You are on page 1of 1

1.

Mistifikasi pengecohan
2. Eka Prasetya Pancakarsa atau Pedoman Penghayatan dan Pengalaman
Pancasila (disingkat P4) adalah sebuah panduan tentang pengamalan Pancasila dalam
kehidupan bernegara semasa Orde Baru. Panduan P4 dibentuk dengan Ketetapan MPR no.
II/MPR/1978. Ketetapan MPR no. II/MPR/1978tentang Ekaprasetia Pancakarsa
menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman
praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Saat ini produk hukum ini tidak berlaku lagi karena
Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 telah dicabut dengan Ketetapan MPR no XVIII/MPR/1998
dan termasuk dalam kelompok Ketetapan MPR yang sudah bersifat final atau selesai
dilaksanakan menurut Ketetapan MPR no. I/MPR/2003
Dalam perjalanannya 36 butir pancasila dikembangkan lagi menjadi 45 butir oleh BP7. Tidak pernah
dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan dalam keseharian
warga Indonesia.
4. Karena disitu dituliskan bahwa "ketuhanan dengan menjalankan syariat islam

bagi para pemeluknya" dan kemudian orang orang di timur merasa keberatan
dengan sila pertama itu karena mereka beranggapan sila pertama itu lebih
memihak pada umat islam, dan kebanyakan orang timur mayoritasnya non
musilim dan mengecam akan mendirikan negara Indonesia Timur
>>>Kronologis perubahan sila pertama adalah sbb:
A.A. Maramis (salah seorang anggota Panitia Sembilan) yang berasal dari Sulawesi Utara,
secara serius menolak sila pertama dalam piagam Jakarta yang menyatakan: "Ketuhanan
dengan menjalankan Syar'at Islam bagi para pemeluknya". Kemudian Muhammad Hatta,
yang memimpin rapat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) itu, setelah
berkonsultasi dengan Teuku Muhammad Hassan dan Kasman Singodimedjo (keduanya
bukan anggota panitia sembilan), menghapus tujuh kata dari Piagam Jakarta yang menjadi
keberatan dimaksud. Sebagai gantinya, atas usul Ki Bagus Hadikusumo (yang kemudian
menjadi ketua gerakan pembaharu Islam Muhammadiyah), ditambahkan sebuah ungkapan
baru dalam sila Ketuhanan itu, sehingga berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa dan di
cantumkan dalam preambule (pembukaan) UUD'45 sampai sekarang dan tidak ada
seorangpun yang berani merubahnya.
5.

You might also like