Professional Documents
Culture Documents
Palu Selatan
Potensi lahan kosong yang masih luas, dimana penggunaan lahan tidak terbangun
masih cukup luas. Disamping itu kondisi topografi yang landai di kawasan pusat kota
sangat mendukung dalam pengembangan kawasan perkotaan.
2.
Potensi kuantitas sumber daya manusia di Kecamatan Palu Selatan, dimana usia
produktif yang berada di Kecamatan Palu Selatan cukup besar yaitu berkisar 84 %.
3.
Kecamatan Palu Selatan memiliki kawasan Taman Hutan Raya yang terdapat di
Kelurahan Kawatuna, yang merupakan kawasan berfungsi lindung terhadap kawasan di
bawahnya.
4.
3.1
TUJUAN
DAN SASARAN PENGEMBANGAN
5.
6.
Sektor perdagangan di Kecamatan Palu Selatan berskala Kota dan regional yang
baik
lingkungan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang perlu dicapai adalah sebagai
berikut :
pusat-pusat
perdagangan
dan
jasa
berupa
pusat
Terkendalinya
perkembangan
permukiman
1.
yang
diimbangi
dengan
Disamping terdapat beberapa potensi untuk pengembangan Kecamatan Palu Selatan, terdapat
Permasalahan-permasalahan tersebut adalah :
Berkembangnya
Sektor pariwisata alam di Kelurahan Kawatuna yang belum memiliki akses jalan yang
sosial.
2.
3.2
POTENSI, PERMASALAHAN, DAN LIMITASI PENGEMBANGAN TATA RUANG
KAWASAN PALU SELATAN
b. Palu Selatan, Dataran banjir S. Palu di Lolu Utara dan Lolu Selatan berpotensi
bencana tsunami.
c. Wilayah-wilayah yang teridentifikasi rawan longsor di wilayah Kecamatan Palu
Halaman 3 - 1
4.
5.
secara maksimal, dimana hanya pada waktu-waktu tertentu saja terminal dan pasar
Masih terdapatnya jaringan jalan yang tidak beraturan dan sebagian dalam kondisi
rusak seperti di Kelurahan Kawatuna, serta rute trayek angkutan kota yang belum
berjalan secara baik.
c.
Secara administrasi, deliniasi awal kawasan efektif pengembangan Palu Selatan meliputi 11
Km2. Untuk lebih jelasnya mengenai kawasan efektif pengembangan Palu Selatan berdasarkan
deliniasi dapat dilihat pada Gambar 3.3 dan Gambar 3.4.
3.3PENETAPAN FUNGSI
DAN
Fungsi dan peran kawasan perencanaan dikembangkan berdasarkan pada kegiatan yang
berkembang saat ini, dimana hal ini
sesuai dengan
2006-2025 yang mengarahkan fungsi Kecamatan Palu Selatan untuk pengembangan kawasan
6.
jauh dari
pusat Kota dan kurang didukung dengan kualitas jalan yang baik.
b.
Birobuli Utara, Tatura Utara, Tatura Selatan, Palupi, Pengawu dan Tavanjuka dengan luas 40,68
Pasar dan terminal Petobo yang merupakan terminal tipe C saat ini tidak berfungsi
tersebut berfungsi, hal tersebut dikarenakan letak terminal yang terpencil,
Sebelah Barat
kelurahan, yaitu Kelurahan Lolu Selatan, Lolu Utara, Petobo, Tanamodindi, Birobuli Selatan,
perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa, serta kawasan permukiman, dengan prinsip
utama memanfaatkan ruang seoptimal mungkin dan memanfaatkan sumber daya yang ada
Untuk lebih jelasnya mengenai potensi dan permasalahan kawasan perencanaan dapat dilihat
pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.
perencanaan akan memiliki fungsi dan peran sesuai dengan skala pelayanannya. Hal tersebut
sangat penting karena fungsi dan peran kawasan akan menjadi potensi bagi pengembangan
dan pertumbuhan kawasan serta menentukan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan
dari suatu sistem perkotaan/wilayah dan selanjutnya akan menjadi potensi dasar dalam
yang
penentuan batas efektif pengembangan Kawasan perkotaan Palu selatan terlebih dahulu perlu
berkembang serta sarana yang dimiliki (kelengkapan masing-masing sarana) sesuai dengan
dirumuskan batas (deliniasi) kawasan efektif pengembangannya. Dari hasil kajian yang telah
Kriteria perkotaan, yaitu meliputi kajian aspek-aspek, fisik, penduduk, aspek sarana dan
prasarana, aspek transportasi, aspek ekonomi dan aspek guna lahan.
Dirumuskan bahwa limitasi pengembangan Palu Selatan dimasa yang akan datang diperkirakan
akan meliputi kawasan dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara
Sebelah Selatan :
Kabupaten Donggala
Sebelah Timur
Halaman 3 - 2
Zona
Kawasan bandara
Permukiman kepadatan rendah dan pelayanan umum.
Fungsi
Primer
Lebih jelasnya mengenai fungsi dan peran kawasan perencanaan dapat dilihat pada Tabel 3.1
dan Gambar 3.5.
1.
S.B
Untuk
Sekunde
r
dikembangkan fungsi kegiatan utama dan fungsi kegiatan penunjang. Dimana fungsi utama
berkaitan
dengan
peranan
wilayah
Kecamatan
Palu
Selatan
dalam
menunjang
perkembangan Kota Palu. fungsi utama ini didukung oleh peranan kegiatan perkantoran
S.C
sekunde
r
S.D
utama dimana pengaruhnya pada perkembangan perkotaan tidak secara langsung. Fungsi
cenderung
berperan
dalam
pemenuhan
kebutuhan
penduduk
Sedangkan fungsi penunjang yang timbul sebagai akibat dari perkembangan fungsi
ini
didalam
wilayah
sekunde
r
Peran
Perkantoran
Pengembangan Perumahan
Kepadatan tinggi
Perdagangan dan jasa
Pengembangan ruang terbuka hijau
KDB maksimal 70%
Pengembangan Perumahan
Kepadatan sedang
Perdaagangn dan jasa
Sarana -prasarana
KDB maksimal 60%
Perumahan Kepadatan Sedang
Kawasan komersil (perdagangan
dan jasa skala kota dan lokal)
Sarana dan prasarana
KDB maksimal 60 %
Pengembangan Perumahan
Kepadatan rendah
Sarana dan prasarana transportasi
Kawasan komersil
KDB mak 60%
perencanaan sendiri. Pendukung fungsi ini yang terdapat di Kecamatan Palu Selatan adalah
penyediaan sarana umum-sosial dan prasarana.
3.
yang
telah
ada
tetap
dipertahankan
keberadaannya,
ditata
dan
dikembangkan.
Kecamatan dan Kawasan Perkotaan Palu Selatan dalam konstelasi regional sehingga akan
terlihat peran dan fungsi Kecamatan dan Kawasan Perkotaan Palu Selatan dalam kaitannya
dengan pengembangan wilayah yang lebih luas (Kota Palu dan wilayah perbatasan). Dalam
kajian ini, akan dilihat bagaimana arah kebijakan pemerintah daerah terhadap pengembangan
Pengembangan fungsi Kawasan Palu Selatan sebagai pusat perdagangan dan jasa,
Kecamatan Palu Selatan adalah sebagai pusat perdagangan dan jasa, permukiman dan
Pengembangan fungsi Kawasan Palu selatan sebagai pusat perumahan yang dalam
rencana
pengembangannya
terbagi
dalam
blok
peruntukkan
perumahan
yang
proyeksi penduduk di masa datang dengan perbandingan daya dukung lahan yang
tersedia.
Tabel 3.1
Fungsi dan peran kawasan
perkantoran.
Rencana pengembangan wilayah meliputi Rencana Pengembangan Sarana dan Prasarana
Wilayah yang terdiri dari pengembangan transportasi, prasarana sumber daya air dan irigasi,
energi, telekomunikasi, serta prasarana perumahan dan permukiman.
Berdasarkan posisi geografis Kecamatan Palu Selatan, maka wilayah sekitarnya dapat
mempengaruhi perkembangan Kecamatan Palu Selatan. Beberapa hal yang perlu dicermati
mengingat pengaruhnya terhadap perkembangan Kecamatan Palu Selatan adalah :
a.
Dalam konteks wilayah Kota Palu, secara keruangan kawasan perkotaan yang terkait
dengan Kecamatan Palu Selatan adalah Kecamatan Palu Barat sebagai kawasan
perdagangan dan jasa serta pariwisata, Kecamatan Palu Timur sebagai kawasan
perkantoran, Kecamatan Palu Utara sebagai kawasan industri dan Kabupaten Donggala
Halaman 3 - 3
sebagai kawasan hutan produksi dan perkebunan. Dari kecenderungan yang terjadi, dapat
disimpulkan
Kecamatan Palu Barat dan Kecamatan Palu Timur relatif lebih berkembang dibandingkan
dengan Kecamatan Palu Selatan, mengingat fungsi yang diemban berorientasi pada
Mall yang terdapat di Kecamatan Palu Selatan
sebagai pusat perbelanjaan di Kota Palu
kegiatan perdagangan dan jasa, wisata. Sementara Kecamatan Plalu Selatan berorientasi
pada kegiatan pemerintahan dan permukiman, walaupun pada bagian-bagian wilayah
tertentu berkembang kegiatan pedagangan. Sehingga dalam konsep ruang dalam tataran
makro perlu diupayakan untuk menyeimbangkan fungsi, agar dalam perkembangannya
kawasan perkotaan tersebut berkembang secara bersamaan.
Gambar 3.1
Potensi Kecamatan Palu Selatan
Halaman 3 - 4
Gambar 3.2
Permasalan Kecamatan Palu Selatan
Halaman 3 - 5
Gambar 3.3
Peta Analisis Kawasan Efektif Pengembangan
Kawasan Palu Selatan
Halaman 3 - 6
Gambar 3.4
Batas Pengembangan Kawasan Palu Selatan
Halaman 3 - 7
Gambar 3.5
Konsep Pengembangan Fungsi dan Peran
Kawasan Palu Selatan
Halaman 3 - 8
b.
Posisi Kecamatan Palu Selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Donggala yang
merupakan wilayah dengan perkembangan yang lambat. Posisi tersebut tentunya akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan Kecamatan Palu Selatan, dimana Kecamatan
Palu Selatan yang merupakan bagian dari Kota Palu sebagai PKN akan berfungsi sebagai
pusat kegiatan utama dalam lingkup wilayak Propinsi Sulawesi Tengah. Implikasinya, dengan
semakin tingginya perkembangan kegiatan perkotaan di wilayah Palu Selatan khususnya
Struktur ruang Kawasan Kecamatan dan kawasan perkotaan Palu Selatan merupakan suatu
kerangka struktural yang menampilkan bentuk kotanya dan dapat dilihat dari unsur-unsur
kegiatan fungsional kota yang dihubungkan oleh sistem transportasi serta didukung oleh
ketersediaan sarana dan prasarana kota.
dan umumnya di Kota Palu yang nilai dan harga lahannya akan semakin tinggi dan pada
Adapun tujuan pembentukan konsep struktur ruang Kecamatan dan kawasan perkotaan Palu
periode waktu tertentu kapasitas daya dukung lahannya sudah jenuh, maka proses
Wilayah Kecamatan Palu Selatan dilalui oleh jalan kolektor primer dan yang menghubungkan
antar wilayah Kecamatan di Kota Palu, sehingga pada daerah sepanjang koridor tersebut
memiliki tingkat aksesibilitas yang relatif tinggi. Aksessibilitas yang tinggi menjadikan
kawasan tersebut memiliki daya tarik yang tinggi bagi pengembangan kegiatan perkotaan,
Menciptakan daya tarik bagi seluruh bagian wilayah kota dengan penyebaran pusatpusat pelayanan ke seluruh kawasan perkotaan
Lebih jelas secara skematik konsep tata ruang makro pengembangan Kawasan Perkotaan Palu
Konsep pengembangan struktur ruang Kecamatan dan kawasan perkotaan Palu Selatan
Gambar 3.6
Struktur Tata Ruang Makro
Kabupaten Donggala
sebagai pusat kegiatan
Hutan Produksi dan
Perkebunan
3. Kecamatan Palu Selatan berperan sebagai pusat permukiman dengan didukung oleh
berbagai sarana dan prasarana pendukung.
Selain terkait dengan peranan kota seperti tersebut diatas, berdasarkan kondisi serta potensipotensi utama maka fungsi Kecamatan Palu Selatan akan dibedakan menjadi 2 fungsi yaitu,
fungsi primer kota dan fungsi sekunder kota. Fungsi primer kota merupakan fungsi yang
diarahkan dalam upaya memantapkan peranan yang diemban. Dalam rentang waktu
Halaman 3 - 9
mendatang, pengembangan Kawasan Perkotan Palu Selatan diarahkan pada terwujudnya fungsi
primer sebagai :
kebijakan penentuan struktur ruang Kota Palu, sehingga sebagai konsekuensi terhadap
1.
pengembangan Kawasan Perkotaan Palu Selatan) maka konsep pengembangan yang dipilh
Pusat Perkantoran
Berdasarkan
kebijakan
RTRW
hasil
revisi
Kota
Palu
untuk
pengembangan
kawasan
Pemilihan konsep ini didasari pertimbangan dalam 20 tahun mendatang, Perkotaan Palu
Selatan harus mampu berperan sebagai pusat pemerintahan serta pusat perdagangan dan
jasa yang berskala regional. Disamping itu, Perkotaan Palu Selatan harus mampu menampung
berbagai kegiatan pendukung yang akan mendorong pertumbuhan kawasan perkotaan dan
Sejalan dengan penetapan Kota Palu sebagai PKN dalam lingkup nasional, maka pelayanan
pendukung sektor perekonomian perlu dikembangkan pula. Kedepan, Kota Palu Selatan
Pembentukan struktur ruang dimaksudkan untuk mewujudkan fungsi Perkotaan Palu Selatan
sebagai bagian dari Kota Palu akan dikembangkan sebagai pusat perdagangan dan jasa skala
sebagai pusat pemerintahan serta perdagangan dan jasa, juga mempertegas kembali fungsi-
lokal namun mampu melayani kebutuhan regional pula. Hal ini disesuaikan dengan kebijakan
fungsi setiap bagian kota. Pengembangan struktur ruang tersebut, perlu memperhatikan
daerah, bahwa penetapan lokasi kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal dan regional
terdapat di Kelurahan Lolu Utara, Lolu Selatan, Tatura Selatan, Tatura Utara, Tanamodindi,
Tavanjuka, Birobuli Selatan dan Birobuli Utara.
sebagai berikut :
3. Pusat Permukiman
Kecamatan
Palu
Berdasarkan hal tersebut, maka konsep struktur ruang Kawasan Perkotaan Palu Selatan adalah
1.
Selatan
merupakan
kawasan
yang
memiliki
tingkat
pertumbuhan
permukiman yang tinggi, hal ini juga dipertegas dengan kebijakan RTRW hasil revisi Kota Palu
yang menetapkan Kecamatan Palu Selatan sebagai kawasan permukiman.
Selain ketiga fungsi primer tersebut, Kecamatan Palu Selatan juga akan dikembangkan dengan
fungsi-fungsi sekunder sebagai berikut :
jasa, dimana lokasinya diarahkan pada pusat kegiatan perdagangan dan jasa yang sudah
ada dan dikembangkan sepanjang jalur jalan utama Kawasan Perkotaan Palu Selatan
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dikembangkan konsep pengembangan secara intensif,
yaitu dimana pengembangan intensif untuk kegiatan perkotaan di bagian barat dan timur
Kecamatan Palu Selatan, dimana pada kawasan tersebut terjadi konversi lahan dari pertanian
menjadi permukiman perkotaan.
Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa serta perkantoran menjadi prioritas utama, untuk
untuk pengembangan kegiatan permukiman dibedakan tingkat kepadatannya, dimana untuk
kawasan tengah diarahkan permukiman dengan kepadatan tinggi sedangkan untuk kawasan
selatan dan utara untuk permukiman kemadatan sedang sampai rendah. Konsep dengan pola
pengembangan ekstensif dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Pengembangan kawasan Perkotaan Palu Selatan ditujukan untuk mengembangkan kawasan
perkotaan yang nyaman, aman, maju dan sejahtera serta berkelanjutan serta sebagai satu
kesatuann dengan wilayah lain di Kota Palu.
seperti Jl Emy Saelan (Kelurahan Tatura Utara dan Kelurahan Lolu Selatan) serta Jl.
Manimbaya (Kelurahan Lolu Selatan).
3. Pengembangan Kawasan Bandara
Pengembangan kawasan bandara bertujuan untuk memaksimalkan fungsi Bandara Mutiara
Palu yang berada di Kecamatan Palu Selatan sebagai prasarana transportasi yang
menghubungkan propinsi Sulteng dengan wilayah sekitarnya. Pengembangan kawasan
bandara dilakukan dengan cara perpanjangan landasan dan perluasan bandara serta
penataan area sekitar bandara dengan ruang terbuka hijau dan penataan kepadatan
perumahan yang terletak di Kelurahan Birobuli Utara).
4. Penataan Kawasan Permukiman
Umumnya perkembangan kawasan permukiman di Kawasan Perkotaan Palu Selatan telah
berkembang secara sporadis, pada umumnya pembangunan permukiman dilakukan tidak
mengikuti jalan yang sudah ada tetapi memanfatkan lahan-lahan yang kosong yang belum
terdapat jalannya, sehingga pembangunan jalan di Kecamatan Palu Selatan tidak tertata
Halaman 3 - 10
dengan baik (Kelurahan Lolu Selatan dan Tatura Utara). Sebagian kawasan permukiman di
Perkotaan Palu Selatan memiliki tingkat kepadatan tinggi. Ketersediaan sarana dan prasarana
permukiman yang belum memadai menjadi permasalahan yang cukup menonjol. Bentuk
penataan kawasan permukiman dapat dilakukan dengan beberapa cara :
Gambar 3.7
Konsep Pengembangan Dengan Pola
Ekstensif
Halaman 3 - 11
dengan kepadatan bangunan yang tinggi dan tidak teratur dalam hal jaringan jalan,
bentuk bangunan dll.
Peradagangan dan
Jasa
5. Pengembangan jaringan jalan sebagai pembentuk struktur dan pola ruang kota
Perkantoran
Pengembangan jaringan jalan memiliki peranan penting dalam rangka pembentukan struktur
ruang kota dan mengarahkan perkembangan kota sesuai dengan yang diharapkan. Apabila
dilihat dari struktur jaringan jalan yang ada saat ini, sistem jaringan jalan yang di Kawasan
Perkotaan Palu Selatan masih diperlukan pengembangan.
Perumahan
Pendidikan
Pengembangan jaringan jalan di Kecamatan Palu Selatan dapat dilakukan dalam beberapa
bentuk yaitu :
Peningkatan jalur jalan utama, yaitu koridor Palu Barat-Palu Selatan dan Palu Selatan-Kab
Donggala.
Peningkatan jaringan jalan lingkungan permukiman.
Kesehatan
Peribadatan
Rekreasi & OR
Salah satu permasalahan Kawasan Perkotaan Palu Selatan adalah struktur ruang yang tidak
sistematis. Alokasi dan distribusi fasilitas pelayanan yang ada cenderung tidak terstruktur, baik
Transportasi
ditinjau dari hirarki dan jangkauan pelayanan maupun keserasian pemanfaatan ruang. Oleh
karena itu perlu disusun suatu arahan pemanfaatan ruang, alokasi dan distribusi fasilitas
pelayanan secara hirarkis disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan pada masing-masing bagian
Keterangan :
Utilitas
Hubungan Kuat
wilayah.
Pembagian pelayanan kegiatan kota ini dimaksudkan untuk memanfaatkan ruang dan
pelayanannya dalam pembentukan struktur ruang kota yang diarahkan untuk mencapai hasil
yang optimal. Selain itu, distribusinya harus disesuaikan dengan kecenderungan fisik, distribusi
penduduk pengelompokan kegiatan yang sudah ada serta jangkauan pelayanannya.
Halaman 3 - 12
Pada
kawasan
pertanian
(lahan
kering
dan
basah)
dan
penyangga masih diperkenankan terdapat bangunan tetapi dalam jumlah yang relative
sedikit. Pada kawasan ini ditetapkan KDB antara 0-1.
3.
Konsep pengeturan bangunan di kawasan Palu Selatn terdiri dari konsep dasar penentuan KDB,
konsep dasar penentuan KLB dan ketinggian bangunan, penentuan garis sempadan, dam konsep
Pengaturan luas terbangun merupakan pengaturan mengenai luas wilayah yang dapat
dibangun. Pengaturan ini dinyatakan dalam penetapan angka KDB/BCR (Koefisien Dasar
yang lebih besar dari bangunan tidak bertingkat, maka kemampuan daya dukung
Bangunan/Building
tanah
Coverage
Ratio).
KDB
ini
menyatakan
perbandingan
antara
luas
mempengaruhi
dan
menentukan
angka
KLB.
Perbedaan
nilai
KLB
sepanjang jalan tertentu dinyatakan 0,4. Hal ini berarti dari setiap kapling yang ada di
sepanjang jalan tertentu tersebut hanya 40% dari luas kapling yang boleh dibangun. Sisanya
yang 60% tidak boleh dibangun yang harus dibiarkan menjadi ruang terbuka/ruang hijau.
Untuk kapling yang kecil, ketinggian bangunan ditentukan tidak terlalu tinggi
KLB =
KLB yang pada kenyataannya juga sangat kecil sehingga kemungkinan untuk
Maksud dari penetapan KDB ini adalah untuk tetap menjaga keseimbangan antara luas yang
terbangun dalam keseluruhan luas kawasan perkotaan palu selatan. Dengan penetapan
angka KDB ini diharapkan :
dengan ruang yang mampu diciptakan pada kapling kecil dengan memperhatikan
keseluruhan tingkat.
Peresapan air tanah tidak terganggu sehingga keseimbangan tata air tanah Kecamatan
Palu Selatan tetap terjaga. (Dalam kasus kawasan perkotaan palu selatan maka
2.
3.
melebihi 10% dari luas denah dasar yang diperkirakan sesuai dengan KDB yang
ditetapkan.
4.
Luas overstek yang tidak lebih dari 1,2 meter tidak dimasukkan dalam perhitungan
ruang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan KDB adalah sebagai berikut :
1.
Luas ruangan beratap yang bersifat terbuka atau berdinding tidak lebih tinggi dari 1,2
meter diatas lantai ruang tersebut, dihitung setengahnya (50%). Selama tidak
Kebutuhan udara segar dapat dipenuhi dengan adanya luasan yang tidak terbangun yang
Luas ruangan beratap yang berdinding lebih dari 1,2 meter diatas permukaan lantai,
ruang tersebut dihitung penuh.
penetapan KDB tersebut diharapkan dapat menjaga keseimbangan tata air di Kecamatan
Luas lantai, dihitung sampai batas dinding terluar yang kemudian di jumlahkan untuk
5.
Luas ruang yang berbanding lebih dari 1,2 meter diatas lantai tersebut tetapi tidak
beratap diperhitungkan setengahnya (50%) selama tidak melebihi 10% dari luas
denah yang diperkenankan sesuai dengan KDB yang ditetapkan. Ruang selebihnya
Halaman 3 - 13
6.
Tras-tras tidak beratap yang berdinding tidak lebih dari 1,2 meter diatas lantai tersebut
tidak diperhitungkan.
7.
Dalam perhitungan KLB luas lantai di bawah tanah diperhitungkan seperti luas
lantai di atas tanah.
Pada kawasan pemukiman kepadatan penduduk, angka KDB maksimal ditetapkan 0,6.
Luas lantai bangunan yang dipergunakan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam
KLB, asal tidak melebihi 50% dari KLB yang di tetapkan.
Lantai bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah tidak dimasukan dalam
KDB.
2.
Ramp dan tangga terbuka dihitung setengahnya (5%) selama tidak melebihi 10 %
dari luas denah dasar yang diperkenalkan.
dibangun dalam luasan total. Pengaturan ruang terbangun vertikal ini dinyatakan dalam
Sebelum mendirikan suatu bangunan ada beberapa ketentuan, salah satunya ketentuan
penetapan angka KDB (Koefisien Dasar Bangunan). Secara umum KLB ini dirumuskan
sebagai berikut :
Tinggi puncak suatu atap bangunan tidak bertingkat maksimum 8 meter dari lantai
dasar.
KLB =
Ketinggian bangunan adalah jumlah lantai penuh dalam satu bangunan dihitung mulai lantai
Jarak vertikal dari lantai dasar ke lantai di atasnya tidak boleh lebih dari 5 Meter.
Mezzanine yang luasnya melebihi 50% dari luas lantai dasar di anggap sebagai lantai
dasar sampai dengan lantai tertinggi. Tinggi bangunan adalah jarak dari lantai darsar sampai
puncak atap atau bangunan yang dinyatakan dalam meter.
penuh.
Tinggi bangunan diatur dengan menetapkan nilai dalam besaran panjang atau dalam
besaran lantai (dengan perhitungan tinggi lantai standar 4 meter) yang menyatakan
ketinggian bangunan maksimum di suatu penggal jalan yang tidak boleh dilanggar untuk
Ruangan-ruangan tertutup pada lantai atap dasar yang luasnya lebih dari 50% dari luas
atap tersebut, dianggap sebagai satu lantai penuh.
memenuhi kriteria dalam penentuan KLB dan Ketinggian di bawah ini. Penetapan KLB dan
Pengaturan
penyerapan sinar matahari dan sirkulasi manusia di dalamnya, menjamin keamanan dan
ruang
yang
tersedia
kurang
memungkinkan
untuk
memenuhi
untuk
menciptakan
keteraturan
bangunan,
:
1.
2.
3.
4.
disebut KLB.
bertujuan
ruang cadangan pengembangan. Garis sempadan ini mencakup beberapa sempadan, yaitu
Semakin tinggi intensitas kegiatan di suatu kawasan akan membuktikan lebih banyak
sementara
sempadan
Kebutuhan Ruang
ruang,
garis
Keindahan Kota
Keseragaman dalam pembangunan secara vertikal akan membentuk citra khusus di suatu
Gambar 3.9
Ketentuan Garis Sempadan Bangunan
Halaman 3 - 14
sekitarnya, garis sempadan sungainya bisa ditetapkan sampai 100 meter di kiri-kanan bibir
sungai yang paling jelas. Sedangkan untuk sungai-sungai yang melewati kota dengan arus
yang kecil dan dengan debit yang kecil, badan sungai tidak terlalu lebar, serta
kemungkinan luapan airnya kecil, garis sempadan sungainya bisa berkisar antara 5 - 15
meter di kiri-kanan bibir sungai.
Garis Sempadan Jalur Tegangan Tinggi, ditetapkan untuk memberikan kelancaran lalulintas
dan keamanan jalur tegangan tinggi, serta yang lebih penting memberikan keamanan bagi
manusia yang hidup di sekitar jaringan ini. Garis Sempadan Jalur Tegangan Tinggi lebih
diutamakan untuk menghidari bahaya karena adanya listrik tegangan tinggi dan pengaruh
medan gaya elektromagnetik bagi kesehatan manusia yang hidup di sekitarnya. Besarnya
Sempadan Jalur Tegangan Tinggi berkisar antara 15-50 meter tergantung dari tegangan
listrik yang diumpankan ke jalur tegangan tersebut. Penggunaan ruang sempadan jalur
tegangan tinggi hanya dimungkinkan untuk ruang terbuka atau ruang hijau yang dibentuk
Garis Sempadan Jalan (GSJ) ditentukan untuk menjamin keamanan pengguna jalan
sebaiknya berupa tanaman rendah (rumput dan keluarganya) dan tanaman perdu
(pengendara kendaraan dan pejalan kaki) dan untuk memberikan ruang cadangan bagi
pengembangan/pelebaran jalan. Garis sempadan jalan ini ditetapkan sebesar setengah dari
lebar jalan ditambah satu meter serta disesuaikan dengan fungsi jalan dan guna lahan
disekitarnya. Jaraknya dihitung dari batas pinggir jaringan jalan. Biasanya Garis Sempadan
Jalan ini berupa daerah antara tepi jalan sampai dengan pagar rumah/bangunan yang ada di
sepanjang jalan. Area ini bisa dimanfaatkan untuk pembangunan trotoar bagi pejalan kaki
maupun sarana parkir. Garis Sempadan Sungai ditentukan untuk menjamin kelestarian fungsi
sungai sebagai jaringan drainase utama, memberikan keamanan pada kegiatan yang
berkembang di sekitarnya (bangunan, jalan, dan kegiatan lain) dan memberikan ruang
Garis Sempadan Bangunan (GSB) ditentukan untuk menjamin keamanan bangunan dan
kenyamanan pengguna bangunan dari bahaya maupun gangguan akibat adanya fungsi
yang lain atau bangunan yang lain. Garis Sempadan Bangunan ini ditentukan antara
bangunan dengan fungsi lain di dekatnya (jaringan ja|an, sungai, jaringan tegangan
tinggi), dan antar bangunan di sekitarnya. Besarnya angaka GSB ditetapkan menurut
ketentuan sebagai berikut :
1. Terhadap fungsi jaringan jalan GSB-nya ditetapkan sebesar nilai GSJ dihitung dari pagar
kapling.
2.
Terhadap fungsi jaringan sungai yang antara bangunan dengan sungainya dipisahkan
meter sampai 100 meter. Penetapan angka pastinya disesuaikan dengan arus dan debit air
oleh adanya jalan sepanjang sungai, GSB-nya ditetapkan sama dengan no. 1 terhadap
sungai serta disesuaikan dengan fungsi kegiatan/ guna lahan di sekitarnya untuk menjamin
jalan di sepanjang sungai tersebut. Sedangkan jarak jalan dengan sungai harusnya
keamanan bagi kegiatan yang ada di sekitar sungai tersebut. Jaraknya dihitung dari batas
sebesar setengah kali lebar sungai ditambah satu meter dihitung dari bibir sungai.
pinggir jaringan sungai. Biasanya Garis Sempadan Sungai ini berupa daerah antara tepi
sungai dengan jalan atau sampai dengan pagar rumah/bangunan yang ada di pinggir sungai.
Area ini biasa/sebaiknya dimanfaatkan untuk fungsi yang non-terbangun seperti jalur hijau
atau untuk tempat parkir kendaraan bagi kendaraan jika di sepanjang sungai tersebut
dibangun jaringan jalan atau dapat juga dikembangkan untuk fungsi rekreasi yang fungsi
terbangunnya minim (misal tempat pemancingan, pengumpulan jajanan yang bangunannya
tidak permanen).
3. Terhadap fungsi jalur tegangan tinggi, GSB-nya ditetapkan antara 5-10 meter dari Jalur
Tegangan tinggi, tergantung dari luas kapling yang berada di sekitar jalur tersebut.
Kawasan Perkotaan Palu Selatan yang akan ditetapkan GSB-nya merupakan wilayah yang
sudah
terbangun
sebelum
ketetapan
GSB
tersebut
ditetapkan,
maka
ketentuan
Garis Sempadan Sungai bisa ditetapkan berkisar antara 5-100 meter dikiri-kanan sungai,
tergantung arus, debit, dan luapan air sungai periodik, serta fungsi guna lahan di sekitarnya.
Untuk sungai-sungai di hutan yang bibir sungainya tidak jelas dan sering terjadi luapan air ke
Halaman 3 - 15
4. Ketentuan GSB harus dikaitkan dengan ketinggian bangunan yang dapat dibangun dalam
suatu kapling.
Untuk bangunan di mana salah satu merupakan dinding tertutup dan lainnya
mempunyai jendela/bidang terbuka, maka jarak minimum bidang-bidang
terbuka luar tersebut adalah 0,5 x (4,0 + 5,0) meter.
Ketentuan mengenai jarak bebas bangunan ini mengatur mengenai jarak minimum yang
Gambar 3.10
Ketentuan Jarak Bebas Bangunan
diperbolehkan antar bangunan satu dengan yang lain (jarak bebas samping dan belakang)
yang dimaksudkan untuk tetap memberikan kenyamanan hidup di dalam menghuni
bangunan. Beberapa ketentuan mengenai jarak bebas bangunan tersebut yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Jarak bebas adalah jarak minimum yang diperkenankan dari batas perpetakan sampai
bidang terluar dinding suatu bangunan atau jarak minimum dari bidang tertuar dinding
bangunan yang satu sampai dinding terluar bangunan lainnya yang terdekat di mana
jarak/jalur tersebut tidak diperkenankan beratap. Yang dimaksud bidang terluar adalah
dinding kayu, tembok maupun kaca, bidang-bidang penangkal sinar matahari, permukaan
kolom/balok-balok dan tepi balkon.
2. Jarak bebas bangunan dalam suatu perpetakan :
a) untuk bangunan dimana keduanya mempunyai jendela/bidang terbuka maka jarak
minimum bidang-bidang terluar tersebut adalah 2 x 4,00 meter.
b) untuk bangunan di mana salah satu merupakan dinding tertutup dan lainnya
mempunyai jendela/bidang terbuka, maka jarak minimum bidang bidang terluar
tersebut adalah 0,5 x 4 meter.
c) untuk bangunan di mana kedua-duanya merupakan dinding tertutup, maka jarak
minimum bidang-bidang terluar tersebut adalah 0,5 x 4 meter.
d) Bila ketinggian bangunan tidak sama maka perhitungan jarak minimum bidang terluar
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
fasilitas umum dan fasilitas sosial yang dikeluarkan Departemen PU. Jenjang/hirarki
lingkungan permukiman menggambarkan jumlah penduduk yang dapat ditampung oleh
Halaman 3 - 16
lingkungan
pemukiman
tersebut.
Secara
diagramatik,
rencana
struktur
lingkungan
struktur ruang yang diinginkan. Ada 4 pusat kegitan perkotaan yang akan dikembangkan
bagi Kawasan Perkotaan Palu Selatan. Pusat-pusat kegiatan ini akan merupakan titik
sentral aglomerasi kegiatan dan pusat orientasi untuk pelayanan kebutuhan sehari-hari
2. Pusat-pusat Pelayanan
warga kota kecamatan terutama untuk kegiatan perdagangan dan jasa, pemerintahan,
Pusat-pusat pelayanan merupakan alokasi ruang yang melayani kegiatan pemukiman. Pada
Gambar 3.11
Konsep Struktur Lingkungan Permukiman
Di pusat perkotaan Palu Selatan mulai terbentuk permukiman perkotaan secara ekstensif
sejalan
dengan
perkembangan
kegiatan
pemerintahan,
perdagangan
dan
jasa
serta
permukiman yang cukup pesat. Dilihat dari pola ruangnya terdapat karakteristik sebagai
berikut :
1. Kegiatan perkantoran;
2. Kegiatan komersial (perdagangan dan Jasa) berorientasi di pusat kota (sekitar pasar) dan
jalur-jalur utama Kawasan Perkotaan Palu Selatan;
3. Kegiatan permukiman berkembang secara merata dan sudah terbentuk kegiatan
permukiman yang cukup padat, yang dibatasi oleh sungai;
4. Lahan-lahan pertanian yang terdapat di kawasan perkotaan Palu Selatan, sudah mulai
terjadi peralihan fungsi menjadi lahan permukiman;
Keterangan :
5. Pengembangan
Kawasan Perencanaan
Sub Kaw. Perenc/Lingk.
Permukiman/Zona
3.4.3.4
Sub.Lingk.Permukiman/Blo
k
Unit Rumah
secara
masal,
hal
tersebut
mengindikasikan
bahwa
Pusat Kawasan
Melihat pola perkembangan lahan seperti yang diuraikan diatas, maka kecenderungan
Pusat
Sub.Kaw.Perenc/Zona
Pusat Blok
perkembangan penggunaan lahan kawasan perkotaan Palu Selatan dimasa mendatang akan
Konsep Pusat
Kawasan
Pusat Kegiatan
Konsep ini perlu ditempuh untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan Kawasan Perkotaan
Palu Selatan sesuai dengan struktur ruang kota yang diinginkan.
1. Pengembangan sistem kegiatan perkotaan yang dilakukan dengan menetapkan pembagian
blok-blok unit lingkungan sesuai dengan karakteristik dan arahan pengembangan kegiatan
fungsional masing-masing kawasan secara terpadu. Pembagian blok tersebut didasarkan
2.
permukiman
Pembentukan fungsi kawasan perkotaan yang sejalan dengan penetapan fungsi perkotaan
dalam konteks Kota Palu.
pada karakteristik perkembangan kota yang telah dan sedang terjadi, homogenitas kegiatan,
Palu Selatan adalah dalam rangka membentuk kawasan perkotaan dengan arahan sebagai
fungsional perkotaan sesuai dengan jenis dan skala pelayanannya, pada pusat-pusat yang
berikut :
Halaman 3 - 17
1. Pembentukan Kawasan Perkotaan Palu Selatan sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta
pada karakteristik perkembangan kota yang telah dan sedang terjadi, homogenitas
2. Pengembangan, pengaturan dan penataan kembali kawasan perdagangan dan jasa di pusat
2.
kota.
Pengembangan
sistem
pusat-pusat
kegiatan
untuk
mengarahkan
pengembangan
kegiatan fungsional perkotaan sesuai dengan jenis dan skala pelayanannya, pada pusatpusat yang diharapkan dapat menjalarkan dan menyeimbangkan perkembangan kota
sesuai dengan struktur ruang yang diinginkan. Ada 4 pusat kegitan perkotaan yang akan
4. Penanganan pada kawasan-kawasan permukiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan
dikembangkan bagi Kawasan Perkotaan Palu Selatan. Pusat-pusat kegiatan ini akan
merupakan titik sentral aglomerasi kegiatan dan pusat orientasi untuk pelayanan
kebutuhan sehari-hari warga kota kecamatan terutama untuk kegiatan perdagangan dan
jasa, pemerintahan, pendidikan dan kesehatan, sesuai dengan skala pelayanannya
masing-masing.
Untuk mewujudkan pengembangan Kawasan Perkotaan Palu Selatan sesuai dengan arahan
diatas, maka konsep pengembangan yang digunakan berpola intensif. Konsep pengembangannya
adalah memanfaatkan seluruh lahan yang ada di pusat Kawasan Perkotaan Palu Selatan untuk
pengembangan
kegiatan
perkotaan.
Semua
kegiatan
yang
bersifat
pelayanan
regional
Fungsi kota tidak akan berjalan tanpa dukungan sarana dan prasarana. Dalam suatu rencana
ruang, prasarana akan merupakan kerangka kota (city skeleton) yang berperan menyuplai
kebutuhan kegiatan perkotaan sesuai fungsi yang diembannya.
fasilitas peribadatan,
fasilitas olahraga
dan rekreasi,
dll), serta
Arahan kepadatan penduduk di zona S.A dengan kepadatan penduduk tinggi, zona S.B
dengan kepadatan penduduk sedang, zona S.C dengan kepadatan penduduk sedang dan
Zona S.D dengan kepadatan penduduk rendah.
Mendukung inter-koneksi antar pusat pelayanan dan membentuk struktur ruang (sistem
kota-kota).
2.
Mendukung keterhubungan antar pusat kegiatan wilayah dan sub kegiatan wilayah di
Kecamatan Palu Selatan Khususnya dan Kota Palu umumnya.
3.
4.
A. Jaringan Jalan
Dalam rangka menciptakan sistem aktivitas dan pergerakan kawasan perkotaan yang
dapat menciptakan keterpaduan perkembangan sosial ekonomi, maka pembentukan
keterkaitan (lingkage) antar pusat pelayanan menjadi penting. Hal ini menyebabkan
diperlukan pembentukan jaringan jalan alternatif yang menghubungan pusat pelayanan
Halaman 3 - 18
Kelurahan Lulu Selatan dan Lolu Utara merupakan kawasan dengan konsentrasi penduduk
Terminal Penumpang Tipe C, melayani kendaraan umum untuk angkutan kota dan atau
lainnya. Saat ini, konsentrasi kegiatan sosial-ekonomi berada pada pusat pelayanan utama,
yaitu Kelurahan Lulu Selatan dan Lolu Utara. Untuk mendukung perkembangan Kecamatan
Palu Selatan, maka akses menuju pusat layanan utama perlu ditingkatkan. Salah satu upaya
dalam meningkatkan akses tersebut adalah peningkatan kualitas dan fungsi jalan yang
sudah ada, pembangunan jaringan jalan alternatif dari masing-masing pusat layanan menuju
pada pusat layanan utama.
Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka pengembangan jaringan jalan meliputi
rencana pembangunan jaringan jalan baru dan peningkatan fungsi jaringan jalan. Untuk jalan
raya di Kecamatan Palu Selatan, peningkatan yang dilakukan meliputi pelebaran jalan dan
peningkatan kekuatan konstruksi jalan. Pelebaran jalan selain untuk mengantisipasi
1. Konsep meningkatkan pelayanan sistem transportasi udara skala lokal dan domestik,
melalui strategi sebagai berikut :
perkembangan lalu lintas juga untuk menyeragamkan lebar jalan yang sama.
Melihat kondisi jalan yang ada, maka diperlukan peningkatan dari ruas-ruas jalan yang ada
Pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana fisik bandar udara Mutiara Palu
untuk memperpanjang landasan penerbangan beserta kelengkapan fasilitasnya,
guna mengantisipasi transportasi secara umum di Kota Palu agar tercapai suatu lingkungan
jalan yang aman, nyaman dan memadai. Hal tersebut meliputi sebagian atau keseluruhan
2. Konsep meningkatkan bandar udara mutiara palu sebagai fasilitas pelayanan dan
c. Pembuatan bahu jalan disertai dengan pengaman konstruksi seperti sistem drainase.
keamanan udara, dengan strategi menetapkan batasan area bandara yang tidak boleh
jalan.
e. Peningkatan dan pelebaran jembatan yang ada.
Adapun peningkatan utama yang perlu dilakukan adalah pelebaran jalan dari 2,5 4,0 meter
menjadi lebar minimum lapisan aspal 5,5 meter, yaitu jalur dua arah dengan lebar 2,75
meter per lajur serta pembuatan bahu jalan dengan lebar minimum 0,5 meter. Demikian pula
dengan jenis konstruksi jalan yang harus dapat mengantisipasi beban lalu lintas jalan.
prasarana pengairan untuk penyediaan air baku bagi kebutuhan domestik/permukiman dan
B. Terminal
untuk pengembangan pertanian khususnya bagi sawah teknis. Isi dari konsep sistem
Terminal adalah merupakan titik simpul dalam sistem jaringan transportasi darat yang
prasarana pengairan adalah sistem jaringan pengairan, fungsi dan pelayanan prasarana
berfungsi sebagai pelayanan umum dan melancarkan arus penumpang/ barang. Berdasarkan
Sistem Prasarana Penyediaan Air Bersih, baik untuk permukiman dan kegiatan lainnya
Terminal penumpang Tipe B, melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota, dan angkutan pedesaan. Terminal ini
menampung 25-50
Halaman 3 - 19
Khusus untuk pelayanan air bersih non perpipaan, maka strategi pengembangan air bersih
yang dapat dilakukan adalah :
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat pemakai tentang penggunaan air tanah yang
baik.
Menghimbau kepada masyarakat untuk beralih menggunakan air bersih perpipaan
Melayani
wilayah-wilayah
dengan
ketersediaan
air
yang
terbatas
(tidak
mencukupi
kebutuhan).
Permasalahan pelayanan air bersih yang ditemui di kawasan perkotaan Palu Selatan meliputi
terutama pada daerah yang dapat dijangkau oleh pelayanan pipa distribusi.
Mengeluarkan petunjuk teknis pemakaian air tanah, pembuatan sumur yang baik dan
mudah dijangkau oleh masyarakat setempat.
ada, maka dalam rencana penyediaan sistem air bersih di Kecamatan Palu Selatan
Timur. Sumber air tanah dalam diperkirakan tidak dapat dikembangkan untuk masa yang akan
Untuk melayani aktivitas wilayah dalam rangka mendorong produksi pertanian, maka
datang sehubungan wilayah perencanaan merupakan bagian hulu dari sistem hidrologinya.
diperlukan upaya membentuk dan menambah jaringan prasarana irigasi, pada setiap
Pemanfaatan sumber air tanah dikhawatirkan akan menurunkan cadangan air tanah di bagian
kelurahan potensial produksi tinggi. Wilayah prospektif, yaitu wilayah dengan potensi
daerah hilir perencanaan. Untuk itu sumber air permukaan dan air tanah merupakan potensi
pertanian yang hanya dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri sehingga dibutuhkan
yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih Kawasan Perkotaan Palu
Selatan.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka konsep pengembangan air bersih yang dapat dilakukan
adalah :
Pemanfaatan dan peningkatan kapasitas terpasang dari unit produksi yang ada.
Meningkatkan kualitas air bersih yang diterima pelanggan dengan peningkatan proses
instalasi pengolahan air.
Meningkatkan jangkauan distribusi untuk melayani daerah yang belum terlayani air bersih
perpipaan.
daerah
sempadan
sungai,
konservasi
daerah
tangkapan
sungai,
serta
pembuatan embung pada daerah hulu untuk menampung air sesuai dengan satuan wilayah
sungai.
Memberikan pelayanan air bersih perpipaan melalui hidran umum atau terminal air untuk
masyarakat kurang mampu dan daerah rawan air bersih.
Menurunkan kehilangan air baik melalui perbaikan aspek fisik maupun manajemen.
Halaman 3 - 20
sehingga perlu membentuk dan menambah jaringan prasarana energi di Kecamatan Palu
Selatan.
Pesatnya perkembangan penduduk dan aktivitas sosial ekonomi yang ada dan ketentuan
Rencana Struktur Ruang yang dituju, maka penyediaan energi listrik di Kecamatan Palu
faktor ketersediaan pembiayaan dan atau investasi, kemampuan masyarakat untuk membayar
Selatan diarahkan untuk dapat lebih meningkatkan pertumbuhan Wilayah Kota Palu.
dari pelayanan fasilitas tersebut dan ketersediaan fasilitas penunjang lainnya yang mendukung
pembangunan prasarana telekomunikasi tersebut seperti jaringan jalan, pusat permukiman, dll.
Tingkat pendapatan per kapita setiap kelurahan/desa yang ada menunjukkan keragaman dan
nilai yang berbeda.
Tatura Utara, Tatura Selatan, Birobuli Utara, dan Birobuli Selatan, sehingga wilayah ini
merupakan prioritas pelayanan prasarana energi. Sementara itu, di wilayah yang terisolasi
dalam rangka pemerataan pembangunan dimana prasarana energi merupakan kebutuhan
Target pelayanan untuk setiap kelurahan perlu disesuaikan dengan kondisi yang ada, yaitu
potensi serta kendalanya. Target pelayanan pembangunan SST hingga tahun 2025 adalah target
pelayanan telekomunikasi atau pembangunan SST di Kecamatan Palu Selatan meliputi kawasan
perkotaan (urban) dengan target pembangunan SST adalah 70-90% serta Kawasan perdesaan
(rural) dengan target
Wilayah prospektif permukiman meliputi Kelurahan Lolu Utara, Lolu Selatan, Tanamodindi,
tipologi kawasan perkotaan pada tahun tahun 2025 adalah Kelurahan Pengawu, Palupi,
Tavanjuka, Lulu Utara, Lolu Selatan, Tatura Utara, Tatura Selatan, Birobuli Utara, Birobuli Selatan
yang harus dapat terpenuhi, maka perlu adanya penambahan jaringan prasarana energi.
Kapasitas tenaga listrik dan instalasi jaringan di kabupaten yang terbatas perlu dikembangkan
dan dibuat pemasangan baru. Kesulitan yang dihadapi adalah pemasangan tiang baru dan
pemangkasan pohon untuk keperluan pembangunan jaringan listrik. Konsep rencana
pengembangan prasarana energi di Kecamatan Palu Selatan adalah sebagai berikut :
Tanamodindi dan Petobo. Sementara itu, kelurahan dengan tipologi kawasan perdesaan pada
tahun tahun 2025 adalah Kelurahan Kawatuna.
Berdasarkan
permasalahan
yang
terjadi,
maka
rencana
pengembangan
Penambahan daya dan jaringan energi listrik di Kecamatan Palu Selatan untuk mendukung
Prasarana energi dapat dibangun bersamaan dengan dan atau memanfaatkan jaringan
jalan guna memudahkan distribusi pada wilayah-wilayah pelayanan.
prasarana
Penambahan telepon umum dan wartel di pusat permukiman perdesaan, baik dengan jaringan
oleh masyarakat meskipun pembangunan berjalan terus dan secara makro seluruh Kota Palu
telah
perkembangan penduduk ini adalah bertambahnya jumlah timbulan sampah. Agar dapat
teraliri
listrik.
Walau
begitu,
pengembangan
wilayah
senantiasa
sejalan
dengan
jiwa. Implikasi
melayani konsumsi sampah pada tahun 2025, maka diperlukan penambahan sarana dan
prasarana pengelolaan persampahan yang antara lain meliputi alat angkut sampah,
kontainer/TPS, truk, dan sistem transfer depo. Sementara itu wilayah dengan konsentrasi
perkembangan produksi tinggi adalah Kelurahan Kelurahan Lolu Utara, Lolu Selatan,
Tanamodindi, Tatura Utara, Tatura Selatan, Birobuli Utara, dan Birobuli Selatan yang
Halaman 3 - 21
merupakan wilayah potensial produksi sampah sehingga wilayah ini merupakan prioritas
pelayanan prasarana pengelolaan lingkungan. Sementara lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sehingga menghasilkan produk komersil yang bernilai ekonomis (Gambar 3.12). Proses daur
sampah diarahkan dengan mempertahankan lokasi TPA yang sudah ada di Kelurahan Kawatuna.
ulang ini akan melibatkan seluruh stakeholder baik masyarakat, swasta dan pemerintah.
Kegiatan di masyarakat akan bertumpu pada proses pemilahan, pemrosesan sampai pada
pengemasan/pengepakan. Sementara potensi yang dimiliki pihak swasta adalah menampung
produk yang dihasilkan masyarakat. Sisa sampah yang tidak dapat didaur ulang akan menjadi
1.
kewenangan pemerintah untuk memusnahkannya di TPA baik dengan cara dibakar atau
2.
Pengembangan usaha daur ulang sampah, kertas dan plastik (sampah kering).
3.
Pada dasarnya kegiatan daur ulang di pihak masyarakat akan berimplikasi pada kebutuhan
4.
Pengefektifan fungsi pemulung dengan pembangkitan kegiatan daur ulang sampah menjadi
produk-produk yang berdayaguna.
ruang/lahan. Proses daur ulang membutuhkan lahan untuk kegiatan loading (pembongkaran),
sparating
(pemilahan),
prosesing
(pemrosesan)
serta
packaging
(pengemasan)
yang
5.
dalam kegiatan ini maka pada akhirnya kegiatan ini akan identik dengan kegiatan
6.
sampah organik dan anorganik yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari rumah-rumah
Banyaknya
sampai tempat-tempat umum, dimana pemerintah menyediakan sarana tong sampah untuk
berdasarkan kapasitas pengolahan sampah per harinya. Sebagai dasar perencanaan, untuk
kapasitas
Pemerintah mengeluarkan aturan-aturan yang diperlukan dan yang lebih tegas mengenai
liter/orang/hari, maka kapasitas tersebut mampu mengolah sampah dari penduduk sebesar
pembuangan sampah ini, antara lain memberikan denda kepada pihak yang membuang
7.547 jiwa.
Kegiatan daur ulang sampah akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan sekitar sehingga
penempatan lokasi pangkalannya perlu disepakati terlebih dahulu oleh pihak pengelola dan
7.
8.
Wilayah dengan pelayanan intensif adalah daerah di jalan protokol, pusat kegiatan,
kawasan permukiman perkotaan tidak teratur dan daerah komersil.
jumlah
pangkalan
pengolahan
20
yang
M3/hari,
dibutuhkan
dengan
dalam
laju
suatu
timbulan
kecamatan,
sampah
ditentukan
ditetapkan
2,65
masyarakat. Adapun kriteria yang dapat digunakan untuk mendapatkan lokasi pangkalan daur
ulang sampah adalah sebagai berikut :
a. Secara Umum :
Lokasi pangkalan berada dalam batas administrasi yang sama dengan area
pelayanan pengumpulan sampah.
Beban terberat yang harus ditanggung dalam sistem pengelolaan sampah secara konvensional
adalah biaya yang harus dikeluarkan dari setiap kubikasi sampah yang akan dibuang baik untuk
biaya pengangkutan dan pengolahan di TPA. Semakin besar volume sampah yang akan dibuang
semakin besar pula ongkos yang harus dikeluarkan. Untuk menekan besarnya sampah yang akan
namun
keberhasilannya memerlukan dukungan dan keterlibatan dari seluruh stakeholder. Paling tidak
Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m dengan kelulusan < 10-6m/det.
apabila pengelolaan sampah terpadu ini dapat berjalan meski tidak seluruh (100%) sampah
berhasil didaur ulang, maka residu atau sisa sampah yang harus dibuang dapat ditekan
jumlahnya.
atau taman.
Halaman 3 - 22
Intensitas hujan dimana lokasi pangkalan berkisar dibawah 500 mm per tahun,
bila lebih dari 500 mm ada upaya perlindungan dengan atap.
mengalirkan air limbah tersebut ke suatu tempat pengolahan yang jauh jaraknya dari sumber
penghasil limbah.
Untuk pengembangan air limbah lebih lanjut dapat digunakan kriteria target strategi besaran
optimal pelayanan air limbah seperti dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 3.2
Besaran Strategi Pelayanan Pengelolan Air Limbah
menit.
Lokasi pangkalan memberikan dampak yang tidak terlalu besar terhadap tata
guna lahan sekitar.
Target Pelayanan
Sistem Terpusat
Sistem
Setempat
Sewer
Interseptor
Total
Kota Besar dan Metro
> 1.000.000
50
10
15
25
Kota Sedang
100.000-1.000.000
60
5
10
15
Kota Kecil
25.000-100.000
70
Desa
>25.000
60
Sumber : Konsep Pengembangan Program Air Limbah Dlam Pelita VI, Direktorat PLP, Agustus 1993
Kategori Wilayah
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Berdasarkan permasalahan dan rekomendasi penanganan sampah seperti yang telah dijelaskan
Jumlah penduduk Kecamatan Palu Selatan sampai tahun 2025 mencapai 203.814 jiwa, dan
jika diasumsikan status kotanya, maka kawasan perkotaan Palu Selatan termasuk Kota
Meningkatkan metode, teknik prasarana an sarana dan frekuensi penerangan dan penyuluhan
Sedang. Dengan demikian, berdasarkan tabel di atas maka sampai akhir tahun perencanaan,
mengenai berbagai aspek pengelolaan sampah sampah guna membentuk sikap hidup warga
yang higienis dan bersih.
Meningkatkan kualitas dan dedikasi para petugas pengelola sampah termasuk petugaspetugas lainnya yang karena fungsinya terkait dalam manajemen persampahan.
Peningkatan peranserta swasta dalam manajemen persampahan secara profesional dengan
menyediakan kemudahan-kemudahan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.
Minimasi timbulan sampah melalui Integrated Resources Recovery yang diwujudkan dalam
penetapan proyek Kampung Industri Sampah (KIS).
Penetapan langkah-langkah untuk mendorong daur ulang sampah, antara lain dengan
memanfaatkan proyek-proyek KIS sebagai sentra-sentra balai latihan kerja bagi sistem
kompos dan daur ulang skala rumah tangga.
pengelolaan air limbah di kawasan perkotaan Palu Selatan dapat dilakukan dengan target
pelayanan 60% menggunakan sistem setempat dan 15% menggunakan sistem terpusat.
Sistem pengelolaan air limbah yang masih bisa diterapkan di Kecamatan Palu Selatan adalah
sistem pembuangan air limbah setempat (on-site sanitation) dengan pertimbangan biaya
konstruksi
rendah,
dimanfaatkan.
bisa
dilaksanakan
oleh
masing-masing
keluarga
dan
bisa
cepat
berikut :
Sistem septik tank dikembangkan untuk penanganan limbah domestik (limbah manusia).
Sistem pelayanan septik tank kolektif (comunal sistem) dikembangkan pada kawasan
perkantoran, pendidikan, pemerintahan dan kawasan komersil.
Sistem septik tank individu (individual sistem ) dikembangkan pada kawasan perumahan
tipe sedang dan tipe besar, sedangkan untuk perumahan tipe kecil digunakan sistem
pelayanan septik tank individu ataupun kolektif dengan memperhatikan kesepakatan dan
kemampuan dari masyarakat.
Sistem tercampur (yaitu menyatukan air limbah dan air hujan dalam satu satu saluran)
Pemilihan teknologi pembuangan air limbah merupakan rekomendasi awal bagi penanganan air
dikembangkan untuk air limbah dari kegiatan non-domestik dan kegiatan lainnya seperti air
limbah di kawasan perkotaan Palu Selatan. Teknologi pembuangan air limbah dapat dilakukan
buangan dari kamar mandi, tempat cuci dan hasil kegiatan kantor lainnya, sedangkan
dengan 2 cara yaitu sistem setempat dan sistem terpusat. Sistem setempat adalah sistem
untuk menutupi kelemahan sistem ini dapat diatasi dengan membuat saluran terbuka dari
pembuangan disekitar sumber limbah untuk kemudian diolah ditempat tersebut melalui sistem
penguraian an-aerobik dalam suatu bangunan yang disebut septic tank atau cubluk. Sedangkan
sistem terpusat adalah pembuangan air limbah melalui saluran yang berfungsi menampung dan
Halaman 3 - 23
Pembuatan suatu sistem pembuangan air limbah setempat yang baik tentunya harus memenuhi
mencegah sedimentasi dalam sistem perpipaan sebagai akibat lumpur yang dibawa air hujan
persyaratan tertentu sehingga dapat diterapkan pada kondisi masyarakat setempat. Sistem on-
serta mencegah over load beban pengolahan air limbah di instalasi pengolahan (IPAL).
Pengolahan grey water dan black water secara bersamaan dalam satu instalasi akan
membutuhkan kelengkapan unit-unit pengolah yang disebut dengan Instalasi Pengolah Air
Limbah (IPAL). Sedangkan apabila ditangani secara terpisah, khusus untuk penanganan black
water diperlukan suatu instalasi sendiri yang disebut dengan Instalasi Pengolahan Lumpur
tanah
Tinja
impermeabel
tanah > 1,5 m.
Sedangkan Sistem
off
Organik
Pengomposan
Kompos
site
direncanakan
di
Sisa
daerahdaerah
yang
menjadi
pusat
kegiatan
Pupuk
Pertanian
Pembakaran
(Incineration)
Sampah
Abu
Bahan
Bangunan
dengan
pertimbangan luas
tanah
serta
terbatas
relatif
Sisa
kepadatan
Sumber
Energi
tinggi.
Untuk
menghasilkan
kinerja
sistem
terpusat
An Organik
Pemilahan
(sparation)
yang
optimal, diusulkan
pengalirannya
dengan
sistem
Penentuan
kebutuhan
Menguap
dan kedalaman
(IPLT).
Dimanfaatkan
kembali (Reuse)
P
r
o
d
u
k
B
a
r
u
K
o
m
e
r
s
i
a
l
instalasi
IPAL)
sangat
tergantung
dari
pemerintah
karaktersitik
wilyah
tersebut
cocok
setempat,
dibutuhkan
maka
IPLT.
Sebaliknya
jika
cocok
terpusat
maka
wilayah
menggunakan
setempat
dan
cocok
sistem
terpusat
dimungkinkan dibangun 2
instalasi
sekaligus
baik
terpisah (separate
system). Separate
system
sistem
adalah
pengaliran
pembuangan
kotor
air
yang
Hal
Daur Ulang
(Recicling)
ini
KETERANGAN :
M : Oleh Masyarakat
P : Oleh Pemerintah
Gambar 3.12
Strategi Pengelolaan Sampah Terpadu dengan Konsep Zero
Waste dan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
untuk
Halaman 3 - 24
Aktivitas sosial ekonomi dan kondisi topografi yang beragam, seperti kegiatan perdesaan,
perkotaan, pertanian, permukiman membutuhkan sistem drainase yang beragam. Dalam
pelaksanaan pembangunan sistem drainase, pada prinsipnya harus dapat efisien sehingga
merupakan bagian hulu dari sistem aliran air permukaan. Dengan demikian, berdasarkan
lokasinya, wilayah ini memiliki dua beban kepentingan yaitu bagaimana tetap mengupayakan
terjadinya imbuhan air tanah sekaliguas mengendalikan run off berlebih sehingga menghindari
banjir di bagian hilirnya.
sistem drainase yang dikembangkan adalah sistem kombinasi antara jaringan drainase sistem
Sejalan dengan 2 kepentingan diatas, serta trend run off yang semakin meningkat maka
perencanaan jaringan drainase di Kawasan Perkotaan Palu Selatan perlu diarahkan pada
untuk selanjutnya
Sistem saluran drainase terbuka direncanakan menggunakan saluran dengan bentuk saluran
dialirkan secepat mungkin aliran yang terjadi bagian hilir Kota Palu. Penahanan sementara run
off dimaksudkan untuk memberikan kesempatan air meresap sebesar-besarnya ke dalam tanah
menggunakan sistem terbuka ini adalah biaya pembangunan jaringan lebih murah, teknologi
pembangunan lebih sederhana, serta biaya pemeliharaan lebih sedikit. Sedangkan kerugian
sehingga jumlahnya tidak berlebihan untuk sampai di bagian hilirnya. Secara skematis konsep
sistem ini, yaitu limpasan air kembali lagi mengalir ke jalan dan harus hati-hati terhadap
pembangunan sistem jaringan drainase berwawasan lingkungan dapat dijelaskan pada Gambar
kemungkinan terperosok ke saluran ini karena sistemnya terbuka (terutama pada malam
3.13.
hari).
Gambar 3.13
Skema Pembangunan Drainase Berwawasan Lingkungan
Perumahan
Sumur
Resapan
Komersil
Drainase
Sistem jaringan induk drainase secara umum tetap mengikuti pola atau kerangka sistem
Waduk
Penahan
Sungai/Laut
alamiah yang ada, dimana pengaliran dilakukan secara gravitasi mengikuti kondisi topografi
yang memiliki kecenderungan kemiringan ke arah timur.
Jalan
Jaringan drainase sistem tertutup sebagian besar dikembangkan di pusat pemerintahan dan
perkantoran, pusat kegiatan komersial, industri serta jalan-jalan utama tertentu, atau daerah
yang mempunyai lebar jalan yang kecil.
Hujan
Run Off
Prioritaskan pelayanan drainase pada kawasan terbangun, kawasan rawan genangan, dan
memerlukan penataan atau perbaikan agar dapat berfungsi secara maksimal.
Disamping itu juga diperlukan peningkatan peranserta masyarakat dalam memelihara
Sumur
Resapan
Waduk Penahan
Laut
Halaman 3 - 25
2.
Pemanfaatan ruang kota berdasarkan jenis dan intensitasnya diarahkan sesuai dengan
Kecamatan Palu Selatan merupakan salah satu bagian dari Kota Palu, dimana memiliki
potensinya untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan, baik secara fisik maupun
fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa berskala kota dan regional yang melayani
lokasional dalam bentuk kawasan terbangun (permukiman, sarana dan prasarana) dan
Perdagangan Grosir : Kelurahan Tatura Utara (Pasar Tatura Utara) dan Kelurahan
Pemanfaatan ruang dalam kawasan terbangun (permukiman) eksisting (yang sudah ada)
dilakukan
secara
bertahap
dengan
pola
pengembangan
ekstensif
dengan
tetap
Perdagangan Jasa dan Komersil terdapat di Kelurahan Birobuli Utara, Lolu Utara, Lolu
permukiman untuk 20 tahun kedepan di pusat kota akan menerapkan pola ekstensif
dengan pertimbangan tidak mengganggu lahan yang merupakan bagian wilayah aman
3.
Kawasan Permukiman
Perkembangan kawasan permukiman di Kecamatan Palu Selatan cukup tinggi, tetapi hal ini
tidak diimbangi dengan pengaturan KDB dan KLB bangunan serta penataan sistem sirkulasi
sudah ada, hal ini bertujuan agar tercipta keserasian dalam lingkup Kota Palu secara
yang kurang baik, sehingga kedepan sangat dibutuhkan pengaturan tentang bangunan.
keseluruhan.
Pemanfaatan ruang dalam kawasan terbangun pada masa yang akan datang diarahkan
kebagian utara, barat dan selatan kota untuk mewadahi kegiatan fungsional kota yang
dikembangkan.
untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih
menciptakan
Sektor perekonomian yang perlu mendapat perhatian dan dikembangkan untuk mendukung
fungsi kawasan Palu Selatan yang merupakan bagian dari Kota Palu adalah sektor perdagangan
Pemanfaatan ruang dalam kawasan terbangun atau ruang terbuka hijau dikembangkan
serta
keserasian
dengan
kawasan
terbangun
kota.
Pengembangan
akan terkonsentrasi di pusat kegiatan. Pasar tradisional yang bersifat grosir maupun eceran
dikembangkan.
kota, kawasan hijau olahraga, kawasan jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan.
Pemanfatan ruang kawasan lindung harus tetap dipertahankan sesuai dengan persyaratan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Pengembangan sektor perdagangan dan jasa, dengan memberikan prioritas usaha informal
agar keberadaannya tidak menimbulkan gangguan lingkungan. Sektor informal yang telah
kuat hendaknya diarahkan ke sektor formal.
Kawasan Perkantoran
Kegiatan perkantoran di Kecamatan Palu Selatan terdiri dari kantor pemerintahan Kota Palu
dan kantor pemerintahan Propinsi Sulawesi Tengah memanjang di sebagian jalan utama
Kecamatan Palu Selatan, diantaranya Jl. Moh Yamin dan Jl. Balai Kota.
Halaman 3 - 26