You are on page 1of 26

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK

Palu Selatan

3.2.1 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Kecamatan Palu Selatan


Potensi pengembangan yang terdapat di Kecamatan Palu Selatan, meliputi :
1.

Potensi lahan kosong yang masih luas, dimana penggunaan lahan tidak terbangun
masih cukup luas. Disamping itu kondisi topografi yang landai di kawasan pusat kota
sangat mendukung dalam pengembangan kawasan perkotaan.

2.

Konsep dan Strategi Pengembangan Tata Ruang


Kawasan Palu Selatan

Potensi kuantitas sumber daya manusia di Kecamatan Palu Selatan, dimana usia
produktif yang berada di Kecamatan Palu Selatan cukup besar yaitu berkisar 84 %.

3.

Kecamatan Palu Selatan memiliki kawasan Taman Hutan Raya yang terdapat di
Kelurahan Kawatuna, yang merupakan kawasan berfungsi lindung terhadap kawasan di
bawahnya.

4.

3.1
TUJUAN
DAN SASARAN PENGEMBANGAN

Perekonomian Kecamatan Palu Selatan mengalami perkembangan setiap tahunnya


dengan kegiatan utama meliputi perdagangan dan jasa. Terdapat dua pasar yaitu pasar
tatura utara dan pasar petobo.

Pernyataan tujuan pengembangan Kawasan Palu Selatan merupakan titik lanjut


batasan waktu pencapaiannya, yakni dalam rentang waktu 20 tahun. Adapun yang

5.

Perkembangan jumlah akomodasi wisata yang terdapat di Kecamatan Palu Selatan.

menjadi tujuan pengembangan Kawasan Palu Selatan adalah :

6.

Sektor perdagangan di Kecamatan Palu Selatan berskala Kota dan regional yang

Menciptakan kawasan Palu Selatan sebagai pusat perdagangan dan jasa,


permukiman, perkantoran, serta pemicu perkembangan aktivitas ekonomi
Kota Palu dengan tetap mempertahankan pembangunan berwawasan

melayani Kabupaten Donggala dan Kota Palu.


7.

baik

lingkungan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang perlu dicapai adalah sebagai
berikut :

pusat-pusat

perdagangan

dan

jasa

berupa

pusat

pula permasalahan yang dapat menghambat pengembangan Kecamatan Palu Selatan.

Terkendalinya

perkembangan

permukiman

1.

Penyebaran penduduk yang tidak merata dan cenderung berkonsentrasi


disekitar pusat kegiatan dimana terkonsentrasinya berbagai fasilitas umum dan fasilitas

yang

diimbangi

dengan

penaatan sistem transportasi.

Disamping terdapat beberapa potensi untuk pengembangan Kecamatan Palu Selatan, terdapat
Permasalahan-permasalahan tersebut adalah :

Berkembangnya

perbelanjaan (mall) dan pasar skala Kota dan Regional.

Sektor pariwisata alam di Kelurahan Kawatuna yang belum memiliki akses jalan yang

sosial.
2.

Berkembangnya pusat-pusat perkantoran skala Kota dan Propinsi.

Permasalahan Bencana Alam:


a. Sungai yang berhulu di barat, timur dan selatan menyatu di S. Palu. Kearah pusat
kota sungai ini sangat berpotensi menimbulkan banjir.

3.2
POTENSI, PERMASALAHAN, DAN LIMITASI PENGEMBANGAN TATA RUANG
KAWASAN PALU SELATAN

b. Palu Selatan, Dataran banjir S. Palu di Lolu Utara dan Lolu Selatan berpotensi
bencana tsunami.
c. Wilayah-wilayah yang teridentifikasi rawan longsor di wilayah Kecamatan Palu

Dalam pengembangan Kecamatan Palu Selatan perlu ditelaah peluang dan


tantangan serta potensi dan permasalahan yang ada di Kecamatan Palu Selatan
sebagai kekuatan dan kelemahan dalam pelaksanaan pembangunan.

Selatan terdapat di daerah dataran tinggi di Kelurahan Kawatuna.


3.

Kurangnya kapasitas sumberdaya alam, pemasaran, distribusi dan teknologi


yang tentunya membutuhkan sumberdaya manusia terampil, baik dari aspek manajerial
maupun teknologi dalam pengembangan perekonomian.

Halaman 3 - 1

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

4.

Perkembangan pembangunan perumahan yang tinggi, namun perkembangan


tersebut tidak diimbangi dengan penataan sistem transportasi yang baik, hal ini
menyebabkan sistem jaringan jalan yang tidak teratur.

5.

secara maksimal, dimana hanya pada waktu-waktu tertentu saja terminal dan pasar

Masih terdapatnya jaringan jalan yang tidak beraturan dan sebagian dalam kondisi
rusak seperti di Kelurahan Kawatuna, serta rute trayek angkutan kota yang belum
berjalan secara baik.

c.

Secara administrasi, deliniasi awal kawasan efektif pengembangan Palu Selatan meliputi 11

Km2. Untuk lebih jelasnya mengenai kawasan efektif pengembangan Palu Selatan berdasarkan
deliniasi dapat dilihat pada Gambar 3.3 dan Gambar 3.4.

3.3PENETAPAN FUNGSI

DAN

PERANAN KAWASAN PALU SELATAN

Fungsi dan peran kawasan perencanaan dikembangkan berdasarkan pada kegiatan yang
berkembang saat ini, dimana hal ini

sesuai dengan

kebijaksanaan RTRW Kota Palu Tahun

2006-2025 yang mengarahkan fungsi Kecamatan Palu Selatan untuk pengembangan kawasan

Masih terdapatnya permukiman penduduk yang harus dibebaskan di sekitar area


pengamanan Bandara Mutiara Palu.

6.

Kecamatan Palu Barat

jauh dari

pusat Kota dan kurang didukung dengan kualitas jalan yang baik.
b.

Birobuli Utara, Tatura Utara, Tatura Selatan, Palupi, Pengawu dan Tavanjuka dengan luas 40,68

Pasar dan terminal Petobo yang merupakan terminal tipe C saat ini tidak berfungsi
tersebut berfungsi, hal tersebut dikarenakan letak terminal yang terpencil,

Sebelah Barat

kelurahan, yaitu Kelurahan Lolu Selatan, Lolu Utara, Petobo, Tanamodindi, Birobuli Selatan,

Permasalahan transportasi dalam pengembangan wilayah :


a.

perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa, serta kawasan permukiman, dengan prinsip
utama memanfaatkan ruang seoptimal mungkin dan memanfaatkan sumber daya yang ada

Permasalahan prasarana pendukung dalam pengembangan wilayah, Adanya


kelurahan seperti Kelurahan Kawatuna dan Palupi yang tidak memiliki saluran drainase.

Untuk lebih jelasnya mengenai potensi dan permasalahan kawasan perencanaan dapat dilihat
pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.

semaksimal mungkin bagi pengembangan perencanaan yang dimaksud.


Berdasarkan pada analisis pemanfaatan ruang

yang dijelaskan sebelumnya, maka wilayah

perencanaan akan memiliki fungsi dan peran sesuai dengan skala pelayanannya. Hal tersebut
sangat penting karena fungsi dan peran kawasan akan menjadi potensi bagi pengembangan
dan pertumbuhan kawasan serta menentukan tingkat pertumbuhan dan

perkembangan

kawasan secara bersama dengan kawasan-kawasan lainnya menjadi simpul kerangka/jaringan


3.2.2 Limitasi Pengembangan Tata Ruang Kawasan Palu Selatan

dari suatu sistem perkotaan/wilayah dan selanjutnya akan menjadi potensi dasar dalam

Berdasarkan beberapa kriteria, maka dapat ditentukan limitasi/batas pengembangan kawasan

pengembangan kawasan perencanaan.

yang

Penentuan fungsi akan didasarkan pada potensi pengembangan

pada dasarnya bersifat fungsional, fisik

dan Administratif. Sebagai langkah awal

kawasan, kegiatan yang

penentuan batas efektif pengembangan Kawasan perkotaan Palu selatan terlebih dahulu perlu

berkembang serta sarana yang dimiliki (kelengkapan masing-masing sarana) sesuai dengan

dirumuskan batas (deliniasi) kawasan efektif pengembangannya. Dari hasil kajian yang telah

skala pelayanan yang diembannya. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas,

dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan umum yaitu :

maka fungsi yang akan dikembangkan pada setiap kawasan meliputi:

Kriteria perkotaan, yaitu meliputi kajian aspek-aspek, fisik, penduduk, aspek sarana dan
prasarana, aspek transportasi, aspek ekonomi dan aspek guna lahan.

Kecenderungan perkembangan kota

Pemanfaatan lahan yang ada dan kecenderungannya

Aspek kebijakan pengembangan kota

Dirumuskan bahwa limitasi pengembangan Palu Selatan dimasa yang akan datang diperkirakan
akan meliputi kawasan dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara

Sebelah Selatan :

Kabupaten Donggala

Sebelah Timur

Kelurahan Kawatuna, Kabupaten Donggala

Kecamatan Palu Timur

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

1. Zona S.A berpusat di Kelurahan Tatura Utara memiliki fungsi :


Perkantoran
Perdagangan dan jasa,
Permukiman kepadatan tinggi dan pelayanan umum.

2. Zona S.B berpusat di Kelurahan Lolu Selatan memiliki fungsi :


Perdagangan dan jasa
Permukiman kepadatan sedang dan pelayanan umum.

3. Zona S.C berpusat di Kelurahan Tavanjuka memiliki fungsi :


Perdagangan dan jasa

Halaman 3 - 2

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

Zona

Permukiman kepadatan sedang dan pelayanan umum.

4. Zona S.D berpusat di Kelurahan Birobuli Selatan memiliki fungsi :


S.A

Kawasan bandara
Permukiman kepadatan rendah dan pelayanan umum.

ARAHAN POLA RUANG


Arahan Pola ruang pada kawasan ini yaitu linierdan
konsentris (terpusat), hal ini didasarkan pada
orientasi kegiatan yang berkembang saat ini
memanfaatkan jaringan jalan utama yaitu Jalan (Jl.
Abr Saleh, Jl. Dewi Sartika, Jl. Emy Saelan).
Pola jaringan jalan yang berkembang pada
perumahan-perumahan yang terdapat di zona ini
yaitu pola grid dan culdesac

Fungsi

Primer

Lebih jelasnya mengenai fungsi dan peran kawasan perencanaan dapat dilihat pada Tabel 3.1
dan Gambar 3.5.
1.

S.B

Untuk

Pola ruang akan diarahkan secara linier mengikuti


Jaringan Jalan Emy Saelan.

berperannya kedua fungsi tersebut maka di Kawasan Palu Selatan akan

Sekunde
r

dikembangkan fungsi kegiatan utama dan fungsi kegiatan penunjang. Dimana fungsi utama
berkaitan

dengan

peranan

wilayah

Kecamatan

Palu

Selatan

dalam

menunjang

perkembangan Kota Palu. fungsi utama ini didukung oleh peranan kegiatan perkantoran

S.C

Pola ruang diarahkan secara memusat (konsentris)

sekunde
r

S.D

utama dimana pengaruhnya pada perkembangan perkotaan tidak secara langsung. Fungsi
cenderung

berperan

dalam

pemenuhan

kebutuhan

penduduk

Sedangkan fungsi penunjang yang timbul sebagai akibat dari perkembangan fungsi
ini

perdagangan dan jasa, dan transportasi yang terdapat di wilayah ini.


2.

didalam

wilayah

Pola ruang diarahkan secara memusat (konsentris)


dan secara linier mengikuti jaringan jalan utama
yaitu Jalan Dewi Sartika.

sekunde
r

Peran
Perkantoran
Pengembangan Perumahan
Kepadatan tinggi
Perdagangan dan jasa
Pengembangan ruang terbuka hijau
KDB maksimal 70%
Pengembangan Perumahan
Kepadatan sedang
Perdaagangn dan jasa
Sarana -prasarana
KDB maksimal 60%
Perumahan Kepadatan Sedang
Kawasan komersil (perdagangan
dan jasa skala kota dan lokal)
Sarana dan prasarana
KDB maksimal 60 %
Pengembangan Perumahan
Kepadatan rendah
Sarana dan prasarana transportasi
Kawasan komersil
KDB mak 60%

Sumber : Hasil obsevasi dan Analisis, 2007

perencanaan sendiri. Pendukung fungsi ini yang terdapat di Kecamatan Palu Selatan adalah
penyediaan sarana umum-sosial dan prasarana.
3.

3.4 KONSEP DASAR PENGEMBANGAN TATA RUANG KAWASAN PALU SELATAN

Pengembangan fungsi Kecamatan Palu Selatan sebagai kawasan perkantoran,


perdagangan dan jasa berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kota Palu.

Pengembangan konsep struktur ruang makro dimaksudkan untuk mendudukan posisi

Pengembangan fungsi di Kecamatan Palu Selatan, diantaranya meliputi:


Pengembangan fungsi Kawasan Palu Selatan sebagai pusat kegiatan perkantoran, dimana
perkantoran

yang

telah

ada

tetap

dipertahankan

3.4.1 Konsep Tata Ruang Makro

keberadaannya,

ditata

dan

dikembangkan.

Kecamatan dan Kawasan Perkotaan Palu Selatan dalam konstelasi regional sehingga akan
terlihat peran dan fungsi Kecamatan dan Kawasan Perkotaan Palu Selatan dalam kaitannya
dengan pengembangan wilayah yang lebih luas (Kota Palu dan wilayah perbatasan). Dalam
kajian ini, akan dilihat bagaimana arah kebijakan pemerintah daerah terhadap pengembangan

Pengembangan fungsi Kawasan Palu Selatan sebagai pusat perdagangan dan jasa,

Kecamatan Palu Selatan dan posisi geografis Kecamatan Palu Selatan.

strategi yang digunakan adalah dengan mengembangkan sentra-sentra perdagangan

Berdasarkan arah kebijakan pengembangan wilayah Kota Palu, maka pengembangan

(kawasan komersil) yang memiliki skala pelayanan lokal dan kota.

Kecamatan Palu Selatan adalah sebagai pusat perdagangan dan jasa, permukiman dan

Pengembangan fungsi Kawasan Palu selatan sebagai pusat perumahan yang dalam
rencana

pengembangannya

terbagi

dalam

dikembangkan dalam setiap kawasan.

blok

peruntukkan

perumahan

yang

Kebutuhan akan perumahan berdasarkan

proyeksi penduduk di masa datang dengan perbandingan daya dukung lahan yang
tersedia.
Tabel 3.1
Fungsi dan peran kawasan

perkantoran.
Rencana pengembangan wilayah meliputi Rencana Pengembangan Sarana dan Prasarana
Wilayah yang terdiri dari pengembangan transportasi, prasarana sumber daya air dan irigasi,
energi, telekomunikasi, serta prasarana perumahan dan permukiman.
Berdasarkan posisi geografis Kecamatan Palu Selatan, maka wilayah sekitarnya dapat
mempengaruhi perkembangan Kecamatan Palu Selatan. Beberapa hal yang perlu dicermati
mengingat pengaruhnya terhadap perkembangan Kecamatan Palu Selatan adalah :
a.

Dalam konteks wilayah Kota Palu, secara keruangan kawasan perkotaan yang terkait
dengan Kecamatan Palu Selatan adalah Kecamatan Palu Barat sebagai kawasan
perdagangan dan jasa serta pariwisata, Kecamatan Palu Timur sebagai kawasan
perkantoran, Kecamatan Palu Utara sebagai kawasan industri dan Kabupaten Donggala

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Halaman 3 - 3

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

sebagai kawasan hutan produksi dan perkebunan. Dari kecenderungan yang terjadi, dapat
disimpulkan

bahwa perkembangan kelima wilayah tersebut relatif tidak seimbang.

Kecamatan Palu Barat dan Kecamatan Palu Timur relatif lebih berkembang dibandingkan
dengan Kecamatan Palu Selatan, mengingat fungsi yang diemban berorientasi pada
Mall yang terdapat di Kecamatan Palu Selatan
sebagai pusat perbelanjaan di Kota Palu

kegiatan perdagangan dan jasa, wisata. Sementara Kecamatan Plalu Selatan berorientasi
pada kegiatan pemerintahan dan permukiman, walaupun pada bagian-bagian wilayah
tertentu berkembang kegiatan pedagangan. Sehingga dalam konsep ruang dalam tataran
makro perlu diupayakan untuk menyeimbangkan fungsi, agar dalam perkembangannya
kawasan perkotaan tersebut berkembang secara bersamaan.
Gambar 3.1
Potensi Kecamatan Palu Selatan

Lahan kosong di Kelurahan Birobuli Utara


Kecamatan Palu Selatan

Taman Hutan Raya di Kelurahan Kawatuna


Kecamatan Palu Selatan

Pasar di Kelurahan Kawatuna Kecamatan Palu


Selatan melayani skala Kota dan regional

Pasar dan terminal di Kelurahan Petobo


Kecamatan Palu Selatan melayani skala lokal
dan kota

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Halaman 3 - 4

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

Gambar 3.2
Permasalan Kecamatan Palu Selatan

Daerah rawan banjir di sepanjang sungai yang


melintasi Kecamatan Palu Selatan

Daerah permukiman di sekitar Bandara


Mutiara Palu

Daerah rawan longsor di Kelurahan Kawatuna


Kecamatan Palu Selatan

Terminal Petobo di Kelurahan Prtobo


Kecamatan Palu Selatan yang tidak berfungsi
secara optimal

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Pertumbuhan permukiman Kecamatan Palu


Selatan yang sangat pesat, tetapi tidak
diimbangi dengan penataan sistem
transportasi

Halaman 3 - 5

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

Gambar 3.3
Peta Analisis Kawasan Efektif Pengembangan
Kawasan Palu Selatan

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Halaman 3 - 6

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

Gambar 3.4
Batas Pengembangan Kawasan Palu Selatan

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Halaman 3 - 7

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

Gambar 3.5
Konsep Pengembangan Fungsi dan Peran
Kawasan Palu Selatan

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Halaman 3 - 8

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

b.

Posisi Kecamatan Palu Selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Donggala yang
merupakan wilayah dengan perkembangan yang lambat. Posisi tersebut tentunya akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan Kecamatan Palu Selatan, dimana Kecamatan
Palu Selatan yang merupakan bagian dari Kota Palu sebagai PKN akan berfungsi sebagai
pusat kegiatan utama dalam lingkup wilayak Propinsi Sulawesi Tengah. Implikasinya, dengan
semakin tingginya perkembangan kegiatan perkotaan di wilayah Palu Selatan khususnya

Struktur ruang Kawasan Kecamatan dan kawasan perkotaan Palu Selatan merupakan suatu
kerangka struktural yang menampilkan bentuk kotanya dan dapat dilihat dari unsur-unsur
kegiatan fungsional kota yang dihubungkan oleh sistem transportasi serta didukung oleh
ketersediaan sarana dan prasarana kota.

dan umumnya di Kota Palu yang nilai dan harga lahannya akan semakin tinggi dan pada

Adapun tujuan pembentukan konsep struktur ruang Kecamatan dan kawasan perkotaan Palu

periode waktu tertentu kapasitas daya dukung lahannya sudah jenuh, maka proses

Selatan, diantaranya adalah :

perkembangan kegiatan perkotaan akan menjalar ke wilayah-wilayah yang ada di sekitar

Menjabarkan struktur ruang yang dikembangkan di wilayah Kota Palu

Memacu pertumbuhan pembangunan ke seluruh kawasan

Mendayagunakan fasilitas pelayanan kota yang penyebarannya dilakukan secara

perbatasan dengan Kota Palu (termasuk Kabupaten Donggala).


c.

3.4.2 Konsep Tata Ruang Mikro

Wilayah Kecamatan Palu Selatan dilalui oleh jalan kolektor primer dan yang menghubungkan
antar wilayah Kecamatan di Kota Palu, sehingga pada daerah sepanjang koridor tersebut

berjenjang sesuai kebutuhan dan tingkat pelayanan

memiliki tingkat aksesibilitas yang relatif tinggi. Aksessibilitas yang tinggi menjadikan
kawasan tersebut memiliki daya tarik yang tinggi bagi pengembangan kegiatan perkotaan,

Menciptakan daya tarik bagi seluruh bagian wilayah kota dengan penyebaran pusatpusat pelayanan ke seluruh kawasan perkotaan

terutama kegiatan perdagangan dan jasa.

Menciptakan dinamika perkembangan kota yang sinergis

Lebih jelas secara skematik konsep tata ruang makro pengembangan Kawasan Perkotaan Palu

Selatan dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Konsep pengembangan struktur ruang Kecamatan dan kawasan perkotaan Palu Selatan

Gambar 3.6
Struktur Tata Ruang Makro

penyebaran dialokasikan di tempat-tempat strategis atau yang mempunyai aksesibilitas baik,

Kecamatan Palu Utara


sebagai pusat kegiatan
industri
Kecamatan Palu Timur
sebagai pusat kegiatan
Perkantoran dan
permukiman

sehingga mudah dijangkau dari seluruh bagian wilayah kota.


Konsep pengembangan tidak terlepas dengan fungsi dan peran kecamatan yang telah
ditetapkan. Penetapan peran dan fungsi sangat dipengaruhi oleh faktor sumberdaya utama
yang dimiliki dan arahan-arahan kebijakan yang melingkupi. Untuk Kecamatan Palu Selatan,
peran yang dimaksud adalah kaitan kepentingan terhadap wilayah yang lebih luas bagi

Kecamatan Palu Barat


sebagai pusat kegiatan
Perdagangan dan wisata

lingkup wilayah Kecamatan Palu Selatan dan Kota Palu.


Sesuai dengan arahan struktur ruang Kecamatan Palu Selatan dalam RTRW Kota Palu, maka
peranan yang diemban Kecamatan Palu Selatan adalah :
1. Kawasan Kecamatan Palu Selatan berperan sebagai pusat pemerintahan.
2. Kawasan Kecamatan Palu Selatan berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa.
Perkembangan kegiatan perkotaan di wilayah
Kota Palu pada periode waktu tertentu akan
mengalami kejenuhan dari sisi kapasitasdaya
tampung lahannya dan juga masalah harga
lahan yang tinggi, sehingga mengakibatkan
loncatan-loncatan kegiatan perkotaan pada
wilayag pinggiran (urban sprawl). Wilayah
Kecamatan Palu Selatan menerima dampak
tersebut dengan tumbuh berkembangnya
berbagai kegiatan social ekonomi, mengingat
Kecamatan Palu Selatan juga memiliki daya
tarik sendiri dalam lingkup Kota Palu

Kecamatan Palu Selatan


berperan sebagai kawasan
yang diharapkan bisa saling
berinteraksi dalam lingkup
Kota Palu

Kabupaten Donggala
sebagai pusat kegiatan
Hutan Produksi dan
Perkebunan

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Kawasan Koridor yang melintasi


Kecamatan Palu Selatan merupakan
kawasan yang memiliki aksesibilitas
cukup tingi sehingga menarik bagi
pengembangan kegiatan perkotaan

3. Kecamatan Palu Selatan berperan sebagai pusat permukiman dengan didukung oleh
berbagai sarana dan prasarana pendukung.
Selain terkait dengan peranan kota seperti tersebut diatas, berdasarkan kondisi serta potensipotensi utama maka fungsi Kecamatan Palu Selatan akan dibedakan menjadi 2 fungsi yaitu,
fungsi primer kota dan fungsi sekunder kota. Fungsi primer kota merupakan fungsi yang
diarahkan dalam upaya memantapkan peranan yang diemban. Dalam rentang waktu

Halaman 3 - 9

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

mendatang, pengembangan Kawasan Perkotan Palu Selatan diarahkan pada terwujudnya fungsi

Kebijakan pengembangan keruangan kawasan perkotaan Palu selatan dipengaruhi oleh

primer sebagai :

kebijakan penentuan struktur ruang Kota Palu, sehingga sebagai konsekuensi terhadap

1.

pengembangan Kawasan Perkotaan Palu Selatan) maka konsep pengembangan yang dipilh

Pusat Perkantoran
Berdasarkan

adalah konsep pengembangan dengan pola ekstensif.

kebijakan

RTRW

hasil

revisi

Kota

Palu

untuk

pengembangan

kawasan

perkantoran di Kecamatan Palu Selatan pengembangan dengan mempertahankan, penataan


dan pengembangan di wilayah perkantoran yang sudah ada.

Pemilihan konsep ini didasari pertimbangan dalam 20 tahun mendatang, Perkotaan Palu
Selatan harus mampu berperan sebagai pusat pemerintahan serta pusat perdagangan dan
jasa yang berskala regional. Disamping itu, Perkotaan Palu Selatan harus mampu menampung

2. Pusat perdagangan dan jasa

berbagai kegiatan pendukung yang akan mendorong pertumbuhan kawasan perkotaan dan

Sejalan dengan penetapan Kota Palu sebagai PKN dalam lingkup nasional, maka pelayanan

Kota Palu secara umum.

pendukung sektor perekonomian perlu dikembangkan pula. Kedepan, Kota Palu Selatan

Pembentukan struktur ruang dimaksudkan untuk mewujudkan fungsi Perkotaan Palu Selatan

sebagai bagian dari Kota Palu akan dikembangkan sebagai pusat perdagangan dan jasa skala

sebagai pusat pemerintahan serta perdagangan dan jasa, juga mempertegas kembali fungsi-

lokal namun mampu melayani kebutuhan regional pula. Hal ini disesuaikan dengan kebijakan

fungsi setiap bagian kota. Pengembangan struktur ruang tersebut, perlu memperhatikan

daerah, bahwa penetapan lokasi kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal dan regional

karakteristik fungsi lahan yang ada di Kecamatan Palu Selatan.

terdapat di Kelurahan Lolu Utara, Lolu Selatan, Tatura Selatan, Tatura Utara, Tanamodindi,
Tavanjuka, Birobuli Selatan dan Birobuli Utara.

sebagai berikut :

3. Pusat Permukiman
Kecamatan

Palu

Berdasarkan hal tersebut, maka konsep struktur ruang Kawasan Perkotaan Palu Selatan adalah
1.

Selatan

merupakan

kawasan

yang

memiliki

tingkat

pertumbuhan

permukiman yang tinggi, hal ini juga dipertegas dengan kebijakan RTRW hasil revisi Kota Palu
yang menetapkan Kecamatan Palu Selatan sebagai kawasan permukiman.
Selain ketiga fungsi primer tersebut, Kecamatan Palu Selatan juga akan dikembangkan dengan
fungsi-fungsi sekunder sebagai berikut :

Pusat Pemerintahan Kota Palu


Pusat Perkotaan Palu Selatan merupakan pengembangan pusat kegiatan pemerintahan,
dimana lokasinya diarahkan pada pusat kegiatan pemerintahan yang sudah ada seperti Jl.
Moh Yamin (Kelurahan Tatura Utara) dan Jl. Maleo (Kelurahan Tanamodindi).

2. Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa


Pusat Perkotaan Palu Selatan merupakan pengembangan pusat kegiatan perdagangan dan

1. Pusat pengembangan penyediaan jasa penginapan/ akomodasi wisata

jasa, dimana lokasinya diarahkan pada pusat kegiatan perdagangan dan jasa yang sudah

2. Kawasan konservasi ( hutan lindung) dan ruang terbuka hijau

ada dan dikembangkan sepanjang jalur jalan utama Kawasan Perkotaan Palu Selatan

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dikembangkan konsep pengembangan secara intensif,
yaitu dimana pengembangan intensif untuk kegiatan perkotaan di bagian barat dan timur
Kecamatan Palu Selatan, dimana pada kawasan tersebut terjadi konversi lahan dari pertanian
menjadi permukiman perkotaan.
Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa serta perkantoran menjadi prioritas utama, untuk
untuk pengembangan kegiatan permukiman dibedakan tingkat kepadatannya, dimana untuk
kawasan tengah diarahkan permukiman dengan kepadatan tinggi sedangkan untuk kawasan
selatan dan utara untuk permukiman kemadatan sedang sampai rendah. Konsep dengan pola
pengembangan ekstensif dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Pengembangan kawasan Perkotaan Palu Selatan ditujukan untuk mengembangkan kawasan
perkotaan yang nyaman, aman, maju dan sejahtera serta berkelanjutan serta sebagai satu
kesatuann dengan wilayah lain di Kota Palu.

seperti Jl Emy Saelan (Kelurahan Tatura Utara dan Kelurahan Lolu Selatan) serta Jl.
Manimbaya (Kelurahan Lolu Selatan).
3. Pengembangan Kawasan Bandara
Pengembangan kawasan bandara bertujuan untuk memaksimalkan fungsi Bandara Mutiara
Palu yang berada di Kecamatan Palu Selatan sebagai prasarana transportasi yang
menghubungkan propinsi Sulteng dengan wilayah sekitarnya. Pengembangan kawasan
bandara dilakukan dengan cara perpanjangan landasan dan perluasan bandara serta
penataan area sekitar bandara dengan ruang terbuka hijau dan penataan kepadatan
perumahan yang terletak di Kelurahan Birobuli Utara).
4. Penataan Kawasan Permukiman
Umumnya perkembangan kawasan permukiman di Kawasan Perkotaan Palu Selatan telah
berkembang secara sporadis, pada umumnya pembangunan permukiman dilakukan tidak
mengikuti jalan yang sudah ada tetapi memanfatkan lahan-lahan yang kosong yang belum
terdapat jalannya, sehingga pembangunan jalan di Kecamatan Palu Selatan tidak tertata

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Halaman 3 - 10

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

dengan baik (Kelurahan Lolu Selatan dan Tatura Utara). Sebagian kawasan permukiman di
Perkotaan Palu Selatan memiliki tingkat kepadatan tinggi. Ketersediaan sarana dan prasarana
permukiman yang belum memadai menjadi permasalahan yang cukup menonjol. Bentuk
penataan kawasan permukiman dapat dilakukan dengan beberapa cara :
Gambar 3.7
Konsep Pengembangan Dengan Pola
Ekstensif

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Halaman 3 - 11

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

Revitalisasi/peremajaan Kawasan permukiman perkotaan Palu Selatan yang sudah


terbentuk menjadi kawasan permukiman.
Peningkatan dan penataan sarana dan prasarana lingkungan permukiman.
Peningkatan sarana dan prasarana lingkungan permukiman dilakukan pada kawasan
permukiman yang sudah cukup teratur akan tetapi memiliki sarana dan prasarana
lingkungan permukiman yang belum memadai.
Perbaikan lingkungan dan penataan bangunan
Perbaikan lingkungan dan penataan bangunan dilakukan pada kawasan permukiman

3.4.3 Konsep Rencana Struktur Tata Ruang Kawasan Palu Selatan


3.4.3.1 Pola Hubungan Fungsional Antar Elemen Kegiatan
Peletakan elemen-elemen kegiatan dalam lingkungan suatu perumahan tergantung dari
tingkat kepentingannya. Hal ini terlihat dari kemungkinan diperlukannya fasilitas tersebut oleh
penduduk yang memanfatkan dan berinteraksi diantara elemen-elemen kegiatan itu sendiri.
Untuk lebih jelasnya hubungan fungsional antar elemen kegiatan dapat dilihat pada Gambar
3.8.
Gambar 3.8
Hubungan Fungsional

dengan kepadatan bangunan yang tinggi dan tidak teratur dalam hal jaringan jalan,
bentuk bangunan dll.
Peradagangan dan
Jasa

5. Pengembangan jaringan jalan sebagai pembentuk struktur dan pola ruang kota

Perkantoran

Pengembangan jaringan jalan memiliki peranan penting dalam rangka pembentukan struktur
ruang kota dan mengarahkan perkembangan kota sesuai dengan yang diharapkan. Apabila
dilihat dari struktur jaringan jalan yang ada saat ini, sistem jaringan jalan yang di Kawasan
Perkotaan Palu Selatan masih diperlukan pengembangan.

Perumahan
Pendidikan

Pengembangan jaringan jalan di Kecamatan Palu Selatan dapat dilakukan dalam beberapa
bentuk yaitu :
Peningkatan jalur jalan utama, yaitu koridor Palu Barat-Palu Selatan dan Palu Selatan-Kab
Donggala.
Peningkatan jaringan jalan lingkungan permukiman.

Kesehatan
Peribadatan
Rekreasi & OR

Salah satu permasalahan Kawasan Perkotaan Palu Selatan adalah struktur ruang yang tidak
sistematis. Alokasi dan distribusi fasilitas pelayanan yang ada cenderung tidak terstruktur, baik

Transportasi

ditinjau dari hirarki dan jangkauan pelayanan maupun keserasian pemanfaatan ruang. Oleh
karena itu perlu disusun suatu arahan pemanfaatan ruang, alokasi dan distribusi fasilitas
pelayanan secara hirarkis disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan pada masing-masing bagian

Keterangan :
Utilitas
Hubungan Kuat

wilayah.
Pembagian pelayanan kegiatan kota ini dimaksudkan untuk memanfaatkan ruang dan

Hubungan Tidak Kuat

pelayanannya dalam pembentukan struktur ruang kota yang diarahkan untuk mencapai hasil
yang optimal. Selain itu, distribusinya harus disesuaikan dengan kecenderungan fisik, distribusi
penduduk pengelompokan kegiatan yang sudah ada serta jangkauan pelayanannya.

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Halaman 3 - 12

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

bahkan sebaiknya tidak ada bangunan (KDB=0).


2.

Pada

kawasan

pertanian

(lahan

kering

dan

basah)

dan

penyangga masih diperkenankan terdapat bangunan tetapi dalam jumlah yang relative
sedikit. Pada kawasan ini ditetapkan KDB antara 0-1.
3.

Pada kawasan pemukiman ditetapkan tiga kategori pengaturan


berdasarkan kepadatan permukiman yang direncanakan.

3.4.3.2 Pola Pengaturan Bangunan

Pada kawasan permukiman kepadatan rendah (pemukiman pedesaan), angka KDB


yang diperkenankan adalah maksimal 0,4.

Konsep pengeturan bangunan di kawasan Palu Selatn terdiri dari konsep dasar penentuan KDB,
konsep dasar penentuan KLB dan ketinggian bangunan, penentuan garis sempadan, dam konsep

jarak bebas bangunan.

Pada kawasan pemukiman kepadatan sedang (pemukiman terbatas), angka KDB


ditetapkan maksimal 0,5.

1. Konsep Dasar Penentuan KDB

Daya dukung tanah

Pengaturan luas terbangun merupakan pengaturan mengenai luas wilayah yang dapat

Karena pembangunan bangunan bertingkat berkaitan dengan beban bangunan

dibangun. Pengaturan ini dinyatakan dalam penetapan angka KDB/BCR (Koefisien Dasar

yang lebih besar dari bangunan tidak bertingkat, maka kemampuan daya dukung

Bangunan/Building

tanah

Coverage

Ratio).

KDB

ini

menyatakan

perbandingan

antara

luas

terbangun/yang boleh dibangun dengan luas seluruh wilayah/kapling. Misalnya KDB di

mempengaruhi

dan

menentukan

angka

KLB.

Perbedaan

nilai

KLB

memberikan perbedaan pada beban yang harus diberikan pada tanah.

sepanjang jalan tertentu dinyatakan 0,4. Hal ini berarti dari setiap kapling yang ada di

sepanjang jalan tertentu tersebut hanya 40% dari luas kapling yang boleh dibangun. Sisanya

Luas petak kapling yang ditentukan disuatu kawasan/pengganjal jalan

yang 60% tidak boleh dibangun yang harus dibiarkan menjadi ruang terbuka/ruang hijau.

Untuk kapling yang kecil, ketinggian bangunan ditentukan tidak terlalu tinggi

Secara umum KDB dirumuskan adalah sebagai berikut :

karena disamping berkaitan dengan kestabilan bangunan bangunan juga berkaitan

KLB =

KLB yang pada kenyataannya juga sangat kecil sehingga kemungkinan untuk

Luas Total Kapling

Maksud dari penetapan KDB ini adalah untuk tetap menjaga keseimbangan antara luas yang
terbangun dalam keseluruhan luas kawasan perkotaan palu selatan. Dengan penetapan
angka KDB ini diharapkan :

dengan ruang yang mampu diciptakan pada kapling kecil dengan memperhatikan

Luas Kapling yang Dibangun

membangun ruang yang tinggi menjadi tidak mungkin.


Hal-hal berikut perlu mendapat perhatian berkaitan dengan ketentuan KLB :
1.

keseluruhan tingkat.

Peresapan air tanah tidak terganggu sehingga keseimbangan tata air tanah Kecamatan
Palu Selatan tetap terjaga. (Dalam kasus kawasan perkotaan palu selatan maka

2.

Palu Selatan secara umum).

3.

melebihi 10% dari luas denah dasar yang diperkirakan sesuai dengan KDB yang

dapat dipakai untuk ruang terbuka hijau.


Citra arsitektur lingkungan dapat terpelihara sebab kepadatan dan keteraturan bangunan
masih terjaga.

ditetapkan.
4.

Luas overstek yang tidak lebih dari 1,2 meter tidak dimasukkan dalam perhitungan
ruang.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan KDB adalah sebagai berikut :
1.

Luas ruangan beratap yang bersifat terbuka atau berdinding tidak lebih tinggi dari 1,2
meter diatas lantai ruang tersebut, dihitung setengahnya (50%). Selama tidak

Kebutuhan udara segar dapat dipenuhi dengan adanya luasan yang tidak terbangun yang

Luas ruangan beratap yang berdinding lebih dari 1,2 meter diatas permukaan lantai,
ruang tersebut dihitung penuh.

penetapan KDB tersebut diharapkan dapat menjaga keseimbangan tata air di Kecamatan

Luas lantai, dihitung sampai batas dinding terluar yang kemudian di jumlahkan untuk

5.

Luas ruang yang berbanding lebih dari 1,2 meter diatas lantai tersebut tetapi tidak

Pada kawasan yang berfungsi untuk menjaga sistem tata air

beratap diperhitungkan setengahnya (50%) selama tidak melebihi 10% dari luas

(kawasan konservasi), penggunaan lahan untuk bangunan harus seminimal mungkin,

denah yang diperkenankan sesuai dengan KDB yang ditetapkan. Ruang selebihnya

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Halaman 3 - 13

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

6.

dari 10% tersebut diatas dihitung penuh 100%.

kawasan. Hal ini bisa dibentuk dengan menetapkan :

Tras-tras tidak beratap yang berdinding tidak lebih dari 1,2 meter diatas lantai tersebut

tidak diperhitungkan.
7.

Dalam perhitungan KLB luas lantai di bawah tanah diperhitungkan seperti luas
lantai di atas tanah.

Pada kawasan pemukiman kepadatan penduduk, angka KDB maksimal ditetapkan 0,6.

Luas lantai bangunan yang dipergunakan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam
KLB, asal tidak melebihi 50% dari KLB yang di tetapkan.

Lantai bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah tidak dimasukan dalam
KDB.

Konsep Dasar Penentuan KLB dan Ketinggian Bangunan.

2.

Ramp dan tangga terbuka dihitung setengahnya (5%) selama tidak melebihi 10 %
dari luas denah dasar yang diperkenalkan.

Pengaturan ruang terbangun vertikal merupakan pengaturan mengenai luas ruang/lantai


yang terbangun (lantai bangunan) terhadap luas wilayah yang dapat dibangun dari kapling
seluruhnya, karena KLB berkaitan dengan KDB yang menyatakan proporsi yang boleh

3. Ketentuan dalam Tinggi Bangunan

dibangun dalam luasan total. Pengaturan ruang terbangun vertikal ini dinyatakan dalam

Sebelum mendirikan suatu bangunan ada beberapa ketentuan, salah satunya ketentuan

penetapan angka KDB (Koefisien Dasar Bangunan). Secara umum KLB ini dirumuskan

didalam menentukan tinggi bangunan meliputi :

sebagai berikut :

Tinggi puncak suatu atap bangunan tidak bertingkat maksimum 8 meter dari lantai
dasar.

KLB =

Luas Total Lantai Yang Boleh Dibangun


Luas Lantai Dasar Yang Boleh Dibangun

Ketinggian bangunan adalah jumlah lantai penuh dalam satu bangunan dihitung mulai lantai

Tinggi puncak atap suatu bangunan dua lantai maksimum 12 meter.

Jarak vertikal dari lantai dasar ke lantai di atasnya tidak boleh lebih dari 5 Meter.

Mezzanine yang luasnya melebihi 50% dari luas lantai dasar di anggap sebagai lantai

dasar sampai dengan lantai tertinggi. Tinggi bangunan adalah jarak dari lantai darsar sampai
puncak atap atau bangunan yang dinyatakan dalam meter.

penuh.

Tinggi bangunan diatur dengan menetapkan nilai dalam besaran panjang atau dalam
besaran lantai (dengan perhitungan tinggi lantai standar 4 meter) yang menyatakan
ketinggian bangunan maksimum di suatu penggal jalan yang tidak boleh dilanggar untuk

Ruangan-ruangan tertutup pada lantai atap dasar yang luasnya lebih dari 50% dari luas
atap tersebut, dianggap sebagai satu lantai penuh.

4. Konsep Dasar Penentuan Garis Sempadan

memenuhi kriteria dalam penentuan KLB dan Ketinggian di bawah ini. Penetapan KLB dan

Pengaturan

ketinggian bangunan dilakukan dengan mempertimbangkan (memiliki tujuan) aspek berikut :

penyerapan sinar matahari dan sirkulasi manusia di dalamnya, menjamin keamanan dan

ruang

yang

tersedia

kurang

memungkinkan

untuk

memenuhi

untuk

menciptakan

keteraturan

bangunan,

:
1.

Garis Sempadan Jalan

secara vertikal. Karena tidak bisa dihindari terjadinya pembangunan/penciptaan ruang

2.

Garis Sempadan Sungai

vertikal, maka untuk membentuk keteraturan diperlukan instrumen pengaturan yang

3.

Garis Sempadan Jalur Tegangan Tinggi

4.

Garis Sempadan Bangunan

kebutuhan ruang tersebut secara horizontal sehingga perlu dikembangkan pembangunan

disebut KLB.

bertujuan

ruang cadangan pengembangan. Garis sempadan ini mencakup beberapa sempadan, yaitu

Semakin tinggi intensitas kegiatan di suatu kawasan akan membuktikan lebih banyak
sementara

sempadan

kenyamanan bagi kegiatan/manusia yang melakukan kegiatan di sekitarnya, serta untuk

Kebutuhan Ruang

ruang,

garis

Keindahan Kota
Keseragaman dalam pembangunan secara vertikal akan membentuk citra khusus di suatu

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Gambar 3.9
Ketentuan Garis Sempadan Bangunan

Halaman 3 - 14

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

sekitarnya, garis sempadan sungainya bisa ditetapkan sampai 100 meter di kiri-kanan bibir
sungai yang paling jelas. Sedangkan untuk sungai-sungai yang melewati kota dengan arus
yang kecil dan dengan debit yang kecil, badan sungai tidak terlalu lebar, serta
kemungkinan luapan airnya kecil, garis sempadan sungainya bisa berkisar antara 5 - 15
meter di kiri-kanan bibir sungai.
Garis Sempadan Jalur Tegangan Tinggi, ditetapkan untuk memberikan kelancaran lalulintas
dan keamanan jalur tegangan tinggi, serta yang lebih penting memberikan keamanan bagi
manusia yang hidup di sekitar jaringan ini. Garis Sempadan Jalur Tegangan Tinggi lebih
diutamakan untuk menghidari bahaya karena adanya listrik tegangan tinggi dan pengaruh
medan gaya elektromagnetik bagi kesehatan manusia yang hidup di sekitarnya. Besarnya
Sempadan Jalur Tegangan Tinggi berkisar antara 15-50 meter tergantung dari tegangan
listrik yang diumpankan ke jalur tegangan tersebut. Penggunaan ruang sempadan jalur
tegangan tinggi hanya dimungkinkan untuk ruang terbuka atau ruang hijau yang dibentuk
Garis Sempadan Jalan (GSJ) ditentukan untuk menjamin keamanan pengguna jalan

sebaiknya berupa tanaman rendah (rumput dan keluarganya) dan tanaman perdu

(pengendara kendaraan dan pejalan kaki) dan untuk memberikan ruang cadangan bagi

sehingga kemungkinan akan menggangu jalur tegangan tinggi kecil sekali.

pengembangan/pelebaran jalan. Garis sempadan jalan ini ditetapkan sebesar setengah dari
lebar jalan ditambah satu meter serta disesuaikan dengan fungsi jalan dan guna lahan
disekitarnya. Jaraknya dihitung dari batas pinggir jaringan jalan. Biasanya Garis Sempadan
Jalan ini berupa daerah antara tepi jalan sampai dengan pagar rumah/bangunan yang ada di
sepanjang jalan. Area ini bisa dimanfaatkan untuk pembangunan trotoar bagi pejalan kaki
maupun sarana parkir. Garis Sempadan Sungai ditentukan untuk menjamin kelestarian fungsi
sungai sebagai jaringan drainase utama, memberikan keamanan pada kegiatan yang
berkembang di sekitarnya (bangunan, jalan, dan kegiatan lain) dan memberikan ruang

Garis Sempadan Bangunan (GSB) ditentukan untuk menjamin keamanan bangunan dan
kenyamanan pengguna bangunan dari bahaya maupun gangguan akibat adanya fungsi
yang lain atau bangunan yang lain. Garis Sempadan Bangunan ini ditentukan antara
bangunan dengan fungsi lain di dekatnya (jaringan ja|an, sungai, jaringan tegangan
tinggi), dan antar bangunan di sekitarnya. Besarnya angaka GSB ditetapkan menurut
ketentuan sebagai berikut :
1. Terhadap fungsi jaringan jalan GSB-nya ditetapkan sebesar nilai GSJ dihitung dari pagar
kapling.

cadangan bagi pengembangan/pelebaran sungai.


Garis sempadan jalan ini ditetapkan berkisar antara setengah dari lebar sungai ditambah 1

2.

Terhadap fungsi jaringan sungai yang antara bangunan dengan sungainya dipisahkan

meter sampai 100 meter. Penetapan angka pastinya disesuaikan dengan arus dan debit air

oleh adanya jalan sepanjang sungai, GSB-nya ditetapkan sama dengan no. 1 terhadap

sungai serta disesuaikan dengan fungsi kegiatan/ guna lahan di sekitarnya untuk menjamin

jalan di sepanjang sungai tersebut. Sedangkan jarak jalan dengan sungai harusnya

keamanan bagi kegiatan yang ada di sekitar sungai tersebut. Jaraknya dihitung dari batas

sebesar setengah kali lebar sungai ditambah satu meter dihitung dari bibir sungai.

pinggir jaringan sungai. Biasanya Garis Sempadan Sungai ini berupa daerah antara tepi
sungai dengan jalan atau sampai dengan pagar rumah/bangunan yang ada di pinggir sungai.
Area ini biasa/sebaiknya dimanfaatkan untuk fungsi yang non-terbangun seperti jalur hijau
atau untuk tempat parkir kendaraan bagi kendaraan jika di sepanjang sungai tersebut
dibangun jaringan jalan atau dapat juga dikembangkan untuk fungsi rekreasi yang fungsi
terbangunnya minim (misal tempat pemancingan, pengumpulan jajanan yang bangunannya
tidak permanen).

3. Terhadap fungsi jalur tegangan tinggi, GSB-nya ditetapkan antara 5-10 meter dari Jalur
Tegangan tinggi, tergantung dari luas kapling yang berada di sekitar jalur tersebut.
Kawasan Perkotaan Palu Selatan yang akan ditetapkan GSB-nya merupakan wilayah yang
sudah

terbangun

sebelum

ketetapan

GSB

tersebut

ditetapkan,

maka

ketentuan

pelaksanaan GSB dapat dilakukan dengan kebijakan sebagai berikut :


1. GSB disesuaikan/hampir sama dengan GSJ.
2. Dipertimbangkan terhadap bidang terluar bangunan yang saat ini ada di blok bangunan

Garis Sempadan Sungai bisa ditetapkan berkisar antara 5-100 meter dikiri-kanan sungai,
tergantung arus, debit, dan luapan air sungai periodik, serta fungsi guna lahan di sekitarnya.

dan sepanjang jalan yang GSB-nya ditetapkan.


3. Sedapat mungkin dihindarkan pembongkaran bangunan lama yang ada.

Untuk sungai-sungai di hutan yang bibir sungainya tidak jelas dan sering terjadi luapan air ke

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Halaman 3 - 15

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

4. Ketentuan GSB harus dikaitkan dengan ketinggian bangunan yang dapat dibangun dalam

suatu kapling.

Untuk bangunan di mana salah satu merupakan dinding tertutup dan lainnya
mempunyai jendela/bidang terbuka, maka jarak minimum bidang-bidang
terbuka luar tersebut adalah 0,5 x (4,0 + 5,0) meter.

5. Ketentuan Jarak Bebas Bangunan

untuk bangunan di mana kedua-duanya merupakan dinding tertutup, maka


jarak minimum bidang terluar tersebut adalah 4,0 meter.

Ketentuan mengenai jarak bebas bangunan ini mengatur mengenai jarak minimum yang

Gambar 3.10
Ketentuan Jarak Bebas Bangunan

diperbolehkan antar bangunan satu dengan yang lain (jarak bebas samping dan belakang)
yang dimaksudkan untuk tetap memberikan kenyamanan hidup di dalam menghuni
bangunan. Beberapa ketentuan mengenai jarak bebas bangunan tersebut yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Jarak bebas adalah jarak minimum yang diperkenankan dari batas perpetakan sampai
bidang terluar dinding suatu bangunan atau jarak minimum dari bidang tertuar dinding
bangunan yang satu sampai dinding terluar bangunan lainnya yang terdekat di mana
jarak/jalur tersebut tidak diperkenankan beratap. Yang dimaksud bidang terluar adalah
dinding kayu, tembok maupun kaca, bidang-bidang penangkal sinar matahari, permukaan
kolom/balok-balok dan tepi balkon.
2. Jarak bebas bangunan dalam suatu perpetakan :
a) untuk bangunan dimana keduanya mempunyai jendela/bidang terbuka maka jarak
minimum bidang-bidang terluar tersebut adalah 2 x 4,00 meter.
b) untuk bangunan di mana salah satu merupakan dinding tertutup dan lainnya
mempunyai jendela/bidang terbuka, maka jarak minimum bidang bidang terluar
tersebut adalah 0,5 x 4 meter.
c) untuk bangunan di mana kedua-duanya merupakan dinding tertutup, maka jarak
minimum bidang-bidang terluar tersebut adalah 0,5 x 4 meter.
d) Bila ketinggian bangunan tidak sama maka perhitungan jarak minimum bidang terluar
dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Untuk bangunan di mana keduanya mempunyai jendela (bidang terbuka), maka


jarak minimum bidang-bidang terluar tersebut adalah (4,0 + 5,0) meter.

6. Hubungan Antara KDB, KLB, Ketinggian & Jarak Bebas Bangunan


Jarak bebas bangunan bagi bangunan tunggal maupun bangunan rapat dengan ketinggian
tertentu dan pada kawasan/lokasi dengan KDB dan KLB tertentu memiliki hubungan yang
ditetapkan, untuk menjaga keamanan dan kenyamanan hidup di dalam bangunan.

3.4.3.3 Konsep Pengembangan Pusat Lingkungan Pemukiman


Konsep pengembangan pusat lingkungan permukiman di kawasan Palu Selatan dapat
diuraikan menjadi beberapa kegiatan, diantaranya :
1. Jenjang Lingkungan Permukiman
Konsep

pembagian lingkungan permukiman ini didasarkan pada standar pelayanan

fasilitas umum dan fasilitas sosial yang dikeluarkan Departemen PU. Jenjang/hirarki
lingkungan permukiman menggambarkan jumlah penduduk yang dapat ditampung oleh

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Halaman 3 - 16

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

lingkungan

pemukiman

tersebut.

Secara

diagramatik,

rencana

struktur

lingkungan

struktur ruang yang diinginkan. Ada 4 pusat kegitan perkotaan yang akan dikembangkan

permukiman untuk kawasan perencanaan dapat dilhat pada Gambar 3.11.

bagi Kawasan Perkotaan Palu Selatan. Pusat-pusat kegiatan ini akan merupakan titik
sentral aglomerasi kegiatan dan pusat orientasi untuk pelayanan kebutuhan sehari-hari

2. Pusat-pusat Pelayanan

warga kota kecamatan terutama untuk kegiatan perdagangan dan jasa, pemerintahan,

Pusat-pusat pelayanan merupakan alokasi ruang yang melayani kegiatan pemukiman. Pada

pendidikan dan kesehatan, sesuai dengan skala pelayanannya masing-masing.

pusat-pusat ini ditempatkan bangunan fasilitas-fasilitas sosial ekonomi untuk melayani


penduduk kawasan sesuai dengan wilayah pelayanan pusat tersebut.

3.5 STRATEGI PENGEMBANGAN

Gambar 3.11
Konsep Struktur Lingkungan Permukiman

Di pusat perkotaan Palu Selatan mulai terbentuk permukiman perkotaan secara ekstensif
sejalan

dengan

perkembangan

kegiatan

pemerintahan,

perdagangan

dan

jasa

serta

permukiman yang cukup pesat. Dilihat dari pola ruangnya terdapat karakteristik sebagai
berikut :
1. Kegiatan perkantoran;
2. Kegiatan komersial (perdagangan dan Jasa) berorientasi di pusat kota (sekitar pasar) dan
jalur-jalur utama Kawasan Perkotaan Palu Selatan;
3. Kegiatan permukiman berkembang secara merata dan sudah terbentuk kegiatan
permukiman yang cukup padat, yang dibatasi oleh sungai;
4. Lahan-lahan pertanian yang terdapat di kawasan perkotaan Palu Selatan, sudah mulai
terjadi peralihan fungsi menjadi lahan permukiman;

Keterangan :

5. Pengembangan

Kawasan Perencanaan
Sub Kaw. Perenc/Lingk.
Permukiman/Zona

3.4.3.4

Sub.Lingk.Permukiman/Blo
k
Unit Rumah

secara

masal,

hal

tersebut

mengindikasikan

bahwa

kebutuhan pengembangan permukiman cukup tinggi di Perkotaan Palu Selatan.

Pusat Kawasan

Melihat pola perkembangan lahan seperti yang diuraikan diatas, maka kecenderungan
Pusat
Sub.Kaw.Perenc/Zona
Pusat Blok

perkembangan penggunaan lahan kawasan perkotaan Palu Selatan dimasa mendatang akan
Konsep Pusat
Kawasan

Pusat Kegiatan
Konsep ini perlu ditempuh untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan Kawasan Perkotaan
Palu Selatan sesuai dengan struktur ruang kota yang diinginkan.
1. Pengembangan sistem kegiatan perkotaan yang dilakukan dengan menetapkan pembagian
blok-blok unit lingkungan sesuai dengan karakteristik dan arahan pengembangan kegiatan
fungsional masing-masing kawasan secara terpadu. Pembagian blok tersebut didasarkan

2.

permukiman

memiliki tekanan yang sama ke segala arah.


Perencanaan kawasan perkotaan untuk masa mendatang didasarkan pada beberapa prinsip
sebagai berikut :
1.

Pembentukan fungsi kawasan perkotaan yang sejalan dengan penetapan fungsi perkotaan
dalam konteks Kota Palu.

2. Potensi dan kendala perkembangan kawasan perkotaan.


3. Kecenderungan perkembangan kawasan perkotaan.

pada karakteristik perkembangan kota yang telah dan sedang terjadi, homogenitas kegiatan,

4. Antisipasi terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masa datang.

dan potensinya untuk dikembangkan sebagai kawasan terbangun kota.

Berdasarkan prinsip-prinsip pokok tersebut maka konsep pengembangan Kawasan Perkotaan

Pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan untuk mengarahkan pengembangan kegiatan

Palu Selatan adalah dalam rangka membentuk kawasan perkotaan dengan arahan sebagai

fungsional perkotaan sesuai dengan jenis dan skala pelayanannya, pada pusat-pusat yang

berikut :

diharapkan dapat menjalarkan dan menyeimbangkan perkembangan kota sesuai dengan

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Halaman 3 - 17

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

1. Pembentukan Kawasan Perkotaan Palu Selatan sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta

pada karakteristik perkembangan kota yang telah dan sedang terjadi, homogenitas

perdagangan dan jasa.

kegiatan, dan potensinya untuk dikembangkan sebagai kawasan terbangun kota.

2. Pengembangan, pengaturan dan penataan kembali kawasan perdagangan dan jasa di pusat

2.

kota.

Pengembangan

sistem

pusat-pusat

kegiatan

untuk

mengarahkan

pengembangan

kegiatan fungsional perkotaan sesuai dengan jenis dan skala pelayanannya, pada pusatpusat yang diharapkan dapat menjalarkan dan menyeimbangkan perkembangan kota

3. Penataan dan pengendalian kawasan permukiman.

sesuai dengan struktur ruang yang diinginkan. Ada 4 pusat kegitan perkotaan yang akan

4. Penanganan pada kawasan-kawasan permukiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan

dikembangkan bagi Kawasan Perkotaan Palu Selatan. Pusat-pusat kegiatan ini akan

pada kawasan-kawasan permukiman yang memiliki permasalahan lingkungan yang menonjol.

merupakan titik sentral aglomerasi kegiatan dan pusat orientasi untuk pelayanan

5. Pembatasan perkembangan kawasan perkotaan agar tidak terjadi penyatuan kawasan

kebutuhan sehari-hari warga kota kecamatan terutama untuk kegiatan perdagangan dan
jasa, pemerintahan, pendidikan dan kesehatan, sesuai dengan skala pelayanannya

perkotaan antara Palu Selatan dan Pusat perkotaan sekitarnya.

masing-masing.

Untuk mewujudkan pengembangan Kawasan Perkotaan Palu Selatan sesuai dengan arahan
diatas, maka konsep pengembangan yang digunakan berpola intensif. Konsep pengembangannya
adalah memanfaatkan seluruh lahan yang ada di pusat Kawasan Perkotaan Palu Selatan untuk
pengembangan

kegiatan

perkotaan.

Semua

kegiatan

yang

bersifat

pelayanan

regional

ditempatkan di pusat kota.

3.5.3 Strategi Pengembangan Sistem Sarana dan Prasarana


Pengembangan sarana dan prasarana perkotaan memiliki 2 fungsi utama, yaitu :
a. Sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar (basic need approach).
b. Sebagai upaya peningkatan ekonomi di bagian wilayah kota (economic approach).

3.5.1 Strategi Pengembangan Kependudukan


Strategi kependudukan untuk pendukung pengembangan tata ruang di Kecamatan Palu Selatan
adalah sebagai berikut :
-

Fungsi kota tidak akan berjalan tanpa dukungan sarana dan prasarana. Dalam suatu rencana
ruang, prasarana akan merupakan kerangka kota (city skeleton) yang berperan menyuplai
kebutuhan kegiatan perkotaan sesuai fungsi yang diembannya.

Mengarahkan distribusi penduduk secara merata di seluruh zona pengembangan, baik di


Zona S.A, Zona S.B, Zona S.C dan Zona S.D.

Meningkatkan kualitas penduduk melalui penyediaan fasilitas kota (fasilitas pendidikan,


fasilitas kesehatan,

fasilitas peribadatan,

fasilitas olahraga

dan rekreasi,

dll), serta

penyediaan prasarana kota.


-

Pengembangan transportasi darat di Kecamatan Palu Selatan bertujuan untuk :


1.

Arahan kepadatan penduduk di zona S.A dengan kepadatan penduduk tinggi, zona S.B
dengan kepadatan penduduk sedang, zona S.C dengan kepadatan penduduk sedang dan
Zona S.D dengan kepadatan penduduk rendah.

3.5.2 Strategi Pengembangan Sistem Pusat-pusat Kegiatan


Konsep ini perlu ditempuh untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan Kawasan Perkotaan
Palu Selatan sesuai dengan struktur ruang kota yang diinginkan. Konsep yang perlu ditempuh
adalah sebagai berikut :
1.

3.5.3.1 Sistem Transportasi Darat

Pengembangan sistem kegiatan perkotaan yang dilakukan dengan menetapkan pembagian


blok-blok unit lingkungan sesuai dengan karakteristik dan arahan pengembangan kegiatan
fungsional masing-masing kawasan secara terpadu. Pembagian blok tersebut didasarkan

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Mendukung inter-koneksi antar pusat pelayanan dan membentuk struktur ruang (sistem
kota-kota).

2.

Mendukung keterhubungan antar pusat kegiatan wilayah dan sub kegiatan wilayah di
Kecamatan Palu Selatan Khususnya dan Kota Palu umumnya.

3.

Memberi akses bagi semua wilayah pelayanan menuju pusat-pusat layanan.

4.

Mendukung wilayah-wilayah potensial (menciptakan akses pada kawasan perdagangan


dan jasa, perkantoran, permukiman dan lain-lain).

A. Jaringan Jalan
Dalam rangka menciptakan sistem aktivitas dan pergerakan kawasan perkotaan yang
dapat menciptakan keterpaduan perkembangan sosial ekonomi, maka pembentukan
keterkaitan (lingkage) antar pusat pelayanan menjadi penting. Hal ini menyebabkan
diperlukan pembentukan jaringan jalan alternatif yang menghubungan pusat pelayanan

Halaman 3 - 18

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

utama, sub pusat pelayanan sub-regional dan pelayanan lokal.

kendaraan/jam dengan luas kebutuhan ruang 5 Ha.

Kelurahan Lulu Selatan dan Lolu Utara merupakan kawasan dengan konsentrasi penduduk

Terminal Penumpang Tipe C, melayani kendaraan umum untuk angkutan kota dan atau

dan kegiatan ekonomi tinggi, sehingga dapat mendorong pengembangan ke kawasan

angkutan pedesaan. Terminal ini biasanya menampung kurang dari 25 kendaraan/jam

lainnya. Saat ini, konsentrasi kegiatan sosial-ekonomi berada pada pusat pelayanan utama,

dengan luas kebutuhan ruang 2,5 Ha.

yaitu Kelurahan Lulu Selatan dan Lolu Utara. Untuk mendukung perkembangan Kecamatan

Dalam mendukung sistem transportasi di Kecamatan Palu Selatan, maka strategi

Palu Selatan, maka akses menuju pusat layanan utama perlu ditingkatkan. Salah satu upaya

pengembangan sistem terminal adalah mengoptimalkan keberadaan terminal yang ada

dalam meningkatkan akses tersebut adalah peningkatan kualitas dan fungsi jalan yang

serta melakukan penyesuaian dengan standar minimum kelas terminal terkait.

sudah ada, pembangunan jaringan jalan alternatif dari masing-masing pusat layanan menuju
pada pusat layanan utama.
Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka pengembangan jaringan jalan meliputi

3.5.3.2 Sistem Transportasi Udara

rencana pembangunan jaringan jalan baru dan peningkatan fungsi jaringan jalan. Untuk jalan

Strategi pengembangan sistem transportasi udara ditempuh melalui :

raya di Kecamatan Palu Selatan, peningkatan yang dilakukan meliputi pelebaran jalan dan
peningkatan kekuatan konstruksi jalan. Pelebaran jalan selain untuk mengantisipasi

1. Konsep meningkatkan pelayanan sistem transportasi udara skala lokal dan domestik,
melalui strategi sebagai berikut :

perkembangan lalu lintas juga untuk menyeragamkan lebar jalan yang sama.

Melihat kondisi jalan yang ada, maka diperlukan peningkatan dari ruas-ruas jalan yang ada

Pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana fisik bandar udara Mutiara Palu
untuk memperpanjang landasan penerbangan beserta kelengkapan fasilitasnya,

guna mengantisipasi transportasi secara umum di Kota Palu agar tercapai suatu lingkungan

peningkatan dan penambahan armada angkutan serta peningkatan pelayanan jasa

jalan yang aman, nyaman dan memadai. Hal tersebut meliputi sebagian atau keseluruhan

penumpang cargo maupun benda-benda pos;

dari hal-hal berikut ini :

a. Pelebaran jalan dengan peningkatan konstruksi jalan.

Peningkatan profesionalisme pelayanan penumpang baik yang datang, transit, dan


yang akan berangkat.

b. Perbaikan dan peningkatan lapisan aus untuk memperbaiki kekuatan jalan.

2. Konsep meningkatkan bandar udara mutiara palu sebagai fasilitas pelayanan dan

c. Pembuatan bahu jalan disertai dengan pengaman konstruksi seperti sistem drainase.

keamanan udara, dengan strategi menetapkan batasan area bandara yang tidak boleh

d. Meningkatkan perlengkapan jalan berupa rambu-rambu, pagar pengaman dan marka

terganggu oleh pembangunan kota demi keselamatan penerbangan dan masyarakat


sekitar.

jalan.
e. Peningkatan dan pelebaran jembatan yang ada.
Adapun peningkatan utama yang perlu dilakukan adalah pelebaran jalan dari 2,5 4,0 meter
menjadi lebar minimum lapisan aspal 5,5 meter, yaitu jalur dua arah dengan lebar 2,75
meter per lajur serta pembuatan bahu jalan dengan lebar minimum 0,5 meter. Demikian pula
dengan jenis konstruksi jalan yang harus dapat mengantisipasi beban lalu lintas jalan.

3.5.3.3 Sistem Prasarana Pengairan


Strategi

sistem prasarana pengairan dirumuskan dalam rangka pengembangan sistem

prasarana pengairan untuk penyediaan air baku bagi kebutuhan domestik/permukiman dan
B. Terminal

untuk pengembangan pertanian khususnya bagi sawah teknis. Isi dari konsep sistem

Terminal adalah merupakan titik simpul dalam sistem jaringan transportasi darat yang

prasarana pengairan adalah sistem jaringan pengairan, fungsi dan pelayanan prasarana

berfungsi sebagai pelayanan umum dan melancarkan arus penumpang/ barang. Berdasarkan

pengairan. Sistem prasarana pengairan mencakup:

fungsinya terminal penumpang dikelompokkan menjadi:

Sistem Prasarana Penyediaan Air Bersih, baik untuk permukiman dan kegiatan lainnya

Sistem Prasarana Irigasi Pertanian

Sistem Prasarana Konservasi Sungai, dan Waduk

Terminal penumpang Tipe B, melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota, dan angkutan pedesaan. Terminal ini

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

menampung 25-50

Halaman 3 - 19

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

Melakukan peningkatan kelembagaan dalam meningkatkan kualitas dan pelayanan pada


masyarakat.

3.5.3.4 Pengembangan Penyediaan Air Bersih


Tujuan pengembangan prasarana penyediaan air bersih di Kecamatan Palu Selatan adalah :
Melayani wilayah perkotaan dan produksi tinggi.

Khusus untuk pelayanan air bersih non perpipaan, maka strategi pengembangan air bersih
yang dapat dilakukan adalah :
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat pemakai tentang penggunaan air tanah yang

Menciptakan tarikan perkembangan wilayah.

baik.
Menghimbau kepada masyarakat untuk beralih menggunakan air bersih perpipaan

Melayani

wilayah-wilayah

dengan

ketersediaan

air

yang

terbatas

(tidak

mencukupi

kebutuhan).
Permasalahan pelayanan air bersih yang ditemui di kawasan perkotaan Palu Selatan meliputi

terutama pada daerah yang dapat dijangkau oleh pelayanan pipa distribusi.
Mengeluarkan petunjuk teknis pemakaian air tanah, pembuatan sumur yang baik dan
mudah dijangkau oleh masyarakat setempat.

beberapa hal yaitu :


Rendahnya cakupan pelayanan

Dengan mempertimbangkan pesatnya perkembangan jumlah penduduk dan aktivitas yang

Kualitas pengolahan yang rendah

ada, maka dalam rencana penyediaan sistem air bersih di Kecamatan Palu Selatan

Kapasitas produksi yang kurang memadai

dikembangkan pada wilayah-wilayah permukiman perkotaan dan perdesaan.

Kurangnya supply air baku


Pemenuhan air bersih Kecamatan Palu selatan dilayani oleh sistem air bersih dari Kecamatan Palu

3.5.3.5 Pengembangan Penyediaan Air Baku Bagi Pertanian

Timur. Sumber air tanah dalam diperkirakan tidak dapat dikembangkan untuk masa yang akan

Untuk melayani aktivitas wilayah dalam rangka mendorong produksi pertanian, maka

datang sehubungan wilayah perencanaan merupakan bagian hulu dari sistem hidrologinya.

diperlukan upaya membentuk dan menambah jaringan prasarana irigasi, pada setiap

Pemanfaatan sumber air tanah dikhawatirkan akan menurunkan cadangan air tanah di bagian

kelurahan potensial produksi tinggi. Wilayah prospektif, yaitu wilayah dengan potensi

daerah hilir perencanaan. Untuk itu sumber air permukaan dan air tanah merupakan potensi

pertanian yang hanya dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri sehingga dibutuhkan

yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih Kawasan Perkotaan Palu

intervensi dan pengelolaannya agar dapat melayani kebutuhan ekspor.

Selatan.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka konsep pengembangan air bersih yang dapat dilakukan
adalah :
Pemanfaatan dan peningkatan kapasitas terpasang dari unit produksi yang ada.
Meningkatkan kualitas air bersih yang diterima pelanggan dengan peningkatan proses
instalasi pengolahan air.
Meningkatkan jangkauan distribusi untuk melayani daerah yang belum terlayani air bersih
perpipaan.

3.5.3.6 Pengembangan Konservasi Sungai, dan Waduk


Sungai diperlukan untuk pengairan dan untuk keperluan air bersih. Umumnya sungai
mengalami perubahan debit yang eksrim, maka perubahan debit yang besar harus
diminimalkan dengan melakukan konservasi sungai dan waduk yang menjadi sumber air
ataupun sebagai tempat penampungan sementara. Konservasi yang dapat dilakukan adalah
pemeliharaan

daerah

sempadan

sungai,

konservasi

daerah

tangkapan

sungai,

serta

pembuatan embung pada daerah hulu untuk menampung air sesuai dengan satuan wilayah
sungai.

Memberikan pelayanan air bersih perpipaan melalui hidran umum atau terminal air untuk
masyarakat kurang mampu dan daerah rawan air bersih.
Menurunkan kehilangan air baik melalui perbaikan aspek fisik maupun manajemen.

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

3.5.3.7 Sistem Prasarana Telekomunikasi

Halaman 3 - 20

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

Wilayah prospektif (semi urban) merupakan wilayah prioritas pelayanan telekomunikasi,

sehingga perlu membentuk dan menambah jaringan prasarana energi di Kecamatan Palu

sehingga diperlukan upaya membentuk dan menambah jaringan prasarana telekomunikasi

Selatan.

dalam rangka menciptakan tarikan perkembangan pada wilayah semi urban.

Pesatnya perkembangan penduduk dan aktivitas sosial ekonomi yang ada dan ketentuan

Pembangunan SST didalam upaya mewujudkan pelayanan telekomunikasi, dipengaruhi oleh

Rencana Struktur Ruang yang dituju, maka penyediaan energi listrik di Kecamatan Palu

faktor ketersediaan pembiayaan dan atau investasi, kemampuan masyarakat untuk membayar

Selatan diarahkan untuk dapat lebih meningkatkan pertumbuhan Wilayah Kota Palu.

dari pelayanan fasilitas tersebut dan ketersediaan fasilitas penunjang lainnya yang mendukung
pembangunan prasarana telekomunikasi tersebut seperti jaringan jalan, pusat permukiman, dll.
Tingkat pendapatan per kapita setiap kelurahan/desa yang ada menunjukkan keragaman dan
nilai yang berbeda.

Tatura Utara, Tatura Selatan, Birobuli Utara, dan Birobuli Selatan, sehingga wilayah ini
merupakan prioritas pelayanan prasarana energi. Sementara itu, di wilayah yang terisolasi
dalam rangka pemerataan pembangunan dimana prasarana energi merupakan kebutuhan

Target pelayanan untuk setiap kelurahan perlu disesuaikan dengan kondisi yang ada, yaitu
potensi serta kendalanya. Target pelayanan pembangunan SST hingga tahun 2025 adalah target
pelayanan telekomunikasi atau pembangunan SST di Kecamatan Palu Selatan meliputi kawasan
perkotaan (urban) dengan target pembangunan SST adalah 70-90% serta Kawasan perdesaan
(rural) dengan target

Wilayah prospektif permukiman meliputi Kelurahan Lolu Utara, Lolu Selatan, Tanamodindi,

pembangunan SST adalah 60-70%. Sementara itu, kelurahan dengan

tipologi kawasan perkotaan pada tahun tahun 2025 adalah Kelurahan Pengawu, Palupi,
Tavanjuka, Lulu Utara, Lolu Selatan, Tatura Utara, Tatura Selatan, Birobuli Utara, Birobuli Selatan

yang harus dapat terpenuhi, maka perlu adanya penambahan jaringan prasarana energi.
Kapasitas tenaga listrik dan instalasi jaringan di kabupaten yang terbatas perlu dikembangkan
dan dibuat pemasangan baru. Kesulitan yang dihadapi adalah pemasangan tiang baru dan
pemangkasan pohon untuk keperluan pembangunan jaringan listrik. Konsep rencana
pengembangan prasarana energi di Kecamatan Palu Selatan adalah sebagai berikut :

pengembangan kawasan perkotaan.

Tanamodindi dan Petobo. Sementara itu, kelurahan dengan tipologi kawasan perdesaan pada
tahun tahun 2025 adalah Kelurahan Kawatuna.
Berdasarkan

permasalahan

yang

terjadi,

maka

rencana

pengembangan

Penambahan daya dan jaringan energi listrik di Kecamatan Palu Selatan untuk mendukung

Prasarana energi dapat dibangun bersamaan dengan dan atau memanfaatkan jaringan
jalan guna memudahkan distribusi pada wilayah-wilayah pelayanan.

prasarana

telekomunikasi adalah sebagai berikut :


Penambahan jaringan telepon rumah di wilayah yang termasuk kawasan perkotaan.

3.5.3.9 Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

Penambahan telepon umum dan wartel di pusat permukiman perdesaan, baik dengan jaringan

Tujuan pengembangan Pengelolaan Prasarana Pengelolaan Lingkungan adalah :

kabel dan nir kabel.


Pembangunan stasiun-stasiun komunikasi nir-kabel di wilayah-wilayah tertinggal/terisolasi.
Mengoptimalkan pemanfaatan jaringan komunikasi telepon nir-kabel untuk penambahan
kekurangan SST pada kawasan perkotaan.

Melayani kawasan perkotaan (atau wilayah usaha dan produksi tinggi).

Meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan.

Menjaga dan menciptakan kenyamanan dan keamanan lingkungan.

Sedapat mungkin tidak menyebabkan gangguan terhadap lingkungan.

3.5.3.8 Sistem Prasarana Energi Listrik


Potensi untuk pengembangan kelistrikan di Kecamatan Palu Selatan masih banyak diperlukan

A. Sistem Pembuangan Sampah

oleh masyarakat meskipun pembangunan berjalan terus dan secara makro seluruh Kota Palu

Penduduk Kecamatan Palu Selatan pada Tahun 2025 diperkirakan 203.814

telah

perkembangan penduduk ini adalah bertambahnya jumlah timbulan sampah. Agar dapat

teraliri

listrik.

Walau

begitu,

pengembangan

wilayah

senantiasa

sejalan

dengan

perkembangan kebutuhan listrik sehingga listrik mutlak diperlukan.


Konsentrasi perkembangan produksi tinggi (kegiatan perkotaan) meliputi Kecamatan Palu Selatan
terutama Kelurahan Lolu Utara dan Lolu Selatan, sehingga diperkirakan akan membutuhkan
konsumsi energi listrik yang sangat tinggi untuk menunjang aktivitasnya. Berdasarkan hal
tersebut, maka wilayah ini merupakan wilayah prioritas pelayanan prasarana energi listrik,

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

jiwa. Implikasi

melayani konsumsi sampah pada tahun 2025, maka diperlukan penambahan sarana dan
prasarana pengelolaan persampahan yang antara lain meliputi alat angkut sampah,
kontainer/TPS, truk, dan sistem transfer depo. Sementara itu wilayah dengan konsentrasi
perkembangan produksi tinggi adalah Kelurahan Kelurahan Lolu Utara, Lolu Selatan,
Tanamodindi, Tatura Utara, Tatura Selatan, Birobuli Utara, dan Birobuli Selatan yang

Halaman 3 - 21

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

merupakan wilayah potensial produksi sampah sehingga wilayah ini merupakan prioritas

Inti dari sistem pengelolaan sampah terpadu adalah terjadinya

pelayanan prasarana pengelolaan lingkungan. Sementara lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

sehingga menghasilkan produk komersil yang bernilai ekonomis (Gambar 3.12). Proses daur

sampah diarahkan dengan mempertahankan lokasi TPA yang sudah ada di Kelurahan Kawatuna.

ulang ini akan melibatkan seluruh stakeholder baik masyarakat, swasta dan pemerintah.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rencana pengelolaan persampahan adalah sebagai


berikut:

proses daur ulang sampah

Kegiatan di masyarakat akan bertumpu pada proses pemilahan, pemrosesan sampai pada
pengemasan/pengepakan. Sementara potensi yang dimiliki pihak swasta adalah menampung
produk yang dihasilkan masyarakat. Sisa sampah yang tidak dapat didaur ulang akan menjadi

1.

Penambahan jumlah TPS dan perluasan jangkauan pelayanan.

kewenangan pemerintah untuk memusnahkannya di TPA baik dengan cara dibakar atau

2.

Pengembangan usaha daur ulang sampah, kertas dan plastik (sampah kering).

ditimbun dengan sistem sanitary landfill.

3.

Peningkatan kesadaran (peranserta) masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Pada dasarnya kegiatan daur ulang di pihak masyarakat akan berimplikasi pada kebutuhan

4.

Pengefektifan fungsi pemulung dengan pembangkitan kegiatan daur ulang sampah menjadi
produk-produk yang berdayaguna.

ruang/lahan. Proses daur ulang membutuhkan lahan untuk kegiatan loading (pembongkaran),
sparating

(pemilahan),

prosesing

(pemrosesan)

serta

packaging

(pengemasan)

yang

pelaksanaannya membutuhkan kelengkapan berupa mesin. Karena perlunya dukungan biaya

5.

Penambahan sarana pengangkutan dan petugas persampahan.

dalam kegiatan ini maka pada akhirnya kegiatan ini akan identik dengan kegiatan

6.

Pengomposan sampah-sampah organik dan pembangunan fasilitas tempat pemisahan jenis

usaha/industri yang membutuhkan lahan sebagai pangkalan.

sampah organik dan anorganik yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari rumah-rumah

Banyaknya

sampai tempat-tempat umum, dimana pemerintah menyediakan sarana tong sampah untuk

berdasarkan kapasitas pengolahan sampah per harinya. Sebagai dasar perencanaan, untuk

memilah-milah sampah tersebut.

kapasitas

Pemerintah mengeluarkan aturan-aturan yang diperlukan dan yang lebih tegas mengenai

liter/orang/hari, maka kapasitas tersebut mampu mengolah sampah dari penduduk sebesar

pembuangan sampah ini, antara lain memberikan denda kepada pihak yang membuang

7.547 jiwa.

sampah sembarangan, sistem restribusi sampah, tarif pengelolaan, dan lain-lain.

Kegiatan daur ulang sampah akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan sekitar sehingga

Frekuensi pelayanan dibagi menjadi beberapa kondisi sebagai berikut :

penempatan lokasi pangkalannya perlu disepakati terlebih dahulu oleh pihak pengelola dan

7.

8.

Wilayah dengan pelayanan intensif adalah daerah di jalan protokol, pusat kegiatan,
kawasan permukiman perkotaan tidak teratur dan daerah komersil.

Wilayah dengan pelayanan menengah adalah kawasan permukiman teratur.

Wilayah dengan pelayanan rendah adalah daerah pinggiran.

jumlah

pangkalan

pengolahan

20

yang

M3/hari,

dibutuhkan
dengan

dalam

laju

suatu

timbulan

kecamatan,

sampah

ditentukan

ditetapkan

2,65

masyarakat. Adapun kriteria yang dapat digunakan untuk mendapatkan lokasi pangkalan daur
ulang sampah adalah sebagai berikut :
a. Secara Umum :

Lokasi pangkalan berada dalam batas administrasi yang sama dengan area
pelayanan pengumpulan sampah.

Beban terberat yang harus ditanggung dalam sistem pengelolaan sampah secara konvensional
adalah biaya yang harus dikeluarkan dari setiap kubikasi sampah yang akan dibuang baik untuk
biaya pengangkutan dan pengolahan di TPA. Semakin besar volume sampah yang akan dibuang

Lokasi Pangkalan merupakan milik pemerintah baik pemerintah pusat maupun


pemerintah daerah.

semakin besar pula ongkos yang harus dikeluarkan. Untuk menekan besarnya sampah yang akan

Kebutuhan lahan antara 500 - 3000 m2.

dibuang, maka program pemerintah

Penerimaan masyarakat terhadap lokasi pangkalan merupakan kesadaran

mengenai pengelolaan sampah terpadu berbasiskan

pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan sehingga dapat membantu mengatasi besarnya


ongkos yang harus dikeluarkan ini. Pencanangan penanganan sampah dengan pendekatan zero
waste melalui pengelolaan sampah terpadu merupakan konsep yang sangat ideal,

namun

masyarakat secara spontan.


b. Kondisi Lingkungan Fisik :

keberhasilannya memerlukan dukungan dan keterlibatan dari seluruh stakeholder. Paling tidak

Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m dengan kelulusan < 10-6m/det.

apabila pengelolaan sampah terpadu ini dapat berjalan meski tidak seluruh (100%) sampah

Lokasi pangkalan berada didalam area dengan rencana pemanfaatan rendah

berhasil didaur ulang, maka residu atau sisa sampah yang harus dibuang dapat ditekan
jumlahnya.

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

atau taman.

Lokasi pangkalan berada dilahan datar namun bebas banjir.

Halaman 3 - 22

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

Intensitas hujan dimana lokasi pangkalan berkisar dibawah 500 mm per tahun,
bila lebih dari 500 mm ada upaya perlindungan dengan atap.

Jalan menuju lokasi pangkalan datar dengan kondisi baik.

Waktu tempuh transportasi sampah dari sumber ke pangkalan kurang dari 15

mengalirkan air limbah tersebut ke suatu tempat pengolahan yang jauh jaraknya dari sumber
penghasil limbah.
Untuk pengembangan air limbah lebih lanjut dapat digunakan kriteria target strategi besaran
optimal pelayanan air limbah seperti dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 3.2
Besaran Strategi Pelayanan Pengelolan Air Limbah

menit.

Berjarak lebih dari 500 m dari permukiman.

Lokasi pangkalan berjarak 500 m dari jalan raya.

Lokasi pangkalan memberikan dampak yang tidak terlalu besar terhadap tata
guna lahan sekitar.

Terdapat zona penyangga untuk meredam kebisingan dan bau.

Lokasi pangkalan tidak terlihat dari luar.

Target Pelayanan
Sistem Terpusat
Sistem
Setempat
Sewer
Interseptor
Total
Kota Besar dan Metro
> 1.000.000
50
10
15
25
Kota Sedang
100.000-1.000.000
60
5
10
15
Kota Kecil
25.000-100.000
70
Desa
>25.000
60
Sumber : Konsep Pengembangan Program Air Limbah Dlam Pelita VI, Direktorat PLP, Agustus 1993
Kategori Wilayah

Jumlah Penduduk
(jiwa)

Berdasarkan permasalahan dan rekomendasi penanganan sampah seperti yang telah dijelaskan

Jumlah penduduk Kecamatan Palu Selatan sampai tahun 2025 mencapai 203.814 jiwa, dan

diatas, maka strategi penanganan yang dapat dilakukan adalah :

jika diasumsikan status kotanya, maka kawasan perkotaan Palu Selatan termasuk Kota

Meningkatkan metode, teknik prasarana an sarana dan frekuensi penerangan dan penyuluhan

Sedang. Dengan demikian, berdasarkan tabel di atas maka sampai akhir tahun perencanaan,

mengenai berbagai aspek pengelolaan sampah sampah guna membentuk sikap hidup warga
yang higienis dan bersih.
Meningkatkan kualitas dan dedikasi para petugas pengelola sampah termasuk petugaspetugas lainnya yang karena fungsinya terkait dalam manajemen persampahan.
Peningkatan peranserta swasta dalam manajemen persampahan secara profesional dengan
menyediakan kemudahan-kemudahan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.
Minimasi timbulan sampah melalui Integrated Resources Recovery yang diwujudkan dalam
penetapan proyek Kampung Industri Sampah (KIS).
Penetapan langkah-langkah untuk mendorong daur ulang sampah, antara lain dengan
memanfaatkan proyek-proyek KIS sebagai sentra-sentra balai latihan kerja bagi sistem
kompos dan daur ulang skala rumah tangga.

pengelolaan air limbah di kawasan perkotaan Palu Selatan dapat dilakukan dengan target
pelayanan 60% menggunakan sistem setempat dan 15% menggunakan sistem terpusat.
Sistem pengelolaan air limbah yang masih bisa diterapkan di Kecamatan Palu Selatan adalah
sistem pembuangan air limbah setempat (on-site sanitation) dengan pertimbangan biaya
konstruksi

rendah,

dimanfaatkan.

bisa

dilaksanakan

oleh

masing-masing

keluarga

dan

bisa

cepat

Rencana pengelolaan air limbah di Kecamatan Palu Selatan adalah sebagai

berikut :
Sistem septik tank dikembangkan untuk penanganan limbah domestik (limbah manusia).
Sistem pelayanan septik tank kolektif (comunal sistem) dikembangkan pada kawasan
perkantoran, pendidikan, pemerintahan dan kawasan komersil.
Sistem septik tank individu (individual sistem ) dikembangkan pada kawasan perumahan
tipe sedang dan tipe besar, sedangkan untuk perumahan tipe kecil digunakan sistem
pelayanan septik tank individu ataupun kolektif dengan memperhatikan kesepakatan dan
kemampuan dari masyarakat.

B. Sistem Pengelolaan Limbah Cair

Sistem tercampur (yaitu menyatukan air limbah dan air hujan dalam satu satu saluran)

Pemilihan teknologi pembuangan air limbah merupakan rekomendasi awal bagi penanganan air

dikembangkan untuk air limbah dari kegiatan non-domestik dan kegiatan lainnya seperti air

limbah di kawasan perkotaan Palu Selatan. Teknologi pembuangan air limbah dapat dilakukan

buangan dari kamar mandi, tempat cuci dan hasil kegiatan kantor lainnya, sedangkan

dengan 2 cara yaitu sistem setempat dan sistem terpusat. Sistem setempat adalah sistem

untuk menutupi kelemahan sistem ini dapat diatasi dengan membuat saluran terbuka dari

pembuangan disekitar sumber limbah untuk kemudian diolah ditempat tersebut melalui sistem

perkerasan dengan campuran kedap air.

penguraian an-aerobik dalam suatu bangunan yang disebut septic tank atau cubluk. Sedangkan
sistem terpusat adalah pembuangan air limbah melalui saluran yang berfungsi menampung dan

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Pembangunan saluran dengan konstruksi tertutup dibangun pada kawasan perdagangan,


perkantoran dan kawasan komersil.

Halaman 3 - 23

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

Pembuatan suatu sistem pembuangan air limbah setempat yang baik tentunya harus memenuhi

mencegah sedimentasi dalam sistem perpipaan sebagai akibat lumpur yang dibawa air hujan

persyaratan tertentu sehingga dapat diterapkan pada kondisi masyarakat setempat. Sistem on-

serta mencegah over load beban pengolahan air limbah di instalasi pengolahan (IPAL).

site dikembangkan pada wilayah dengan tipologi :

Pengolahan grey water dan black water secara bersamaan dalam satu instalasi akan

Kepadatan penduduk < 150 jiwa/Ha.

membutuhkan kelengkapan unit-unit pengolah yang disebut dengan Instalasi Pengolah Air
Limbah (IPAL). Sedangkan apabila ditangani secara terpisah, khusus untuk penanganan black

Sarana air bersih sudah tersedia dengan baik.


Sifat

water diperlukan suatu instalasi sendiri yang disebut dengan Instalasi Pengolahan Lumpur

tanah

Tinja

impermeabel
tanah > 1,5 m.
Sedangkan Sistem
off

Organik

Pengomposan

Kompos

site

direncanakan

di

Sisa

daerahdaerah
yang

menjadi

pusat

kegiatan

komersil dan pusat


pemerintahan

Pupuk
Pertanian

Pembakaran
(Incineration)

Sampah

Abu

Bahan
Bangunan

dengan
pertimbangan luas
tanah
serta

terbatas

relatif

Sisa

kepadatan

Sumber
Energi

tinggi.

Untuk
menghasilkan
kinerja

sistem

terpusat

An Organik

Pemilahan
(sparation)

yang

optimal, diusulkan
pengalirannya
dengan

sistem

Penentuan

kebutuhan

Menguap

dan kedalaman

(IPLT).

Dimanfaatkan
kembali (Reuse)

P
r
o
d
u
k
B
a
r
u
K
o
m
e
r
s
i
a
l

instalasi

pengolah air limbah (IPLT


atau

IPAL)

sangat

tergantung

dari

karakteristik wilayah dan


kemampuan

pemerintah

membangun sarana dan


prasarana pengolahan.
Apabila

karaktersitik

wilyah

tersebut

cocok

untuk pelayanan dengan


sistem

setempat,

dibutuhkan

maka
IPLT.

Sebaliknya

jika

cocok

untuk pelayanan dengan


sistem

terpusat

maka

dibutuhkan IPAL. Atau jika


sebagian

wilayah

menggunakan
setempat

dan

cocok
sistem

terpusat

dimungkinkan dibangun 2
instalasi

sekaligus

baik

IPLT maupun IPAL.

terpisah (separate
system). Separate
system
sistem

adalah
pengaliran

pembuangan
kotor

air
yang

terpisah antara air


limbah dengan air
hujan.
dilakukan

Hal

Daur Ulang
(Recicling)

ini

KETERANGAN :
M : Oleh Masyarakat
P : Oleh Pemerintah

Gambar 3.12
Strategi Pengelolaan Sampah Terpadu dengan Konsep Zero
Waste dan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat

untuk

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Halaman 3 - 24

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan
C.

Sistem Drainase Wilayah

Aktivitas sosial ekonomi dan kondisi topografi yang beragam, seperti kegiatan perdesaan,
perkotaan, pertanian, permukiman membutuhkan sistem drainase yang beragam. Dalam
pelaksanaan pembangunan sistem drainase, pada prinsipnya harus dapat efisien sehingga

merupakan bagian hulu dari sistem aliran air permukaan. Dengan demikian, berdasarkan
lokasinya, wilayah ini memiliki dua beban kepentingan yaitu bagaimana tetap mengupayakan
terjadinya imbuhan air tanah sekaliguas mengendalikan run off berlebih sehingga menghindari
banjir di bagian hilirnya.

sistem drainase yang dikembangkan adalah sistem kombinasi antara jaringan drainase sistem

Sejalan dengan 2 kepentingan diatas, serta trend run off yang semakin meningkat maka

tertutup serta jaringan drainase sistem terbuka, yaitu :

perencanaan jaringan drainase di Kawasan Perkotaan Palu Selatan perlu diarahkan pada

Sistem Jaringan Terbuka.

pendekatan pembangunan sistem jaringan drainase berwawasan lingkungan. Prinsipnya adalah


menahan untuk sementara run off di wilayah Perkotaan Palu Selatan

untuk selanjutnya

Sistem saluran drainase terbuka direncanakan menggunakan saluran dengan bentuk saluran

dialirkan secepat mungkin aliran yang terjadi bagian hilir Kota Palu. Penahanan sementara run

trapesium dengan lining yang pengalirannya dilakukan secara gravitasi. Keuntungan

off dimaksudkan untuk memberikan kesempatan air meresap sebesar-besarnya ke dalam tanah

menggunakan sistem terbuka ini adalah biaya pembangunan jaringan lebih murah, teknologi

melalui pembuatan sumur

pembangunan lebih sederhana, serta biaya pemeliharaan lebih sedikit. Sedangkan kerugian

sehingga jumlahnya tidak berlebihan untuk sampai di bagian hilirnya. Secara skematis konsep

sistem ini, yaitu limpasan air kembali lagi mengalir ke jalan dan harus hati-hati terhadap

pembangunan sistem jaringan drainase berwawasan lingkungan dapat dijelaskan pada Gambar

kemungkinan terperosok ke saluran ini karena sistemnya terbuka (terutama pada malam

3.13.

atau kolam resapan. Dengan demikian, debit run off tereduksi

hari).
Gambar 3.13
Skema Pembangunan Drainase Berwawasan Lingkungan

Sistem Jaringan Tertutup.


Sistem ini dibuat di bawah jalan dengan membuat perkerasan pada saluran seperti saluran
terbuka hanya permukaannya ditutup. Sistem tertutup ini dibangun sebagai terusan agar
sistem terbuka tidak terpotong apabila sistem terbuka memotong jaringan jalan.

Perumahan
Sumur
Resapan

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rencana pengelolaan drainase wilayah dilakukan


dengan cara sebagai berikut :

Komersil

Drainase

Sistem jaringan induk drainase secara umum tetap mengikuti pola atau kerangka sistem

Waduk
Penahan

Sungai/Laut

alamiah yang ada, dimana pengaliran dilakukan secara gravitasi mengikuti kondisi topografi
yang memiliki kecenderungan kemiringan ke arah timur.

Jalan

Jaringan drainase sistem tertutup sebagian besar dikembangkan di pusat pemerintahan dan
perkantoran, pusat kegiatan komersial, industri serta jalan-jalan utama tertentu, atau daerah
yang mempunyai lebar jalan yang kecil.

Hujan

Jaringan drainase sistem terbuka sebagian besar dikembangkan di lingkungan permukiman


dan di sepanjang jaringan jalan.

Run Off

Prioritaskan pelayanan drainase pada kawasan terbangun, kawasan rawan genangan, dan
memerlukan penataan atau perbaikan agar dapat berfungsi secara maksimal.
Disamping itu juga diperlukan peningkatan peranserta masyarakat dalam memelihara

Sumur
Resapan

Waduk Penahan
Laut

prasarana drainase, rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan saluran.


Sistem drainase tertutup dan terbuka dibangun pada sebelah kiri dan atau kanan jalan,
dengan arah pengaliran disesuaikan dengan kondisi topografi setempat.
Perencanaan drainase sangat terkait erat dengan kebutuhan pengelolaan sumber daya air.
Dalam konteks pengelolaan sumberdaya air, wilayah Kawasan Perkotaan Palu Selatan

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Halaman 3 - 25

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan RDTRK


Palu Selatan

3.5.4 Strategi Pemanfaatan Ruang

2.

Kawasan Perdagangan dan Jasa

Pemanfaatan ruang kota berdasarkan jenis dan intensitasnya diarahkan sesuai dengan

Kecamatan Palu Selatan merupakan salah satu bagian dari Kota Palu, dimana memiliki

potensinya untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan, baik secara fisik maupun

fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa berskala kota dan regional yang melayani

lokasional dalam bentuk kawasan terbangun (permukiman, sarana dan prasarana) dan

Kabupaten Donggala dan Kota Palu meliputi:

kawasan/ruang terbuka hijau.

Perdagangan Grosir : Kelurahan Tatura Utara (Pasar Tatura Utara) dan Kelurahan

Pemanfaatan ruang dalam kawasan terbangun (permukiman) eksisting (yang sudah ada)
dilakukan

secara

bertahap

dengan

pola

pengembangan

ekstensif

dengan

Petobo (Pasar Petobo).

tetap

Perdagangan Jasa dan Komersil terdapat di Kelurahan Birobuli Utara, Lolu Utara, Lolu

memperhatikan daya dukung dan kendala pengembangan yang ada, pengembangan

Selatan, Tanamodindi, dan Tatura Selatan.

permukiman untuk 20 tahun kedepan di pusat kota akan menerapkan pola ekstensif
dengan pertimbangan tidak mengganggu lahan yang merupakan bagian wilayah aman

3.

Kawasan Permukiman

bandara dan daerah sempadan sungai.

Perkembangan kawasan permukiman di Kecamatan Palu Selatan cukup tinggi, tetapi hal ini

Pemanfaatan Ruang akan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan rencana yang

tidak diimbangi dengan pengaturan KDB dan KLB bangunan serta penataan sistem sirkulasi

sudah ada, hal ini bertujuan agar tercipta keserasian dalam lingkup Kota Palu secara

yang kurang baik, sehingga kedepan sangat dibutuhkan pengaturan tentang bangunan.

keseluruhan.

Pemanfaatan ruang dalam kawasan terbangun pada masa yang akan datang diarahkan
kebagian utara, barat dan selatan kota untuk mewadahi kegiatan fungsional kota yang
dikembangkan.

untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih
menciptakan

Sektor perekonomian yang perlu mendapat perhatian dan dikembangkan untuk mendukung
fungsi kawasan Palu Selatan yang merupakan bagian dari Kota Palu adalah sektor perdagangan

Pemanfaatan ruang dalam kawasan terbangun atau ruang terbuka hijau dikembangkan
serta

3.5.6 Strategi Pengembangan Kegiatan Perekonomian

keserasian

dengan

kawasan

terbangun

kota.

Pengembangan

dan jasa, meliputi :

perekonomian yang menjadi tulang punggung aktivitas sehari-hari. Kegiatan perekonomian

kawasan/ruang terbuka hijau dilakukan dengan pengembangan fungsi kawasan hijau


pertamanan kota, sempadan sungai,

akan terkonsentrasi di pusat kegiatan. Pasar tradisional yang bersifat grosir maupun eceran

kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi

dikembangkan.

kota, kawasan hijau olahraga, kawasan jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan.

Pemanfatan ruang kawasan lindung harus tetap dipertahankan sesuai dengan persyaratan
pengendalian pemanfaatan ruang.

Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa diharapkan dapat memacu pertumbuhan

Pengembangan sektor perdagangan dan jasa, dengan memberikan prioritas usaha informal
agar keberadaannya tidak menimbulkan gangguan lingkungan. Sektor informal yang telah
kuat hendaknya diarahkan ke sektor formal.

3.5.5 Strategi Pengembangan Kawasan Prioritas/Tertentu


Terdapat beberapa kawasan fungsional yang secara prioritas dapat dikembangkan untuk
mendukung pembangunan di Kawasan Palu Selatan. Kegiatan-kegiatan prioritas yang terdapat
di Kawasan Palu Selatan umumnya merupakan kegiatan-kegiatan yang tersebar di beberapa
bagian wilayah Kecamatan Palu Selatan, kegiatan-kegiatan prioritas tersebut adalah :
1.

Kawasan Perkantoran
Kegiatan perkantoran di Kecamatan Palu Selatan terdiri dari kantor pemerintahan Kota Palu
dan kantor pemerintahan Propinsi Sulawesi Tengah memanjang di sebagian jalan utama
Kecamatan Palu Selatan, diantaranya Jl. Moh Yamin dan Jl. Balai Kota.

DINAS TATA RUANG KOTA PALU

Halaman 3 - 26

You might also like