You are on page 1of 9

TUGAS PENDAHULUAN

PRAKTIKUM SATUAN PROSES 2


SAPONIFIKASI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Satuan Proses 2

oleh

Sidna Kosim Amrulah

( 131411052 )

Kelas 2B ( Kelompok VI )

Prodi D3-Teknik Kimia


Jurusan Teknik Kimia
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014

Dosen Pembimbing : Umar Khayam


1. Apa bedanya Trigliserida dengan Asam Lemak yang lain ( Digliserida ) ?
Jawab :
Digliserida merupakan gliserol yang dua gugus hidroksilnya bersubtitusi
dengan asam lemak. Reaksi pembentukannya adalah reakksi esterifikasi dan reaksi
interesterifikasi. Pada proses esterifikasi, reaksi antara gliserol dan asam lemak
menghasilkan monogliserida, digliserida dan air. Pada proses interesterifikasi, reaksi
antara gliserol dan lemak/minyak menghasilkan monogliserida dan digliserida. Reaksi
memerlukan pemanasan suhu tinggi dan katalis basa (misal kalsium hidroksida).
Keduanya memiliki gugus polar, yaitu ikatan hidrogen (hidrofilik) yang dapat mengikat
air dan gugus non polar, yaitu ujung metil dari residu asam lemak dapat mengikat lemak
melalui interaksi hidrofobik.
Pembentukan trigliserida: gliserin yang mempunyai 3 gugus hidroksil berikatan
dengan 3 gliserol melepaskan H, dan asam lemak melepaskan OH menghasilkan
Trigliserida dan air. Trigliserida bersifat non polar karena gugus hidroksil pada gliserin
telah diesterifikasi oleh gugus karboksil dari asam lemak. Trigliserida tidak larut dalam
air tetapi dapat larut dalam senyawa organik non polar.

2. Apa saja sumber-sumber Trigliserida ?


Jawab :

1 Putih telor ayam


2 Teripang (haisom)
3 Ubur-ubur
4 Susu sapi non fat

5 Daging ayam pilihan tanpa kulit


6 Daging bebek pilihan tanpa kulit
7 Ikan sungai biasa
8 Daging sapi pilihan tanpa lemak
9 Daging babi pilihan tanpa lemak
10 Daging kelinci
11 Daging kambing tanpa lemak
12 Ikan ekor kuning
13 Daging asap (ham)
14 Iga sapi
15 Iga babi
16 Daging sapi
17 Burung dara
18 Ikan bawal
19 Daging sapi berlemak
20 Gajih sapi
21 Gajih kambing
22 Daging babi berlemak
23 Keju
24 Sosis daging
25 Kepiting
26 Udang
27 Kerang/Siput
28 Belut
29 Santan kelapa

30 Gajih babi
31 Susu Sapi
32 Susu Sapi Cream
33 Coklat/Cacao
34 Mentega/Margarin
35 Jeroan sapi
36 Jeroan babi
37 Kerang putih/remis/Tiram
38 Telor Ayam
39 Jeroan Kambing
40 Cumi-cumi
41 Kuning telor ayam
42 Otak Sapi
43 Otak babi
44 Telor burung puyuh

3. Mengapa gliserol sebagai hasil samping dari reaksi saponifikasi berbentuk cair ?
Jawab : karena gliserol tidak mengalami pengendapan, disebabkan oleh kelarutannya
yang tinggi.

4. Bagaimana reaksi yang berlangsung pada saponifikasi ? Apakah Stoikiometri atau


tidak ?
Jawab :
Pembuatan sabun melibatkan teknologi kimia yang dapat mengontrol sifat fisika
alami yang terdapat pada sabun. Saponifikasi pada minyak dilihat dari beberapa
perubahan fasa untuk menghilangkan impurity (zat pengganggu) dan uap air serta
dilihat dengan recovery gliserin sebagai produk samping dari reaksi saponifikasi. Sabun
murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya air, gliserin, garam dan impurity lain.
Perubahan lemak hewan (misalnya lemak kambing, Tallow) menjadi sabun menurut

cara kuno adalah dengan cara memanaskan dengan abu kayu (bersifat basa), hal ini
telah dilakukan sejak 2300 tahun yang lalu oleh bangsa Romawi kuno
Ada beberapa karaktersitik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan dasar
sabun antara lain:
Warna
Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang bagus untuk
digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.
AngkaSaponifikasi
Angka saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kalium hidroksida
yang digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satu gram minyak. Angka
saponifikasi digunakan untuk menghitung alkali yang dibutuhkan dalam saponifikasi
secara sempurna pada lemak atau minyak.
BilanganIod
Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidakjenuhan minyak atau lemak,
semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh. Dalam
pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu untuk mengidentifikasi
ketahanan sabun pada suhu tertentu.
Dengan demikian, reaksi berlangsung secara eksoterm dan mempunyai stoikiometri,
karena komposisi trigliserida yang dibutuhkan dari setiap minyak berbeda untuk
saponifikasi.

5. Bila terdapat 100 gram lemak, berapakah jumlah yang digunakan sebagai
reaktan proses Saponifikasi ?
Jawab : Dalam komposisi trigliserida yang dibutuhkan, tergantung dari jenis minyak
yang digunakan. Contohnya pada minyak sawit pada soal sebelumnya.
1. Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging
sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi
dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan
kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas
rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang

paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer
pada tallow umumnya di atas 40C. Tallow dengan titer di bawah 40C dikenal dengan nama
grease.
2. Lard. Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh
seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan
sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi
ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.
3. Palm Oil (minyak kelapa sawit). Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai
pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit.
Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna
karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus
dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat
keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan
sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.
4. Coconut Oil (minyak kelapa). Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering
digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan
diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki
kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan
terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan
asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
5. Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit). Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji
kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak
kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki
kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah
daripada minyak kelapa.
6. Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin). Minyak sawit stearin adalah minyak yang
dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan
heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin.
7. Marine Oil. Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki
kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial
terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
8. Castor Oil (minyak jarak). Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk
membuat sabun transparan.

9. Olive oil (minyak zaitun). Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun
dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun
memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.
10. Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang
berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur
dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki
kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan
berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras
struktur sabun.

6. Apa bedanya :
Sabun buram dengan sabun transparan ?
Sabun cair dengan sabun padat ?
Sabun keras dengan sabun lunak ?
Batasannya seperti apa ?
Jawab :
a. Sabun cair
Dibuat dari minyak kelapa, Alkali yang digunakan KOH Bentuk cair dan
tidak mengental dalam suhu kamar.
b. Sabun Lunak
Dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak tumbuhan yang
tidak jernih, Alkali yang dipakai KOH, Bentuk pasta dan mudah larut dalam air
c. Sabun Keras
Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang dikeraskan
dengan proses hidrogenasi, Alkali yang dipakai NaOH, Sukar larut dalam air.
d. Sabun Transparan
Sabun transparan adalah sabun yang dibuat dengan teknik khusus dengan
menghilangkan kandungan alkali di dalamnya. Sabun transparan ini lebih unggul
daripada sabun mandi biasa, selain dari tampilannya yang transparan (transparent)
yang menawan, sabun ini sangat lembut dikulit dan dapat melembabkan kulit.

Sabun Transparan punya daya bersih yang efektif tanpa meninggalkan busa
sabun. Sabun ini akan terasa lebih lunak di tangan anda karena tidak mengandung
alkali.
e. Sabun Padat
Sabun padat adalah sabun yang memiliki konsentrasi Alkali yang tinggi.
Semakin tinggi konsentrasi larutan Alkali, maka semakin besar konsentrasi trigliserida
yang diperlukan sehingga sabun akan semakin padat. Larutan alkali yang digunakan
adalah NaOH.
f. Sabun Buram
Sabun buram adalah sabun dimana kandungan alkali ketika reaksi tidak
dihilangkan sampai sabun tersebut menjadi produk, baik berbentuk padat maupun
cair.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik setiap jenis sabun
ditentukan oleh konsentrasi reaktan, jenis minyak yang digunakan, serta larutan
Alkali yang digunakan.

7. Apa saja komposisi dari minyak sawit, minyak kelapa ? Hitung kebutuhan reaktannya
untuk proses saponifikasi !
Jawab :
Komposisi Trigliserida Dalam Minyak Kelapa Sawit
Trigliserida
Jumlah (%)
Tripalmitin
3 5
Dipalmito Stearine
13
Oleo Miristopalmitin
05
Oleo Dipalmitin
21 43
Oleo- Palmitostearine
10 11
Palmito Diolein
32 48
Stearo Diolein
06
Linoleo - Diolein
3 12

8. Bagaimana pengaruh temperatur terhadap kecepatan reaksi saponifikasi ?


Jawab : Semakin besar temperatur, maka kecepatan reaksi semakin meningkat. Namun,
apabila temperetur terlalu panas, maka kandungan logam alkali pada sabun akan hilang
sehingga sabun akan lembek. Apabila suhu yang diberikan kurang, maka sabun akan
terlalu keras dan tidak berbusa.

9. Produk sabun di Indonesia ?


Jawab :
Produk sabun Indonesia banyak digemari di dunia. Seperti halnya di Mesir, sabun dari
Indonesia menjadi sabun favorit yang dikonsumsi oleh masyarakatnya. Hal ini
disebabkan karena sabun dari Indonesia sangat wangi dan tahan terhadp suhu yang
tinggi. Tidak hanya sabun mandi saja. Sabun kecantikan Indonesia banyak dikonsumsi
oleh negara-negara di Asia. Hal ini membuktikan bahwa kualitas sabun dari Indonesia
sangat baik jika dibandingkan dengan negara lain.

You might also like