You are on page 1of 6

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Campak, measles, atau rubeola adalah penyakit akut yang sangat menular,
disebabkan oleh infeksi virus yang umumnya menyerang anak. Campak memiliki
gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang masing-masing mempunyai ciri
khusus. 1,2
2. Epidemiologi
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak
menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0.7%) dan
tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun
(0.77%).1
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih
tinggi sekitar 3000-4000 per tahun demikian juga frekuensi terjadinya kejadian luar
biasa tampak meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174. Namun case fatality rate
telah dapat diturunkan dari 5,5% menjadi 1.2%. Umur terbanyak menderita campak
adalah <12 bulan, diikuti kelompok umur 1-4 tahun dan 5-14 tahun.2
Menurut Riskesdas 2013, dilaporkan terdapat 11.521 kasus campak, lebih
rendah dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 15.987 kasus. Jumlah kasus meninggal
sebanyak 2 kasus. Incidence Rate (IR) campak pada tahun 2013 sebesar 4,64 per
100.000 penduduk, menurun dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 6,53 per 100.000
penduduk.3
3. Etiologi
Campak disebabkan oleh virus yang termasuk golongan paramyxovirus
berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan bergaris tengah 140 nm. Virus campak
berada di secret nasofaring dan di dalam darah, minimal selama masa tunas dan dalam
waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada
temperature kamar.

4. Patogenesis

Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum
timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi,
penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukannya virus. Virus masuk
ke dalam limfatik local, bebas, maupun berhubungan dengan sel mononuclear,
kemudia mencapai kelenjar getah bening regional. Di sini virus memperbanyak diri
dengan sangat perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular
seperti limpa. Sel mononuclear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa
berintin banyak (sel Warthin), sedangkan limfosit T (termasuk T supresor dan Thelper) yang rentan terhadap infeksi, turut aktif membelah.1
Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara
lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuk focus infeksi yaitu ketika virus
masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring,
konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih, dan usus.1
Pada hari ke 9-10, focus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel.
Pada saat itu virus masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi
klinis pada system saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput
konjungtiva yang tampak merah. Respons imun yang terjadi ialah proses peradangan
epitel pada system saluran pernafasan diikuti dengan menifestasi klinis berupa demam
tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang
disebut bercak Koplik, yang dapat tanda pasti menegakkan diagnosis.1
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons delayed
hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari ke-14
sesudah awal infeksi pada saat itu antibody humoral dapat terdeteksi pada kulit.1

5. Manifestasi Klinis dan Diagnosis


Campak memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang masing-masing
mempunyai ciri khas khusus :
a. stadium prodromal: berlangsung 2-4 hari, dengan gejala pilek dan
batuk yang meningkat dan ditemukan enantem pada mukosa pipi
(bercak Koplik), faring dan peradangan mukosa konjungtiva.

b. stadium erupsi: keluarnya ruam mulai dari belakang telinga menyebar


ke wajah, leher, dan akhirnya ekstremitas. Ruam timbul didahului
dengan suhu badan yang meningkat.
c. Stadium penyembuhan (konvalensens): setelah 3 hari ruam berangsurangsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi
menghitam dan mengelupas yang akan hilang setelah 1-2 minggu.2
Diagnosisis campak ditegakkan secara klinis, sedangkan pemeriksaan
penunjang sekedar membantu. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara
lain pemeriksaan sitologi ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi
dan pemeriksaan serologi IgM spesifik, IgG spesifik, dan PCR. Campak yang
bermanifestasi klinis tidak khas disebut campak atipikal. Berdiagnosis banding
dengan rubela, demam skarlatina, ruam akibat obat-obatan, eksantema subitum dan
infeksi Stafilokokus.1,2,6

6. Penyulit1,2
a. Laringotrakeobronkitis
b. Bronkopneumonia
c. Kejang demam
d. Ensefalitis
e. SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis)
f. Otitis media
g. Enteritis
h. Konjungtivitis
i. Sistem kardiovaskular
j. Adenitis servikal
k. Purpura trombositopenik
l. Pada ibu hamil dapat terjadi abortus, partus prematurus, dan kelainan
kongenital pada bayi
m. Aktivasi tuberculosis

7. Penatalaksanaan
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup
cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian
antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada
campak dengan penyulit, pasien perlu dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak
dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum
dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai. Vitamin A diberikan
50.000 IU jika anak berumur <6 bulan, 100.000 IU bila anak berumur 6-11 bulan)
atau 200.000 IU bila anak berumur 12 bulan sampai 5 tahun, bila terdapat malnutrisi
dilanjutkan 1500 IU tiap hari.1,4
Perawatan mata: untuk konjungtivitis ringan dengan cairan mata yang jernih,
tidak diperlukan pengobatan. Jika mata bernanah, bersihkan mata dengan kain katun
yang telah direbus dalam air mendidih, atau lap bersih yang direndam dalam air
bersih. Oleskan salep mata kloramfenikol/tetrasiklin, 3 kali sehari selama 7 hari.
Jangan menggunakan salep steroid. Perawatan mulut: jaga kebersihan mulut, beri obat
kumur antiseptik bila pasien dapat berkumur. 5
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit
yang timbul, yaitu:

Bronkopneumonia
Diberikan antibiotik ampisilin 100mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena
dikombinasikan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis
sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral.
Antibiotik diberikan sampai tiga hari bebas demam.

Enteritis
Pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat
dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dan dehidrasi.

Otitis media

Seringkali disebabkan oleh infeksi sekunder, sehingga perlu diberikan


antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol (TMP 4mg/kgBB/hari dibagi dalam
2 dosis).

Ensefalopati
Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga untuk mengurangi edema
otak dan pemberian kortikosteroid.1,2,4

8. Pencegahan
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi
berumur 9 bulan. Vaksin yang digunakan adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup
yang dilemahkan. Vaksin diberikan secara subkutan sebanyak 0.5 ml. Vaksin campak
tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan TB yang tidak diobati, dan
penderita leukemia.1
Vaksin campak dapat diberikan sebagai vaksin monovalen atau polivalen yaitu
vaksin MMR (measles-mumps-rubella). Vaksin MMR diberikan dengan dosis satu
kali 0.5 ml secara subkutan. Vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan,
sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan. Apabila seorang anak
telah mendapat imunisasi MMR pada umur 12-18 bulan, imunisasi campak 2 pada
umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan. Ulangan diberikan pada umur 10-12 tahun atau
12-18 tahun.5
Hasil penelitian terhadap titer antibodi campak pada anak sekolah kelompok
usia 10-12 tahun didapat hanya 50% diantaranya masih mempunyai antibodi campak
di atas ambang pencegahan, sedangkan 28.3% diantara kelompok usia 5-7 tahun
pernah menderita campak walaupun sudah diimunisasi saat bayi. Berdasarkan
penelitian tersebut dianjurkan pemberian imunisasi campak ulangan pada saat masuk
sekolah dasar (5-6 tahun), guna mempertinggi serokonversi.5

DAFTAR PUSTAKA :
1. Soedarmo, S.S.P., Garna, H. & Hadinegoro, S.R., Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak : Infeksi & Penyakit Tropis, Edisi IV, IDAI, Jakarta. 2015.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta, 2009.
3. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2014.
4. Satgas Imunisasi IDAI. Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI, Sari Pediatri, Vol 2,
No.1 Juni 2000:43-47.
5. World Health Organization. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit: Pedoman
Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. 2009.
6. Chen S. Measles. Medscape,
http://emedicine.medscape.com/article/966220-medication#4
diunduh tanggal 20 Oktober 2016.

You might also like