You are on page 1of 6

BAB II

LANDASAN TEORI
Kala IV persalinan dimulai dengan kelahiran plasenta dan
berakhir dua jam post partum. Asuhan kebidanan kala IV, meliputi :
1.

Evaluasi uterus.

2.

Inspeksi dan evaluasi serviks,vagina,dan perineum.

3. Inspeksi dan evaluasi plasenta, membran dan korda umbilikalis.


4. Perbaikan episiotomi / laserasi jika ada.
Tanda-tanda vital dan manifestasi lain dievaluasi sebagai indikator
pemulihan dari stres persalinan. Sepanjang periode ini, aktivitas lain yang
tidak kalah penting terjadi ketika hubungan keluarga sudah terbentuk.
Komponen data dasar kala IV persalinan meliputi informasi yang
dibutuhkan untuk evaluasi dan manajemen dari perawatan ibu selama
dua jam pertama postpartum dan mengetahui taking in phase dari
neonatal dan proses ikatan maternal anak.
A. Fisiologi kala IV persalinan
Selama 10-45 menit berikutnya setelah kelahiran bayi, uterus
berkontraksi menjadi sangat kecil yang mengakibatkan pemisahan
dinding uterus dan plasenta, dimana nantinya akan memisahkan plasenta
dari tempat letaknya. Pelepasan plasenta membuka sinus-sinus palsenta
dan menyebabkan perdarahan. Akan tetapi, dibatasi sampai rata-rata
350ml oleh mekanisme sebagai berikut: serabut otot polos uterus
tersusun terbentuk angka delapan mengelilingi pembuluh-pembuluh
darah ketika pembuluh darah tersebut melalui dinding uterus.

Oleh

karena itu, kontraksi uterus setelah persalinan bayi menyempitkan


pembeluh darah yang sebelumnya menyuplai darah ke plasenta.
Selama 4-5 minggu pertama setelah persalinan, uterus mengalami
involusi beratnya menjadi kurang dari setengah berat

segera

setelah pasca persalinan dan dalam 4 minggu uterus sudah kembali


seperti sebelum hamil. Selama permulaan involusi uterus, tempat
plasenta

pada

permukaan

endometrium

mengelami

autolisis

yang

menyebabkan keluarnya sekret vagina yang dikenal sebagai lokia ( lochea


), yang diawali dengan lokia rubra hingga serosa,terus berlangsung

sampai

setengah

minggu.

Setelah

itu,

permukaan

endometrium

mengalami reepitelisasi dan kembali ke kehidupan seks nongravid yang


normal.
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke
kadar sebelum hamil dalam beberapa minggu berikutnya. Akan tetapi,
setiap ibu yang menyusui bayinya, isyarat syaraf dari puting susu ke
hipotalamus menyebabkan gelora sekresi prolaktin hampir sepuluh kali
lipat yang berlangsung sekitar 1 jam,sebaliknya prolaktin bekerja atas
payudara untuk menyiapkan susu bagi periode penyusuan berikutnya.
Bila prolaktin ini tidak ada, jika ia dihambat sebagai akibat kerusakan
pada hipotalamus atau hipofisis, atau jika menyusui tidak kontinyu tetapi
normalnya kecepatan pembentukan sangat menurun dalam 7 - 9 bulan.
Bila bayi mengisap susu,inpuls sensoris dihantarkan melalui saraf
somatis ke medula spinalis kemudian ke hipotalamus. Hormon ini
mengalir dalam darah menuju ke kelenjar mammae menyebabkan sel-sel
mioepitel yang mengelilingi dinding luar alveoli berkontraksi dan memeras
susu dari alveoli ke duktus. Jadi, dalam 30 sampai 1 menit setelah bayi
mengisap kelenjar mammae susu mulai mengalir. Proses ini dinamakan
ejeksi susu atau pengeluaran susu yang disebabkan oleh gabungan
refleks neurogenik dan hormon oksitosin hal ini juga berdampak pada
kontraksi uterus dan berdampak pada proses involusi uterus dan
pendarahan pasca persalinan.
B. Evaluasi Uterus, Konsistensi, dan Atonia
Setelah kelahiran plasenta, uterus ditemukan ditengah-tengah
abdomen kurang lebih 2/3 sampai antara simpisis pubis dan
umbilikalikal. Jika uterus ditemukan dibagian tengah, diatas umbilikalikal,
hal ini menandakan adanya perdarahan dan bekuan di dalam uterus yang
perlu ditekan dan dikeluarkan. Uterus yang berada diatas umbilikalikus
dan bergeser, paling umum ke kanan cenderung menandakan kandung
kemih penuh menyebabkan uterus bergeser, menghambat kontraksi, dan
memungkinkan peningkatan perdarahan. Jika ibu tidak mampu buang air

kecil pada saat ini, kandung kemih sebaiknya di kosongkan oleh kateter
untuk mencegah perdarahan berlebihan.
Uterus yang berkontraksi normal harus keras ketika disentuh.
Jika segmen atas uterus keras, tetapi perdarahan uterus tetap, pengkajian
segmen bawah perlu dilakukan. Uterus yang lunak, hipotonik, longgar,
tidak berkontraksi dengan baik disebut sebagai atonia uterus. Penyebab
utama dari atonia uterus adalah perdarahan pascapersalinan segera.
Hemostatis uterus yang utama dipengaruhi oleh kontraksi jaringan seratserat otot miometrium. Serat-serat ini bertindak sebagai pengikat
pembuluh darah terbuka pada sisi plasenta.
C. Pemeriksaan serviks, vagina,dan perineum
Setelah

memastikan

uterus

berkontraksi

secara

efektif

dan

pendarahan bersal dari sumber lain,bidan hendaknya menginspeksi


perineum, vagina bawah,dan area periuretra untuk mengetahui adanya
memar, pembukaan hematom, laserasi pada pembuluh darah, atau
mengalami pendarahan. Jika episiotomi telah dilakukan, evaluasi kedalam
dan perluasannya.
Berikutnya pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan forniks dan
serviks vagina untuk mengetahui laserasi dan cedera. Pada mayoritas
persalinan pervaginam spontan normal, tidak akan ada indikasi untuk
pemeriksaan ini sehingga tidak perlu dilakukan.
D. Pemantauan Dan Evaluasi Lanjut
Selama sisa waktu dalam kala IV persalinan, tanda-tanda vital, uterus,
Kandung kemih,lochia,perkiraan kehilangan darah, serta perineum ibu
harus di pantau dan dievaluasi, sehingga semuanya berjalan stabil.
a. Tanda-tanda vital
Pemantauan tanda vital ibu antara lain tekanan darah,denyut jantung,dan
pernafasan dilakukan selama kala IV persalinan dimulai setelah kelahiran
placenta. Seterusnya kemudian dievaluasi lagi setiap 15 menit sekali
hingga keadaannya stabil seperti pada persalinan,atau jika ada indikasi
perlu dimonitor lebih sering lagi. Suhu ibu diukur sedikitnya sekali dalam
kala IV persalinan dan dehidrasinya juga harus dievaluasi.

Denyut nadi biasanya berkisar 60-70X per menit. Apabila denyut


nadi lebih dari 90x per menit, perlu dilakukan pemeriksaan dan
pemantaun yang terus menerus.
b. Kontraksi uterus
Pemantauan kontraksi uterus harus dilakukan secara simultan. Jika uterus
lembek,

maka

wanita

itu

bisa

mengalami

perdarahan.

Untuk

mempertahankan kontraksi uterus dapat dilakukan rangsangan taktil


( pijatan ) bila uterus mulai melembek atau dengan cara menyusukan bayi
kepada ibunya,tetapi si bayi biasanya tidak berada di dalam dekapan ibu
berjam-jam lamanya dan uterus mulai melembek lagi
c.

Lochea
Jika uterus berkontraksi kuat,lochea kemungkinan tidak lebih dari
menstruasi. Dengan habisnya efek oksitosik setelah melahirkan, jumlah
lochea akan bertambah karena miometrium sedikit banyak berelaksasi.

d. Kandung kemih
Kandung kemih harus dievaluasi untuk memastikan kandung kemih tidak
penuh. Kandung kemih yang penuh mendorong uterus ke atas dan
menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya.
Jika kandung kemih penuh, bantu ibu untuk mengosongkan kandung
kemihnya dan anjurkan untuk mengosongkan kandung kemihnya setiap
kali diperlukan. Ingatkan ibu bahwa keinginann untuk berkemih mungkin
berbeda-beda

setelah

ia

melahirkan

bayinya.jika

ibu

tidak

dapat

berkemih, bantu ibu dengan cara menyiramkan air bersih dan hangat
kedalam periniumnnya. Atau masukkan jari-jari ibu kedalam air hangat
untuk merangsang keinginan berkemih secara spontan. Jika setelah
tindakan-tindakan ini ibu tetap tidak dapat berkemih secara spontan,
mungkin diperlukan caterisasi jika kandung kemih penuh atau dapat di
palpasi, gunakan tehnik aseptik pada saat memasukkan kateter nelaton
disenfeksi tingkat tinggi atau steril untuk menggosokkan kandung kemih.
Setelah

menggosokkan

kandung

kemih,

lakukan

rangsangan

(pemijatan)untuk merangsang uterus berkontraksi lebih baik.


e. perineum

taktil

perineum di evaluasi untuk melihat adanya edema atau hematoma.


Bungkusan keping es yang dikenakan perineum mempunyai efek ganda
untuk mengurangi ketidaknyaman dan edema bila telah mengalami
epsiotomi atau laserasi
f.

perkiraan darah yang hilang


sangat sulit memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah
sering kali bercampur dengan cairan ketuban atau urine dan mungkin
terserap handuk,kain,atau sarung. Tak mungkin menilai kehilangan darah
secara akurat melalui penghitungan jumlah darah di sarung karena
ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin sarung telah di ganti jika
terkena sedikit darahatau basah oleh darah. Meletakkan wadah atau
pispot dibawah bokong pasien untuk mengumpulkan darah bukanlah cara
efektif

untuk

mengukur

kehilangan

darah

dan

bukan

cerminan

asuhansayang ibu, karena berbaring diatas wadah atau pispot sangat


tidak nyaman dan menyulitkan pasien untuk memegang bayinya.
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan menilai volume
darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml
dapat menampung semua darah tersebut. Jika darah bisa mngisi dua
botol, artinya pasien telah kehilangan 1 liter darah, jika darah bisa
mengisi setengah botol pasien kehilangan 250 ml darah dan seterusnya.
Memperkirakan kehilangan darah, hanyalah salah satu cara untuk menilai
kondisi pasien. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan
darah adalah melalui penampakan gajala dan tekanan darah. Apabila
perdarahan menyebabkan pasien lemas, pusing dan kesadaran menurun
serta tekanan darh sistole turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi
sebelumnya, mak telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml. Bila pasien
mengalami syok hipovolemik maka pasien telah kehilangan darh 500 %
dari total dari jumlah darah (2000 2500 ml) penting untuk selalu
memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darh pasien
selama kala IV melalui pemeriksaan tanda vital, jumlah darh yang keluar
dan kontraksi uterus

BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Kasus perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu bersalin kala IV di BPS
Seorang ibu bersalin pada kala IV terjadi perubahan perubahan diantaranya :
1. Suhu badan ibu naik

You might also like