Professional Documents
Culture Documents
EEG tidak direkomendasikan karena tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau
memperkirakan risiko epilepsi dikemudian hari. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan
pada kejang demam tak khas; misalnya pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam
fokal.
Pencitraan seperti foto X ray, CT scan atau MRI kepala hanya dilakukan jika ada:
1. Kelainan neurologik fokal menetap (misal hemiparesis)
2. Paresis n.VI (n. abdusens) - bola mata tidak dapat melirik ke lateral
3. Papiledema
PENATALAKSANAAN
Saat kejang
Umumnya kejang berlangsung singkat dan berhenti sendiri. Jika masih kejang
diberikan diazepam intravena 0.3 0.5 mg/kg.bb iv diberikan dalam waktu 3 5 menit,
dosis maksimal 20 mg. Atau diazepam per rektal 5 mg. untuk anak dengan berat badan
< 10 kg,. dan 10 mg. jika berat badan > 10 kg. Atau diazepam per rektal 5 mg. untuk usia
< 3 tahun dan 7.5 mg. untuk usia > 3 tahun. Jika setelah pemberian diazepam per rektal
kejang belum berhenti, dapat diulang dengan dosis sama setelah selang waktu 5 menit.
Jika setelah dua kali pemberian diazepam per rektal masih belum berhenti, dianjurkan
ke rumah sakit.
Di rumahsakit :
Diberikan diazepam intravena 0.3 0.5 mg/kg.bb. Jika masih tetap kejang, berikan
fenitoin intravena 10-20 mg/kg.bb/kali dengan kecepatan 1 mg/menit atau < 50
mg/menit. Jika berhenti dosis selanjutnya fenitoin 4-8 mg/kg.bb/hari dimulai 12 jam
setelah dosis awal. Jika masih belum berhenti, rawat di ruang intensif.
Pemberian obat saat demam
Tidak ada bukti bahwa pemberian antipiretik mengurangi risiko kejang demam; tetapi
dapat diberikan parasetamol dengan dosis 10 -15 mg/kg.bb/kali diberikan 4 kali sehari,
tidak lebih dari 5 kali sehari. Obat lain ibuprofen dengan dosis 5-10 mg/kgbb/kali, 3 4
kali sehari.Asam asetil salisilat tidak dianjurkan terutama pada usia < 18 bulan karena
risiko sindrom Reye Diazepam oral 0.3 mg/kg.bb tiap 8 jam saat demam menurunkan
risiko berulangnya kejang demam pada 30% - 60 % kasus, begitu pula diazepam rektal
0.5 mg/kg.bb setiap 8 jam pada suhu > 38.5C. Hati-hati dengan efek samping ataksia,
iritabel dan sedasi berat yang terjadi pada 25% - 39% kasus. Fenobarbital, fenitoin dan
karbamazepin saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
Pengobatan rumat/pencegahan/profilaksis
Diberikan jika:
1. Kejang lama > 15 menit
2. Ada kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya paresis Todd,
cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal
Dipertimbangkan jika:
1. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
2. Terjadi pada bayi < 12 bulan
3. Kejang demam 4 kali/tahun
Jenis obat :
Pilihan pertama saat ini ialah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kg.bb/hari dibagi
2-3 dosis; atau fenobarbital 3-4 mg/kg. bb/hari dibagi dalam 1-2 dosis. Asam valproat
dapat menyebabkan gangguan fungsi hati pada sebagian kecil kasus terutama pada usia
< 2 tahun; fenobarbital dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar
pada 40% - 50% kasus.
Lama pengobatan:
Diberikan selama 1 tahun bebas kejang; kemudian dihentikan bertahap dalam 1-2
bulan.
PROGNOSIS
Risiko cacad akibat komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan
mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.
Ada penelitian retrospektif yang melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil
kasus, biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang. Kematian
akibat kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Risiko berulang
Faktor risiko berulangnya kejang demam :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia < 12 bulan
3. Suhu rendah saat kejang demam
4. Cepatnya kejang setelah demam
Jika semua faktor risiko ada , risiko berulang 80%; jika tidak ada hanya 10-15%.
Sebagian besar berulang pada tahun pertama (setelah kejang).
Risiko epilepsi
Faktor risiko epilepsi adalah jika ada :
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung.
Masing-masing faktor risiko meningkatkan risiko epilepsi sampai 4% 6%; kombinasi
faktor risiko tersebut meningkatkan risiko epilepsi menjadi 10% 49%. Risiko epilepsi
tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat/profilaksis pada kejang demam.
EDUKASI PADA ORANGTUA
Orangtua sering panik menghadapi kejang karena merupakan peristiwa yang
menakutkan.
Kecemasan ini dapat dikurangi dengan antara lain:
1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
2. Memberitahukan cara penanganan kejang
3. Memberi informasi tentang risiko kejang berulang
4. Pemberian obat pencegahan memang efektif, tetapi harus diingat risiko efek samping
obat
Jika anak kejang, lakukan hal berikut :
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat, terutama sekitar leher
3. Jika tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mulut dan/atau hidung. Walaupun ada risiko lidah tergigit, jangan
masukkan apapun ke dalam mulut.
4. Ukur suhu tubuh, catat lama dan bentuk/sifat kejang
5. Tetap bersama anak selama kejang
6. Berikan diazepam per rektal. Jangan diberikan jika kejang telah berhenti.
7. Bawa ke tenaga kesehatan atau rumahsakit jika kejang berlangsung 5 menit.
PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nomor RM
Nama Klien
: 01-41-42-57
: An. RE
Nama Panggilan
: An.R
Tempat Tanggal Lahir : Sleman, 26/5/2008
Umur
: 10 bulan.
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku
: Jawa
Bahasa yang Dimengerti : Jawa
Orang Tua/Wali
Nama Ayah/Ibu
Pekerjaan Ayah/Ibu
Pendidikan
Alamat
: Bp. M/Ibu R
: Swasta/Guru
: SLTA/SPG
: Sumberadi, Mlati, Sleman
B. Keluhan Utama
Panas, suhu tubuh 38 C.
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Satu HSMRS anak demam, tidak muntah, tidak batuk, tidak pilek, kemudian diberi
paracetamol sendok teh tetapi demam masih tinggi.
HMRS anak muntah 2 kali seperti yang dimakan tidak muncrat, BAB encer 1 kali,
demam tinggi, tidak ada edema. Anak kejang saat di UGD selam 2 menit, berhenti
dengan diazepam 5 mg suspensi dan 2 kali dumin suspensi masuk.
D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Prenatal
Sebelumnya ibu KB suntik selama 9 bulan. Selama hamil ibu kontrol rutin setiap 4
minggu di dokter Sp.OG tiap bulan sejak usia kehamilan 2 bulan, tidak imunisasi, USG,
mendapat suplemen tambah darah dan vitamin. Selama hamil tidak mengalami
masalah, tidak mual muntah berlebihan, tidak demam, tidak ada edema dan tidak
mengalami hipertensi.
Perinatal dan Post Natal
Anak lahir spontan pervaginam di dokter Sp.OG pada usia kehamilan 9 bulan 10 hari,
presentasi kepala, ketuban jernih, setelah lahir anak langsung menangis. Gerak aktif,
tidak biru dan tidak kuning. Berat badan lahir 3400 gr panjang badan 52 cm. Post
natal anak kontrol dan mendapat imunisasi di Puskesmas
3. Penyakit yang pernah diderita : Sebelumnya anak belum pernah menderita penyakit
berat.
2.
4. Hospitalisasi/operasi
mengalami tindakan operasi.
5. Injury
sebelumnya.
6. Alergi
belum
pernah
mengalami
kecelakaan
7. Imunisasi
: Hepatitis B 1 kali, BCG 1 kali pada usia 2 minggu, DPT
4 kali pada usia 2, 3, 4 bulan, Polio 3 kali pada usia 2, 3, 4 bulan, campak pada usia 9
bulan.
E. Riwayat Sosial
engasuh :
Anak diasuh oleh kedua orang tuanya.
2. Hubungan dengan anggota keluarga : Hubungan anak dengan anggota keluarga
yang lain baik. Selama dirawat di RS anak sering dijengauk oleh saudara.
an sebaya
Penyakit keluarga
:
Ayah dan ibu memiliki riwayat alergi makanan
Sepupu anak dari pihak ayah pernah mengalami kejang demam
Nenek dari ayah dan ibu memiliki riwayat hipertensi
Kakek dari ibu memiliki riwayat penyakit jantung
4. Motorik Kasar
:
Anak dapat miring mulai usia 3 bulan, Anak dapat tengkurap muali usia 4 bulan, Anak
dapat merangkak mulai usia 6-7 bulan, Anak dapat duduk mulai usia 7 bulan, Anak
dapat berdiri muali usia 7 bulan
Interpretasi : tingkat perkembangan sesuai dengan usia.
B. Pola Kesehatan Klien Saat Ini
1. Nutrisi
: klien terpasang sonde, diet cair: energi 880 kkal/hari,
protein 24 gram/hari. Kemampuan mengisap bayi mulai membaik. Berdasarkan zscore, status nutrisi klien baik.
2. Cairan
: ubun-ubun tidak cekung, kebutuhan cairan 800
cc/hari. Cairan diberikan perseonde, oral dan perinfus, muntah 1 kali.
3. Aktivitas
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Tingkat kesadaran
: compos mentis
Nadi: 124 x/m
Suhu: 38,2 C
RR: 30 x/m
BB: 8 kg
TB: 77 cm
LK: 45 cm
2.
3.
:
:
6.
7.
:
9.
:
:
:
:
:
Kulit
: turgor baik, tidak ada ptechie dan diaperras
Kepala
: bersih, ubun-ubun belum menutup.
tidak ada edema palpebra, konjungtiva tidak pucat, scelera tidak ikterik.
kebersihan baik, tidak ada pengeluaran cairan.
Hidung
: terpasang sonde.
Mulut
: mukosa lembab, tidak ada iritasi mukosa.
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Dada
: Simetris, tidak ada ketinggalan gerak
perkusi sonor, bunyi napas vesikular.
Auskultasi S1 tunggal, S2 split tdk konstan, tidak ada bising.
bentuk soepel, tidak ada distensi.
tidak ada iritasi pada mukosa.
kekuatan otot baik, pergerakan tidak terbatas.
D. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal
12 April
2009
Jenis
Darah rutin
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
Hasil
Satuan
Nilai normal
Interpretasi
13,37
5,1
12
37,6
73,7
23,5
31,9
219
103/ L
106/ L
g/dL
%
fL
pg
g/dL
103/ L
4,8-10,8
4,2-5,4
12-16
37-47
79-99
27-31
33-37
150-450
Naik
Normal
Normal
Normal
Rendah
Rendah
Rendah
Normal
13 April
2009
E.
1.
2.
3.
4.
5.
Kimia darah
Na
K
Cl
Ca
GDS
Cairan otak
Kejernihan
Jumlah sel
Eritrosit
Leukosit berinti
polimorf
Limfosit
Albumin
Percobaan Pady
Kadar protein
Glukosa
Na
Cl
Urin rutin
Warna
BJ
pH
uro
Glukosa
Protein
Bilirubin
Leukosit
133,5
4,05
106,4
2,38
145
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mg/dL
137-145
3,1-5
98-107
2,1-2,54
80-140
Jernih
0
0
0
0
0
0
0
73 mg%
139
122
Kuning keruh
1.010
7,0
Normal
-
Terapi Farmaka
Zinc 1 x 20 mg
Dialac 2 x 1 sachet
Paracetamol 10 mg/ kg BB k/p (3/4 cth).
Diazepam 0,3 mg/kg BB IV jika kejang (2,5 mg).
Diazepam 0,1 mg/kg BB per oral jika suhu > 38,5 C (0,8 mg).
ANALISA DATA
Tgl/Jam
Data Senjang
14/4 09 DS:
08.00 - Ibu klien mengatakan an. R
panas.
DO:
- Suhu axila 38,2 C.
- Kulit merah.
Masalah
Hipertermi
Etiologi
Peningkatan
metabolik
Rendah
Normal
Normal
Normal
Tinggi
14/4 09
08.00
DS:
Ibu klien mengatakan anak
muntah 1 x dan BAB lunak 1 x
pagi ini.
DO:
Peningkatan suhu tubuh 38,2
C.
DS:
DO:
Demam, suhu 38,2 C.
Riwayat kesehatan: Kejang
saat masuk rumah sakit.
Risiko kekurangan
volume cairan
Status
hipermetabolik
Risiko cedera
Fungsi regulatori
biokimia
(hipertermi dan
konvulsi)
RUMUSAN MASALAH
N
o
1
Tgl/Jam
14/4 09
08.00
Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolik.
08.00
08.00
RENCANA KEPERAWATAN
Tgl/Jam
14/4 09
08.00
Diagnosa
Outcome
Intervensi
Keperawatan
Hipertermi
Thermoregulation:
Fever treatment
berhubungan Suhu tubuh dalam Monitor suhu sesering
dengan
mungkin.
rentang normal.
peningkatan
Fluid management:
Timbang popok/pembalut
jika diperlukan.
Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat.
Monitor status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat).
Monitor vital sign.
Monitor masukan
makanan/cairan dan hitung
intake kalori harian.
Lakukan terapi IV.
Monitor status nutrisi.
Berikan cairan.
Dorong masukan oral.
Berikan penggantian
nasogatrik sesuai output.
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan.
Tawarkan snack (jus buah,
buah segar).
Risiko
Fluid balance dan
kekurangan
Hydration:
RENCANA KEPERAWATAN
Tgl/Jam
14/4 09
08.00
Diagnosa
Outcome
Keperawatan
Risiko cedera
Vital signs status:
berhubungan
Temperatur dalam
dengan fungsi
rentang normal.
regulatori
biokimia
Knowledge: personal
(hipertermi dan
safety
konvulsi).
Mampu menjelaskan
langkah-langkah
pencegahan risiko.
Mampu menjelaskan
langkah-langkah
kedaruratan saat di
rumah.
Intervensi
Vital signs monitoring:
Monitor adanya hipertermia.
Catat tren dan fluktuasi
peningkatan suhu.
Monitor nadi dan respirasi.
Environment Management
Sediakan lingkungan yang
aman untuk pasien
Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien, sesuai
dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif pasien dan
riwayat penyakit terdahulu
pasien
Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
Discharge planning:
Identifikasi pengetahuan
keluarga.
Diskusikan dengan keluarga
tentang tatalaksana post
hospital.
Diskusikan dengan keluarga
untuk melakukan rujukan ke
pelayanan kesehatan
sehubungan perawatan klien.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/Jam
14/4 09
08.00
No. DK
1
09.00
11.00
14/4 09
08.00
Catatan Keperawatan
13.45
S:
Ibu klien mengatak
dari sebelumnya.
O:
Temperatur 37,6 C
Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI atau cairan Tidak ada kejang.
A:
peroral lainnya.
Hipertermi belum t
P:
Memonitor tanda vital klien: suhu axila 37,6 C, rr 30
Monitor perubahan
x/m dan nadi 124 x/m.
Berikan tapid spon
Memotivasi keluarga untuk tetap memberikan tapid
Tingkatkan hidrasi
sponge.
Menganjurkan ibu untuk memasangkan pakaian tipis,
menyerap keringat dan memudahkan sirkulasi udara.
13.45
S:
Ibu klien menyatak
11.00
O:
Intake hingga jam
Output hingga jam
Mukosa mulut lem
A:
Defisit cairan tidak
P:
Monitor input-outp
Motivasi pemberia
CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/Jam
14/4 09
09.30
No. DK
3
Catatan Keperawatan
Mendiskusikan dengan ibu klien tentang antisipasi
demam dan kejang.
Menjelaskan kepada ibu penyebab kejang terdahulu.
Mendiskusikan dengan ibu menanganan di rumah bila
anak kembali demam tinggi serta terjadi kejang.
Memotivasi ibu untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan.
09.45
S:
Ibu klien mengatak
antisipasi demam d
O:
A:
Pengetahuan ibu m
Injuri tidak terjadi.
P:
Monitor perubahan
CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/Jam
14/4 09
14.00
No. DK
1
21.00
14/4 09
14.00
Catatan Keperawatan
21.00
Memonitor tanda vital klien: suhu axila 38 C, rr 32 x/m S:
Ibu klien mengatak
dan nadi 180 x/m.
O:
Memotivasi ibu untuk memberikan tapid sponge.
Temperatur 38,6 C
Mengukur tanda vital klien: suhu aksila 38,6 C, rr 32 Tidak ada kejang.
A:
x/m dan nadi 178 x/m.
Hipertermi belum t
Memberikan tapid spnge.
P:
Mengelola pemberian antipiretik cth.
Monitor perubahan
Tingkatkan hidrasi
21.00
S:
Ibu klien menyatak
O:
Intake sore hingga
Output sore hingga
Mukosa mulut lem
Tidak ada diare.
A:
Defisit cairan tidak
P:
Monitor input-outp
Motivasi pemberia
17.00
18.00
20.00
21.00
DAFTAR PUSTAKA
http://www.aidsinfonet.org/factsheet_detail.php?fsnumber=504
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000568.htm
Betz, Cecily L dan Sowden, Linda L. 2002.Keperawatan Pediatrik, Edisi 3, EGC: Jakarta.
Johnson, M., Maas, M., 2000. Nursing Outcome Classification (NOC) 2nd ed.Mosby, Inc. St.
Louis, Missouri.
McCloskey, J., Bulechek, G., 2000. Nursing
4th ed. Mosby, Inc. St. Louis, Missouri.
Interventions
Classification
(NIC),
Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.
UKK Neurologi IDAI CDK 165/vol.35 no.6/September - Oktober 2008