Professional Documents
Culture Documents
TOKSIKOLOGI
Toksikologi: ilmu yg mempelajari tentang bahan-bahan kimia atau fisika yg
mempunyai respons/efek negatif atau tidak diinginkan (adverse effects)
terhadap sistem biologis, dg interaksi-interaksinya.
Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia
yang merugikan bagi organisme hidup.
Dalam Imu Toksikologi terdapat unsur-unsur yang saling berinteraksi dengan
suatu cara-cara tertentu untuk menimbulkan respon pada system biologi yang
dapat menimbulkan kerusakan pada system biologi tersebut. Salah satu
unsur Toksikologi adalah agent-agent kimia atau fisika yang mampu
menimbulkan respon pada system biologi.
Tuiuan toksikologi:
1. Menguji/mengetahui sifat-sifat dari efek negatif yg timbul
2. Memperkirakan efek negatif yg mungkin akan timbul karena bahan
kimia
Klasifikasi Toksisitas:
1. Berdasar durasi waktu timbulnya efek:
Toksisitas akut (onset mendadak, waktu singkat, efek reversibel)
Toksisitas kronis (durasi lama dan permanen, konstan/terus menerus,
efek irreversibel)
2. Berdasar tempat toksikan berefek:
Toksisitas lokal: efek terjadi pd tempat aplikasi
Toksisitas sistemik: toksikan diabsorpsi ke dalam tubuh, didistribusi
melalui aliran darah dan mencapai organ di mana akan terjadi efek
3. Berdasar respon yg terjadi dan organ dimana bahan kimia tsb berefek:
Hepatotoksin (hati), neprotoksin (ginjal), neurotoksin (organ syaraf)
Immunotoksin (antibodi)
Teratogenik (embrio)
Karsinogen (pemicu cancer)
Allergen sensitizers (respon sensifif)
Beberapa pengertian tentang Toksikologi:
Terjadi atau tidaknya respons toksik dari suatu zat kimia tergantung pada:
1. Sifat kimia dan fisik dari zat tersebut
2. Situasi pemaparan jalur masuk dan tempat pemaparan, jangka waktu
dan frekuensi pemaparan)
3. Kerentanan sistem biologis dari subyek
Jalur Masuk dan Tempat Pemaparan
Bahan toksik umumnya mempunyai efek yang paling besar dan menghasilkan
respons yg. paling cepat bila diberikan melalui jalur intravena (i.v.)
Urut-urutan: i.v inhalasi intraperitoneal subkutan intramuskuler
intradermal oral topikal
Jangka Waktu dan Frekuensi Pemaparan
Waktu pemaparan: akut (<24 jam, pemaparan tunggal), subakut
(pemaparan berulang dalam jangka waktu <1 bulan), subkronik (1-3
bulan), dan kronik (>3 bulan).
PERKEMBANGAN TOKSIKOLOGI
Farmakotoksikologi
Toksikologi makanan dan Kosmetika
Toksikologi Pestisida
Toksikologi Industri
Toksikologi Militer
Forensik
Toksikologi Medis
Toksikologi lingkungan ( semua zat beracun ataupun Metabolitnya
akan kembali Memasuki lingkungan, shg Kualitas lingkungan akan
Bertambah buruk dengan Terdapatnya berbagai racun.)
Perkembangan Awal Toksikologi
Sejak perkembangan peradaban manusia dalam mencari makannya, tentu
telah mencobaberagam bahan baik botani, nabati, maupun dari mineral.
Melalui pengalamannya ini ia mengenal makanan, yang aman dan berbaya.
Dalam kontek ini kata makanan dikonotasikan ke dalam bahan yang aman
bagi tubuhnya jika disantap, bermanfaat serta diperlukan oleh tubuh agar
dapat hidup atau menjalankan fungsinya. Sedangkan kata racun merupakan
istilah yang digunakan untuk menjelaskan dan mengambarkan berbagai
bahan zat kimia yang dengan jelas berbahaya bagi badan.
Kata racun toxic adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari akar kata
tox, dimana dalam bahasa Yunani berarti panah. Dimana panah pada saat itu
digunakan sebagai senjata dalam peperangan, yang selalu pada anak
panahnya terdapat racun.
Hippocrates (460-370 B.C.), dikenal sebagai bapak kedokteran, disamping
itu dia juga dikenal sebagai toksikolog dijamannya. Dia banyak menulis racun
bisa ular dan didalam bukunya juga menggambarkan, bahwa orangMesir
kuno telah memiliki pengetahuan penangkal racun, yaitu dengan
menghambat laju absorpsi racun dari saluran pencernaan. Hal ini
membuktikan, bahwa efek berbahaya (toksik) yang ditimbulkan oleh zat racun
(tokson) telah dikenal oleh manusia sejak awal perkembangan beradaban
manusia. Oleh manusia efek toksik ini banyak dimanfaatkan untuk tujuan
seperti membunuh atau bunuh diri. Untuk mencegah peracunan, orang
senantiasa berusaha menemukan dan mengembangkan upaya pencegahan
atau menawarkan racun. Usaha ini seiring dengan perkembangan toksikologi
itu sendiri. Namun, evaluasi yang lebih kritis terhadap usaha ini baru dimulai
oleh Maimonides (1135 - 1204) dalam bukunya yang terkenal Racun dan
Andotumnya.
Sumbangan yang lebih penting bagi kemajuan toksikologi terjadi dalam
abad ke-16 dan sesudahnya. Paracelcius adalah nama samaran dari
Philippus Aureolus Theophratus Bombast von Hohenheim (1493-1541),
toksikolog besar, yang pertama kali meletakkan konsep dasar-dasar dari
toksikologi. Dalam postulatnya menyatakan: Semua zat adalah racun dan
tidak ada zat yang tidak beracun, hanya dosis yang membuatnya menjadi
tidak beracun.Pernyataan-pernyataan ini menjadi dasar bagi konsep
hubungan dosis reseptor dan indeks terapi yang berkembang dikemudian
hari.
Orfila memainkan peranan penting pada kasus LaFarge (kasus
pembunuhan dengan arsen) di Paris, dengan metode analisis arsen, ia
membuktikan kematian diakibatkan oleh keracuanan arsen. M.J.B. Orfila
dikenal sebagai bapak toksikologi modern karena minatnya terpusat pada
efek zat tokson, selain itu karena ia memperkenalkan metodologi kuantitatif ke
dalam studi aksi zat tokson pada hewan, pendekatan ini melahirkan suatu
bidang
Pengertian Toksikologi dan Racun
Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat didefinisikan sebagai
kajian tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai
bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Toksisitas
merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam memperbandingkan
satu zat kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan bahwa satu
zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang
informatif, kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang
mekanisme biologi yang sedang dipermasalahkan dan juga dalam kondisi
bagaimana zat kimia tersebut berbahaya. Oleh sebab itu, pendekatan
toksikologi seharusnya dari sudut telaah / studi tentang berbagai efek zat
kimia atas berbagai sistem biologi, dengan penekanan pada mekanisme efek
berbahaya zat kimia itu dan berbagai kondisi di mana efek berbahaya itu
terjadi.
Pada umumnya efek berbahaya (efek farmakologik) timbul apabila terjadi
interaksi antara zat kimia (tokson atau zat aktif biologis) dengan reseptor
(tempat berikatnya tokson). Terdapat dua aspek yang harus diperhatikan
dalam mempelajari interakasi antara zat kimia (zat aktif biologis) dengan
organisme hidup, yaitu kerja farmakon pada suatu organisme (aspek
farmakodinamik / toksodinamik) dan pengaruh organisme terhadap zat aktif
(aspek farmakokinetik / toksokinetik).
Toksin Clostridium botulinum, adalah salah satu contoh tokson, dimana
dalam konsentrasi yang sangat rendah (10-9 mg/kg berat badan), sudah
dapat mengakibatkan efek kematian. Berbeda dengan metanol, baru bekerja
toksik pada dosis yang melebihi 10 g. Pengobatan parasetamol yang
direkomendasikan dalam satu periode 24 jam adalah 4 gram untuk orang
dewasa dan 90 mg / kg untuk anak-anak. Namun pada penggunaan lebih dari
7 gram pada orang dewasa dan 150 mg/kg pada anak-anak akan
menimbulkan efek toksik. Dengan demikian, resiko keracunan tidak hanya
tergantung pada sifat zatnya sendiri, tetapi juga pada kemungkinan untuk
berkontak dengannya dan pada jumlah yang masuk dan diabsorpsi. Dengan
kata lain tergantung dengan cara kerja, frekuensi kerja dan waktu kerja.
Antara kerja (atau mekanisme kerja) sesuatu obat dan sesuatu tokson tidak
terdapat perbedaan yang prinsipil, ia hanya relatif. Semua kerja dari suatu
obat yang tidak mempunyai sangkut paut dengan indikasi obat yang
sebenarnya, dapat dinyatakan sebagai kerja toksik.
Ilmu toksikologi ditunjang oleh berbagai ilmu dasar, seperti kimia, biologi,
fisika, matematika. Kimia analisis dibutuhkan untuk mengetahui jumlah
toksikan yang melakukan ikatan dengan reseptor sehingga dapat memberikan
efek toksik. Bidang ilmu biokimia diperlukan guna mengetahui informasi
penyimpangan reaksi kimia pada organisme yang diakibatkan zat tokson.
Pada tahun 1930 di Detroit, Mich. kontaminasi ginger jake oleh Tri-okresil, mengakibatkan neurotksis, telah mengakibatkan keracunan
syaraf pada 16 ribu penduduk.
Di London, pada tahun 1952, terjadi peningkatan jumlah kematian
penduduk akibat penyakit jantung dan paru-paru. Hal ini disebabkan
oleh kontaminasi udara oleh Belerang dioksida dan partikel tersuspensi,
yang merupakan limbah buangan pabrik di Inggris pada saat itu.
Penyakit Minamata di Jepang pada tahun 1950- an diakibatkan karena
pembuangan limbah industri yang mengandung metil merkuri ke teluk
Minamata, yang mengakibatkan ikan di teluk tersebut terkontaminasi
oleh metil merkuri. Ikan terkontaminasi ini dikonsumsi oleh penduduk
disekitar teluk, mengakibatkan deposisi (pengendapan) metil merkuri di
dalamtubuh. Metil merkuri adalah senyawa toksik yang mengakibatkan
penyakit neurologik berat,salah satunya mengakibatkan kebutaan.
Pada akhir 1950-an sampai awal tahun 1960-an, di Eropa Barat terjadi
kasus keracunan yang dikenal dengan kasus Talidomid. Talidomid
adalah senyawa kimia yang pertama disintesa untuk obat menekan
rasa mual, muntah. Karena efeknya tersebut pada waktu itu banyak
diresepkan pada ibu-ibu hamil, dengan tujuan menekan mual-mutah
yang sering muncul pada trimester pertama pada kehamilan. Efek
samping yang muncul dari pemakaian ini adalah terlahir janin dengan
pertumbuhan organ tubuh yang tidak lengkap, belakangan diketahui
bahwa salah satu dari bentuk rasemat. Talidomid ini memberikan efek
menghambat pertumbuhan organ tubuh pada janin di masa kandungan.
Salah satu contoh, kasus pencemaran lingkungan di Indonesia akibat
proses produksi adalah kasus teluk Buyat.
TOKSIKOLOGI
LINGKUNGAN
Tujuan Toksikologi Lingkungan:
Mengetahui mekanisme bagaimana racun menyerang organisme,
sehingga timbul efek yang tidak dikehendaki perlunya mencari
substansi yang aman
1977
: 4 juta jenis bahan kimia
1985
: 7 juta jenis bahan kimia
1994
: 13 juta jenis bahan kimiar
Setiap tahun diperkirakan terdapat 1000 bahan kimia baru
Sampai saat ini sekitar 70.000 jenis bahan kimia yg umum
digunakan
800 - 900 di antaranya bersifat karsinogenik
Produksi & penggunaan pencemaran yang berlebihan
pencemaran lingkungan Manusia terancam
Indonesia : limbah kimia dari industri pertanian masalah toksikologi
lingkungan perlu mekanisme pengontrolan dan pengelolaan bahan
kimia yg memadai
Kriteria kualitas lingkungan antara negara satu dengan yang lain /
antara negara maju dng negara berkembang bisa berbeda
Ada zat yg bisa berubah ke bentuk fisik lainnya karena perbedaan suhu,
tekanan udara, dan radiasi sinar matahari risiko yg ditimbulkan
berbeda
Dalam pengambilan keputusan pertimbangkan risiko manfaat yang
dipengaruhi oleh: lklim, Lokasi geografis, Pola makan, dsb. contoh:
pelarangan DDT di AS : tidak masalah. Tetapi di negara tropis :
endemis malaria, DDT diperlukan utk mengontrol -->
perkembangbiakan nyamuk
menempel pada lemak dan partikel tanah sehingga dalam tubuh jasad hidup
dapat terjadi akumulasi, demikian pula di dalam tanah. Akibat peracunan
biasanya terasa setelah waktu yang lama, terutama bila dose kematian (lethal
dose) telah tercapai. Efek lain adalah biomagnifikasi, yaitu peningkatan
peracunan lingkungan yang terjadi karena efek biomagnifikasi (peningkatan
biologis) yaitu peningkatan daya racun suatu zat terjadi dalam tubuh jasad
hidup, karena reaksi hayati tertentu.
Parameter yang digunakan untuk menilai efek keracunan terhadap mamalia
dan manusia adalah nilai LD50 (lethal dose 50 %) yang menunjukkan
banyaknya pestisida dalam miligram (mg) untuk tiap kilogram (kg) berat
seekor binatang-uji, yang dapat membunuh 50 ekor binatang sejenis dari
antara 100 ekor yang diberi dose tersebut. Yang perlu diketahui dalam praktek
adalah LD50 akut oral (termakan) dan LD50 akut dermal (terserap kulit). Nilainilai LD50 diperoleh dari percobaan-percobaan dengan tikus putih. Nilai
LD50 yang tinggi (di atas 1000) menunjukkan bahwa pestisida yang
bersangkutan tidak begitu berbahaya bagi manusia. LD50 yang rendah (di
bawah 100) menunjukkan hal sebaliknya.
TOKSISITAS
PESTISIDA
Pestisida yang diaplikasikan untuk memberantas suatu hama tanaman atau
serangga penyebar penyakit tidak semuanya mengenai tanaman. Sebagian
akan jatuh ke tanaman, atua perairan disekitarnya, sebagian lagi akan
menguap ke udara, yang mengenai tanaman akan diserap tanaman tersebut
ke dalam jaringan kemudian mengalami metabolisme, karena pengaruh
enzim tanaman.
Pestisida yang diserap oleh tanah atau perairan akan terurai karena
pengaruh suhu, kelembaban, jasad renik dan sebagainya. Sedangkan yang
menguap ke udara akan terurai karena pengaruh suhu, kelembaban dan sinar
matahari khususnya sinar ultra violet. Penguraian bahan pestisida tersebut
tidak terjadi seketika itu juga, melainkan sedikit demi sedikit. Sisa yang
tertinggal inilah yang kemudian diserap sebagai residu. Jumlah residu
pestisida dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, jasad renik, sinar matahari dan
jenis dari pestisida tersebut.
Peningkatan kegiatan agroindustri selain meningkatkan produksi pertanian
juga menghasilkan limbah dari kegiatan tersebut. Penggunaan pestisida,
disamping bermanfaat untuk meningkatkan produksi pertanian tapi juga
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan pertanian dan juga
terhadap kesehatan manusia.
Pada masa sekarang ini dan masa mendatang, orang lebih menyukai
produk pertanian yang alami dan bebas dari pengaruh pestisida walaupun
produk pertanian tersebut di dapat dengan harga yang lebih mahal dari
produk pertanian yang menggunakan pestisida.
Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan
mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik, yaitu golongan
organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa organoklorin
lebih tinggi dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka terhadap
sinar matahari dan tidak mudah terurai.
Karena pestisida adalah racun, yang dapat mematikan jasad hidup, maka
dalam penggunannya dapat memberikan pengaruh yang tidak diinginkan
terhadap kesehatan manusia serta lingkungan pada umumnya. Pestisida
yang disemprotkan segera bercampur dengan udara dan langsung terkena
sinar matahari. Dalam udara pestisida dapat ikut terbang menurut aliran
angin. Makin halus butiran larut makin besar kemungkinan ia ikut terbawa
angin, makin jauh diterbangkan oleh aliran angin.
Kita tahu bahwa lebih dari 75 persen aplikasi pestisida dilakukan dengan
cara disemprotkan, sehingga memungkinkan butir-butir cairan tersebut
melayang, menyimpang dari aplikasi. Jarak yang ditempuh oleh butrianbutiran cairan tersebut tergantung pada ukuran butiran. Butiran dengan radius
lebih kecil dari satu mikron, dapat dianggap sebagai gas yang kecepatan
mengendapnya tak terhingga, sedang butiran dengan radius yang lebih besar
akan lebih cepat mengendap.
Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan
pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan
pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi
lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom) dan
sebagainya.
Dilaporkan bahwa 60 99 persen pestisida yang diaplikasikan akan
tertinggal pada target atau sasaran, sedang apabila digunakan dalam bentuk
serbuk, hanya 10-40 persen yang mencapai target, sedang sisanya melayang
bersama aliran angin atau segera mencapai tanah.
Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat:
Efek
1. Muskarinik
Gejala
Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diare (SLUD)
Kejang perut
Nausea dan vomitus
Bradicardia
Miosis
Berkeringat
2. Nikotinik
Pegal-pegal, lemah
Tremor
Paralysis
Dyspnea
Tachicardia
3. Sistem saraf pusat Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
Sakit kepala
Emosi tidak stabil
Bicara terbata-bata
Kelemahan umum
Convulsi
Depresi respirasi dan gangguan jantung
Koma
Efek zat kimia bagi kesehatan