You are on page 1of 9

ANALISIS EFEKTIFITAS METODE PERKALIAN

GASING UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR


Fakhri Auzan 1), Fredhi Gunawan 2), Maria Stevania A K. YOS 3)
1) 2)
Program Studi Agribusiness, 3)Program Studi Technopreneurship, Surya University
Gedung 01 Scientia Business Park, Jln Boulevard Gading Serpong Blok O/1, Summarecon Serpong,
Tangerang 15810, Indonesia
1)

fakhri.auzan@surya.ac.id
fredhi.gunawan@surya.ac.id
3)
maria.yos@surya.ac.id

2)

Abstract Secara umum masih banyak ditemui


siswa-siswi di sekolah dasar yang mengalami
kesulitan dalam mengalikan berbagai macam
bilangan, terutama menghitung perkalian satu
angka kali satu angka. Menurut peneliti hal ini
disebabkan karena kurangnya pemahaman siswasiswi tentang arti dari operasi perkalian secara
konkrit pada bilangan- bilangan tersebut. Dalam
artikel ini, peneliti mengulas bagaimana Matematika
GASING mengajarkan hal itu. Peneliti juga
melakukan penelitian sederhana pada sekelompok
siswa-siswi di sekolah dasar untuk melihat apabila
pembelajaran
ini efektif atau tidak. Metode
penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen.
Penelitian ini memberikan indikasi bahwa
pembelajaran perkalian secara konkrit dengan
Matematika
GASING
dapat
meningkatkan
kemampuan berhitung siswa-siswi di sekolah dasar
Keywords Matematika GASING, menghitung
perkalian satu angka kali satu angka, konkrit
perkalian.

I. PENDAHULUAN
Bayangkan suatu ketika seseorang diminta
untuk menghitung perkalian suatu bilangan, dan
dia mampu menjawabnya dengan cepat, bahkan
lebih cepat dari mereka yang menggunakan
kalkulator sekalipun. Pastilah kesan yang muncul
adalah orang tersebut dianggap sebagai manusia
yang jenius. Sebagian besar orang menganggap
bahwa kemampuan matematika sama dengan
kecerdasan. Bagi mereka yang mampu menghitung
dengan
cepat
perkalian,
pembagian,
pengkuadratan, dan pengakar kuadratan, pastilah
diperlakukan secara berbeda oleh teman-teman,
keluarga, dan orang lain di lingkungannya. Karena
perlakuan seperti itu pulalah kemudian orang yang
mampu menghitung cepat ini lebih cenderung
bertindak dengan lebih cerdas pula.
Pembelajaran
matematika
umumnya
didominasi oleh pengenalan rumus-rumus serta
konsep-konsep secara verbal, tanpa ada perhatian
yang cukup terhadap pemahaman siswa.
Disamping itu proses belajar mengajar hamper

selalu berlangsung dengan metode chalk and talk


guru menjadi pusat dari seluruh kegiatan di kelas
(Somerset, 1997 dalam Sodikin, 2004: 1)
Pembelajaran
matematika
sering
diinterprestasikan sebagai aktivitas utama yang
dilakukan guru, yaitu guru mengenalkan materi,
mungkin mengajukan satu atau dua pertanyaan,
dan meminta siswa yang pasif untuk aktif dengan
memulai melengkapi latihan dari buku teks,
pelajaran diakhiri dengan pengorganisasian yang
baik dan pembelajaran selanjutnya dilakukan
dengan skenario yang serupa.
Matematika sampai sekarang masih menjadi
mata pelajaran yang menakutkan dan sulit bagi
sebagian besar siswa siswi Sekolah Dasar.
Apalagi masih banyak guru yang menggunakan
metode konvensional dalam mengajar matematika
sehingga membuat para siswa merasa bosan untuk
mempelajarinya. Kondisi seperti ini tidak bisa
dibiarkan begitu saja. Hal inilah yang mungkin
menjadi salah satu faktor penyebab mengapa nilai
matematika lebih rendah daripada mata pelajaran
yang lainnnya. Dalam penelitian ini, penulis
membahas bentuk pembelajaran matematika
dengan cara yang lebih mudah dan menyenangkan
dengan menggunakan metode Matematika
GASING
(GAmpang,
aSyIk,
dan
menyenaNGkan).
Matematika GASING merupakan sebuah
inovasi dalam pembelajaran matematika yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
matematika. Dengan Matematika GASING,
pandangan matematika yang semula dianggap
momok dan merupakan pelajaran yang ditakuti
oleh peserta didik menjadi sangat mudah dipahami
dan menjadi pelajaran yang disukai oleh peserta
didik. Matematika GASING membuka kesempatan
bagi semua peserta didik untuk dapat belajar
matematika dengan gampang, asyik, dan
menyenangkan dari guru yang baik dan
pembelajaran yang tepat.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Pembahasan materi pembelajaran GASING
dalam kajian teori ini disusun dalam satu topik
besar berdasarkan jenis operasi, yaitu perkalian.
Kemudian pembahasan untuk setiap operasi
disusun berdasarkan macam- macam bilangan
yang dioperasikan, yaitu perkalian 9, perkalian 3,
dan perkalian 8.
Dalam Matematika GASING, macam- macam
bilangan tersebut diperkenalkan kepada siswasiswi secara bertahap dengan mengikuti urutan
seperti diatas, dari yang paling sederhana ke yang
paling kompleks. Seiring dengan itu, kegiatan
eksplorasi yang menunjukkan konkrit dari operasi
perkalian pun berkembang agar lebih bermakna
dalam konteks bilangan yang dihadapi.
1) Titik Kritis Gasing Perkalian
Untuk belajar perkalian, siswa harus bisa
secara mencongak menghitung perkalian satu
angka kali satu angka. Ini yang kita sebut titik
kritis gasing perkalian.
Titik Kritis GASING: perkalian yang
hasilnya < 100
a. 2 9 =
b. 4 3 =
c. 6 8 =
Untuk mencapai titik kritis gasing ini, yang
diperlukan adalah pertama siswa harus mengerti
konsep perkalian dengan baik. Kemudian
dilanjutkan dengan bagaimana menghitung
perkalian 1, 10, 9, 2 dan 5 secara mencongak.
Setelah itu dilanjutkan dengan perkalian bilangan
yang sama, perkalian 3, 4 dan yang terakhir
perkalian 8, 7 dan 6. Lebih jelasnya seperti di
bawah ini:
1. Konsep perkalian
2. Perkalian 1, 10, 9, 2, dan 5
3. Perkalian Bilangan yang Sama
4. Perkalian 3, 4
5. Perkalian 8, 7, 6
Pada penelitian kali ini penulis hanya fokus
pada perkalian 9, perkalian 3, dan perkalian 8.
2) Konsep Perkalian
Sekarang kita masuk ke langkah pertama yaitu
konsep perkalian. Perhatikan ilustrasi di bawah ini:

Ditulis 3

2 3 2

Kita ambil satu kotak berisi dua nanas. Kemudian


kita ambil 2 lagi. Kita katakan bahwa ini ada tiga
kotak berisi masing-masing dua nanas dibaca 3
kotak isi 2 disingkat 3 kotak 2 disingkat 3 2.
Hasilnya adalah 2 + 2 + 2 = 6.

Ditulis 4

8 4 8

Ada 4 kotak berisi masing-masing 8 bola disingkat


8 kotak 4 ditulis 8 4, hasilnya 8 + 8 + 8 + 8 =
32.
Selanjutnya minta siswa untuk melakukan proses
konsep perkalian ini untuk 1 1 hingga 10 10.
Cara penulisannya seperti berikut ini:

4 2 4 2
6

363

=2+2+2+2=8
3

3 =3+3+3+3+ 3+3=18
6 = 6 + 6 + 6 = 18

Cek mereka mengerjakan ini dengan baik. Jika


diperlukan minta mereka lakukan ini 2 kali.
Setelah itu, tekankan bahwa 6 3 itu sama
hasilnya dengan 3 6. Walaupun, 6 3 tidak
sama ARTINYA dengan 3 6 tetapi HASILNYA
sama.

3) Perkalian 9
caranya adalah kita minta siswa untuk menulis
arti perkalian 9 seperti di bawah ini, minta mereka
menulis ini tanpa kita beri contoh. Ini adalah
konkritnya, siswa paham tentang arti perkalian 9.

Kongkrit
19=1
29=2
39=3
49=4
59=5
69=6
79=7
89=8
72
99=9
9 = 81

9
9
9
9
9
9
9
9

=9
= 9 + 9 = 18
= 9 + 9 + 9 = 27
= 9 + 9 + 9 + 9 = 36
= 9 + 9 + 9 + 9 + 9 = 45
= 9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9 = 54
= 9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9 = 63
=9+9+9+9+9+9+9+9=

Menghafal
19=9
2 9 = 18
3 9 = 27
4 9 = 36
5 9 = 45
6 9 = 54
7 9 = 63
8 9 = 72
9 9 = 81
10 9 = 90

9 = 9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9 +

10 9 = 10
+ 9 + 9 = 90

9 = 9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9

6 9 artinya 6 kotak isi 9 hasilnya adalah 9 + 9


+ 9 + 9 + 9 + 9, menghitung hasilnya kita gunakan
metode coret. Semua penjumlahan pada perkalian
dihitung dengan metode coret. Setelah selesai, kita
susun hasilnya seperti di bawah ini.
Abstrak
19=9
2 9 = 18
3 9 = 27
4 9 = 36
5 9 = 45
6 9 = 54
7 9 = 63
8 9 = 72
9 9 = 81
10 9 = 90
Untuk menghafal kita bisa gunakan bermacam
cara antara lain dengan jari. Kita boleh
menggunakan sesuatu yang tampaknya bukan
matematika untuk bantu menghafal perkalian ini.
Untuk menghitung 2 9 tekuk jari nomor
2. Lihat di sebelah kiri jari adalah ada 1
jari, dan di sebelah kanan ada 8 jari. Jadi
hasil perkalian ini 1 dan 8 yaitu 18.
Untuk menghitung 4 9 tekuk jari nomor
4. Lihat di sebelah kiri jari adalah ada 3
jari, dan di sebelah kanan ada 6 jari. Jadi
hasil perkalian ini 3 dan 6 yaitu 36.
Lakukan ini untuk semua perkalian 9 di
atas.

Untuk mencongak sebaiknya tidak pakai jari,


tetapi melihat pola. Polanya 6 9, cari dulu
bilangan sebelum 6 yaitu 5, setelah itu baru cari
pasangan 9 dari 5 yaitu 4 maka jawabnya adalah
54.
Dalam bentuk dialog:
Berapa 6 9?
Sebelum enam adalah 5. Lima tambah berapa jadi
Sembilan? 4.
Jadi hasilnya 54.
4) Perkalian 3
Untuk perkalian 3 kita mulai seperti
sebelumnya yaitu kita lakukan penjumlahan
berulang sebagai kongkritnya. Gunakan metode
coret untuk menghitung penjumlahan berulang ini.
Kongkrit
13=1

3 = 3

23=2

3 = 3 + 3 = 6

33=3

3 = 3 + 3 + 3 = 9

43=4

3 = 3 + 3 + 3 + 3 = 12

53=5

3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 15

63=6

3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 18

73=7

3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 21

83=8
24

3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 =

93=9
3 = 27

3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 +

10 3 = 10 3
3 + 3 + 3 = 30

=3+3+3+3+3+3+3+

Setelah itu perkalian 3 disusun bersama dengan


hasilnya.
Abstrak
13=3
23=6
33=9
4 3 = 12
5 3 = 15
6 3 = 18
7 3 = 21

Lima belas delaapan belas


Dua satu dua puluh empat
Dua tujuh itu perkalian tiga
Ketika kita berkata tiga kita tunjukkan 1 jari
menunjukkan bahwa 1 3. Enam kita tunjuk 2 jari,
Sembilan kita tunjuk 3 jari dst.
Untuk menghafal 6 3, 7 3, 8 3 pakai lagu.
Caranya adalah sebagai berikut, kita nyanyikan
lagu:
Delapan belas, siswa menunjukkan 6 jari
Dua puluh satu, siswa menunjukkan 7 jari
Dua puluh empat, siswa menunjukkan 8 jari
Ulangi ini sampai anak mahir. Kemudian kita
yang tunjukkan jarinya siswa yang menyanyi.
Lakukan ini sampai siswa hafal 6 3, 7 3,
dan 8 3.
Untuk perkalian 3 kita juga bisa gunakan game.

8 3 = 24
9 3 = 27
10 3 = 30
Langkah berikutnya adalah menghafal.
Mencongak
1 3 = 3 (perkalian 1)
2 3 = 6 (perkalian 2)
3 3 = 9 (perkalian sama)
4 3 = 12
5 3 = 15 (perkalian 5)
6 3 = 18
7 3 = 21
8 3 = 24
9 3 = 27 (perkalian 9)
10 3 = 30 (perkalian 10)
Hal yang perlu dihafal adalah 4 3 dulu.
Caranya adalah 3 + 3 = 6 kemudian tambah 6 lagi.
Jadi hasilnya adalah 12. Minta siswa menghafalkna
ini. Setelah itu baru kita masuk 6 3, 7 3 dan 8
3. Ini agak sedikit sulit menghafalnya karena tidak
ada pola yang mudah diingat. Karena itu kita
gunakan lagu untuk membantu menghafalnya.
Lagu yang kita gunakan adalah lagu bintang kecil.
Lagu Perkalian 3
(Nada: Bintang Kecil)
Tiga enam Sembilan dua belas

Pada game ini guru mengeluarkan angka 6


sambil berkata kali 3, maka siswa harus
mengeluarkan angka 18. Jika yang dikeluarkan
angka 7 maka siswa harus mengeluarkan angka 21.
Jika yang dikeluarkan angka 8 maka siswa harus
mengeluarkan angka 24.
5) Perkalian 8
Selanjutnya adalah perkalian 8. Kita mulai
dengan yang kongkrit.
Kongkrit
18=1
28=2
38=3
48=4
58=5
68=6
78=7
88=8
64

8
8
8
8
8
8
8
8

=8
= 8 + 8 = 16
= 8 + 8 + 8 = 24
= 8 + 8 + 8 + 8 = 32
= 8 + 8 + 8 + 8 + 8 = 40
= 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 = 48
= 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 = 56
=8+8+8+8+8+8+8+8=

98=9
8 = 72

8 = 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 +

10 8 = 10
+ 8 + 8 = 80

8 = 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8

Kemudian adalah yang abstrak.


Abstrak
18=8
2 8 = 16
3 8 = 24

Untuk menghafalnya cara termudah adalah


melihat 78 56 urutannya adalah 56 78. Sedangkan
untuk menghafal 6 8 bisa juga dengan mengingat
dulu 5 8 = 40 kemudian kita tambah 8 jadi 48.
III. METODE PENELITIAN
Pembelajaran perkalian secara GASING diatas
diterapkan pada sembilan siswa SD yang belum
bisa melakukan operasi perkalian satu angka kali
satu angka.

4 8 = 32
5 8 = 40
6 8 = 48
7 8 = 56
8 8 = 64

A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pra eksperimen, tepatnya one
group pre-test post-test (Cresswell, 2009).
O1--------X--------O2

9 8 = 72
10 8 = 80
Setelah itu kita akan mulai menghafal 6 8 dan
7 8.
Mencongak
1 8 = 8 (perkalian 1)
2 8 = 16 (perkalian 2)
3 8 = 24 (perkalian 3)
4 8 = 32 (perkalian 4)
5 8 = 40 (perkalian 5)
6 8 = 48
7 8 = 56
8 8 = 64 (perkalian sama)
9 8 = 72 (perkalian 9)
10 8 = 80 (perkalian 10)

Kita gunakan metode jari:

Ketika 6 8, jari kiri menunjukkan 4 jari


berdiri, jari kanan 2 jari berdiri.
Jari yang tertekuk ada 4 nilainya adalah
40, yang berdiri dikalikan 4 2 = 8.
Jadi hasilnya adalah 48.
Untuk 7 8, yang tertekuk ada 5 jari
nilainya 50. Yang berdiri dikalikan 3 2
= 6. Jadi hasilnya 56.

Dimana O1 adalah pre-test atau tes awal yang


diberikan kepada siswa sebelum perlakuan, O2
adalah post-test atau tes akhir yang diberikan
kepada siswa sesudah perlakuan, dan X adalah
perlakuan yang diberikan, yaitu pembelajaran
perkalian dan pembagian secara GASING. Metode
ini meneliti satu kelompok, di mana perlakuan atau
treatment diberikan kepada kelompok tersebut.
Hasil sebelum dan sesudah perlakuan kemudian
dianalisa. Metode ini tidak mempunyai kelompok
pembanding atau control group. Metode ini tidak
menjamin bahwa perlakuan yang diberikan adalah
satu-satunya faktor yang menyebabkan perbedaan
hasil sesudah dan sebelum perlakuan. Tetapi,
dikarenakan keterbatasan waktu, metode inilah
yang digunakan dalam penelitian kali ini. Metode
ini sangat praktis untuk menentukan kelayakan
pengadaan penelitian selanjutnya. Dikarenakan
keterbatasan tersebut, hasil penelitian ini tidak
dapat digeneralisir terhadap kelompok-kelompok
lain di luar kelompok yang diteliti.
B. Sampel Penelitian
Sampel penelitian terdiri dari 9 siswa-siswi SD.
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling, di mana sampel diambil berdasarkan
karakteristik tertentu. Sembilan siswa yang dipilih
adalah siswa-siswi yang pernah mendapatkan
pelajaran berhitung yang mencakup topik
penjumlahan, pengurangan, dan perkalian. Namun

demikian mereka yang dipilih belum tentu sudah


memahami arti dari perkalian secara konkrit.
Diharapkan hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa pembelajaran perkalian secara konkrit
dengan Matematika GASING dapat meningkatkan
kemampuan berhitung peserta didik. Hasil
penelitian ini hanya berlaku untuk siswa-siswi SD
yang memenuhi karakteristik diatas.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dipakai adalah tes
awal, tes akhir, dan alat peraga. Tes awal berupa 25
soal perkalian. 25 soal yang sama juga digunakan
sebagai tes akhir. Hal ini dilakukan untuk
menghindari pengaruh yang tidak diinginkan, di
luar perlakuan, yang dapat terjadi dikarenakan
adanya perubahan soal. Soal-soal tersebut terdiri
dari 5 soal perkalian dalam bentuk isian singkat
dan 20 soal mencongak perkalian. Sampel soal tes
awal dan tes akhir dapat dilihat di bawah ini:
SAMPEL TES AWAL DAN TES AKHIR

1) Validitas Instrumen:
Instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang ingin diukur. Dalam hal ini,
instrumen yang dimaksud adalah soal-soal yang
digunakan sebagai tes awal dan tes akhir. Karena
yang ingin diukur adalah kemampuan berhitung
perkalian, maka soal-soal yang dipakai seperti
terjabar di atas memenuhi validitas content.

2) Reliabilitas Instrumen:
Instrumen dikatakan reliabel jika tetap
konsisten apabila dilakukan berulang kali. Dalam
penelitian ini, teknik Spearman-Brown digunakan
untuk menguji reliabilitas dari soal- soal tes yang
digunakan, dengan cara membagi soal-soal tes
dalam kelompok ganjil dan genap (Siregar, 2013).
Hipotesis nullnya adalah soal- soal tes tidak
reliabel sedangkan hipotesis alternatifnya adalah
soal-soal tes reliabel. Taraf signifikan yang
digunakan adalah 0,05.
Pertama dihitung nilai dari rxy (nilai korelasi)
dengan menggunakan tabel 2 di bawah dan rumus
produk momen berikut:

n ( x 2 )( x)
n ( y 2 )( y )
[ 2][ 2]

n ( xy ) ( x )( y)
r=

TABEL 2. TABEL PENOLONG UJI RELIABILITAS


DENGAN METODE SPEARMAN-BROWN, TEKNIK
BELAHAN GANJIL- GENAP

Soal 1 tes mencongak


Nama
X
Y
Putri Firda 5
2
Hanah
0
1
Indah Arya 1
1
Nadila
8
5
Maulana
6
4
Adi
4
1
Samiya
10
9
Abelfa
10
8
Riffa
10
9
Jumlah
54
40

XY
10
0
1
40
24
4
90
80
90
339

X2
25
0
1
64
36
16
100
100
100
442

Y2
4
1
1
25
16
1
81
64
81
274

Soal 2 tertulis perkalian


Nama
X
Y
Putri Firda 5
5
Hanah
3
2
Indah Arya 3
6
Nadila
5
4
Maulana
3
4
Adi
6
5
Samiya
7
6
Abelfa
6
7
Riffa
6
7

XY
25
6
18
20
12
30
42
42
42

X2
25
9
9
25
9
36
49
36
36

Y2
25
4
36
16
16
25
36
49
49

Jumlah

44

46

237

234

256

X = jumlah soal ganjil yang dijawab benar


Y = jumlah soal genap yang dijawab benar
n = jumlah peserta test
kemudian dihitung nilai dari r11 reliabilitas
instrumen dengan menggunakan rumus berikut:

Soal 1
Didapatkan rxy = 0, 929087248 dan r11 =
0,963240256
Nilai dari r11 dibandingkan dengan nilai
koefisien korelasi r(, n-2), dimana taraf signifikan
(=0,05) dan n adalah jumlah peserta tes, yaitu 10
karena yang digunakan adalah hasil tes awal. Dari
table product moment didapat r(, n-2) = r(0,05, 7)
=
; jadi r 11 > r(, n-2). Oleh karena itu hipotesis
null ditolak, jadi soal-soal tes yang di pakai
reliable.
Soal 2
Didapatkan rxy = 0,609709711
dan r11 =
0,757539955
Nilai dari r11 dibandingkan dengan nilai
koefisien korelasi r(, n-2), dimana taraf signifikan
(=0,05) dan n adalah jumlah peserta tes, yaitu 10
karena yang digunakan adalah hasil tes awal. Dari
table product moment didapat r(, n-2) = r(0,05, 7)
=
; jadi r 11 > r(, n-2). Oleh karena itu hipotesis
null ditolak, jadi soal-soal tes yang di pakai
reliable.
D. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan pada libur hari Hari Raya
Idul Fitri. Tanggal 04 Juli 2014 02 Agustus 2014,
pada pukul 10.00 WIB hingga pukul 16.30 WIB.
Perincian jadwal penelitian pada hari tersebut
adalah sebagai berikut: 10.00 WIB hingga 10.30
WIB dilakukan diagnostic teaching, 10.30 WIB
hingga 11.30 WIB dilakukan tes awal, 11.30 WIB
hingga 15.30 WIB dilakukan perlakuan berupa
pengajaran perkalian secara GASING. Penelitian
diakhiri dengan tes akhir pada pukul 15.30 WIB
hingga 16.30 WIB.

Maulana
Adi
Samiya
Abelfa
Riffa

IV
IV
V
V
V

2,5
3
8
6,5
7,5

Soal 2 tertulis perkalian


Nama
Kelas Tes
awal
Putri Firda V II
6,4
Hanah
IV
2,8
Indah Arya IV II 0
Nadila
IV
3,6
Maulana
IV
5,7
Adi
IV
5
Samiya
V
8,5
Abelva
V
8,5
Riffa
V
6,4

Gambar 2: foto penulis bersama siswa

5
2,5
9,5
9
9,5

2,5
-0,5
1,5
3,5
2

Tes
akhir
7,1
3,5
7,1
6,4
5
7,8
9,2
9,2
9,2

Selisih
0,7
0,7
7,1
2,8
-0,7
2,8
0,7
0,7
2,8

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Gambar 3:
mengerjakan soal

foto

siswa

yang

sedang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian dan Analisa Data
Di awal kelas, pada saat diagnostic teaching,
terdapat banyak kekeliruan dalam menjawab soal
perkalian secara lisan. Hal ini juga tercermin dalam
hasil pre-test atau tes awal. Siswa-siswi juga
mengalami kesulitan menjelaskan apa arti dari
perkalian dan secara konkrit.
Dari penelitian ini, peneliti banyak mengamati
bahwa dalam menyampaikan suatu konsep baru,
pendahuluan atau pengantar yang baik memegang
peranan yang sangat penting untuk memotivasi
konsep tersebut sehingga dapat dipahami dengan
mudah. Jadi langkah- langkah pembelajaran dalam
GASING harus dilakukan dengan seksama demi
keberhasilan pembelajaran.
TABEL HASIL TES AWAL DAN AKHIR

Soal 1 tes mencongak


Nama
Kelas Tes
awal
Putri Firda V II
1,5
Hanah
IV
1,5
Indah Arya IV II 2
Nadila
IV
3,5

Tes
akhir
3,5
0,5
1
6,5

Selisih
2
-1
-1
3

Penelitian ini memberikan indikasi bahwa


pembelajaran perkalian secara konkrit dengan
Matematika GASING dapat meningkatkan
kemampuan berhitung siswa- siswi SD. Untuk
penelitian selanjutnya dapat dilakukan eksperimen
yang lebih luas dan ekstensif untuk menguji
efektivitas dari metode ini lebih lanjut.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa dari
Center of Math GASING Surya University.
Terimakasih disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dari segi pelaksanaan
eksperimen. Juga terimakasih disampaikan kepada
semua pihak di Surya University yang telah
membantu terlaksananya penelitian ini baik dari
sisi administratif maupun konten. Special thanks
untuk Ali Godjali, Ph.D untuk ide dan
bimbingannya selama penelitian ini berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J. W., 2009, Research Design,
Qualitative, Quantitative, and Mixed
Method Approaches, SAGE Publications,
Inc., California.
Siregar, S., 2013, Statistik Parametrik untuk
Penelitian Kuantitatif, Bumi Aksara,
Jakarta.
Surya Yohanes., 2013, Modul Pelatihan

Matematika GASING SD Bagian 1, PT


Kandel, Tangerang.

You might also like