Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Membahas fenomena riba dan bunga bank, dan juga pengaruh riba
dalam bisnis asuransi.
1.3
Manfaat
Pembaca bisa mengerti perbedaan bunga bank dan riba, dan tidak akan
salah pilih dalam membeli asuransi.
1.4
Perumusan Masalah
Apa pengertian riba
Apa yang dimaksud riba An-nasiah dan riba Al-Fadhl
Haramkah bunga bank
Apa perbedaan riba dan bunga bank
Bagaimana riba dalam bisnis asuransi
BAB II
PEMBAHASAN
1
Pengertian Riba
Riba merupakan istilah Arab terhadap bunga. Secara etimologis, riba
berarti perluasan, pertambahan, dan pertumbuhan. Pada masa Pra-Islam,
kata riba menunjukkan suatu jenis transaksi bisnis tertentu, dimana
transaksi-transaksi tersebuut mengidentifikasi jumlah tertentu dimuka
terhadap modal yang digunakan. Secara garis besar, riba terjadi pada utangpiutang atau jual-beli.
Pengertian riba secara harfiah yaitu peningkatan atau pertambahan.
Namun tidak semua peningkatan atau pertumbuhan terlarang dalam islam.
Keuntungan juga menyebabkan peningkatan atas jumlah pokok, tetapi hal ini
tidaklah dilarang. Jadi apa yang sebenarnya diharamkan?
Pribadi yang paling tepat untuk menjawab ini adalah Rasulullah. Beliau
melarang mengambil hadiah, jasa, atau pertolongan sekecil apapun sebagai
syarat atas suatu pinjaman. Dalam hadits riwayat bukhari, Rasulullah
bersabda, Jika seseorang memberikan pinjaman kepada seseorang lainnya,
dia tidak boleh menerima hadiah.
Dalam surat Al-baqarah ayat 278-279 yang memiliki arti, hai orangorang beriman, bertakwalah kepada Allah dan lepaskan sisa-sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa-sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah
dan Rasul-Nya akan memerangimu. Jika kamu bertobat (dari pengambilan
riba), maka bagimu modalmu. Kamu tidak menganiaya dan tidak (pula)
dianiaya, menunjukkan bahwa sesuatu yang lebih dari modal dasar adalah
riba, sedikit atau banyak. Jadi, setiap kelebihan dari modal asli yang
ditentukan sebelumnya karena semata-mata imbalan bagi berlalunya waktu
adalah riba.
Pengertian riba ini tercermin juga dari tulisan-tulisan para ulama dalam
sejarah Islam. Kaum muslimin sepakat perihal pengesahan Rasulullah bahwa
adanya syarat pertambahan atas jumlah pinjaman adalah riba, tidak peduli
apakah berupa segenggam tepung, atau sebutir gandum.
Ibnu Manzur juga dengan jelas menyatakan daam kamus bahasa
arabnya yang termahsyur (Lisan al-Arab) bahwa apa yang dilarang adalah
jumlah, manfaat, atau keuntungan lebih yang diterima dari pinjaman dalam
bentuk apapun.
Larangan bunga ini tidak hanya berlaku dalam agama Islam, tetapi
dalam agama non- Islam pun juga dilarang. Seperti halnya orang-orang
Yahudi yang dilarang mempraktekkan riba. Pelarangan dimaksud banyak
terdapat dalam kitab suci mereka, baik dalam perjanjian lama
(oldtestament), maupun undang-undang talmud. Dalam Agama Kristen, kitab
perjanjian baru tidak menyebutkan permasalahan ini dengan jelas. Namun,
sebagian kalangan kristiani menganggap bahwa ayat yang terdapat dalam
Lukas 6 : 34-5 sebagai ayat yang mengecam praktek pengambilan riba.
Disamping itu, para pendeta Agama kristen pada awal abad I XII Masehi
juga berpandangan bahwa pengambilan riba dilarang oleh ajaran agama.
Dari sedikit uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa apapun
bentuk riba dilarang secara mutlak oleh semua Agama, terutama AgamaAgama samawi. Hal ini dikarenakan dampak yang dikarenakan oleh adanya
riba tersebut dipandang merugikan masyarakat.
Jenis-jenis Riba
Secara garis besar, jenis riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba Annasiah dan riba Al-Fadhl.
RIBA AN-NASIAH
Istilah nasiah berasal dari akar kata nasaa yang berarti menunda,
menangguhkan, atau menunggu. Dan merujuk pada waktu yang diberikan
kepada peminjam untuk membayar kembali pinjamannya dengan imbalan
berupa tambahan atau premium. Riba nasiah -yang juga sering disebut
riba Ad-duyun- ini sama dengan bunga yang dikenakan atas pinjaman.
Pengharaman riba An-Nasiah pada dasarnya mengakibatkan bahwa
penetapan di muka tingkat keuntungan positif atas pinjaman sebagai
imbalan karena waktu menunggu tidak diperbolehkan oleh syariah.
Sifat pengharaman riba ini adalah tegas, absolut, dan tidak mendua.
Karena dalam pelaksanaannya terdapat dampak negatif yang sangat besar,
yaitu beratnya beban yang dipikulkan kepada debitur (peminjam) tanpa
adanya keuntungan yang berarti baginya.
RIBA AL-FADHL
Riba fadl disebut juga riba buyu, adalah riba yang timbul akibat
pertukaran barang sejenis (barter) yang tidak memenuhi kriteria sama
kualitasnya (mistlanbi mistlin), sama kualitasnya (sawa-an bi sawa-in) dan
waktu penyerahannya (yadan bi yadin).
Berbeda dengan riba An-Nasiah, riba Al-Fadhl ini sifat haram atau
tidaknya masih banyak diperdebatkan. Karena masih terdapat perbedaan
pandangan oleh para ulama. Jika riba An-Nasiah adalah riba yang jelas, riba
Al-Fadhl adalah riba yang tersembunyi, samar-samar, atau tidak jelas.
Menurut mazhab ahli fiqih yang tujuh, termasuk Malik dan Ahmad dari
beberapa nash, bahwa riba ini adalah dilarang, atau tidak boleh. Barangsiapa
yang menjual barang yang biasa dijadikan riba Al-Fadhl seperti gandum,
jemawut, dan yang lainnya untuk dibayar secara tertunda, maka tidak boleh
menggantinya dengan barang yang sama. Karena perhitungan barang
tersebut bisa berbeda tanpa diketahui secara langsung.
mau
tidak
mau
kita
terpaksa
melakukannya.
Ada
pula
yang
mengatakan bahwa riba yang haram adalah riba konsumsi dimana salah
satu
pihak
dirugikan;
adapun
riba
yang
bersifat
produktif/untuk
mendapatkan manfaat justru lebih besar lagi. Begitu juga dengan pemilik
modal yang memberikan pinjaman, mereka tidak salah jika mendapat
tambahan pengembalian, karena sudah menanggung sebuah resiko.
Menurut M.Hatta ada perbedaan antara riba dan bunga bank, Riba
adalah untuk pinjaman yang bersifat konsumtif, sedangkan bunga bank
adalah untuk pinjaman yang bersifat produktif.
yang menggunakan keuntungan pasti (riba) dan hanya dalam porsi kecil
diinvestasikan dalam proyek lain. Itu karena riba itu aman dan terbebas dari
resiko dan polis yang mereka keluarkan adalah untuk memainkan jaminan
proteksi. Aspek asuransi jiwa timbul dari prinsip dasar jaminan kehidupan
yang menerapkan ketetapan besarnya premi bagi kemungkinan timbulnya
resiko. Ini mendorongkan timbul akumulasi dana dan mendapatkan
pendapatan, meninggalkan dana dalam bentuk tunai, tapi dana tersebut
tidak dibiarkan tidak produktif . saat asuransi jiwa dilaksanakan pada tingkat
bunga 0 maka biaya yang dikeluarkan makin banyak. Jadi sebagian besar
dananya diinvestasikan untuk menghasilkan bunga . Maka factor financial
yang menimbulkan pengaruh pada dana :
1.
2.
3.
4.
5.
haram hukumnya.
3. Kebanyakan prakti yang dijalankan perusahaan asuransi berdasarkan
asas riba yaitu menginvestasikan semua uangnya dengan bunga dan
meminjam uang dengan jaminan kepercayaan asuransi plus bunga.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Riba itu haram, tidak ada satupun yang menyangkalnya. Tetapi, bunga bank
yang disamakan dengan riba, sampai saat ini masih diperdebatkan oleh para
ulama, sehingga belum ada penentuan hukumnya.
Saran
Hendaknya nasabah yang ingin melakukan transaksi di bank, dan juga
membeli polis asuransi, untuk memikirkan terlebih dahulu. Jika benar-benar
takut akan bunga bank yang dikatakan haram, baiknya memilih bank atau
asuransi syariah saja yang menggunakan sistem bagi hasil didalamnya.
Daftar Pustaka