You are on page 1of 14

BAHAN KIMIA PENGENDALI PLAK

CLORHEXIDINE
Aplikasi dan cara bekerjanya
Clorhexidine adalah antiseptic yang telah diuji dan digunakan secara ekstensif
untuk pengendalian plak dalam 15 tahun terakhir ini. Keberhasilannya sebagai
penghambat plak tidak melulu bergantung pada sifat bakteriostatiknya saja. Kumur
atau penyikatan dengan beberapa antiseptic dapat menurunkan jumlah hitung bakteri
saliva secara kasar tetapi bakteri akan bertambah jumlahnya dengan cepat dan jumlah
hitung kuman tersebut mungkin kembali ke tingkatan sebelum perawatan dalam satu
jam. Namun, clorhexidine adalah satu dari beberapa antiseptic kation yang, karena
muatan positifnya, meresap ke jaringan gigi, ke protein yang asam yang menutupi
gigi dan mukosa mulut, dan meresap pula ke protein saliva. Clorhexidine merupakan
antiseptic yang diserap oleh permukaan gigi dan mempunyai daya antibakteri
terhadap organism yang mencoba menempel di situ. Kecepatan pelepasan kationnya
dari permukaan gigi menentukan efektivitasnya sebagai bahan anti plak.
Clorhexidine termasuk dalam kelompok ikatan kimia yang dikenal sebagai
bisguanida yang bersifat fungisid dan bakterisid. Sifatnya sebagai penghambat plak
telah diperlihatkan pertama kali oleh Loe dan Schiott. Mereka memperlihatkan bahwa
pada sekelompok mahasiswa kedokteran gigi yang berkumur selama 1 menit 2 kali
sehari dengan 10ml larutan clorhexidine 0,2% penumpukan plak dan gingivitis

hampir seluruhnya dapat dicegah , walaupun kebersihan mulutnya diabaikan. Namun


pada percobaan berikutnya pada subjek yang tidak dipilih, walaupun clorhexidine
tetap sangat efektif, masih terlihat keterbatasan kemampuan bahan ini. Adanya,
kalkulus , tumpatan yang mengemper atau rusak dan poket gingival yang lebih dari
3mm, mengurangi kemampuannya karen faktor tersebut akan merintangi masuknya
larutan ke daerah yang memerlukan.
Sejak penelitian awalnya, yang menggunakan 10 ml obat kumur dengan
konsentrasi 0,2%, telah beragam media yang digunakan agar clorhexidine bisa
berkontak dengan permukaan gigi. Clorhexidine juga tersedia dalam bentuk gel
dengan konsentrasi 1%. Sediaan ini dapat digunakan dengan sikat gigi atau dengan
aplikator vinil.
Kombinasi clorhexidine dengan fluor telah dicobakan pada kelompok anak dan
orang dewasa dengan hasil yang lumayan. Pada orang dewasa kombinasi fluor dan
clorhexidine sangat berhasil dalam pencegahan karies pada kelompok penderita
dengan radioterapi daerah saliva yang memiliki tingkat terjadinya karies yang tinggi.
Karena chlorhexidine lebih efektif pada pH netral dan fluor pada pH yang lebih
rendah, maka tidak mengherankan bahwa kombinasi kedua bahan ini dapat
menghasilkan efek sinergistik pada pengurangan karies. Namun, karena bahan
penyedap kediuanya tidak cocok maka kedua bahan ini tidak dapat dikombinasikan.

Sebelum pengaplikasiannya, semua lesi harus ditumpat atau diobati. Profilaksi


dapat mengurangi timbulnya noda. Untuk pengaplikasian 1% gel selama 5 menit
setiap hari dalam 14 hari digunakan aplikasi vinil yang disesuaikan untuk setiap
penderita. Gerakan pengunyahan yang dilakukan penderita selama aplikasi
memungkinkan gel mencapai daerah interproksimal. Cara aplikasi seperti ini lebih
mudah dan lebih efektif daripada berkumur degan larutan atau penyikatan dengan gel
karena tidak terjadi pengenceran oleh saliva dan terbatas pada gigi saja. Akibatnya,
lidah dan membrane mukosa sedikit sekali berkontak dengan bahan tersebut,
sehingga iritasi terhadap mukosa dan gangguan pengecapan juga akan berurang.
Efek samping dari penggunaannya, yaitu
1. Timbulnya warna kuning/coklat pada tepi gigi, tepi-tepi tumpatan dan pada
lidah akibat interaksi clorhexidine dengan bahan tertentu dalam diet.
2. Chlorhexidine rasanya pahit dan menyebabkan tumpulnya rasa beberapa
menit sampai beberapa jam sesudah kumur, bergantung pada individu masingmasing.
3. Pembengkakan kelenjar parotis baik unilateral atau bilateral
4. Deskuamasi mukosa mulut

Sumber : Kidd Edwina, Joyston Sally.Dasar-dasar karies Penyakit dan


penanggulanganya.Jakarta EGC.1992
FLUOR DALAM AIR MINUM

Fluoridasi air minum adalah metode yang sangat efektif dalam upaya
pengendalian karies gigi, bila tersedinya jaringan perpipaan suplai air yang dapat
menjangkau masyarakat secara keseluruhan
Fluoridasi air minum ini telah diterima oleh lebih 150 oleh ahli dan organisasi
kesehatan antara lain Federatin Dentaire Internationale (FDI), the International
Association for Dental Research (IADR) dan WHO. Fluoridasi air minum telah
diperkenalkan di 139 negara dan telah menjangkau lebih dari 170 juta penduduk,
disamping itu ada 40 juta penduduk yang telah mendapatkan fluor dalam air minum
secara alamiah pada konsentrasi 0,7mg/l atau lebih.konsentrasi fluor 1 ppm pada air
minum berdasarkan studi epidemiologi di berbagai negara dilaporkan mempunyai
efek preventif, ditemukan adanya 10-20% fluorosis sangat ringan dan tidak
memengaruhi esetetika secara bermakna. Dikemukakan oleh beberapa ahli bahwa
fluoridasi air minum dengan konsentrasi 1 ppm efisien dalam upaya pencegahan
karies. Adanya temuan fluorosis adalah akibat adanya hubungan antara konsentrasi
fluor yang tinggi dalam air minum di daerah tropic dan daerah-daerah spesifik
lainnya.
Suatu studi yang dilakukan pada decade 1970 ditemukan adanya penurunan
karies hampir 50% pada daerha yng mendapatkan fluoridasi air minum disbanding
yang tidak mendapatkan fluoridasi, seperti terlihat pada table di bawah ini :

Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm
(part per million). Selain dapat mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping
yang tidak baik yaitu dengan adanya apa yang disebut mottled enamel Pada mottled
enamel gigi-gigi kelihatan kecoklat-coklatan, berbintik-bintik permukaannya dan bila
fluor yang masuk dalam tubuh terlalu banyak, dapat menyebabkan gigi jadi rusak
sekali.
Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,7
1,2 ppm.18 Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit. Linanof bahwa fluoridasi
air minum dapat menurunkan karies 4050% pada gigi susu .
Sumber : Agtini Magdarina,Sintawati.Fluor dan Kesehatan Gigi.Media
litbang kesehatan. 2005
REAKSI FLUOR dengan EMAIL GIGI

Email terdiri dari 96% bahan anorganik, 4% bahan organik, air dan jaringan
fibrosa. Bahan anorganik terdiri dari beberapa juta kristal hidroksiapatit. Tiap unit
kristal terdiri dari kalsium, phosphat dan ion hidroksil dengan formula
(Ca10(PO4)6(OH)2).9,10 Sisanya adalah CO3, Mg, Na, K, Fe, Cl, dan Fluor sekitar
0,02%.5 Email sebagian besar mengandung kristal hidroksiapatit sehingga dapat
menyerap fluor yang dilepaskan oleh Semen Ionomer Kaca dengan membentuk suatu
ikatan fluoroapatit yang lebih tahan terhadap asam.
Secara mekanisme fisikokimia, fluor yang diserap email dari bahan restorasi
yang mengandung fluor akan menghambat demineralisasi. Gugus OH dalam Kristal
hidroksiapatit struktur gigi dapat disubstitusi oleh fluor yang dilepaskan dari bahan
restorasi yang mengandung fluor, kemudian menjadi fluoroapatit dengan formula
Ca10 (PO4) F2 yang lebih resisten terhadap asam. Pada saat gigi erupsi, proses
mineralisasi email belum selesai dan akan berlanjut sampai kira-kira 2-3 tahun setelah
erupsi. Selanjutnya proses demineralisasi dan mineralisasi terjadi terus-menerus sejak
email selesai terbentuk, sebagai proses maturasi. Mahkota gigi yang sudah tumbuh ke
rongga mulut dan maturasinya belum sempurna, akan sangat peka terhadap
perubahan mineral dalam rongga mulut. Bila pada tahap maturasi email terdapat fluor
didalam rongga mulut, maka ion fluor dengan cepat berikatan dengan kristal
hidroksiapatit membentuk fluoroapatit yang lebih tahan terhadap pelarutan asam.
Email bagian dalam, yang pertama larut, sedang bagian permukaan sukar larut karena
kandungan fluoridanya lebih tinggi. Reaksi ini sebagian menjelaskan peran fluor

dalam pencegahan karies saat proses karies diawali oleh demineralisasi email. Reaksi
remineralisasi sangat diperkuat oleh adanya keberadaan fluor.
Ada 2 mekanisme pelepasan fluor, yaitu pelepasan reaksi jangka pendek dan
jangka panjang. Reaksi jangka pendek, berkaitan dengan reaksi awal karena proses
maturasi setelah setting, terjadi pelepasan fluor tertinggi pada 24-48 jam pertama
setelah terpapar fluor, kemudian menurun secara konstan setelah beberapa minggu
atau beberapa bulan. Pada reaksi jangka panjang, pelepasan fluor lebih rendah dan
stabil sesuai dengan keseimbangan proses difusi.

Sumber : Yuliarti Ririn Titi,Suwelo,Soemartono. Kandungan Unsur Fluor


Pada Email Gigi Tetap Muda Dengan Tumpatan Semen Ionomer Kaca
Viskositas Tinggi.Indonesian Journal Dentistry.2008

EFEK FLUOR

Efek Kelebihan dan Kekurangan Fluor


a. Efek Kekurangan Fluor
Dampak dari kekurangan flour dapat menyebabkan :
1.

Kerusakan gigi yang berlebihan.

2.

Kekurangan fluor ini akan mengakibatkan gigi menjadi rapuh.

3.

Selain gigi menjadi rapuh, bila kekurangan flour ini dapat menyebabkan
gigi mudah terserang karies atau gigi gigis (caries dentis).

4.

Terjadi perubahan warna pada gigi anak.

5.

Dapat terjadi penipisan tulang.

b. Dampak Kelebihan Flour


Tingginya kandungan fluor pada air minum mengakibatkan kerusakan
pada gigi. Semua zat bila digunakan tidak semestinya atau berlebihan maka akan
menyebabkan masalah atau berbahaya bagi kesehatan. Di bawah ini tabel kelebihan
dosis fluor yang dapat menyebabkan kelaianan :

Kelebihan flour dapat mengakibatkan kelainan tulang dan gigi. Flour dalam
tubuh separuhnya akan disimpan dalam tulang dan terus bertambah sesuai umur,
akibatnya tulang menjadi mudah patah karena terjadi flourosis pada tulang. Berikut
merupakan dampak fluor :
1. Fluorosis sendiri adalah perubahan yang tampak pada gigi akibat konsumsi
fluor yang berlebihan pada awal masa anak-anak ketika giginya sedang
tumbuh
2. Gigi bisa berlubang yang akhirnya hancur atau tanggal.
3. Kerusakan hati. Gejala-gejala penyakit/kerusakan hati akibat fluorosis
biasanya sama dengan gejala penyakit lever yang disebabkan faktor lain.
Walau kasus fluorosis yang menyebabkan penyakit lever ini belum
ditemukan, orang tua harus tetap memantau pemakaian pasta gigi pada anak.
4. Kerusakan ginjal. Hingga saat ini kasus semacam ini amat jarang ditemukan.
Namun kelebihan fluor juga bisa mengakibatkan kerusakan ginjal yang bila
tidak segera ditangani akan mengarah pada gagal ginjal.
5. Kerapuhan tulang (osteoporosis). Tidak hanya gigi yang dibuat rapuh/rusak,
tapi juga seluruh tulang akan terancam rapuh. Akibat lebih lanjut, tumbuhkembang si kecil jadi terhambat sementara pengobatannya pun amat sulit.

6. Kerusakan pada gigi berupa perubahan warna gigi menjadi tidak putih lagi
seperti gigi yang sehat tetapi menjadi pucat dan buram dan yang paling parah
adalah warna gigi menjadi gelap dan gigi menjadi rapuh. Proses tersebut
disebut fluorosis
7. Kelebihan fluor tersebut juga akan merusak tulang, mengakibatkan rasa sakit
yang hebat pada tulang dan akibat yang paling fatal dapat mengakibatkan
kelumpuhan. Hal ini juga dapat menyebabkan anemia, email gigi kita terlihat
ada bercak-bercak putih yang dinamakan mottled enamel. Mottled enamel
(spot putih) akibat kelebihan flour karena pengaruh air minumnya.
8. Kepadatan gigi meningkat, mengganggu impuls syaraf serta pertumbuhan
tulang diluar tulang belakang.
Sumber : Fejerskow, et all. Fluorosis (alih bahasa oleh Purwanto).
Jakarta: Hipokrates.1991
SCALLING GIGI
Scaling adalah salah satu perawatan gigi dan mulut yang tujuan utamanya
adalah membersihkan karang gigi. Scaling juga dapat membantu mencegah penyakit
gigi seperti penyakit periodontal atau penyakit gusi yang dapat menyebabkan
hilangnya gigi. Peralatan yang digunakan adalah hands instruments
scaler atau manual scaler, dan ultrasonic scaler. Manual scaler mempunyai beberapa
jenis yang bentuknya disesuaikan dengan anatomi gigi dan letak kalkulus di gigi.
Peralatan ultrasonic scaler merupakan satu perangkat scaler yang terdiri dari
handpiece scaler dan tip scaler. Tip scaler dapat diganti sesuai dengan kebutuhan.
Pada saat digunakan, ujung dari tip scaler akan bergetar dengan frekuensi yang cepat.

Permukaan tip scaler cukup halus sehingga tidak membahayakan permukaan gigi.
Dengan demikian karang gigi akan hancur tanpa merusak permukaan gigi. Alat ini
juga dikombinasikan dengan keluarnya air dari ujung tip yang berfungsi untuk
mengirigasi, membersihkan debris dan mendinginkan area yang dibersihkan.
Ini berbeda dengan metode konvensional yang dapat menimbulkan traumatis
pada gigi dan membutuhkan banyak waktu. Scaler tidak menimbulkan trauma karena
menggunakan getaran ultrasonik untuk menggetarkan karang gigidan membantu
proses pembersihan karang. Setelah pembersihan, maka gusi akan sedikit terbuka
sehingga beresiko menjadi jalan masuk kuman. Namun demikian, dokter akan
memberi obat kumur untuk mencegah terjadinya infeksi akibat kuman.
Terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan dalam scaling. Sebelum
dilakukan scaling, biasanya akan dilakukan pemeriksaan gigi secara menyeluruh.
Keadaan ekstra dan intra oral diperiksa. Secara ekstra oral akan dilihat ada tidaknya
pembengkakan kelenjar limfe di kepala dan leher sebagai tanda adanya
penyebaran infeksidan anamnesis. Sedangkan pemeriksaan intra-oral untuk melihat
keadaan dalam mulut. Selain melihat keadaan gigi, juga akan dilihat keadaan jaringan
lunak lainnya, seperti gingival, palatum dan lidah, karena beberapapenyakit sistemik
memberikan gambaran yang khas dalam mulut.
Setelah dilakukan pemeriksaan lengkap tersebut, selanjutnya dilakukan scaling.
Prosedur scaling yang dilakukan biasanya merupakan kombinasi antara manual dan
ultrasonic scaler. Pertama-tama digunakan ultrasonic scaler untuk membuang
kalkulus yang keras dan melekat erat pada permukaan gigi. Manual scaler dipakai
untuk membuang sisa-sisa karang gigi pada permukaan gigi yang lebih sensitif dan

tidak bisa menggunakan ultrasonic scaler. Pada orang dengan kalkulus yang dalam
dan gingivitis, kontak minimal dengan gusi akan menimbulkanpendarahan dan
menimbulkan rasa sakit, sehingga biasanya akan dilakukan anestesi lokal oleh dokter
gigi.
Setelah scaling, dilakukan root planning dengan pemolesan atau polishing.
Pada tahap ini gigi akan diolesi dengan pumice, yang berbentuk pasta tapi kasar
seperti berpasir. Kemudian gigi akan di sikat dengan bur brush pada permukaan yang
di-scaling. Ini dilakukan untuk membuang sisa karang gigi, menghaluskan
permukaan gigi dan menimbulkan sensasi segar dalam mulut. Permukaan gigi yang
halus diharapkan dapat mempersulit akumulasi plakdan bakteri. Selain itu juga
diharapkan terbentuk perlekatan gingival baru yang lebih baik dan berkurangnya
kedalaman poket gingival yang menjadi media bagi bakteri. Scaling dengan rutin
merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit periodontal
seperti gingivitis dan lain-lain.

Sumber :
http://bugar.web.id/membersihkan_karang_gigi_dengan_scaling.html

TUGAS INDIVIDU
MODUL ILMU PENCEGAHAN
PENYAKIT GIGI DAN MULUT
BLOK EPIDEMIOLOGI

NAMA :
NIM
KLP

SUCI HARYATI
: J111 11 002
: 4

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

You might also like