Professional Documents
Culture Documents
0
LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN HIDRROCEFALUS
1. A.
Pengertian
Tipe Hidrocefalus
menurut Ngatiyah (1997) Hidrocefalus pada bayi dapat dibagi menjadi dua yaitu
1. Konginetal
2. Di dapat
: Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan
penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala
yang menyerang otak dan pengobatannya tidak tuntas.
1. B.
Etiologi
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah:
1. Kelainan bawaan
1. Stenosis Aquaductus sylvii
merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus
dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit
dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan
cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
1. Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula
spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
1. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat
Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV
sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
1. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia
1. Anomali pembuluh darah
2. Infeksi
3. Perdarahan
4. Neoplasma
C.
PATOFISIOLOGI
1. D.
patHway keperawatan
KOMPLIKASI
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses
otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit
menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
1. F.
PENATALAKSANAAN
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori live saving and live sustaining
yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan
tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan
kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus
koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat
azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan
serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan
tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarakhnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
1. Drainase ventrikule-peritoneal (Holter, 1992; Scott, 1995;Anthony
JR, 1972)
2. Drainase Lombo-Peritoneal
3. Drainase ventrikulo-Pleural (Rasohoff, 1954)
4. Drainase ventrikule-Uretrostomi (Maston, 1951)
5. Drainase ke dalam anterium mastoid
6. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan
jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter)
yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah.
Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter
harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus
diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan
setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan
kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan
selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat
sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang
pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan
selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
5. pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau
pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. VRIES (1978)
mengembangkan fiberoptik yang dilengkapi perawatan bedah mikro
dengan sinar laser sehingga pembedahan dapat dipantau melalui televisi.
ASUHAN KEPERAWATAN
HIDROCEFALUS
1. A.
fokus pengkajian
2. Wawancara
DS
1. B.
diagnosa keperawatan
1. C.
Dx I
Dx II
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK
NOC :
1. Level nyeri
-
Laporan nyeri
Frekwensi nyeri
Lamanya nyeri
Kegelisahan
Perubahan TTV
NIC :
1. Manajemen Nyeri
- Tampilkan pengkajian secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, intensitas dan faktor predisposisi nyeri.
- Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, terutama jika tidak dapat
berkomunikasi secara efektif.
-
- Tentukan dampak nyeri terhadap kwalitas hidup (misal ; tidur, aktivitas, dll).
- Evaluasi dengan pasien dan tim kesehatan, efektivitas dari kontrol nyeri pada
masa lalu yang biasa digunakan.
-
- Berikan info tentang nyeri, misal; penyebab, berapa lama akan berakhir dan
antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
- Kontrol faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi respon pasien untuk
ketidaknyamanan (misal : temperatur rungan cahaya dan kebisingan).
- Ajarkan untuk menggunakan teknik nonfarmokologi (misal : relaksasi, guided
imagery, therapi musik, distraksi, dll).
Dx III
Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shutrl
NOC :
1. Kontrol Resiko
Kriteria hasil :
-
Kritria hasil :
-
NIC :
1. Kontrol Infeksi
Aktivitas :
-
Batasi pengunjung
Beritahu pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan jika
terjadi infeksi laporkan kepada petugas kesehatan.
-
Aktivitas :
-
Dx IV
kata
NIC
1. penurunan cemas
-
Dx V
Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber
informasi.
NOC :
1. Knowledge : Disease Process (1803)
-
Proses penyakit
Pengendalian infeksi
Pengobatan
Prosedur pengobatan
NIC :
1. Teaching Disease Process
Aktifitas :
Aktifitas :
Informasikan kepada pasien kapan dan dimana prosedur perawatan
dilakukan
-
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1997). Diagnosa Keperawatan : buku saku. edisi 6.
Jakarata : EGC
Ganong. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi: 17. Jakarta: EGC
Johnson, marion, dkk. (2000). Nursing Outcomes Clasification (NOC).Missouri:
Mosby
Mc. Clostrey, Deane C, & Bulechek Glorid M. (1996). Nursing Intervention
Clasification (NIC).Missouri: Mosby
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan 2005-2006. Alih bahasa dan
editor: Budi Santosa. Jakarta: Prima Medika
Price. (1995). Patofisiologi: Proses-proses Penyakit Edisi: 4, Editor peter
Anugrah Buku II.Jakarta: EGC
Wilkinson, M, Judith; (1997) . Buku saku diagnosis keperawatan dengan NIC dan
NOC . Edisi 7 .Jakarta : EGC.
A.
PENGERTIAN
B.
1.
5.
Gangguan sensorik.
6.
7.
8.
9.
Perubahan tanda-tanda vital (nafas dalam, nadi lambat, hipertermi,/
hipotermi).
10. Penurunan kemampuan berpikir.
C.
PATOFISIOLOGI
d. Sindrom Dandy-walker.
2.Infeksi.
Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga terjadi
obliterasi ruang subarakhnoid, misalnya meningitis.
Infeksi lain yang menyebabkan hidrosefalus yaitu:
a. TORCH.
b. Kista-kista parasit.
c. Lues kongenital.
3.Trauma.
Seperti pada pembedahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat
menyebabkan fibrosis epto meningen pada daerah basal otak, disamping
organisasi darah itu sendiri yang mengakibatkan terjadinya sumbatan yang
mengganggu aliran CSS.
4.Neoplasma.
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di
setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain:
D.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nelhaus (1987) hidrosefalus sering mempunyai gejala-gejala dan tandatanda. Namun ada kasus-kasus samar yang tidak terdiagnosis sampai dewasa,
dengan demikian perlu adanya ketelitian dlam menangani penderita yang diduga
menderita hidrosefalus, mulai dari pengambilan amnanesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan radiologis.
1.
Aloamnanesis/ amnanesis.
Pemeriksaan fisik.
Kesan umum penderita terutama bayi dan anak, proporsi kepala terhadap badan,
anggota gerak secara keseluruhan tidak seimbang. Anak biasanya dalam keadaan
tidak tenang, gelisah, iritable, gangguan kesadaran, rewel, sukar makan atau
muntah-muntah.
Pada hidrosefalus kongenital kepala sangat besar, fontanela tidak menutup, sutura
melebar, kepala tampak transluse, dengan tulang kepala yang tipis, adanya tanda
mac ewens cracked pot, tanda berupa sunset sign dengan dahi yang lebar. Pada
pemeriksan auskultasi kemungkinan akan terdengarnya bising daerah posterior
oleh karena malformasi V. Galeni. Pertumbuhan kepala yang cepat mengakibatkan
muka terlihat lebih kecil dan tampak kurus.
3.
Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan radiologis.
E.
MANAJEMEN TERAPI
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN HIDROSEFALUS
A.
PENGKAJIAN
B.
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN/
NO.
MASALAH
KOLABORASI
1.
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
INTERVENSI
KRITERIA HASIL
- Monitor tanda-tanda
vital:TD, nadi, respirasi,
- Perfusi otak lebih suhu, minimal tiap 15
dari 50 mmHg.
menit sampai keadaan
pasien stabil.
- Terpeliharanya
status neurologis.
- Monitor tingkat
kesadaran, sikap reflek,
- Tanda vital stabil. fungsi motorik, sensorik
tiap 1-2 jam.
- Naikkan kepala
dengan sudut 15-450,
tanpa bantal (tidak
hiperekstensi atau fleksi)
dan posisi netral (posisi
kepala sampai lumbal ada
dalam garis lurus).
- Anjurkan anak dan
orang tua untuk
mengurangi aktivitas yang
dapat menaikkan tekanan
intrakranial atau
intraabdominal, misal:
mengejan saat BAB,
menarik nafas,
membalikkan badan,
batuk.
- Monitor tanda
kenaikan tekanan
intrakranial, misalnya:
iritabilitas, tangis, sakit
kepala, mual muntah.
- Monitor intake output
cairan setiap hari.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan:
- Tanda vital
normal.
-
2.
Orientasi baik.
- Kaji tingkat
kesadaran dan
respon.
- Ukur vital sign,
status neurologis.
- Monitor tandatanda kenaikan
tekanan intrakranial
seperti iritabilitas,
tangis melengking,
sakit kepala, mual
muntah.
- Ukur lingkar
- Refleks fisiologis kepala dengan
meteran/ midline.
(+).
- Lakukan terapi
Eritema (-).
- Kulit kepala
turgor baik, utuh.
- Monitor kondisi
fontanella mayor tiap 4
jam.
- Ubah posisi tiap 2 jam,
pertimbangkan perubahan
posisi kepala tiap 1 jam.
- Gunakan lotion atau
minyak dan lindungi
Luka (-).
- Gunakan penggantian
alat tenun dari bahan yang
lembut.
- Stimuli daerah kepala
setiap perubahan posisi.
- Pertahankan nutrisi
sesuai program terapi.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan:
-
4.
Hidrasi adekuat.
5.
Keluarga
memberikan
sentuhan, perasaan
senang dan bicara
pada anaknya.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan,
keluarga mampu:
- Jelaskan semua
prosedur dan pengobatan,
kehadiran perawat
diperlukan bila ada
informasi oleh team
kesehatan lain untuk
memperkuat penjelasan.
- Ungkapkan
pengertian rencana
perawatan.
Menerima kenyataan - Beri dorongan pada
terhadap anaknya.
orang tua untuk
mengekspresikan perasaan
- Demonstrasikan dan harapan dan
perawatan yang
partisipasi dalam
diperlukan.
perawatan anaknya
dengan perasaan yang
- Mengetahui tanda menyenangkan.
infeksi dan
peningkatan tekanan - Bantu orang tua untuk
intrakranial.
dapat menerima
kenyataan tentang
perubahan dan
perkembangan anaknya.
- Yakinkan orang tua
bahwa anak
membutuhkan kasih
sayang dan keamanan.
- Menjelaskan
pengobatan yang
diberikan, minum
obat sesuai rencana
dan mengerti efek
samping.
- Demonstrasikan
perawatan yang
diperlukan (bagaimana
mengecek fungsi shunt,
posisi anak), berikan
kesempatan untuk
mengulang.
- Beri penjelasan tentang
pengobatan.
- Berikan dafatar nomor
telepon team kesehatan
untuk dapat digunakan
bila muncul masalah.
PASCA OPERASI
1. Gangguan
persepsi sensori
b.d infeksi
pemasangan
shunt.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan:
- Mengembalikan
fungsi persepsi sensori
dan komplikasi dapat - Ukur lingkar kepala dan awasi
dicegah atau seminimal
ukuran fontanella.
- Atur posisi daerah kepala yang
tidak dilakukan operasi jangan pada
posisi shunt.
- Ukur tanda vital.
mungkin tidak akan
terjadi.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan:
Kurang
pengetahuan
tentang
4. perawatan di
rumah b.d
kurangnya
informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Rupseno, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak II, Jakarta, Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK UI.
Lismidar, 1990, Proses Keperawatan, Jakarta, UI.
NANDA, 2000, Nursing Diagnosis Definition and Clasification, 2001-2002,
Philadhelpia, USA.
Nelhaus, G. Stumpf, D.A. Moe, P.G.,1987, Neurological and Neuromusculer
Disorder, Current Pediatric Diagnosis, Hinth ed.
A. KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan
intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya CSS.
2. TANDA DAN GEJALA
Pembesaran kepala.
Tekanan intra kranial meningkat dengan gejala: muntah, nyeri kepala, oedema
papil.
Bola mata terdorong ke bawah oleh tekana dan penipisan tulang supraorbital.
Gangguan keasadaran, kejang.
Gangguan sensorik.
Penurunan dan hilangnya kemampuan akTivitas.
Perubahan pupil dilatasi.
Gangguan penglihatan (diplobia, kabur, visus menurun).
Perubahan tanda-tanda vital (nafas dalam, nadi lambat, hipertermi,/ hipotermi).
Penurunan kemampuan berpikir.
3. PATOFISIOLOGI
Produksi CSS normal adalah 125 cc/hari, produksi CSS terutama tergantung pada
transporalselsan, terutama natrium melintasi membran epitel khusus dari pleksus
koroideus ke dalam rongga ventrikel. Air secara pasif mengikuti untuk
memudahkan keseimbangan osmotik. Hasilnya adalah masuknya cairan ke dalam
ventrikel otak. Cairan berselulasi lewat akuaduktus silvi dan ventrikel keempat,
masuk ke dalam ruang subarakhnoid melalui foramena lusheka dan megendie.
Kemudian diabsorbsi ke dalam sirkulasi vena dari ruang subarakhnoid yang
meliputi otak, sejumlah tertentu medula spinalis dan lapisan ependim yang
melapisi ventrikel.
4. ETIOLOGI
Proses terjadinya hidrosefalus dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kelainan kongenital.
a. Stenosis akuaduktus sylvii.
b. Anomali pembuluh darah.
c. Spino bifida dan kranium bifidi.
d. Sindrom Dandy-walker.
2. Infeksi.
Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga terjadi
obliterasi ruang subarakhnoid, misalnya meningitis.
Infeksi lain yang menyebabkan hidrosefalus yaitu:
a. TORCH.
b. Kista-kista parasit.
c. Lues kongenital.
3. Trauma.
Seperti pada pembedahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat
menyebabkan fibrosis epto meningen pada daerah basal otak, disamping
organisasi darah itu sendiri yang mengakibatkan terjadinya sumbatan yang
mengganggu aliran CSS.
4. Neoplasma.
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di
setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain:
a. Tumor ventrikel III.
b. Tumor fossa posterior.
c. Pailloma pleksus khoroideus.
d. Leukemia, limfoma.
5. Degeneratif.
Histositosis X, inkontinentia pigmenti dan penyakit krabbe.
6. Gangguan vaskuler.
a. Dilatasi sinus dural.
b. Trombosis sinus venosus.
c. Malformasi V. Galeni.
d. Ekstaksi A. Basilaris.
e. Arterio venosus malformasi.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nelhaus (1987) hidrosefalus sering mempunyai gejala-gejala dan tandatanda. Namun ada kasus-kasus samar yang tidak terdiagnosis sampai dewasa,
dengan demikian perlu adanya ketelitian dlam menangani penderita yang diduga
yang lebih jelas lagi pada bayi, dan untuk diagnosis kelainan selama masih dalam
kandungan.
Pemeriksaan CT-Scanning menunjukkan adanya pelebaran ventrikel. Disamping
itu juga dapat untuk mempelajari sirkulasi cairan serebrospinal yaitu dengan
menyuntikkan kontras radio opak ke dalam sisterna magna kemudian perjalan
kontras diikuti dengan CT-Scan sehingga akan jelas adanya obstruksi terhdap
cairan serebrospinal.
Pemeriksaan pneumoensefalografi, berguna untuk memantau dilatasi ventrikel
dan ruang subarakhnoid. Apabila sudut korpus kolosum kurang dari 120
menunjukkan hidrosefalus komunikan, bila lebih dari 120 mungkin hidrosefalus
obstruksi.
6. MANAJEMEN TERAPI
Ada 3 prinsip pengobatan hidrosefalus:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak sebagian pleksus
khoroideus dengan tindakan reseksi (pembedahan) atau koagulasi.
Akan tetapi hasilnya kurang memuaskan. Obat-obatan yang berpengaruh disini
antara lain:
Diamox Cazetasolamoid.
Isosorbid.
Cairan osmotik (manitol, urea).
Kartikosteroid dan diuretik.
Fenobarbital.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi cairan serebrospinal dengan
tempat absorbsi yakni menghubungkan ventrikel dengan subarakhnoid.
3. Pengeluaran CSS ke dalam rongga ekstra kranial dengan operasi pemasangan
shunt. Operasi pemasangan shunt dilakukan sedini mungkin, tetapi biasanya
dipasang pada usia 3-4 bulan, sedangkan revisi pada usia 18-24 bulan, 1-6 tahun,
10-12 tahun.
Prognosis hidrosefalus infatil mengalami perbaikan bermakna namun tidak
dramatis dengan temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 50-60% bayi akan
meniggal karena hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta. Skitar 40% bayi
yang bertahan memiliki kecerdasan hampir normal. Dengan bedah saraf dan
penatalaksanaan medis yang baik, sekitar 70% diharap dapat melampaui masa
bayi, sekitar 40% dengan intelek normal, dan sektar 60% dengan cacat intelek dan
motorik bermakna. Prognosis bayi hidrosefalus dengan meningomilokel lebih
buruk.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian preoperasi: Kesan umum penderita terutama bayi dan anak, proporsi
kepala terhadap badan, anggota gerak secara keseluruhan tidak seimbang. Anak
biasanya dalam keadaan tidak tenang, gelisah, iritable, gangguan kesadaran,
rewel, sukar makan atau muntah-muntah.
Pada hidrosefalus kongenital kepala sangat besar, fontanela tidak menutup, sutura
melebar, kepala tampak transluse, dengan tulang kepala yang tipis, adanya tanda
mac ewens cracked pot, tanda berupa sunset sign dengan dahi yang lebar. Pada
pemeriksan auskultasi kemungkinan akan terdengarnya bising daerah posterior
oleh karena malformasi V. Galeni. Pertumbuhan kepala yang cepat mengakibatkan
muka terlihat lebih kecil dan tampak kurus.
Adanya riwayat meningitis, infeksi intrakranial/ hemoragie, anoxia prenatal atau
infeksi intrauterine. Pada bayi dan anak pembesaran lingkar kepala yang
progresif, ubun-ubun yang menonjol dan tegang serta tidak berdenyut, vena-vena
kulit kepala melebar, sunset sign, gelisah dan cengeng, sering mual, muntah dan
nafsu makan menurun, bila diperkusi didapat bunyi seperti pot kembang pecah.
Pada anak yang lebih besar gejala utama yang menonjol adalah peningkatan TIK,
muntah dan mengeluh sakit kepala, iritabel, pupil edema kejang baik vokal
maupun umum, perubahan pupil, perubahan pola makan, perubahan tanda vital
(tekanan darah, sistol naik, nadi turun, nafas tidak teratur).
2. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Perfusi jaringan tidak efektif: Serebral b.d. Kerusakan transport oksigen,
penurunan konsentarsi Hb dalam darah.
2. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Prosedur invasif, penyakit kronik, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh sekunder (Hb turun, leukopenia, penekanan respon
inflamasi).
3. Risiko cidera b.d Faktor risiko: Penurunan Hb, gangguan sistem saraf pusat.
4. Kurang pengetahuan: penyakit, prosedur perawatan b.d. Kurangnya informasi
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Rupseno, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak II, Jakarta, Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK UI.
Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 1996, Nursing Interventions
Classification (NIC), Mosby Year-Book, St. Louis
Lismidar, 1990, Proses Keperawatan, Jakarta, UI.
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby
Year-Book, St. Louis
ASUHAN KEPERAWATAN
HIDROCEPALUS
A. KONSEP MEDIS
1.
Pengertian
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
2.
Pembesaran kepala
Tekanan intra kranial meningkat dengan gejala: muntah, nyeri kepala,
oedema papil.
Bola mata terdorong ke bawah oleh tekana dan penipisan tulang
supraorbital.
Gangguan keasadaran, kejang.
Gangguan sensorik.
Penurunan dan hilangnya kemampuan akTivitas.
Perubahan pupil dilatasi.
Gangguan penglihatan (diplobia, kabur, visus menurun).
Perubahan tanda-tanda vital (nafas dalam, nadi lambat, hipertermi,/
hipotermi).
Penurunan kemampuan berpikir.
3.
Patofisiologi
Produksi CSS normal adalah 125 cc/hari, produksi CSS terutama tergantung
4.
Etiologi
Neoplasma.
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat
terjadi di setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain:
4.5
5.
Pathway
6. Pemeriksan Penunjang
Menurut Nelhaus (1987) hidrosefalus sering mempunyai gejala-gejala dan
tanda-tanda. Namun ada kasus-kasus samar yang tidak terdiagnosis sampai
dewasa, dengan demikian perlu adanya ketelitian dlam menangani penderita yang
diduga menderita hidrosefalus, mulai dari pengambilan amnanesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium dan radiologis.
a. Aloamnanesis/ amnanesis.
Amnanesis perlu dilakukan untuk menentukan hidrosefalus kongenital atau
akuisita. Bayi yang lahir prematur atau posterm dan merupakan kelahiran
anak yang keberapa adalah penting sebagai faktor resiko. Adanya riwayat
cedera kepala sehingga menimbulkan hematom, subdural atau perdarahan
subarakhnoid yang dapat mengakibatkan terjadinya hidrosefalus.
Demikian juga riwayat peradangan otak sebelumnya. Riwayat keluarga perlu
dilacak, riwayat gangguan perkembangan, aktivitas, perkembangan mental,
kecerdasan serta riwayat nyeri kepala, muntah-muntah, gangguan visus dan
adanya bangkitan kejang.
b. Pemeriksaan fisik.
Kesan umum penderita terutama bayi dan anak, proporsi kepala terhadap
badan, anggota gerak secara keseluruhan tidak seimbang. Anak biasanya
dalam keadaan tidak tenang, gelisah, iritable, gangguan kesadaran, rewel,
sukar makan atau muntah-muntah.
Pada hidrosefalus kongenital kepala sangat besar, fontanela tidak menutup,
sutura melebar, kepala tampak transluse, dengan tulang kepala yang tipis,
adanya tanda mac ewens cracked pot, tanda berupa sunset sign dengan dahi
yang lebar. Pada pemeriksan auskultasi kemungkinan akan terdengarnya
bising daerah posterior oleh karena malformasi V. Galeni. Pertumbuhan
kepala yang cepat mengakibatkan muka terlihat lebih kecil dan tampak kurus.
c. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan terhadap komposisi cairan serebrospinal dapat sebagai petunjuk
penyebab hidrosefalus, seperti peningkatan kadar protein yang amat sangat
terdapat pada papiloma pleksus khoroideuis, setelah infeksi susunan saraf
pusat, atau perdarahan susunan saraf pusat atau perdarahan saraf sentral.
Penurunan kadar glukosa dalam cairan serebrospinal terdapat pada invasi
meninggal oleh tumor, seperti leukemia, medula blastama dan dengan
pemeriksaan sitologis cairan serebrospinal dapat diketahui adanya sel-sel
tumor. Meningkatnya kadar hidroksi doleaseti kasid pada cairan serebrospinal
didapat pada obstruksi hidrosefalus. Pemeriksaan serologis darah dalam
upaya menemukan adanya infeksi yang disebabkan oleh TORCH.
Penelitian sitologi kualitatif pada cairan serebrospinal neonatus dapat
digunakan sebagai indikator untuk mengetahui tingkat gangguan psikomotor.
d. Pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan foto polos kepala, pelebaran fontanela, serta pelebaran sutura.
Kemungkinan ditemukannya pula keadaan-keadaan lain seperti adanya
kalsifikasi periventrikuler sebagai tanda adanya infeksi cytomegalo inclusion
dioase, kalsifikasi bilateral menunjukkan adanya infeksi tokso plasmosis.
Pemeriksaan ultrasonografi, dapat memberikan gambaran adanya pelebaran
sistem ventrikel yang lebih jelas lagi pada bayi, dan untuk diagnosis kelainan
selama masih dalam kandungan.
Pemeriksaan CT-Scanning menunjukkan adanya
pelebaran ventrikel.
7. Manajemen Terapi
Ada 3 prinsip pengobatan hidrosefalus:
7.1 Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak sebagian pleksus
khoroideus dengan tindakan reseksi (pembedahan) atau koagulasi.
Akan tetapi hasilnya kurang memuaskan. Obat-obatan yang berpengaruh
disini antara lain:
Diamox Cazetasolamoid.
Isosorbid.
Fenobarbital.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian preoperasi: Kesan umum penderita terutama bayi dan anak,
proporsi kepala terhadap badan, anggota gerak secara keseluruhan tidak seimbang.
Anak biasanya dalam keadaan tidak tenang, gelisah, iritable, gangguan kesadaran,
rewel, sukar makan atau muntah-muntah.
Pada hidrosefalus kongenital kepala sangat besar, fontanela tidak menutup,
sutura melebar, kepala tampak transluse, dengan tulang kepala yang tipis, adanya
tanda mac ewens cracked pot, tanda berupa sunset sign dengan dahi yang lebar.
Pada pemeriksan auskultasi kemungkinan akan terdengarnya bising daerah
posterior oleh karena malformasi V. Galeni. Pertumbuhan kepala yang cepat
mengakibatkan muka terlihat lebih kecil dan tampak kurus.
Adanya riwayat meningitis, infeksi intrakranial/ hemoragie, anoxia prenatal atau
infeksi intrauterine. Pada bayi dan anak pembesaran lingkar kepala yang
progresif, ubun-ubun yang menonjol dan tegang serta tidak berdenyut, vena-vena
kulit kepala melebar, sunset sign, gelisah dan cengeng, sering mual, muntah dan
nafsu makan menurun, bila diperkusi didapat bunyi seperti pot kembang pecah.
Pada anak yang lebih besar gejala utama yang menonjol adalah peningkatan TIK,
muntah dan mengeluh sakit kepala, iritabel, pupil edema kejang baik vokal
maupun umum, perubahan pupil, perubahan pola makan, perubahan tanda vital
(tekanan darah, sistol naik, nadi turun, nafas tidak teratur).
2.
Analisa Data
N
DATA
O
1.
PROBLEM
ETIOLOGI
Kerusakan
efektif: Serebral
transport oksigen,
penurunan
konsentarsi Hb
dalam darah.
Risiko cidera
Faktor risiko:
Penurunan Hb,
gangguan sistem
saraf pusat.
maupun umum
Dilakukan pemasangan
Risiko infeksi
Faktor risiko
Prosedur invasif,
leukosit meningkat,
penyakit kronik,
tidak adekuatnya
pertahanan tubuh
sekunder (Hb
turun, leukopenia,
penekanan respon
inflamasi).
4.
Pengalaman pertama
Kurang pengetahuan:
Kurangnya
penyakit, prosedur
informasi
penyakit, program
perawatan
pengobatan, tindakan
perawatan, sering bertanya
3.2 Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Prosedur invasif, penyakit kronik, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh sekunder (Hb turun, leukopenia, penekanan
respon inflamasi).
3.3 Risiko cidera b.d Faktor risiko: Penurunan Hb, gangguan sistem saraf pusat.
3.4 Kurang pengetahuan: penyakit, prosedur perawatan b.d. Kurangnya
informasi
4. Rencana Keperawatan
No
1.
Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
Perfusi jaringan tidak efektif:
Serebral b.d. Kerusakan transport
oksigen, penurunan konsentarsi
Hb dalam darah.
Definisi :
Penurunan pemberian oksigen
dalam kegagalan memberi makan
jaringan pada tingkat kapiler
Batasan karakteristik :
Renal
Perubahan tekanan darah di
luar batas parameter
Hematuria
Oliguri/anuria
Elevasi/penurunan BUN/rasio
kreatinin
Gastro Intestinal
Secara usus hipoaktif atau
tidak ada
Nausea
Distensi abdomen
Nyeri abdomen atau tidak
terasa lunak (tenderness)
Tujuan
dilakukan
......... X 24
Setelah
keperawatan
menunjukan :
Perfusi jaringan: Serebral
kriteria:
N
Indikator
o
1 Temperatur
Denyut nadi
2
apikal
Denyut nadi
3
radial
Frekuensi
4
pernafasan
Tekanan darah
5
sistolik
Tekanan darah
6
diastolik
Kulit hangat dan
7
kering
Out put urin
8
adekuat
1
1
1
Rencana Tindakan
tindakan 1. Intervensi dianjurkan:
jan klien a. Promosi perfusi jaringan
serebral.
adekuat dengan
1) Monitor status pernafasan.
2) Hitung dan monitor tekanan
intra kranial.
3) Monitor status neurogikal.
4) Monitor intake output.
2 3 4 5
5) Monitor lab adanya
perubahan pengiriman
2 3 4 5
oksigen.
2 3 4 5
3 4
3 4
3 4
3 4
3 4
3 4
Rasional
a.
1. pernafasan
yang
adekuat
menunjukan
perfusi
jaringan
perifer adekuat.
2. tekanan
intra
kranial
yang
meningkat menyebabkan perfusi
jaringan tidak erfektiof
3. Status neurologi yang normal
menunjukan perfusi jaringan otak
baik.
4. intake dan out put yang adekuat
membantu
adekuati
perfusi
jaringan otak
5. Perubahan saturasi oksigen darah
menunukan suplai dan perfusi
jaringan otak tidak baik.l
b.
1) WBC yang meningkat menunjukan
adanya infeksi dan perfusi jaringan
otak menjadi tidak adekuat.
2) Antibiotik yang tepat mampu
mengatasi infeksi lebih efektif dan
mempercepat perfusi jaringan otak
membaik.
3) Posisi tidur 30 45 derajat
Peripheral
Edema
Tanda Homan positif
Perubahan karakteristik kulit
(rambut, kuku,
air/kelembaban)
Denyut nadi lemah atau tidak
ada
Diskolorisasi kulit
Perubahan suhu kulit
Perubahan sensasi
Kebiru-biruan
Perubahan tekanan darah di
ekstremitas
Bruit
Terlambat sembuh
Pulsasi arterial berkurang
Warna kulit pucat pada
elevasi, warna tidak kembali
pada penurunan kaki
Cerebral
Abnormalitas bicara
Kelemahan ekstremitas atau
paralis
Perubahan status mental
Perubahan pada respon
motorik
Perubahan reaksi pupil
Kesulitan untuk menelan
Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar
Perubahan frekuensi respirasi
di luar batas parameter
Penggunaan otot pernafasan
tambahan
Balikkan kapiler > 3 detik
(Capillary refill)
Abnormal gas darah arteri
Perasaan Impending Doom
(Takdir terancam)
Bronkospasme
Dyspnea
Aritmia
Hidung kemerahan
Retraksi dada
Nyeri dada
Faktor-faktor yang berhubungan
Hipovolemia
Hipervolemia
Aliran arteri terputus
Exchange problems
Aliran vena terputus
Hipoventilasi
Reduksi mekanik pada vena
dan atau aliran darah arteri
Kerusakan transport oksigen
melalui alveolar dan atau
membran kapiler
Tidak sebanding antara
ventilasi dengan aliran darah
Keracunan enzim
2.
Perubahan afinitas/ikatan O2
dengan Hb
Penurunan konsentrasi Hb
dalam darah
Setelah
dilakukan
tindakan Intervensi dianjurkan:
keperawatan ......... x 24 jam klien mampu a. Kontrol infeksi
menunjukan :
1) Bersihkan lingkungan secara
Status imun.
rutin.
Kriteria:
2) Anjurkan orang tua untuk
mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan bayi.
3) Pertahankan lingkungan aseptik
N
Indikator
1 2 3 4 5
ketika mengganti NGT.
o
Tidak didapatkan
1
1 2 3 4 5
4) Berikan intake mutrisi yang
infeksi berulang
adekuat.
Berat badan sesuai
2
1 2 3 4 5
yang diharapkan
Temperatur badan
5) Atur pemberian antibiotik.
3 sesuai yang
1 2 3 4 5
diharapkan
4 Integritas kulit
1 2 3 4
5 Integritas mukosa
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
4. Intake
nutrisi
yang
adekuat
meningkatkan sistem imun yang
mampu mencegah infeksi dari tubuh
pasien sendiri
5. aturan Antibiotik yang tepat mampu
menyembuhkan infeksi dengan
efektif
6) Ajarkan kepada keluarga tanda- 6. dengan keluarga mengetahui tandatanda infeksi.
tanda infeksi keluarga mampu
membantu dalam deteksi dini infeksi
2. Intervensi pilihan/tambahan:
a. Terapi latihan: Ambulasi.
b. Manajemen pengobatan.
c. Perawatan selang.
d. Monitoring TTV.
3.
Risiko cidera b.d Faktor risiko: Setelah dilakukan tindakan keperawatan .......
Penurunan Hb, gangguan sistem x 24 jam klien mampu menunjukan :
saraf pusat.
Kontrol risiko
Kriteria:
Definsi :
Dalam risiko cedera sebagai hasil
N
Indikator
1 2 3 4 5
dari interaksi kondisi lingkungan
o
dengan respon adaptif indifidu
Pengetahuan
1
1 2 3 4 5
dan sumber pertahanan.
tentang resiko
Memonitor faktor
Faktor resiko :
2 resiko dari
1 2 3 4 5
Eksternal
lingkungan
Mode transpor atau cara
Memonitor faktor
perpindahan
3 resiko dari perilaku 1 2 3 4 5
personal
Manusia atau penyedia
Mengembangkan
pelayanan kesehatan (contoh :
4 strategi kontrol
1 2 3 4 5
agen nosokomial)
resiko
yang
efektif
Pola kepegawaian : kognitif,
Mengatur strategi
afektif, dan faktor psikomotor
pengontrolan resiko
Fisik (contoh : rancangan
5
1 2 3 4 5
seperti yang
struktur dan arahan
dibutuhkan
masyarakat, bangunan dan
6
Berkomitmen
1 2 3 4 5
atau perlengkapan)
Dianjurkan:
a. Pencegahan jatuh.
1) Identifikasi defisit fisik atau
kognitif
2) Identifikasi
karakteristik
lingkungan.
3) Monitor
balans
dan
kelemahan ketika ambulasi.
4) Sediakan alat bantu untuk
ambulasi.
5) Bantu aktivitas ambulasi.
Tambahan:
b. Kontrol infeksi.
c. Proteksi infeksi.
d. Administrasi pengobatan
e. Monitoring neurologis.
1.
2.
3.
4.
5.
Internal
Psikolgik (orientasi afektif)
Mal nutrisi
Bentuk darah abnormal,
contoh :
leukositosis/leukopenia,
perubahan faktor pembekuan,
trombositopeni, sickle cell,
thalassemia, penurunan Hb,
Imun-autoimum tidak
berfungsi.
Biokimia, fungsi regulasi
(contoh : tidak berfungsinya
sensoris)
Disfugsi gabungan
Disfungsi efektor
Hipoksia jaringan
Perkembangan usia
(fisiologik, psikososial)
Fisik (contoh : kerusakan
kulit/tidak utuh, berhubungan
dengan mobilitas
dengan srategi
kontrol resiko yang
direncanakan
Melaksanakan
7 strategi kontrol
resiko yang dipilih
Memodifikasi gaya
8 hidup untuk
mengurangi resiko
Terbebas dari
9
cedera
3 4 5
3 4 5
3 4 5
4.
1. Tingkat
pengetahuan
keluarga
menentukan intervensi yang kita
berikan dalam hal pendidikan.
2. pengetahuan kleuarga dalam hal
penyakit
aklan
menenangkan
keluarga dan mampu berperan aktif
dalam perawatan
3. keluarga mampu mendeteksi dini
perkembangan
klien
dengan
mengetahui tanda dan gejala
penyakit
4. informasi yang mudah di dapat
membuat
keluarga
tidak
cemasembantu keluarga yang
5. Klarifikasi
informasi
terhadap
kleuraga
meminimalkan
kesalahpahaman
dan
kesalahpengertian dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Rupseno, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak II, Jakarta, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK UI.
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby YearBook, St. Louis
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 20012002, NANDA
Nelhaus, G. Stumpf, D.A. Moe, P.G.,1987, Neurological and Neuromusculer
Disorder, Current Pediatric Diagnosis, Hinth ed.
Price, S.A., 1988, Patofisiologi Konsep Klimik Prose-proses Penyakit, Bag. II
Terjemahan Adji Dharma, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Smith, C., 1988, Nursing Care Planning Guides for Children, California, Assisten
Professor Child California State University Long Beach.
Tucker, S.M., 1988, Patient Care Standars, The Mosby Company, Washinton, USA.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu hydrocephalus
dikenal sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin
berkembang maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang pada
akhirnya menjadi factor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan
keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya,
salah satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat
dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus.
Dan hydrocephalus merupakan penyakit yang sangat memerlukan pelayanan
keperawatanyangkhusus.
Hydrocephalus itu sendiri adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam
ventrikel serebral, ruang subaracnoid, ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi yang
ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Meskipun banyak
ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrosephalus juga biasa terjadi pada
oaran dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga lebih
mudah dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun2nya masih
terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan
melebarnya tulang2 tengkorak. Sedang pada orang dewasa tulang tengkorak tidak
mampu lagi melebar.
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
berbagai hal yang berhubungan dengan hidrosefalus dan dapat merancang berbagai
cara untuk mengantisipasi masalah serta dapat melakukan asuhan pada kasus
hidrosefalus.
2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian anamnesa pada bayi dengan hidrosefalus
b. Menentukan diagnosa, masalah serta kebutuhan dari data yang telah dikumpulkan
terhadap bayi dengan hidrosefalus
c. Menentukan antisipasi terhadap diagnosa dan masalah potensial yang ditemukan pada
bayi dengan hidrosefalus
d. Melakukan tindakan segera berdasarkan data yang telah dikumpulkan terhadap bayi
dengan hidrosefalus
e. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan kepada bayi berdasarkan interpretasi data
yang yang ditentukan
f. Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan secara sistematis kepada bai dengan
hidrosefalus
g. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan kepada bayi dengan
hidrosefalus
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MATERI
1. Pengertian
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan cerebrospinal dalam ventrikel
serabral,ruang subacarhnoid, atau ruang sub dural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Menurut Mumenthaler (1995) definisi hydrocephalus yaitu timbul bila ruang cairan
serebro spinallis internal atau eksternal melebar
Hydrocephalus
merupakan
keadaan
patologis
otak
yang
leptomeningfen
terutama
pada
daerah
basal
otak,
selain
anak
kecil
sutura
kranialnya
melipat
dan
melebar
untuk
dia
tidak
akan
mengembang
dan
terasa
tegang
pada
pelebaran
ini
menyebabkan
kepala
berbentuk
khas
yaitu
pelebaran
ventrikular
menyebabkan
robeknya
garis
Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan
pelebaran vena-vena kulit kepala.
Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot
sign yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
- bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan
tulang supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan
seperti matahari yang akan terbenam
- strabismus divergens
- nystagmus
- refleks pupil lambat
- atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
- papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
b. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra
kranial oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup
5. Komplikasi
Peningkatan tekanan intrakranial
Kerusakan otak
Infeksi
septikemia,
endokarditis,
infeksiluka,
nefritis,
meningitis,
ncegahan
Untuk
mencegah
timbulnya
kelainan
genetic
perlu
dilakukan
pembedahan
Caesar
suatu
saat
lebih
dipilih
dari
pada
kateter
shunt
obat-obatan
darah)
yang
biasanya
pintasan
dilakukan
untuk
mengalirkan
cairan
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1.1 Anamnese
1) Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
2) Kaji Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
INTERVENSI
RASIONAL
Berikan
nutrisi
kebutuhan.
sesuai
b. Perubahan fungsi keluarga b/d situasi krisis ( anak dalam catat fisik )
Tujuan /kriteria hasil
Keluarga menerima keadaan anaknya, mampu menjelaskan keadaan
penderita dengan kriteria : Keluarga berpartisipasi dalam merawat
anaknya dan secra verbal keluarga dapat mengerti tentang penyakit
anaknya.
INTERVENSI
RASIONAL
RASIONAL
1. Untuk mengetahui
secara dini peningkatan
TIK
2. Penurunan keasadaran
menandakakan adanya
peningkatan TIK
3. Mencegah terjadi infeksi
sistemik
4. Karena tingkat
kesadaran merupakan
indikator peningkatan
TIK
5. Dapat mengakibatan
sumbatan sehingga
terjdi nyeri kepala
karena peningkatan CSS
atau obtruksi pada
ujung kateter
diperitonial
6. Keluarga dapat
berpatisipasi dalam
perawatan anak dengan
hidrosefalus
Anamnese
Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan
pupil, kontriksi penglihatan perifer.
Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras
atau tidak.
Kekejangan: Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
1)
2)
Pembesaran kepala.
3)
Palpasi
1)
2)
Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela
tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
Pemeriksaan Mata
1)
Akomodasi.
2)
3)
4)
Konvergensi.
5)
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
6)
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Penurunan kapasitas adaptif
intrakranial b/d peningkatan
jumlah, berkurangnya
absorbsi maupun blokade
aliran CSF.
NOC
NOC: Neurologic StatusSetelah
mendapatkan asuhan keperawatan
selama 6 x 24 jam, klien menunjukkan
status neurologi dengan kriteria hasil :
Cerebral Oedema M
1. Memposisika
atau lebih
2. Memberikan
menurunkan
3. Menyarankan
istirahat dan
istirahatnya
4. Menyarankan
mengorienta
dengan klien
5. Memberikan
6. Monitor peni
nyaman
7. Menyarankan
aspirasi bila
Neurologic Monitorin
1. Monitor ukur
reaksi terhad
2. Monitor leve
3. Monitor leve
4. Monitor GCS
berusia anak
5. Monitor vital
6. Meminimalka
meningkatka
7. Monitor statu
Pain management
1. Memberikan
kriteria hasil :
komprehensi
1. Keluarga mengenali penyebab
nyeri
2. Penggunaan teknik pengurang
nyeri dengan teknik
nonfarmakologi (distraksi,
sentuhan, relaksasi, guided
imagery)
dengan tepat
1. Penggunaan analgesik dengan
tepat
2. Melaporkan nyeri terkontrol
2. Meyakinkan
yang tepat
3. Mengkaji pen
hidup
4. Memberikan
keluarga ten
5. Memberikan
farmakologi
6. Monitor tand
7. Monitor nyer
Nutrition Managem
1. Memberikan
pemenuhan
2. Monitor asup
mutah
3. Meyakinkan
Teaching Disease
1. Mengedukas
dialami klien
2. Menyebabka
dari penyaki
Teaching Procedure
Selain itu klien mengetahui tentang regimen
treatmen yang diberikan dengan kriteria hasil :
1. Klien mengetahui dan
mendemonstrasikan regimen
positioning head up 30 derajat
1. Memberikan
up 30 deraja
2. Memberikan
pembedahan
v Risk control
Kriteria Hasil :
v Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
v Mendeskripsikan proses penularan penyakit,
factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya,
v Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
Kontrol infeksi :
Bersihkan lin
pasien lain.
Batasi pengu
u/ istirahat y
Anjurkan kel
sebelum dan
Gunakan sab
mencuci tan
Lakukan cuc
tindakan kep
Gunakan baj
sebagai alat
Pertahankan
selama pema
Lakukan pera
infus,DC seti
Tingkatkan in
adekuat
Berikan antib
Proteksi terhadap in
Monitor tand
dan lokal.
Monitor hitun
Monitor kere
Pertahankan
tindakan.
Inspeksi kulit
kemerahan,
Inspeksi kead
Monitor peru
Dorong klien
dan latihan.
Instruksikan
sesuai progra
Ajarkan kelua
gejala infeks
infeksi.