Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penyusunan Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Iptek
1.3 Dasar Hukum
1.4 Kondisi Saat Ini
1.5 Kondisi yang Diinginkan
1.6 Permasalahan Iptek dalam Peningkatan Daya Saing Perekonomian
1.7 Keterkaitan Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Iptekdengan Perencanaan Pembangunan Nasional
1.8 Ruang lingkup Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Iptek
BAB II ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL IPTEK
2.1 Visi Pembangunan Nasional Iptek
2.2 Pola Pikir Pencapaian Visi Pembangunan Nasional Iptek
2.3 Misi Pembangunan Nasional Iptek
2.4 Prinsip-Prinsip Pembangunan Nasional Iptek
2.5 Tujuan Pembangunan Nasional Iptek
2.6 Sasaran Pembangunan Nasional Iptek
2.7 Ukuran keberhasilan
BAB III PRIORITAS UTAMA PEMBANGUNAN NASIONAL IPTEKDALAM SISTEM
INOVASI NASIONAL
3.1 Prioritas Penguatan Sistem Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek
dalam Rangka Penguatan Sistem Inovasi Nasional
3.2 Prioritas Iptek
3.2.1. Bidang Pangan
3.2.2.Bidang Energi
3.2.3. Bidang Transportasi
3.2.4. Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi
3.2.5. Bidang Pertahanan dan Keamanan
3.2.6. Bidang Kesehatan dan Obat
3.2.7. Bidang Material Maju
BAB IV KERANGKA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL IPTEK
4.1 Kerangka Kebijakan Pembangunan Nasional Iptek
4.2 Kunci Keberhasilan Pembangunan Nasional Iptek
4.3 Strategi Implementasi Kebijakan Pembangunan Nasional Iptek
BAB I
PENDAHULUAN
dinamika
pembangunan
yang
dialami
bangsa
Indonesia,
ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) telah dijadikan sebagai salah satu pilar utama
pembangunan. Pembentukan lembaga penelitian dan pengembangan (litbang)
dan lembaga penunjang menjadi bukti akan hal ini. Proses tersebut berjalan
secara terus-menerus dan saat ini kita memiliki berbagai lembaga litbang yang
dikenal dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan lembaga
penunjang seperti Badan Standardisasi Nasional (BSN), Badan Pengawas Tenaga
Nuklir Nasional (BAPETEN), dan Badan Informasi Geospasial (BIG) yang
berstatus sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK). Selain LPNK
tersebut, berbagai kementerian telah membentuk Badan Penelitian dan
Pengembangan (Balitbang) seperti Balitbang Pertanian, Balitbang Kelautan dan
Perikanan, Balitbang Energi dan Sumber Daya Mineral, Balitbang Kesehatan;
Balitbang Pertahanan, dan lain-lain. Demikian juga beberapa pemerintah daerah
baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota telah memiliki Badan
Penelitian dan Pengembangan Daerah (BPPD), perguruan tinggi memiliki
Lembaga Penelitian/Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, dan
beberapa industri juga telah memiliki unit penelitian dan pengembangan. Ini
Masukan silahkan kirim ke mustang@ristek.go.id
semua merupakan refleksi dari komitmen bangsa dan negara untuk memajukan
Iptek sebagai pilar utama pembangunan bangsa.Puncak dari komitmen bangsa
dan negara Indonesia dituangkan dalam amandemen ke-4 UUD 45 dan
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Peningkatan daya saing menjadi semakin penting mengingat perkembangan
perekonomian dunia saat ini sudah mengarah pada ekonomi yang semakin sarat
dengan pengetahuan. Keberhasilan pembangunan perekonomian tidak lagi
bertumpu pada sumber daya alam, melainkan lebih bertumpu pada peningkatan
nilai tambah. Pengalaman berbagai negara maju, khususnya yang tergabung
dalam Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for
Economic Co-Operation and Development - OECD), penguasaan Iptek menjadi
kunci utama dalam peningkatan nilai tambah. Dari pengalaman tersebut dapat
dikatakan bahwa kemampuan menguasai Iptek menjadi modal dasar bagi
pembangunan ekonomi di era persaingan global.
Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah dan jumlah penduduk
terbesar ke-4 di dunia. Kedua hal tersebut menjadikan Indonesia sangat potensial
untuk menjadi negara maju dalam perkembangan ekonomi dan industri dunia.
Tantangan ke
dijawab bersama
adalah
bagaimana
untuk
memberikan
arah,
prioritas
utama,
dan
kerangka
Nomor
10
Tahun
1997
tentang
mengamanatkan
pemisahan
Badan
Pelaksana
dan
Ketenaganukliran
Badan
dalam
keamanan,
ketenteraman,
dan
kesejahteraan
rakyat.
4.
5.
bertujuan
untuk
memperkuat
daya
dukung
Iptek
dalam
Nomor
27
Tahun
2003
tentang
Panas
Bumi
pemerintah
untuk
melaksanakan
langkah-langkah
Nomor
41
tahun
1999
tentang
Kehutanan
mendukung
peningkatan
kemampuan
untuk
menguasai,
8
10.
11.
Nomor
23
Tahun
2007
tentang
Perkeretaapian
14.
10
17.
18.
19.
Nomor
36
Tahun
2009
tentang
Kesehatan
untuk
11
22.
23.
Undang
Nomor
Tahun
2014
tentang
Perindustrian
pemerataan
pembangunan
industri
diperlukan
peningkatan
12
26.
Presiden
Nomor
Tahun
2003
mengamanatkan
untuk
13
14
Adapun pilar inovasi mengalami penguatan dari skor sebesar 3,57 pada tahun
2009-2010 menjadi 3,82 pada tahun 2013-2014. Dengan peningkatan skor ini posisi
inovasi Indonesia meningkat dari peringkat 39 pada tahun 2009-2010 menjadi
peringkat 33 pada tahun 2013-2014, meskipun pada tahun 2011 dan 2012
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh laju peningkatan inovasi yang
dicapai oleh Indonesia masih lebih rendah dari laju peningkatan inovasi yang
dicapai oleh negara lain. Dinamika tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.a dan
Gambar 3.b.
15
Di antara 10 negara ASEAN, daya saing Indonesia berada pada posisi ke-5 setelah
Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 4.
Berdasarkan pilar kesiapan teknologi, posisi Indonesia berada pada posisi ke-4
setelah Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Adapun berdasarkan pilar
inovasi posisi Indonesia berada pada posisi ke-3 setelah Singapura dan Malaysia.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa berbagai upaya yang telah dilakukan untuk
meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan Iptek sebagai implementasi
Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Iptek (Jakstranas Iptek) 2010-2014
telah memberikan kontribusi terhadap peningkatan daya saing. Seperti diketahui
bahwa upaya untuk meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan Iptek pada
kurun waktu tersebut dilakukan melalui 2 (dua) program, yaitu: program
Penguatan Sistem Inovasi Nasional dan Program Peningkatan Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Iptek (P3 Iptek).
16
Melalui kedua program tersebut, telah dicapai beberapa kemajuan baik dalam
pencapaian indikator input maupun indikator output. Pencapaian indikator
input ditunjukkan dengan kemajuan dalam pilar kelembagaan, sumber daya, dan
jaringan Iptek. Dalam pilar kelembagaan Iptek telah dicapai beberapa kemajuan
seperti meningkatnya jumlah pusat unggulan, konsorsium, sentra HKI, dan
pranata litbang terakreditasi.
Dalam pilar sumberdaya Iptek, beberapa kemajuan yang diperoleh antara lain
meningkatnya investasi Iptek nasional dari 0,048% PDB pada tahun 2010 menjadi
0,08% PDB pada tahun 2012, meningkatnya jumlah peneliti per 1 juta penduduk
dari 438 peneliti pada tahun 2010 menjadi 518 peneliti pada tahun 2012. Namun
demikian posisi Indonesia sangat lemah dalam litbang dunia bila dilihat dari
indikator sumber daya Iptek, seperti dapat dilihat pada Gambar 5.
17
1969 mengalami fluktuasi. Dalam kurun waktu tersebut anggaran litbang secara
nominal cenderung mengalami peningkatan, namun dalam % PDB cenderung
mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.
18
No
Negara
2009
2010
2011
2012
Singapore
12,855
14,429
15,049
16,023
Malaysia
10,910
15,087
19,800
20,838
Thailand
8,120
9,507
10,277
10,824
Indonesia
1,792
2,247
2,991
3,231
Viet Nam
1,620
1,990
2,215
2,836
Philippines
1,089
1,181
1,479
1,405
Cambodia
173
181
199
226
Myanmar
133
109
161
105
Brunei
Darussalam
110
114
154
219
10
Laos
100
127
152
191
19
industries) dan teknologi tinggi (high technology industries) bernilai negatif dan
cenderung mengalami penurunan. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 8.
Sumber: OECD
Gambar 8. Neraca Perdagangan Indonesia untuk Industri Manufaktur
Berdasarkan Intensitas Teknologi
20
Industri
padat karya
21
dilakukan
dengan
pembangunan
sarana-prasarana
penelitian
dan
pengembangan Iptek. Salah satunya yang merupakan aset nasional yang sangat
besar dan strategis adalah dibangunnya kawasan Pusat Penelitian Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) di kawasan Kota Tangerang selatan,
Provinsi Banten pada Tahun 1976. Dengan luas area 460 Ha, Puspiptek saat ini
menampung 47 pusat/balai litbang dan pengujian dibawah BPPT, Batan, LIPI
dan Kementerian Lingkungan Hidup, didukung oleh SDM berjumlah 2.451 orang,
Masukan silahkan kirim ke mustang@ristek.go.id
22
dan
pengembangan
dan
jaringan;
meningkatkan
perekayasaan;
serta
produktivitas
meningkatkan
sinergi
penelitian,
lembaga
23
pilar-pilar
tersebut
diharapkan
dapat
mentransformasikan
negara
berpendapatan
tinggi
(high
income
country).
Adapun
24
Sumber: MP3EI
proses
produksi
barang
dan
jasa
yang
kompetitif.
Penelitian,
25
memperkaya khazanah Iptek, tapi juga memberi peluang baru bagi pelaku
ekonomi untuk mengembangkan berbagai inovasi yang memiliki nilai ekonomi
yang tinggi.
Upaya transformasi tersebut di atas dapat terlaksana apabila kita dapat mengatasi
kelemahan dalam: 1) kapasitas dan kapabilitas kelembagaan Iptek untuk
menjamin terjadinya proses penciptaan dan pemanfaatan Iptek; 2) kapasitas dan
kapabilitas sumber daya Iptek untuk menghasilkan produk litbang yang
berdayaguna bagi industri; 3) jaringan kelembagaan dan jaringan peneliti pada
lingkup nasional dan internasional untuk mendukung peningkatan produktivitas
litbang dan peningkatan pendayagunaan litbang nasional; 4) produktivitas
litbang nasional untuk memenuhi kebutuhan teknologi di dunia industri; dan 5)
pendayagunaan Iptek nasional untuk penciptaan nilai tambah pada sumber daya
alam dan produk inovasi nasional dalam rangka meningkatkan daya saing
ekonomi.
Lemahnya kapasitas dan kapabilitas kelembagaan Iptek untuk menjamin
terjadinya proses penciptaan dan pemanfaatan Iptek ditunjukkan oleh belum
berkembangnya budaya inovasi, masih rendahnya kinerja lembaga Iptek,
lemahnya legislasi Iptek, belum optimalnya peran dan fungsi badan litbang
daerah, belum optimalnya peran dan fungsi lembaga intermediasi, adanya
hambatan birokrasi dalam penyelenggaraan penelitian dan inovasi, dan belum
efektifnya kelembagaan litbang. Situasi tersebut berakar pada permasalahan
kelembagaan Iptek sebagai berikut:
1.Kinerja lembaga Iptek (lembaga litbang dan perguruan tinggi sebagai penyedia
Iptek,
industri/masyarakat
sebagai
pengguna
Iptek,
dan
lembaga
3.
Legislasi Iptek belum optimal dalam mengatur peran dan fungsi para
pemangku kepentingan untuk menjamin terjadinya proses penciptaan dan
pemanfaatan Iptek.
26
4.
5.
optimalnya
sinergi
mengakibatkan adanya
antar
hambatan
kementerian
birokrasi
dan
dalam
lembaga
yang
penyelenggaraan
menghambat
peningkatan
produktivitas
litbang
nasional
dan
27
Hal
inidisebabkan oleh lemahnya relevansi dan produktivitas Iptek yang berakar pada
kelemahan:
1. Kemampuan mengidentifikasi tema-tema riset yang diperlukan oleh
industri dan masyarakat.
2. Kemampuan mengidentifikasi tema-tema riset yang diperlukan untuk
memberikan nilai tambah tinggi bagi pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya yang berbasis kearifan lokal.
3. Efektivitas manajemen litbang nasional.
4. Aktivitas litbang di lingkungan industri.
28
29
barang dan jasa nasional dalam menghadapi pasar bebas China ASEAN, dan
ekspor Indonesia yang masih didominasi oleh barang-barang mentah dan
barang-barang berteknologi rendah.
1.7 Keterkaitan
Kebijakan
Strategis
Pembangunan
Nasional
Iptek
dengan
1.8
berikut:
Masukan silahkan kirim ke mustang@ristek.go.id
30
a.
f.
g.
Ukuran keberhasilan;
Sistem Inovasi Nasional (SINas), kunci keberhasilan yang perlu dipenuhi agar
dapat tercapai tujuan pembangunan nasional Iptek, dan instrumen kebijakan
pembangunan nasional Iptek sesuai dengan strategi yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembangunan nasional Iptek.
31
BAB II
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL IPTEK
32
Pola pikir pencapaian visi pembangunan nasional Iptek dapat dilihat pada
Gambar 12.
2.4.
1.
Prinsip Dasar
33
2.
Nilai-nilai (Value)
Nilai-nilai luhur yang menjadi acuan dalam pembangunan nasional Iptek
adalah sebagai berikut:
a.
dampak
politis
dan
dampak
ekonomis
pada
pembangunan nasional.
b.
34
Innovative (inovatif)
temuan-temuan
baru
sampai
dengan
upaya
untuk
Excellent (prima)
perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan,
evaluasi
dan
2.6.
35
Dalam jangka menengah tahun 2015-2019, sasaran yang akan dicapai dalam pembangunan nasional Iptek adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnyaproduktivitas litbangIptek.
2. Meningkatnya penerapan Iptekuntuk mendukung inovasi dalam rangka meningkatkan
nilai tambah sumber daya alam dan sumber daya yang berbasis kearifan lokal.
36
37
Sasaran
1.
Meningkatnya
produktivitas
litbangIptek
2.
Meningkatnya
penerapan Iptek untuk
mendukung inovasi
dalam rangka
meningkatkan nilai
tambah sumber daya
alam dan sumber daya
yang berbasis kearifan
lokal
Input
1. Peningkatan kuantitas dan
kualitas SDM Iptek
2. Peningkatan investasi litbang
3. Peningkatan peralatan
laboratorium yang
dimodernisasi sesuai dengan
kinerja dan tuntutan pasar
4. Peningkatan pemanfaatan
sarana prasarana dan
peralatan laboratorium
5. Peningkatan jumlah pusat
unggulan Iptek
6. Peningkatan jumlah
konsorsium riset
7. Peningkatan jumlah
inkubator teknologi
Indikator
Output
Outcome
1. Peningkatan jumlah
publikasi ilmiah dan sitasi
2. Peningkatan jumlah HKI
3. Peningkatan teknologi yang
siap diindustrikan
1. Meningkatnya kontribusi
Iptek terhadap daya saing
nasional
4. Peningkatan hasil
penelitian, pengembangan,
dan perekayasaan
(litbangyasa) yang
dimanfaatkan
5. Peningkatan jumlah
ketersediaan SNI
6. Peningkatan kesesuaian
teknologi hasil litbang
dengan SNI
7. Peningkatan komersialisasi
hasil litbang
4. Meningkatnya start up
company (perusahaan
pemula) berbasis hasil
litbang dan/atau spin off
38
BAB III
PRIORITAS UTAMA PEMBANGUNAN NASIONAL IPTEK
3.1
jangka
panjang
dalam
pembangunan
nasional
Iptek,
tujuan
dan
teknologi;
dan
2)
meningkatnya
penerapan
ilmu
39
meningkat. Selain itu, hal ini sejalan dengan Masterplan Percepatan dan
perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 (MP3EI), dimana
digariskan dalam inisiatif 1-747 bahwa peningkatan kemampuan sumber daya
manusia dalam penguasaan Iptek merupakan upaya untuk meningkatkan
produktivitas menuju innovation-driven economy. Agar proses transformasi
menuju innovation-driven economy dapat berjalan maka upaya peningkatan
kemampuan sumber daya manusiadalam penguasaan Iptek harus diikuti
dengan pendanaan litbang yang dikelola secara professional, modernisasi
sarana dan prasarana litbang, dan program litbang yang terkait langsung
dengan proses produksi.
3.2
Prioritas Iptek
Mengacu pada RPJPN 2005-2025 dan untuk menjaga kesinambungan dengan
apa yang telah dilakukan pada periode lima tahun sebelumnya, pembangunan
Iptek ditujukan untuk mendukung bidang-bidang sebagai berikut:
1
Pangan,
2 Energi,
3
40
lokal
dapat
berpartisipasi
aktif
agar
dapat
meningkatkan
lahan-lahan
pengembangan
suboptimal;
varietas/kultivar
perlu
unggul
juga
secara
adaptif
paralel
untuk
dilakukan
masing-masing
Smart
Village
(konservasi,
diversifikasi,
integrasi,
dan
41
Iptek difokuskan padaupaya untuk mewujudkan tercapainya elastisitas energi kurang dari satu pada tahun 2025. Terobosan teknologi diperlukan
untuk
mendorong
pemanfaatan
sumber
energi
baru/terbarukan,
42
43
hanan; pesawat Udara Nir Awak (UAV); dan munisi kaliber besar.
Selanjutnya, penerapan Iptek pada bidang pertahanan dan keamanan
harus senantiasa diikuti dengan penerapan standar dan yang terkait
dengan ketenaganukliran harus senantiasa diikuti dengan pengawasan
ketenaganukliran.
6 Teknologi Kesehatan dan Obat
Beberapa
kondisi
nasional
yang
perlu
dijadikan
acuan
dalam
e. Kebutuhan alat kesehatan lebih dari 95% tergantung impor. Industri alat
kesehatan dalam negeri belum berkembang. Pengembangan prototip alat
kesehatan prioritas dan SNI alat kesehatan sangat diperlukan untuk
44
Berdasarkan hal tersebut pengembangan Iptek Kesehatan dan Obat diarahkan untuk: (i) mendorong berdirinya industri BBO; (ii) mengembangkan produk biofarmasetika untuk mengatasi penyakit infeksi dan degeneratif; (iii) meningkatkan daya saing industri obat herbal melalui penguatan inovasi teknologi berbasis sumberdaya hayati merupakan dan (iv)
mendorong berkembangannya industri alat kesehatan. Riset terkait
vaksin; kit diagnostik dan alat kesehatan; biofarmasi dan biosimilar; bahan
baku obat dan obat baru; antibiotik serta pangan nutrisi khusus perlu terus ditingkatkan.
Mengingat masih tingginya penyakit infeksi (dengue, malaria, HIV/AIDS,
dll), maka kemampuan memproduksi vaksin merupakan terobosan untuk
mengurangi ketergantungan pada produk impor. Untuk itu diperlukan riset vaksin yang memenuhi persyaratan Good Laboratory Practice (GLP) dan
Good Manufacturing Practice (GMP) agar hasil-hasil penelitian dapat
diserap dengan baik oleh industri. Oleh karena, itu keberadaan fasilitas
riset vaksin yang terintegrasi dalam wadah Indonesian Life Science Center
(ILSC) sangat diperlukan.
Selanjutnya, penerapan Iptek pada bidang kesehatan dan obat harus
senantiasa diikuti dengan penerapan standar dan yang terkait dengan
ketenaganukliran
harus
senantiasa
diikuti
dengan
pengawasan
ketenaganukliran.
7 Material Maju
Indonesia kaya bahan tambang yang mengandung logam tanah jarang
(rare earth) yang sangat dibutuhkan dalam produksi berbagai produk
teknologi tinggi. Saat ini logam tanah jarang terbuang begitu saja sebagai
limbah dari pengolahan bahan tambang lainnya. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian dan pengembangan untuk mengekstrak logam
45
dengan
ketenaganukliran
penerapan
harus
standar
dan
senantiasa
diikuti
yang
terkait
dengan
dengan
pengawasan
ketenaganukliran.
Prioritas utama penelitian, pengembangan, dan penerapan Iptek pada masingmasing bidang fokus adalah untuk menghasilkan invensi dan inovasi Iptek
seperti tercantum pada Tabel 2 sampai dengan Tabel 8.
46
Teknologi Prioritas
Uji Alpha
A.
1.
Padi
2.Hortikultura
Milestone
Uji Beta
Pelaksana
Difusi
Sertifikasi
Penyebaran Benih
Persilangan varietas
rekayasa genetika dengan
varietas unggul lokal untuk
mendapatkan galur stabil
dengan backcross
LIPI
LIPI
Rekomendasi teknologi
produksi bibit dan budidaya
tanaman di lahan sub
optimal bagi mitra pengguna
(2019)
Identifikasi gen/marka
molekular terkait sifat
unggul toleran/ketahanan
terhadap cekamam
biotik/abiotik
Uji teknologi budidaya
umbi Tacca
leontopetaloides,Amorpho
1. BPPT
2. LIPI
3. IPB
4. Balitbang Pertanian
5. Balai Penelitian
Hortikultura
LIPI
1. BATAN
2. Kementerian Pertanian
3. Pemda
LIPI
LIPI
47
3.Instalasi
Iradiator Gamma
(200 kCi) untuk
mendukung
ketahanan pangan
nasional
4.SNI
Perbanyakan in-vitro
pisang hasil induksi
poliploidi
LIPI
Produksi konsorsia
mikroba untuk
meningkatkan
produktifitas lahan suboptimal skala lab (20152016)
Persiapan Konstruksi,
Amdal, LAK,RKS, BQ,
Perijinan, dll.
Konstruksi
1. BATAN
2. Bapeten
1. BSN
2. Kementerian Pertanian
3. Kementerian Lingkungan
Hidup
4. Lembaga Litbang
pemerintah dan swasta
terkait
2.
1.
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
1.
2.
3.
4.
BPPT
LIPI
PT. Indo Acidatama
PT. Bioindustri
Nusantara
Produksi melalui
fermentasi dan pemisahan
7-ALA (2015-2016)
Uji coba teknologi
agroforestry lahan sub
optimal
Produksi dan formulasi
konsorsia mikroba
penyubur (2015-2016)
1. BPPT;
2. PT. Indo Acidatama;
3. PT. Bioindustri Nusantara
LIPI
1.
2.
3.
BPPT;
LIPI
PT. Indo Acidatama;
48
3.
SNI
Produksi konsorsia
mikroba pendegradasi
residu pestisida kimiawi
(2015-2016)
Kesesuaian terhadap
SNI /pedoman produksi
pangan
berkelanjutan,jaminan
keamanan pangan dan
fungsi lingkungan hidup
3.
4.
PT. Bioindustri
Nusantara
1.
2.
3.
BPPT;
LIPI
PT. Indo Acidatama;
4.
PT. Bioindustri
Nusantara
BPPT;
LIPI
PT. Indo Acidatama;
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
PT. Bioindustri
Nusantara
BSN
Kementerian Pertanian
Kementerian Kehutanan
HTI
Lembaga Litbang
pemerintah dan swasta
terkait
1.
Kakao
Teknologi Perbaikan
Budidaya (2015)
Teknologi Pengelolaan
Hutan Sagu menjadi
Kebun Sagu (2014)
2.
Sagu
Teknologi Pengelolaan
Hutan Sagu menjadi Kebun
Sagu (2017)
1. Kementerian Pertanian
2. Balitbangda Provinsi
Sulawesi Selatan,
3. Puslitkoka-Jember, BPPT,
Unhas dll
1. Kementerian Pertanian,
2. Kementerian Kehutanan,
3. BPPT,
4. IPB,
5. Unipa,
6. Uncen dll
1. Kementerian Pertanian
2. BPPT,
3. IPB,
4. Unipa,
5. Uncen dll
1. BPPT,
49
Teknologi diversifikasi
pangan berbasis pati sagu
(2014)
Teknologi diversifikasi
pangan berbasis pati sagu
(2014)
Teknologi diversifikasi
pangan berbasis pati sagu
(2015)
LIPI
Teknologi diversifikasi
produk hilir berbasis CPO
(2015)
Prototipe bibit unggul
(rotan, sawit, kakao dan
karet) melalui teknik
kultur jaringan (2016)
1. BPPT,
2. PPKS,
3. IPB dll
1.BPPT
2.IPB
3.Litbang Pertanian
4.Balai Penelitian Karet
5. PPKS
7.
Material biokatalis
(enzim) untuk
bahan pendukung
industri
pengolahan hasil
perkebunan dan
kehutanan
8. Bioplastik (Plastik
Ramah
Lingkungan) dari
hasil perkebunan
Teknologi diversifikasi
produk hilir berbasis CPO
(2019)
Rekomendasi teknologi
produksi bibit tanaman
(rotan, sawit, kakao dan
karet) melalui teknik kultur
jaringan bagi mitra pengguna
(2019)
Alih teknologi ke industri
(industrial scale) (2019)
1. Produksi bioplastik
berbahan baku pati lokal
(2015)
2. Pengembangan metode
evaluasi bioplastik (20152016)
1.. BPPT
2. LIPI
3. PT. Fajar Paper
4. BiologiQ, Inc.
5. PT. Tirta Marta
6. PT. Sinar Pematang Mulia
9. Biomaterial
LIPI
10. SNI
1. BSN
2. Kementerian Pertanian
3.
Gaharu
2. IPB,
3. Unipa,
4. Uncen dll
1. BPPT,
2.IPB,
3. Unipa,
4. Uncen dll
LIPI
1. BPPT
2. PT. Petrosida Gresik
3. LIPI
4. ITB
5. PT. Fajar Paper
50
4.
1.
Sapi
3. Kementerian Kehutanan
4. Lembaga Litbang
pemerintah dan swasta
terkait
1. BPPT,
2. LIPI
3. Kementerian Pertanian,
4. Pemerintah Daerah
Diseminasi teknologi IB
sexing dan transfer embrio
sapi
LIPI
4. Kerbau
Diseminasi teknologi IB
sexing dan transfer embrio
kerbau
LIPI
5.
pengembangan teknologi
penangkaran satwa liar
Aplikasi Teknologi
Penangkaran satwa liar
LIPI
6. Pakan ternak
1. BPPT
2. LIPI
3. UNDIP
4. UNIBRAW
5. Industri Pakan Ternak
6. LIPI
7.
1. Teknologi produksi
Xylanase dan Selulase
(2015-2017)
2. Formulasi pakan ternak
(2015-2017)
3. Formulasi bioaditif
probiotik dan fitobiotik
Kesesuaian terhadap SNI
keamanan pangan dan
pakan
Kesesuaian terhadap
SNIsystem jaminan mutu
produksi
1.
2.
3.
4.
Satwa Liar
SNI
LIPI
BSN
Kementerian Pertanian
LIPI
Lembaga Litbang
pemerintah dan swasta
terkait
51
1.
2.
Ikan Malili
dan Arwana
Standardisasi proses
produksi ikan malili dan
arwana
3.
Udang
SNI
1. BPPT
2. Kementerian Kelautan dan
Perikanan
3. LIPI
1.
2.
3.
4.
5.
LIPI
BSN
KKP
LIPI
BPPT
Lembaga Litbang
pemerintah dan swasta
terkait
52
4.
Energi
nuklir: 53aliber
daya
eksperimental,,,,,,,
,,,,,,,,,,,
5.
Energi arus
laut: Pembangkit
Listrik Tenaga
Arus Laut
6.
Biofuel:
biodiesel,
bioetanol
7.
Biomass:
Teknologi Prioritas
1.
2.
3.
4.
Peralatan
Sistem pembangkit
Distribusi
Pemanfaatannya
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Peralatan
Sistem pembangkit
Distribusi
Milestone
Uji Beta
SNI untuk keselamatan,
kelestarian lingkungan dan
peralatan, sistem
pembangkitan, dan distribusi
serta pemanfaatannya
Pelaksana
Difusi
SNI untuk sistem jaminan
mutu dan keberlanjutan
produksi serta efisiensi
produksi
1.
2.
3.
4.
5.
BSN
Kementeran ESDM
Kementerian Kehutanan
LIPI
BPPT
1.
2.
3.
4.
5.
BSN
Kementerian ESDM
BPPT
LIPI
PLN
1.
2.
3.
4.
5.
BSN
Kementerian ESDM
BPPT
LIPI
PLN
1. PerijinanAmdal
2. SNI untuk instalasi dan
keselamatan reaktor
serta limbah nuklir
1.
2.
1.
1. BATAN
2. BAPETEN
3. BSN
Penyimpanan
Peralatan
Sistem konversi
Distribusi
Penyimpanan
1. Sistem Reaktor Eksperimental
Generasi ke IV
2. Sistem jaminan keselamatan nuklir
3. Pengelolaan limbah nuklir
4.
Uji Alpha
SNI untuk keselamatan,
kelestarian lingkungan dan
peralatan pembangkitan
energi panas bumi
1. Peralatan
2. Sistem pembangkit
3. Distribusi
4. Penyimpanan
1. Material
2. kompor
3. Instalasi/distribusi
4. keselamatan
5. Pengelolaan lingkungan
1. Material
2. Briket
3. tungku
4. Pengelolaan limbah
Konstruksi
SNI untuk instalasi dan
sistem keselamatan
reaktor serta
pengelolaan limbah
nuklir
1. BSN
2. Kementerian ESDM
3. Kementerian Kelautan dan
Perikanan
1. BSN
2. Kementerian ESDM
3. BPPT
4. LIPI
1.
2.
3.
4.
BSN
Kementerian ESDM
BPPT
LIPI
53
8.
Biogas:
9.
Batubara
muda:
1. Bahan baku
2. Instalasi/distribusi
3. kompor
4. Keselamatan
5. Pengelolaan limbah
dimethyl ether (DME) dari batu bara
muda.
CBM
1.
2.
3.
4.
BSN
Kementerian ESDM
BPPT
LIPI
1.
2.
3.
4.
1.
2.
BSN
Kementerian ESDM
BPPT
LIPI
BSN
Kementerian ESDM
54
Teknologi Prioritas
1.
Alat transportasi
darat: Kendaraan 55alibe
berbasis listrik, sistem
manajemen keselamatan
(intelligent transport
system)
Misal: mobil elektrik
2.
Alat transportasi
laut:
sistem manajemen
keselamatan (intelligent
transport system)baik
penumpang maupun
transportasi (navigasi,
sinyal, dll)
1.
2.
3.
4.
5.
Uji Alpha
Uji baterai lithium pack
beserta sistemnya dalam
mobil city car 20Kw,
kapasitas 200Wh/kg
dengan TKDN 50% (2015
2017)
Milestone
Uji Beta
Uji baterai lithium pack
beserta sistemnya dalam
beberapa jenis mobil,
kapasitas baterai 240Wh/kg
dengan TKDN 60% (20172018 )
Pelaksana
Difusi
Produk baterai pack dengan
beberapa kapasitas untuk
mobil listrik, kapasitas
baterai 300Wh/kg dengan
TKDN 70% (2018 2019)
1.
Battery
2.
Motor
3.
Kontrol
4.
5.
Charger
SNI
Kapal
Pelabuhan/dermaga
Sinyal (GPS)
Pengamanan
Keselamatan
dalam
1. LIPI
2. BATAN
3. BPPT
4. Balitbang Kehutanan
5. BALAI KERAMIK
6. UGM
7. ITS
8. UNLAM
9. UI
BSN
Kementerian Perhubungan
Kementeran ESDM
BPPT
LIPI
KNKT
BSN
Kementerian Perhubungan
PT. PAL
BPPT
55
3.
Alat transportasi
udara:
Sosialisasidan pembinaan
pemanfaatan pesawat N-219
kepada pemangku
kepentingan
1.
2.
3.
4.
LAPAN
PT. DI
BPPT
Kementerian
Perindustrian
SNI
SNI
untuk
terbang,
dan
terbang
1.
2.
3.
4.
5.
BSN
Kementerian Perhubungan
PT. DI
KNKT
BPPT
pesawat
kelaikan
Teknologi Prioritas
Uji Alpha
Standar Sistem manajemen
keamanan informasi
Milestone
Uji Beta
SNI Sistem manajemen
keamanan informasi
Difusi
SNI Sistem manajemen
keamanan informasi
1. BSN
2. Kementerian Kominfo
1.
2.
1.
2.
1. BSN
2. Kementerian Kominfo
1.
eGovernment:
Keamanan informasi
2.
e-Business:
Keamanan informasi
3.
e-Services:
Keamanan informasi
4.
e-Health :
Keamanan informasi
1.
2.
5.
Data dan
informasi
geospasial:
SNI
3.
Pelaksana
BSN
Kementerian Kominfo
BSN
Kementerian Kominfo
1. BIG
2. BPPT
3. PT. LEN
4. PT. Inti
5. LAPAN
6. ITB
7. UGM
8. UI
9. PT. DI
10.PT. Telkom
11. Kementerian Pertahanan
12.Dittop TNI AD
1. BSN
2. BIG
56
Teknologi Prioritas
Uji Alpha
1.
Pesawat
tempur:
Pesawat Tempur
generasi 4,5
1.
2.
3.
4.
2.
Kapal
perang:
Kapal Perang
Fregate Class
1.
Combat Management
System
2.
Platform technology
3.
Combat System technology:
4.
Fabrication technology
5.
Material
6.
Stealth Technology
7.
Propulsion system
3.
Kapal
selam:
Desain Kapal
SelamUkuran
Sedang (Medium
Size)
1.
2.
Desain
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Machinery
4.
Roket:
Roket Balistik 300
Km dan KendaliMedium size
Airframe Tech
Avionic Tech
Weapon Tech
Material tech
Milestone
Uji Beta
Pelaksana
Difusi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kemhan
Dislitbang TNI AU
BPPT
LAPAN
LIPI
ITB
ITS
UI
Kemhan
TNI AL
BPPT
LIPI
ITS
UNS
PENS
PPNS
PT PAL
PT LEN
Kemhan
TNI AL
BPPT
LIPI
ITS
PENS
PPNS
PT PAL
PT LEN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kemhan
Dislitbang TNI
LAPAN
ITB
ITS
UNS
UGM
PENS
Hydrolic System
1.
Komposite Material
2.
Teknologi Elektronika,
Kontrol dan mekatronika
3.
Case Bonded, Composite
Modifier double Base
4.
Teknologi Propulsi
5.
Teknologi Peledak
57
5.
Kendaraan
tempur:
Amphibious
armored vehicle
dan Infantery
Fighting Vehicle
(Light Tank)
6.
Radar:
Air Defence Radar
& 3D Long Range
Air Surveilance
Radar
1.
Teknologi Turet dan senjata
2.
Sistem komunikasi dan
Navigasi
3.
Hull dan Chasis
4.
Sistem Penggerak
5.
Power Pack Technology
6.
Nubika
7.
Material Khusus
Active Sparse Phased Array Radar
(ASPAR):
1. Elektronika
2. FM-CW/Pulse S/L/X-band
3. Material
4. RF Component
5. Antene
6. Software
7.
Elektronika
pertahanan:
Alat Komunikasi,
Alat Penyadap
1.
2.
Elektronika
Kontrol dan Navigasi
3.
Enskripsi
8.
Pesawat
Udara Nir Awak
(UAV):
1.
2.
Disain
Conceptual Desain Review
3.
Preliminary Design
Detail Design
4.
9.
10.
PT DI
PT Pindad
11.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
PT Dahana
Kemhan
TNI AD
PT Pindad
BPPT
LIPI
UNS
UI
1.
Kemhan
2.
Dislitbang TNI AU
LIPI
ITB
ITS
UI
7.
8.
PT. LEN
3.
4.
5.
6.
Uji terbang
Sosialisasidan pembinaan
pemanfaatan pesawat UAV
kepada pemangku
kepentingan (Th 2020)
Aplikasi teknologi
biodefence
1.
2.
3.
4.
5.
PT. INTI
1.
Balitbang kemhan
2.
TNI
3.
LEN
4.
ITB
5.
UI
6.
ITS
7.
PENS
8.
LIPI
9.
BPPT
LAPAN
PT. DI
ITB
UGM
Balitbang kemhan
9.
Munisi 58
kaliber besar:
10.
Biodefence
Teknologin biodefence
LIPI
58
59
Tabel 7. Produk Unggulan dan Teknologi Prioritas pada Bidang Kesehatan dan Obat
Produk Unggulan
Teknologi Prioritas
Milestone
Uji Beta
Uji Alpha
A.
1.
2.
Pangan
Fungsional: Anti
penyakit
degeneratif dan
penuaan
(geriatric)
Beta glukan (black
yeast)
4. Bahan tambahan
pangan &
kesehatan
berbahan baku
sumber hayati
lokal
5. SNI
PANGAN FUNGSIONAL
- Pengembangan tek.
ekstraksi dan formulasi
pada skala lab dan pilot
(2016)
- Uji organoleptik (2016)
- Pengembangan
teknologi produksi skala
lab dan pilot (2015)
- Uji efikasi / pra klinis
laboratorium (20152016),
- Uji klinis terbatas (2016)
- Produksi dan uji skala
lab dan pilot(2015)
- Uji organoleptik (2016)
- Uji klinis(2017-2018)
- Uji organoleptik (2016)
- Uji klinis(2017-2018)
1. Teknologi isolasi,
2. Teknologi analisis,
3. Teknologi pengujian keamanan
pangan
1. BPPT
2. ITB
3. IPB
4. BP2GAKI
5. Industri Pangan
6. Industri Kesehatan
1. BPPT
2. BPOM
3. IPB
4. Industri Pangan
5. Industri Kesehatan
1. BPOM
2. Teknologi Formulasi
3.
Pelaksana
Difusi
1.
2.
3.
4.
5.
Teknologihidrolisa
Isolasi
Teknologi fermentasi,
Teknologi pemurnian,
Teknologi formulasi
1.
2.
3.
4.
BPPT
IPB
BPOM
Industri Pangan
Fungsional
5. LIPI
1. BPPT
2. BiologiQ Inc.
3. PT. IndoFarma
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BSN
UI
UGM
ITB
UB
Unair
BPPT
LIPI
60
B. VAKSIN
1.
Seed vaksin
Malaria
2.
3.
Seed vaksin
Dengue
5.
Antibodi
monoklonal untuk
rapid tes dengue
6.
Sseed vaccine
hepatitis B
6. SNI
Uji fungsionalitas
diagnostika dengue
berbasis NS1 (2015)
PTFM-BPPT
1. PTFM-BPPT
2. Balitbangkes
Target ditentukan
Konsorsium
Rekomendasi teknologi
produski seed vaksin Hep B
untuk BUMN Farmasi/
Biofarma (2019)
1. Balitbeng Kesehatan
2. BPPT
3. UI
4. UGM
5. LBM Eijkman
6. UNAIR
PTFM-BPPT
1. Balitbang Kesehatan
2. UI
3. UGM
4. ITB
5. Universitas Brawijaya
6. Universitas Airlangga
7. PT Biofarma
8. BPPT
9. LIPI
10.LBM Eijkman
1. Balitbang Kesehatan
2. BSN
3. UI
4. UGM
5. ITB
6. UB
7. Unair
8. PT Biofarma
9. BPPT
10. LIPI
11. Eijkman
61
2.
3.
BATAN
Diseminasi produk
BATAN
Diseminasi produk
BATAN
BATAN
1. BATAN
2. PT Kimia Farma
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
4. Prototipe
Siklotron 13 MeV
5. Kit 99mTc
glukosa-6-fosfat
dan 99mTc
glutation
6. USG
7.
Hemodialiser
Prototiping Hemodialiser
(elektromekanik, bahan disposable,
teknologi dialyser dan water treatment)
8.
Glucose meter
10. SNI
BPPT
UGM
ITB
PT Tesena Inovindo
BPPT
BATAN
PT Renalmed Tiara Utama
SGU
BPPT
IPB
1. BPPT
2. PT. Sugih Instrumendo
ABADI,
3. ITT Telkom
1.
BSN
2.
BPPT
3.
BATAN
4.
PT. Renalmed
Tiara Utama
5.
SGU
6.
Kemenkes
62
Produk Biofarmasi
: stem cell dan
biosimilar
PTFM-BPPT
Rekomendasi teknologi
produksi albumin untuk
pihak swasta nasional atau
BUMN Farmasi (2018)
1. LIPI
2. UGM
3. BPPT
4. BUMN
5. PT.Indofarma, ITB
Rekomendasi teknologi
produksi human insulin
untuk BUMN Farmasi/swasta
nasional (2019).
SNI metode uji dan
keamanan produk dan
jaminan mutu
2.
SNI
1. LIPI
2. UGM
2.
Kandidat Obat
Ekstrak terstandar
(untuk
mendukung
program Nasional
Saintifikasi JamuKemenkes)
- Pengujian in vitro
(2014)
- pengujian in vivo(2015)
- Pengujian in vitro
PTFM-BPPT
PTFM-BPPT
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
PTFM-BPPT,
RS, Indofarma,
PT. Javaplant
PTFM-BPPT,
Rumah Sakit
UGM
PT Deltomed
PTFM-BPPT
Rumah Sakit
PT. Indofarma
UNAIR
1. PTFM-BPPT
63
(2016)
- pengujian in vivo(2017)
2.
Obat Herbal
Terstandar (OHT)
3.
Fitofarmaka
Fitofarmaka antidiabetes
Difusi fitofarmaka
antidiabetes (2018)
4. SNI
jati belanda,
kemuning,
kelembak untuk jamu
antikolesterol (2019)
- Difusi formula OHT
antikolesterol, fitoestrogen
(2014)
- Difusi formula OHT
antidiabetes (2015)
- Difusi formula OHT
imunostimulant kanker
(2018)
- Difusi formula OHT
hepatoprotektor (2019)
BPPT, RS, Industri
2. Rumah Sakit
3. PT Indofarma
4. UGM
1. PTFM-BPPT
2. Industri
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
BPPT
Rumah Sakit
Industri
IPB
BPPT
PT. Indo Farma
Balitro
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
BPPT
ITB
UGM
PT. Riasinia Abadi,
PT. Indo Farma
BPPT
PT. Riasima Abadi Farma
PT. Indo Farma
1.
BPPT
2.
PT. Riasinia Abadi
3.
PT. Indo Farma
F. ANTIBIOTIK
1.
2.
Antibiotik
betalaktam
generasi lanjut
SNI
Prototipe Cephalosporin C
pada skala pilot (2016)
Rekomendasi teknologi
produksi turunan senyawa 7ACA (2019)
64
Tabel 8. Produk Unggulan dan Teknologi Prioritas pada Bidang Material Maju
Produk Unggulan
Teknologi Prioritas
Uji Alpha
Kesesuaian mutu dan
metode uji
Milestone
Uji Beta
SNI dan metode produksi
serta jaminan mutu produksi
Pelaksana
Difusi
SNI dan metode produksi
serta jaminan mutu produksi
dalam skala besar
1.
Material
katalis untuk
gasifikasi
batubara:
2.
Tanah
jarang
1. Kementeran ESDM
2. BSN
3.
Bahan baku
dan produk besi
baja: paduan baja
dan komposit
baja
1. BSN
2. Kementerian ESDM
3. Kementerian
Perindustrian
4.
Batere
(energy storage):
batere kendaraan
missal berbasis
listrik
1. BSN
2. Kementerian ESDM
3. Kemenprin
5.
Functional
and nano
materials untuk
bahan pendukung
industri:
1. BSN
2. LIPI
3. BPPT
6.
Laboratoriu
m advanced NDE
tersertifikasi
Peningkatan penguasaan
iptek advanced NDE,
Persiapan dokumentasi
sistem manajemen mutu
advanced NDE,
BATAN
7.
Prototipe
baterai koin
lithium dengan
elektrolit padat
8.
BATAN
Pilot Plant
LTJ dan
pemanfaatan LTJ
1. BSN
2. Kementerian ESDM
BATAN
65
Prioritas utama penelitian, pengembangan, dan penerapan Iptek pada masingmasing bidang fokus tersebut di atas ditopang oleh ilmu dasar dan didukung
oleh kajian sosial, ekonomi, dan budaya. Penelitian, pengembangan, dan
penerapan Iptek juga dimaksudkan untuk menjawab isu-isu yang bersifat
lintas bidang (cross cutting issues) seperti Iptek kebumian dan perubahan
iklim, teknologi hijau (green technology) dan teknologi maritim.
Mengingat Indonesia merupakan negara yang rawan bencana, dimana hampir
semua provinsi mempunyai resiko kebencanaan yang berasal dari berbagai
sumber ancaman (multi hazard) seperti gempa bumi, tsunami, aktivitas
gunung api, banjir, longsor, kebakaran hutan dan lahan, dan kekeringan
(drought), maka penguasaan Iptek kebumian dan perubahan iklim ,menjadi
sangat strategis untuk mengurangi resiko bencana.
Selanjutnya, mengingat Indonesia merupakan negara maritim maka
penguasaan Iptek kemaritiman baik untuk kepentingan ketahanan pangan,
energi, transportasi, maupun pertahanan menjadi sangat strategis. Untuk itu
diperlukan fasilitas riset kemaritiman terpadu sebagai Indonesian Marine
Science & Technology Park (IMSTeP).
Secara rinci prioritas Iptek tersebut diagendakan secara nasional dalam
Agenda Riset Nasional (ARN) 2015-2019.
66
BAB IV
KERANGKA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL IPTEK
5.1.
67
Daerah (SIDa) merupakan komponen penting dalam penguatan Sistem Inovasi Nasional yang mewadahi proses integrasi antara komponen penguatan sistem inovasi
pada tataran makro dan industrial dalam kerangka lokalitas.
4.3.
Pengembangan dan penerapan sistem pendanaan beasiswa untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM Iptek yang dikaitkan dengan
master plan pengembangan SDM dan Iptek nasional.
2.
Pengembangan
dan
penerapan
sistem
pendanaan
riset
untuk
Pengembangan dan penerapan sistem block grant dalam pembiayaan litbang untuk memberikan kemudahan administrasi dalam pengelolaan
keuangan sehingga dapat meningkatkan efektivitas litbang.
4.
5.
Pengembangan dan penerapan sistem evaluasi kinerja lembaga Iptek untuk memberikan pedoman dan arah bagi setiap lembaga Iptek untuk
meningkatkan kinerja sesuai dengan kompetensinya.
68
6.
7.
8.
Pengembangan dan penerapan sistem pembayaran royalti secara berkeadilan dalam penerapan hasil litbang sebagai bentuk pengakuan dan
penghargaan atas hak moral dan ekonomi bagi inventor.
9.
Pengembangan dan penerapan sistem investasi Iptek dengan mengoptimalkan peran industri untuk mencapai peningkatan investasi menuju
pendanaan litbang sebesar 1% GDP.
10.
11.
12.
13.
69
14.
15.
Pengembangan dan penerapan sistem penyelenggaraan kerjasama internasional untuk mendorong peningkatan penguasaan dan pemanfaatan
Iptek secara nasional.
16.
17.
B.
1.
2.
Pengembangan dan penerapan sistem manajemen taknologi untuk menjaga keberlangsungan proses litbang sampai dengan pemanfaatan hasilhasilnya.
3.
rangka
mendukung
pemanfaatan
hasil
litbang
Iptek
di
masyarakat/industri.
4.
70
5.
Pengembangan dan penerapan sistem asuransi teknologi untuk menjamin resiko yang ditimbulkan dalam penerapan teknologi hasil litbang.
6.
Pengembangan dan penerapan sistem pendanaan beresiko untuk mendorong penerapan teknologi hasil litbang.
7.
8.
9.
Pengembangan dan penerapan sistem permodalan ventura (venture capital) bagi pembentukan IKM/UKM berbasis hasil litbang.
10.
11.
71