebih mudah dancepat menyelesaikan permainan ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Berhman et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol 3, Editor bahasa Indonesia: A. Samik
Wahab-Ed.15- Jakarta : EGC
Hurlock.1991. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta : Erlangga
Ngastiyah,2005, Perawatan Anak Sakit, Ed.2, Jakarta:EGC
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGC
18
19