Professional Documents
Culture Documents
OLEH
Kelompok 6 :
Adesh Febriyeni Simanjuntak
Sidabariba
Jemmi Hotriris
Ahmad Johansyah
Tobing
Ryan Kristianto
Sayro Rizky
PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapakan pada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatNya yang masih dapat kami rasakan hingga saat ini. Kami diberikan
kesehatan
sehingga
mampu
menyelesaikan
tugas
makalah
yang
berjudul
Hormat Kami,
Penulis
Medan, 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Afrika adalah benua terbesar yang ketiga setelah benua Asia dan Amerika.
Luasnya kurang lebih 30.244.050 km2 (11,677,240 mil2) termasuk kepulauan
disekitarnya, meliputi 20.3% dari total daratan di bumi dan didiami lebih dari 800
juta jiwa manusia, atau sekitar sepertujuh populasi manusia di bumi. Letak
astronomis benua Afrika terletak antara 40 LU - 38 LS dan 17 BB - 52 BT. Batasbatas geografisnya sebagai beriku:
di sebelah utara berbatasan dengan Laut Mediteran dan Selat Gilbaltar
di sebelah timur berbatasan dengan Laut Merah, Teluk Aden, dan Samudera Hindia
di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Atlantik
Saat ini penduduk Afrika mencapai lebih dari 861 juta jiwa dengan populasi
terbanyak adalah warga kulit hitam, sisanya adalah warga keturunan Arab, Berber,
Eropa, dan Asia. Sebagian besar penduduk kulit hitam tinggal di bagian Selatan
Gurun Sahara, sedangkan bagian Utaranya ditempati warga keturunan Arab dan
Berber. Adapun keturunan Eropa banyak yang menempati wilayah Afrika Selatan.
Penduduk yang mendiami kawasan Afrika dapat dibedakan menjadi tiga kelompok
ras sebagai berikut.
1) Ras Negroid
Subras Negro Sudan, dengan ciri has warna kulit coklat tua sampai hitam, rambut
keriting, bibir tebal, serta berhidung besar dan pesek.
Subras Negro Bantu, dengan cirri yang hampir sama dengan Negro Sudan.
Perbedaannya, warna kulit Negro Bantu lebih terang dan hidungnya tidak terlalu
besar. Penduduk ini tersebar di kawasan sebelah selatan penduduk Sudan.
2) Ras Kaukasoid Hamit
Tersebar di negara-negara Afrika Utara yang meliputi Maroko, Tunisia, Aljazair,
Libya, Mesir, dan sebagian kecil Ethiopia. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
Arab dan agamanya adalah Islam.
BAB 2
PEMBAHASAN
status kepemilikan
pemanfaatan atas bidang tanah tertentu oleh pihak tertentu atau status keputusan
tata usaha negara menyangkut penguasaan, pemilikan dan penggunaan atau
pemanfaatan atas bidang tanah tertentu.
Konflik
antara warga atau kelompok masyarakat dan atau warga atau kelompok
masyarakat dengan badan hukum (privat atau publik), masyarakat dengan
masyarakat mengenai status penguasaan dan atau status kepemilikan dan atau
status penggunaan atau pemanfaatan atas bidang tanah tertentu oleh pihak
tertentu, atau status Keputusan Tata Usaha Negara menyangkut penguasaan,
pemilikan dan penggunaan atau pemanfaatan atas bidang tanah tertentu, serta
mengandung aspek politik, ekonomi dan sosial budaya.
Sejarah Singkat kasus Aartheid di Afrika Selatan :
Afrika sangat akrab dengan kasus yang telah mendunia yaitu Apartheid.
Ketika mendengar Afrika yang langsung teringat adalah kasus Apartheid. Sebelum
kita membahas kasus sengketa yang terjadi di Afrika,tidak ada salahnya kita
mengulas sedikit tentang kasus yang sangat terkenal di Afrika bahkan seluruh
dunia, yaitu Apartheid,yang mana apartheid ini berawal dari keinginan partai
nasional yang pro terhadap Afrikaner atau orang Belanda yang menjajah Afrika
Selatan,yang ingin mengawal dan menguasai sistem ekonomi dan sosial negara
dengan
dominasi kulit putih dan diskriminasi ras. Adapun politik apartheid ini
Beberapa Contoh kasus persengketaan yang terjadi di afrika belakangan ini adalah :
1.Sengketa Sudan utara dan Sudan Selatan (konflik Darfur)
Sudan Utara dan Selatan terus bersengketa tentang pembagian cadangan
minyak di selatan. Sudan Utara dan Selatan memiliki posisi yang berbeda dalam
pembagian hasil dari minyak, tetapi masalah mereka sama. Kedua negara
tergantung pada minyak dan kehilangan penghasilan dari minyak berarti kehilangan
pendapatan yang sangat dibutuhkan. Inilah alasan utama mengapa perundingan
tak kunjung sampai pada kesepakatan.
"Kedua Sudan tergantung pada minyak. Di Selatan, 98% pendapatan pemerintah
berasal dari sektor minyak. Untuk Utara tidak diketahui angka pastinya, tetapi
diperkirakan berkisar 70 - 80%", kata Wolf-Christian Paes. Ia adalah manajer proyek
Sudan Selatan pada Bonn International Centre Convertion (BICC), sebuah organisasi
riset.
Uang dan kekuasaan
Sejak melepas Selatan, pemerintah di Khartoum mulai merasa gerah. Tidak ada
sektor ekonomi lain yang dapat memulihkan kerugian dalam pendapatan valuta
asing dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Badan Moneter Internasional (IMF),
perekonomian Sudan Utara menyusut 0.4% tahun ini. Tetapi ini bukan hanya
perkara uang melainkan juga kekuasaan. Ada sejumlah isu yang tak bisa
diselesaikan kedua Sudan, sejak Selatan memutuskan untuk berpisah. Dan masalah
yang tak selesai ini membuat negosiasi tentang minyak menjadi makin sulit.
Kathelijne Schenkel yang bekerja dengan Koalisi Eropa tentang Minyak di Sudan
mengatakan, Negosiasi tentang minyak bukan semata tentang minyak. Tetapi juga
menyangkut status wilayah Abyei, apakah termasuk bagian Utara atau Selatan atau
bagaimana garis batas internasional antara kedua negara harus ditarik secara
permanen. Satu hal bisa ditukar dengan hal lainnya.
Sulit sepakat
Dalam bahasa yang mudah dimengerti, jika satu pihak misalnya bersedia menarik
garis perbatasan, pihak lain mungkin bersedia menerima kompromi berupa
pembagian hasil minyak. Di atas kertas, Utara menuntut biaya transit 28 Euro per
barel minyak. Sementara Selatan menawarkan nilai 50 kali lebih kecil dari itu, yaitu
sekitar 55 sen Euro.
Tampaknya sulit mengharapkan kedua pihak menemukan kesepakatan. WolfChristian Paes dari BICC mengatakan, "Negara-negara barat sudah menyatakan
kekuatiran
pekan-pekan
lalu,
tetapi
mereka
tak
punya
kekuasaan
untuk
menyelesaikan apapun. Ini merupakan kasus yang berbeda jika Cina terkait, karena
kebanyakan perusahaan Cina dan Asia lain mengambil keuntungan dari ekspor
minyak. Negara-negara ini tidak tertarik bahwa arus minyak terganggu.
Itu sebabnya mengapa banyak pengamat di barat berharap, Cina dapat
mendorong kedua pihak menuju kompromi. Karena jika masalah minyak tidak
terselesaikan, konflik baru di wilayah yang sudah bermasalah itu sangat mungkin
terjadi.
Latar Belakang lainnya yang memicu terjadinya Sengketa dan konflik fisik :
Pertikaian antar etnis (Sudan Utara dan Selatan)
Perebutan Lahan dan sumber air untuk ternak dan pertanian mereka
Munculnya kaum extrimis (Pemberontak) yang ingin menjadikan Sudan
menjadi satu wilayah kekuasaan, sementara di lain pihak masyarakat Darfur
(wilayah konflik) ingin memisahkan diri dari Kesatuan Sudan karena
perbedaan ideology dan agama yang dianut.
Aksi kelompok bersenjata (janjawaheed) yang dibiayai kelompok
(Pemberontak) yang secara sadis membunuh masyarakat yang dianggap
melawan kebijakan yang dibuat.
Penyelesaian Sengketa atau Konflik :
Pada
masa
awal
terjadinya
konflik
sebenarnya
pemerintah
sudah
penduduk sipil yang dituduh membantu pemberontak. Sebagai akibatnya lebih dari
50.000 penduduk sipil tewas dan 1,6 juta penduduk mengungsi dan sekitar 70.000
diantaranya meninggal di tempat pengungsian akibat kekurangan gizi dan wabah
penyakit. Selain itu Sekjen PBB Kofi Anan datang ke Darfur untuk meninjau
keadaan, dimana pemerintah Sudan berjanji untuk membuka semua perbatasan
terhadap akses kemanusiaan yang dilakukan selama ini serta akan menyeret orang
orang yang bertanggung jawab atas pelanggaran HAM ke pengadilan, melucuti
Janjaweed dalam waktu 30 hari. Bila tidak ditaati akan diberikan sanksi ekonomi dan
militer.
Konflik yang terjadi di Darfur, sudah bukan hanya menjadi masalah bagi
Sudan sendiri, tetapi juga bagi masyarakat dunia. Karena konflik yang terjadi di
Sudan, sudah masuk ke dalam krisis kemanusiaan dimana memakan korban sipil
hingga ratusan ribu orang dan menimbulkan jumlah pengungsi yang mencapai 1
juta orang. Maka dari itu pihak ketiga sangat diharapkan untuk membantu
menyelesaikan masalah ini. Dimana pihak ketiga dapat berfungsi sebagai aktor
manajemen konflik dan membawa pihakpihak yang bertikai kedalam sebuah
perundingan dan penghentian konflik. Dan di dalam masalah ini, pihak ketiga yang
paling memiliki kedekatan dan kewenangan untuk ikut menyelesaikan masalah
Darfur adalah Uni Afrika. Dalam penyelesaian Konflik Darfur ini, Uni Afrika
memainkan setidaknya empat peran penting, yaitu sebagai fasilitator, mediator,
monitoring, hingga sebagai peace maker. Semua hal ini dilakukan berdasarkan
inisiatif Uni Afrika untuk secepatnya menyelesaikan konflik yang terjadi di Darfur
tersebut.
Peran dan Keterlibatan Uni Afrika dalam menyelesaikan sengketa atau konflik Darfur
:
1. Fasilitator Perundingan Damai
Langkah awal yang dilakukan oleh Uni Afrika dalam upaya menyelesaikan
konflik di Darfur dimulai dengan fungsinya sebagai fasilitator. Dimana Uni Afrika
Sudan
dan
kelompok
pemberontak
tersebut
menandatangani
diberi
nama
Africa
Union
Monitoring
Mission
yang
pada
perkembangan selanjutnya berubah menjadi misi Uni Afrika di Sudan atau sering
dikenal dengan African Union Mission in Sudan (AMIS). Disinilah peran Uni Afrika
sebagai Monitoring, dan Peace making di jalankan, dimana AMIS bertindak untuk
mengawasi bagaimana agreement mengenai gencatan senjata dan kemanusiaan
yang telah disepakati sebelumnya berjalan sesuai dengan yang terteta didalam
perjanjian tersebut. AMIS juga menjalankan fungsi untuk menjaga keamanan di
Darfur agar kestabilan di Darfur dapat di jaga dan konflik tidak semakin meluas.
4. Operasi Perdamaian
Dengan personil yang cukup banyak ternyata AMIS berhasil menjalankan
tugasnya untuk melindungi warga sipil Darfur dari ancaman Janjaweed. Selain itu
Uni Afrika juga telah berhasil menghasilkan perjanjian Darfur Peace Agreement
(DPA) pada tanggal 9 Mei 2006.
penjajah,kerap
melakukan
penindasan
dan
perbudakan.
Akibatnya
pemerintah pusat Ethiopia menetapkan kebijakan ketat atas wilayah Eritrea dengan
melarang partai politik berbau Eritrea, bahasanya tidak boleh digunakan disekolah
setempat. Melihat hal ini, rakyat Eritrea mulai melakukan pemberontakan sejak
tahun 1962.
B. Akibat Persengketaan
Berjalannya perang dimulai dari kontak senjata di perbatasan. Pada Mei
tahun 1988, otoritas Ethiopia memasuki kota Badme dan mengusir penduduk
Eritrea yang bermukim disana. Eritrea lantas merespon peristiwa tersebut dengan
mengirimkan rombongan kecil tentara untuk berbicara dengan otoritas Ethiopia.
Namun yang terjadi kemudian justru aparat Ethiopia dibantu misili Provinsi Tigray
menembaki rombongan tentara Eritrea. Respon berdarah ini memancing kemarahan
Eritrea namun Ethiopia menyatakan bahwa aksi penembakan teresebut adalah
hanya upaya untuk mencegah pasukan Eritrea memasuki wilayah sah Ethiopia
tanpa izin. Maka pada tanggal 12 Mei 1998, pasukan Eritrea dibantu oleh tank dan
artileri melancarkan serangan besar ke kota Badme. Dalam waktu yang singkat
Eritrea pun berhasil menduduki kota Badme, namun Ethiopia pun tidak mau kalah
dengan menggempur kembali pasukan Eritrea di Badme tanggal 13 Mei. Konflik
bersenjata anatar 2 negara ini awalnya terpusat pada kota Badme, namun akhirnya
merambat ke wilayah perbatasan lain seperti Zala Ambasa (perbatasan tengah) dan
Debasima (perbatasan timur) Selain serangan melalui darat, muncul serangan ke
front udara dengan pesawat tempur Ethiopia menyerang di Asrama (ibukota Eritrea)
dan
Eritrea
pun
lantas
membalasnya
dengan
mengirim
pesawat
untuk
C. Penyelesaian Sengketa
1. Pada bulan Juli tahun 1998 ketika konflik kedua negara menjalar lewat udara
yang mengakibatkan 47 orang penduduk Mekele tewas termasuk anak-anak.
Aksi ini mendapat kecaman dari PBB lewat salah satu resolusi bernomor
1177. Tak lama setelah PBB mengeluarkan resolusi, kedua pihak sepakat
menghentikan pemboman di udara.
2. Memasuki tahun 1999 pada bulan Februari terjadi perundingan damai yang
difasilitasi oleh Organisasi Uni Afrika dan AS. Namun hal ini gagal dan justru
keduanya melakukan operasi militer.
3.
Pada pertengahan tahun 2000 upaya untuk mengakhiri perang Eritrea dan
Ethiopia
mulai
menemukan
titik
terang
setelah
pihak
yang
bertikai
diselesaikan oleh komisi khusus bentukan PBB. Hasilnya bulan Oktober 2001
komisi tersebut menyatakan bahwa wilayah Badme adalah milik Eritrea.
mereka ditinggalkan tanpa bekal yang cukup. Kedutaan besar republic Indonesia
telah mengunjungi TKI ABK sambil membawa perbekalan selama bertahan hidup
dikapal,pihak KBRI sudah berusaha menjumpai pihak perusahaan dan mendapatkan
surat keterangan,para TKI ABK
sisa gaji.
Kedutaan Besar Republik Indonesia(KBRI),Namibia berusaha melakukan
mediasi
untuk
memperjuangkan
hak
mereka
namun
perusahaan
Interbugo
menyatakan angkat tangan dalam pembayaran sisa gaji para TKI ABK yang masih
terlantar.Badan perlindungan dan penempatan TKI (BN2TKI) pun sudah mendesak
agar perusahaan interburgo membayarkan gaji tersebut namun hingga saat ini gaji
tersebut belum juga diserahkan. Padahal menurut pasal 77 ayat (1) dan ayat (2)
undang-undang nomor 39 tahun 2004 TKI berhak mendapatkan perlindungan sesuai
undang-undang mulai dari pra hingga purna penempatan,upaya tersebut tidak
dilakukan kementrian luar negri.
Pada suatu sidang di Den Haag, Kongo dan Uganda saling menuduh. Menurut
jurubicara Kongo, sampai saat ini masih banyak orang dibantai oleh tentara
Uganda. Tentara Uganda masih berada di Kongo, mereka berperan dalam jaringan
kepala-kepala suku dan dari Kampala mereka memasok senjata. Paul Reicher,
warga Amerika yang bertindak sebagai pengacara Uganda menyangkal semua
tuduhan. Ia mengatakan: Uganda justru membantu Kongo memulihkan ketertiban,
karena Kongo tidak mampu menjaga keamanan dalam negeri. Harus diakui bahwa
kehadiran pasukan-pasukan Uganda di Kongo memang penting. Selain itu para
pemberontak di Kongo membahayakan Uganda.
Sidang pengadilan yang berlangsung di Vredespaleis, istana perdamaian di
Den Haag, sedianya direncanakan dilaksanakan pada tahun 1996 namun ditunda,
karena sudah mulai ada hubungan diplomatik antara Kongo, negara terkaya dan
terbesar di Afrika Tengah dengan Uganda dan Burundi. Pengadilan Internasional
tidak ingin mengganggu usaha pemulihan hubungan diplomasi itu dengan
melangsungkan sidang-sidang pengadilan.
Walaupun hubungan antar negara-negara itu sejak 2002 membaik, keresahan
di kawasan Ituri di Kongo bagian timur tidak mereda. Di wilayah perbatasan
Rwanda, Burundi dan Uganda tiap bulannya ribuan orang menjadi korban perang.
Sebagian besar parasarana di Kongo hancur dan kekayaan alam di sana dijarah.
Sedang penduduknya, banyak yang mengalami trauma. Diperkirakan di waktu
mendatang ratusan ribu wanita akan meninggal akibat Aids. Mereka terjangkit
penyakit itu karena pemerkosaan yang amat banyak terjadi. Sedianya Kongo
mengajukan Uganda, Rwanda dan Burundi ke Mahkamah internasional di Den Haag,
dengan tuduhan pencurian kekayaan alam dan pelanggaran hak asasi manusia
secara massal. Pengaduan ini ditolak, karena Rwanda dan Burundi tidak mengakui
keabsahan Mahkamah Internasional. Pada 2002 Kongo kembali mengadukan
Rwanda pada pengadilan, namun kali ini berdasarkan piagam PBB. 15 Hakim
internasional masih membahas kasus ini.
Sementara ini Mahkamah Pidana Internasional sudah terlibat dalam sengketa
antara Uganda dan Kongo. Atas permohonan kedua negara jaksa penuntut Ocampo
menyelidiki apakah orang-orang yang melakukan pelanggaran ham bisa diadili. Baik
A. Penyelesaian Konflik
Situasi-situasi yang telah dihadapi afrika tengah merupakan masalah yang
susah dicari pemecahanya. Tetapai maslahnya apakah situasi seperti ini akan
berlangsung terus, bahkan dibiarkan membengkak? Keadaan itu sebenarnya sudah
mengandung tuntutan dari dalam untuk diubah dan diatasi. Karena negara yang
terbelenggu dan terperangkap dalam situasi seperti itu sebenarnya merosot
kedalam situasi yang sangat merugikan. Dengan kata lain terdapat keadaan dimana
suatu negara seharusnya berada, tetapi kerena suatu hal negara tersebut tidak
berada pada situasi yang seharusnya dia tempati, sehingga keadaan yang
diinginkan masih harus dikejar dan diusahakan.
Berikut ini beberapa usaha yang secara umum perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah konflik:
1.
dengan
senjata
dan
intervensinya
sangat
menentukan
usaha
sebab jika Afrika ingin llepas dari konflik kekeuasaan atau pengaruh bangsa-bangsa
asing disana harus dihilangakan. Banyak masalah yang sebenarnya bisa diselaaikan
dengan jalan damai tetapi karena campur tangan bangsa asing sehingga masalah
tersebut diselasaikan dengan kekrasan.
Menurut gandhi, satyagaraha, kekuatan jiwa itu bukan tehnik untuk diterapakan
dalam beraneka macam tindakan, tetapi suatu pandangan hidup yang timbul dari
sikap-sikap manusiawi yang paling dalam. Ahimsa tidak hanya sebagai perbuatan
tidak membunuh , tetapi juga sebagai cinta tak terhingga yang menyebrangi
batas-batas wilayah dan meliputi seluruh dunia. Ghandi pernah berkata bahwa
dalam melaksanakan satyagraha dalam tahap permulaan, pencarian kebenaran
tidak
diperkenankan
menerapkan
kekerasan
pada
lawan,
sebaliknya
harus
menghentikan kesalahan lawan dengan kesabaran dan simpati, karena apa yang
tampak benar bagi seseorang dapat dianggap salah oleh orang lain, dan kesabaran
berarti pengorbanan diri. (christoph bertram, konflik dunia ketiga)
Dari sini jelas bahwa kekerasan yang dihadapi dengan kekerasan tidak akan
menyelesaikan masalah, tetapi justru sebaliknya kehancuran yang akan ditemui.
Bila semua orang di Afrika mempunyai pandangan dan sikap seperti yang dimiliki
Gandhi, segala bentuk
penderitaan
disana
pasti
akan
semakin
berkurang.
Setidaknya kita berharap semoga semakin banyak orang yang, khususnya orangorang yang memegang puncak kekuasaan mengikuti jejaknya.
3.
sehingga
pelaksanaan
dan
pelanggarannya
dapat
dituntut.
Seperti
sebagai kritik
4.
keadilan sosial
Usaha untuk mengubah dan mengatasi situasi-situasi yang rawan konflik, disisi lain
dilihat sebagai usaha menciptakan perdamaian dan perkembangan. Sasaran bagi
perdamain yaitu tidak adanya kekerasan personal dan terciptanya keadilan sosial
sama pentingnya, mengingat jumlah penderita (korban konflik) dan bahaya yang
begitu
besar
yang
disebabkan,
KESIMPULAN
baik
sengketa
antar
suku/etnis
maupun