You are on page 1of 16

Departemen Keperawatan Anak

LAPORAN PENDAHUALUAN
HIPOTERMI BBL
A. Pengertian
Hipotermi adalah suatu keadaan tubuh bayi mengalami penurunan suhu badan dibawah 36C
yang pada akhirnya menyebabkan trauma dingin pada bayi baru lahir dan menyebabkan
kesakitan bahkan kematian (Maryunani dan Nurhayati, 2008)
Hipotermi pada BBL adalah suhu dibawah 36,5C, yang terbagi atas; hipotermi ringan (Stres
Cold) yaitu suhu antara 36-36,5C, hipotermi sedang yaitu antara 32-36C, dan hipotermi
beral yaitu suhu tubuh <32C. (Yunanto dalam Okta dkk, 2012)
Hipotermi berkaitan erat dengan proses metabolisme dan pertambahan pemakaian energi.
Perawatan baru lahir sangatlah perlu memperhatikan keadaan hangat dan keringnya untuk
menghindari kehilangan panas badan bayi yang berlebihan dan akibat yang ditimbulkannya.
Suhu normal banyi baru lahir adalah 36C 36,4C (Suhu Aksila) dan 36,5C 37,5C
(Suhu Rektal). Lingkungan suhu yang netral harus dipertahankan sehingga bayi hanya
membutuhkan pemakaian oksigen dan pengeluaran minimal untuk mempertahankan suhu
badan normal (Gerry, 1995)
B. Etiologi
Menurut Okta (2012), hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi
rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan secara tepat,
terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama sctclah lahir. Misalnya bayi baru lahir
dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan
sekitar bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.
Terjadi perubahan termoregulasi dan metabolik sehingga:
1. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran karena lingkungan
eksternal lebih dingin daripada lingkungan di dalam uterus.
2. Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar
dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas
pada lingkungan.
3. Kehilangan panas yang,

cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui

konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.


4. Trauma dingin cold stress(hipotermia) pada bayi baru lahir, dalam huhungannya
dengan asidosis metabolik dapat bersifat mematikan bahkan pada bayi cukup bulan
yang sehat.

Moch. Haidir Ali, S.Kep. Profesi Ners UMJ

Departemen Keperawatan Anak

C. Patofisiologi
Skema stress dingin bayi baru lahir menurut Anik dan Nurhayati (2008).
Dingin

Kebutuhan O2
Meningkat

Frekuensi Pernafasan
Meningkat

O2 Kejaringan
Menurun

Ambilan O2 oleh
paru Menurun

Vasokonstriksi Paru
dan Perifer

Peningkatan PO2 dan


PH

Glikolisis Anaerobik
Meningkat

Asidosis Metabolik

Pada skema diatas dijelaskan bahwa ketika seorang bayi mengalami stress akibat udara
dingin, konsumsi oksigen menigkat, terjadi vasokonstriksi paru dan perifer, sehingga
ambilan oksigen oleh paru-paru dan pksigen menurun di jaringan. Glikolisis anaerobik
meningkat dan terdapat peningkatan PO2 dan PH yang mengakibatkan asidosis
metabolik.
Menurut MenKes (2010), mekanisme hilangnya panas terjadi melalui beberapa tahap
diantaranya:
1. Evaporasi
Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan
panas terjadi karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi setelah
lahir karena bayi tidak cepat dikeringkan atau terjadi setelah bayi dimandikan.
2. Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Bayi yang diletakkan diatas meja,

tempat tidur atau

timbangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh melalui
konduksi.
3. Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang
mempunyai temperatur tubuh rendah dari temperature tubuh bayi.

Bayi akan

mengalami kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih dingin
tersebut tidak bersentuhan langsung d tubuh bayi
4. Konveksi
Konveksi adalah hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi.
Misal bayi diletakkan dekat pintu/jendela terbuka.
MenKes (2010).

Moch. Haidir Ali, S.Kep. Profesi Ners UMJ

Departemen Keperawatan Anak

D. Klasifikasi Hipotermia
Menurut Okta (2012), hipotermi dibagi menjadi menjadi:
1. Hipotermia sedang (Stress Cold)
a. Aktivitas berkurang, letargis
b. Tangisan lemah
c. Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
d. Kemampuan menghisap lemah
e. Kaki teraba dingin
2. Hipotermia Berat (Cedera Dingin)
a. Sama dengan hipotermi sedang
b. Bibir dan kuku kebiruan
c. Pernafasan lambat
d. Pernafasan tidak teratur
e. Bunyi jantung lambat

E. Gejala Klinis
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi aktif letergis hipotanus, tidak
kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
2. Pernafasan megap-megap, lambat dan menangis lemah.
Moch. Haidir Ali, S.Kep. Profesi Ners UMJ

Departemen Keperawatan Anak

3. Timbul skrema kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung,


tungkai dan lengan
4. Muka bayi berwarna pucat.
F. Penanganan
Menurut Okta (2012), penanganan bayi hipotermi dilakukan dengan menghangatkan bayi
apabila tersedia alat, seperti incubator, gunakan incubator sesuai dengan ketentuan. Cara lain
adalah disesuaikan dengan tingkatan hipotermia:
1. Hipotermia sedang
a. Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dan hangat
b. Segera hangatkan tubuh dengan metode kanguru
c. Ulangi, sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi tubuh bayi
menjadi hangat
d. Cegah bayi kehilangan panas
e. Beri ASI sedini mungkin
f. Setelah tubuh bayi menjadi hangat, beri nasehat kepada ibu tentang cara
merawat bayi di rumah, diantaranya:
1) Pencegahan hipotermia
2) Menyusui secara eksklusif
3) Pencegahan infeksi
4) Anjurkan ibu kontrol bayinva setalah 2. Hari
2. Hipotermia berat
a. Keringkan tubuh bayi dengan handuk. kering, bersih dan hangat
b. Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila perlu ibu dan bayi
berada dalam satu selimut kain hangat yang disertai terlebih dahulu
c. Bila selimut mulai dingin segera ganti dengan yang hangat. Cegah bayi
kehilangan panas dengan:
1) Memberi tutup kepala/topi bayi
2) Mengganti kain/pakaian/popok yang basah dengan yang kering dan
hangat.
d. Beri ASI sedini mungkin dan lebih sering selama bayi menginginkan. Segera
rujuk ke rumah sakit terdekat.
G. Mencegah Kehilangan Panas
Menurut Anik dan Nurhayati (2008), dalam mencegah terjadinya kehilangan panas dapat
dilakukan melalui upaya sebagai berikut:
1. Ruang bersalin yang hangat
Suhu ruangan minimal 25C. Tutup semua pintu dan jendela.
2. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks

Moch. Haidir Ali, S.Kep. Profesi Ners UMJ

Departemen Keperawatan Anak

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh
bayi. Segera ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering.
3. Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Luruskan
dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala
bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting
payudara ibu.
4. Inisiasi menyusu Dini
5. Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang topi di kepala
bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan
cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup
6. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai
menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika
tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat
bayi pada saat berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau
selimut.
7. Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari enam jam
setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi dalam beberapa jam
pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan
kesehatan BBL.
8. Rawat Gabung
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya BBL
ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara yang paling
mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui
bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
9. Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam lingkungan
yang hangat.
10. Transportasi hangat
Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama dalam perjalanan.
11. Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang hipotermia
meliputi tanda-tanda dan bahayanya.

Moch. Haidir Ali, S.Kep. Profesi Ners UMJ

Departemen Keperawatan Anak

H. Komplikasi
1. Hipoglikemi
2. Asidosis metabolik, karena vasokonstriksi perifer dan metabolik anaerobik
3. Kebutuhan O2 meningkat
4. Metabolik meningkat sehingga pertumbuhan terganggu
5. Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai
hipotermi berat.
6. Syok
7. Apnea
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan termoregulasi b/d fluktuasi suhu lingkungan
2. Gangguan pertukaran gas b/d hipotermi (cold stress)
3.

Ketidakefektifan pola nafas b/d imaturitas fungsi paru dan neuro muscular.

4. Resiko infeksi b/d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).


5. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan mencerna
nutrisi (imaturitas saluran cerna).

Moch. Haidir Ali, S.Kep. Profesi Ners UMJ

Departemen Keperawatan Anak

ASUHAN KEPERAWATAN
PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR
1. Teknik pemeriksaan Anthopometri
a. Penimbangan berat badan
Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol
sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus
bayi
b. Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit
dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak
lentur.
c. Ukur lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dah
d. Ukur lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran
dilakukan melalui kedua puting susu)
2. Teknik Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal.
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk
atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang
kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.Keadaan ini normal
kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan
ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar
dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil
terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan
tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi.
Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini
terjadi karena adanya trisomi 21.
Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma,
perdarahan subaponeurotik / fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan
kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya
b. Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini
dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti
sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat
trauma lahir seperti laserasi, paresi dan fasialis.
Moch. Haidir Ali, S.Kep. Profesi Ners UMJ

Departemen Keperawatan Anak

c. Mata
Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
Periksa jumlah, posisi atau letak mata
Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai
pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil
harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci
(kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus
dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami
sindrom down
d. Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih
dari 2,5 cm.
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral,
fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini
kemungkinan adanya sifilis congenital
Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang
menunjukkan adanya gangguan pernapasan.
e. Mulut
Perhatikan

mulut

bayi,

bibir

harus

berbentuk

dan

simetris.

Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang


kecil menunjukkan mikrognatia
Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang
berasal dari dasar mulut)
Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara
palatum keras dan lunak
Perhatika adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya
terjadi akibatvEpisteins pearl atau gigi
Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema
otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk
(tanda foote)
Moch. Haidir Ali, S.Kep. Profesi Ners UMJ

Departemen Keperawatan Anak

Bibir sumbing
f. Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang
Dauntelinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas
dibagia atas
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set
ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin)
Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan
dengan abnormalitas ginjal .
g. Leher
Leher bayibiasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya.
Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan
kemungkinan ada kelainan tulang leher
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad
fleksus brakhialis
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa
adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan
adanya kemungkinan trisomi 21.
h. Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang
lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya
fraktur
i. Tangan
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua
lengan ke bawah
Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan
adanya kerusakan neurologis atau fraktur
Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah
berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut
sehingga menimbulkan luka dan perdarahan
j. Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau
Moch. Haidir Ali, S.Kep. Profesi Ners UMJ

Departemen Keperawatan Anak

hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen


bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat
bernapas perlu diperhatikan
Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan
tampak simetris
Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal
k. Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan
gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau
tumor lainnya
Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis,
omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten.
l. Genetalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi
lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan
fimosis
Periksa adanya hipospadia dan epispadia
Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon ibu
m. Anus dan rectum
Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam
belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon
atau obstruksi saluran pencernaan
n. Tungkai
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan
meluruskan keduanya dan bandingkan
Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan
dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki
o. Spinal

Moch. Haidir Ali, S.Kep. Profesi Ners UMJ

Departemen Keperawatan Anak

Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda


abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil
berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis
atau kolumna vertebra.
p. Kulit
Perhatikan kondisi kuli bayi.
Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
Periksa adanya pembekakan
Perhatinan adanya vernik kaseosa
Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang
bulan.
3. Penilaian Hasil Pemeriksaan Fisik
a. Persiapan
Berbeda dengan pendekatan pada orang dewasa, agar pemeriksa dapat
berkomunikasi dengan baik dengan anak, maka perlu diketahui cara-cara
pendekatan tertentu. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak merasa takut, tidak
menangis, dan tidak menolak untuk diperiksa. Cara pendekatan tergantung umur
dan keadaan anak. Kehadiran orang tua penting untuk menghilangkan rasa takut.
Pada bayi, yang berumur < 4 bulan biasanya lebih mudah karena bayi belum bisa
membedakan orang disekitarnya.
Bayi yang lebih besar akan takut dengan orang yang belum dikenalnya. Pada anak
yang lebih besar lagi pendekatan dapat dimulai dengan memberi salam, tanya
namanya, sekolahnya, dll. Pada waktu pemeriksaan dapat diceritakan sesuatu yang
sesuai dengan tingkat umur anak.Pada anak yang sakit berat, hal-hal tersebut tidak
usah dilakukan, anak dapat langsung diperiksa. Cara pemeriksaan fisik pada bayi
dan anak umumnya sama dengan cara pemeriksaan orang dewasa, yang dimulai
dengan :
b. Palpasi (periksa raba)
Pemeriksaan dengan meraba, menggunakan dengan telapak tangan dan
memanfaatkan alat peraba yang terdapat pada telapak tangan dan jari-jari tangan.
Dengan palpasi dapat ditentukan :
Bentuk
Besar ukuran
Tepi suatu organ
Permukaan
Konsistensi

Moch. Haidir Ali, S.Kep. Profesi Ners UMJ

Departemen Keperawatan Anak

Bentuk organ bisa dinyatakan dengan satuan ukuran atau besaran yang sudah
dikenal, misalnya : bola pingpong, telur ayam, dsb.Permukaan bisa dinyatakan
dengan licin, berbenjol-benjol.Konsistensi bisa dinyatakan dengan lunak, keras,
kenyal, kistik, atau berfluktuasi. Tepi bisa dinyatakan tajam atau tumpul. Bila ada
bagian yang sakit maka perabaan dimulai dari bagian yang tidak sakit, baru
kemudian ke bagian yang sakit.
c. Perkusi (periksa ketuk)
Maksudnya pemeriksaan dengan ketuk. Tujuannnya untuk mengetahui perbedaan
suara ketuk, sehingga dapat ditentukan batas-batas suatu organ, misal paru-paru,
jantung, hati atau masa di rongga abdomen. Hal ini perlu latihan yang intensif.
Secara garis besar perkusi dibagi menjadi tiga macam :
Sonor (suara yang terdengar pada perkusi paru normal )
Pekak (suara yang terdengar pada perkusi otot, missal otot paha atau bahu)
Timpani ( suara yang terdengar pada perkusi abdomen bagi lambung )
Suara-suara yang terletak diantaranya redup dan hipersonor
d. Auskultasi (periksa dengar)
Dengan menggunakan stetoskop. Bisa untuk mendengar suara pernapasan, bunyi
dan

bising

jantung

peristaltic

usus,

aliran

darah

dalam

pembuluh

darah.Pemeriksaan umum, Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai dengan


penilaian keadaan umum pasien. Hal pertama yang dinilai adalah kesan keadaan
sakit. Hal ini bisa berarti :
Tidak tampak sakit
Tampak sakit ringan
Tampak sakit sedang
Tampak sakit berat
Selanjutnya kesadaran pasien, bila anak tidak tidur, tingkatkan kesadaran yang
dapat dinilai antara lain :
1) Compos mentis : sadar sepenuhnya dan reaksi respon adekuat terhadap
semua stimulus yang diberikan.
2) Apatik : pasien sadar tapi tampak acuh tak acuh terhadap keadaan sekitar.
Ia akan memberikan respon yang adekuat bila diberikan stimulus.
3) Somnolen : tingkat kesadaran yang lebih rendah dari apatik, pasien tampak
mengantuk, selalu ingin kembali tidur, ia tidak responsive terhadap
stimulus ringan, tapi masih memberikan respon terhapad stimulus yang
agak keras, kemudian tertidur lagi.
4) Sopor : pada keadaan ini penderita tidak memberikan respon ringan
maupun sedang, tetapi masih memberikan sedikit respon terhadap stimulus
yang kuat, reflek pupil terhadap cahaya masih positif .
Moch. Haidir Ali, S.Kep. Profesi Ners UMJ

Departemen Keperawatan Anak

5) Koma : pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun, reflek pupil
terhadap cahaya tidak ada, ini adalah tingkat kesadaran paling rendah.
6) Delirium : keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, bisa disertai
disorientasi, iritatif, dan salah presepsi terhadap rangsangan sensorik
sehingga terjadi halusinasi.
Selanjutnya perhatikan juga kelainan-kelainan yang tampak, misalnya :
1) Dispone
2) Nafas cuci hidung
3) Retraksi
4) Sianosis
5) Ikterus
6) Oedema anasarka, dll.
Jenis tangisan anak atau bayi juga perlu diketahui :
1) Tangisan yang kuat : karena merasa sakit ketakutan, atau memang mau
menagis saja.
2) Tangis yang lemah

: menunjukan keadaan pasien yang lemah atau sakit

cukup berat.
3) Cengeng

: jenis tangisan lemah tanpa sebab yang jelas sering

tampak pada penderita maal nutrisi berat atau penderita penyakit kronik
yang menyebabkan keadaan tubuh yang lemah.
4) Tangisan dengan nada tinggi (high pitched cry) dapat menunjukan
terdapatnya tekanan intracranial yang meninggi atau lessi SSP lainnya.
5) Tangis dengan suara serak menunjukan terdapatnya kelainan pada laring
tetani.
Pada keadaan tertentu urutan pemeriksaan tidak harus demikian.
1) Pemeriksaan pada bayi atau anak tidur di meja periksa. Pemeriksaan
dilakukan di ruangan yang tenang, cahaya yang cukup terang.
2) Bayi atau naka kecil diperhatikan tanpa pakaian, anak yang lebih besar
pakaian dibuka sebagian.
3) Sebelum melakukan pemeriksaan, pemeriksa cuci tangan dengan air
hangat, untuk menghindari rasa dingin pada tangan.
4) Setelah selesai pemeriksaan tangan dicuci kembali. Pada neonatus atau
pasien dengan penyakit infeki, tangan dicuci dengan sabun atau cairan
antiseptic.
5) Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, mulai dari ujung rambut,
sampai dengan ujung kaki.
e. Inspeksi
Dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Moch. Haidir Ali, S.Kep. Profesi Ners UMJ

Departemen Keperawatan Anak

1) Inpeksi umum : dilihat perubahan secara umum sehingga dapat diperoleh


hasil keadaan umum anak.
2) Inspeksi local : dilakukan saat pemeriksaan setempat, dilihat perubahanperubahan local sampai sekecil-kecilnya. Sering kali perlu perbandingan
dengan sisi lainnya.
Status gizi penderita juga dinilai :
1) Gizi cukup atau baik : bila BB antara 80-120% dari P50 nilai baku dan
tidak terdapat oedema.
2) Gizi kurang : bila BB anatara 60-80% dari P50 nilai baku serta tidak
terdapat oedema.
3) Gizi buruk, dibagi menjadi dua:
Kwarsiorkor : BB > 60% dari P50 nilai baku dan terdapat oedema.
Maramus : BB < 60% dari P50 nilai baku tapi tidak terdapat
oedema.
Maramus/ kwashiorkor : BB < 60% + oedema.
Gizi lebih : BB > 120% dari P50 nilai baku.
Tanda vital yang harus diperiksa :
1) Nadi
Frekuensinya paling bagus saat anak tidur. Disertai perhitungan
frekuensi jantung juga.
Takikardia terjadi pada : Demam, Aktifitas pisik, Tirotoksikosis,
Miokarditis, Dehidrasi, Renjatan ( shock )
Pada demam kenaikan suhu 1C di ikuti oleh kenaikan denyut nadi
sebanyak 15-20x/menit.
Pada demam tifoid kenaikan denyut nadi relative sedikit
dibandingkan dengan kenaikan suhu ( bradikardi relative ).
Pada demam rematik kenaikan denyut nadi lebih tinggi
dibandingkan kenaikan suhu.
Iramanya adakah disaritmia : keridakteraturan denyut nadi.
Kualitas nadi apakah isi nadi cukup atau kurang.
2) Tekanan darah
Tekanan sistolik dan diastolic meningkat pada kelainan ginjal, pada
peningkatan TIK (tekanan intra cranial), berfungsi adenal, intoksikasi
vitamin A dan D.
3) Pernapasan
Dalam keadaan

normal

pernapasan bayi

sudah abdominal

diafragmatik. Jika terdapat peranfasa torakal periksa adakah :


Moch. Haidir Ali, S.Kep. Profesi Ners UMJ

atau

Departemen Keperawatan Anak

Kelainan paru-paru
Anak sangat kembung
Umur 7-8 tahun komponen torakal menjadi per abdominan
( torakoabdominal)
Bayi prematur kadang-kadang ditemukan pernafasan cheyne
stokes.
Cheyne stokes pernafasan yang cepat dan dalam, di ikuti oleh
periode pernafasan yang lambat dan dangkal akhirnya apneu.
Kusmaul pernafasan cepat dan dalam, sering di temukan pada :

Asidasi metabolic seperti dehidrasi

Hipotermi

Keracunan salisilat

Biot irama pernafasan yang sama sekali tidak teratur. Biasanya


merupakan petunjuk terdapatnya penyakit susunan saraf pusat
seperti encephalitis atau poliomyelitis bulbaris.
Takipnue : pernafasan cepat sering pada berbagai penyakit paruparu. Pada bayi dan anak jika di dapatkan hasil takipneu merupakan
tanda dini gagal jantung.
Bradipneu: pernafasan lambat gangguan pusat pernafasan,
meningktanya tekanan pernafasan intra karnial ( TIK ), pengaruh
obat sedatifa, alkolisis.
Dispneu : kesulitan bernafas, ditandai oleh pernafasan cuping
hidung, retraksisubkostal, interkostal, atau suptrasternal, dapat
disertai siarnosis dan takipneu.
Ortopneu : kseulitan bernafas bila penderita tiduran, yang
berkurang bila pasien duduk atau berdiri. Terdapat pada asma,
gagal jantung, oedema paru-paru, dll.

Moch. Haidir Ali, S.Kep. Profesi Ners UMJ

Departemen Keperawatan Anak

Daftar Pustaka
Dwi, E., dkk. (2012). Askeb Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: CV
bumi Utama
Hambleton, G. (1995). Manual Ilmu Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Jakarta: Binarupa
Aksara
Hether, T. & Khamitsuru, S. (2015-2017). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi. Edisi 10. Indonesia: EGC
Huda, A., & Kusuma, S. (2015). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Nanda, NIC,
dan NOC dalam Berbagai Kasus. Revisi Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction
Maryunani, A., & Nurhayati. (2008). Asuahan bayi baru lahir normal (asuhan neonatal).
Jakarta:Trans Indo Media
Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Kementerian Kesehatan RI. (2010).
https://books.google.co.id. Diperoleh tanggal 13 november 2016. Pada 08:00

Moch. Haidir Ali, S.Kep. Profesi Ners UMJ

You might also like