You are on page 1of 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

SUDDENT DEATH INFANT

Disusun Oleh :
Astrid Kartikaningrum
Desi Lusiana Putri
Galih Dika Ambarwati
Ianah
Lailatus Syarifa
Lisa Erfana

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUYO
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sindroma kematian bayi mendadak merupakan salah satu penyebab kematian bayi di
Indonesia, sindroma kematian bayi mendadak tidak di ketahui jelas dan tidak terduga pada
bayi yang tampaknya sehat. Tiga (3) dari 2000 bayi mengalami sindroma kematian bayi
mendadak dan hampir ditemui kematian bayi pada saat bayi tertidur. Pada angka kematian
bayi, di Indonesia hampir mencapai 31 % angka yang di dapat pada kasus kematian bayi yang
tidak jelas penyebabnya . Kebanyakan SIDS terjadi pada usia 2-4 bulan dan terjadi di seluruh
dunia. Pada kasus yang khas seorang bayi berusia 2-3 bulan yang tampak sehat, di tidurkan
tanpa kecurigaan bahwa segala sesuatunya di luar keadaan yang biasa, beberapa waktu
kemudian bayi di temukan meninggal, dan otopsi konvensional gagal menemukan penyebab
kematian. Telah di ungkapkan bahwa bayi tampak sehat sebelum meninggal, tetapi riwayat
perinatal yang lebih rinci serta pemeriksaan intensif fungsi kardiorespiratorik dan neurologik
menghasilkan bukti-bukti bahwa anak tidak berada dalam keadaan yang normal sebelumnya.
Seorang ibu yang merokok pada masa kehamilan meningkatkan risiko sindrom mati
mendadak pada bayi. Kematian mendadak pada bayi terjadi ketika bayi kekurangan napas di
tempat tidur setelah posisinya menghalangi pernapasannya. Seperti yang dikutip dari AFP,
sindrom mati mendadak itu banyak dikaitkan dengan kurangnya respons yang mengejutkan
pada otak yang memicu bayi bernapas megap-megap. Dalam kondisi semacam itu, bayi akan
menangis untuk merangsang pernapasan normal kembali. Untuk itu selain memenuhi tugas
mata kuliah respirasi, kami juga memberikan informasi kepada pembaca untuk mengetahui
asuhan keperawatan pada SDI.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan SDI ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan untuk SDI ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui resiko terjadinya SDI
2. Mengetahui diagnosa pada SDI
3. Mengetahui cara penanganan pada orang tua yang kehilangan anaknya karena
Sindroma Kematian Bayi Mendadak.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Sindrom

kematian

mendadak

pada bayi

atau Sudden

Infant Death

Syndrome (SIDS) adalah kematian mendadak bayi usia di bawah 1 tahun tanpa sebab

yang diketahui. SIDS (Sudden Infant Death Syndrome ) merupakan sindroma


kematian mendadak pada bayi. Hal ini bisa saja terjadi pada bayi yang tadinya sehat
tidak sakit sedikitpun, namun tiba-tiba ditemukan dalam keadaan meninggal tanpa
diketahui penyebabnya.Sindroma Kematian Bayi Mendadak (SIDS) adalah suatu
kematian yang mendadak dan tidak terduga pada bayi yang tampaknya sehat.
Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) atau bila diterjemahkan menjadi
sindroma kematian bayi mendadak diartikan sebagai kematianmendadak pada bayi
berusia kurang dari 1 tahun yang tidak dapat dijelaskan penyebab kematiannya baik
setelah dilakukan otopsi menyeluruh, pemeriksaan
pemeriksaan riwayat

medis

bayi

dan

keluarganya.

tempat
Jika

kematian
telah

dan

dilakukan

ketiga pemeriksaan itu dan masih tidak dapat dijelaskan penyebab kematian
mendadaknya maka disimpulkan penyebab kematiannya adalah SIDS. SIDS terjadi
pada bayi sehat pada saat ditidurkan tiba-tiba meninggal beberapa jam kemudian.
SIDS terjadi kurang lebih 4 dari 1000 kelahiran hidup, insidens puncak dari SIDS
pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun.

B. Etiologi
SIDS terjadi pada saat bayi tidur dan berdasarkan statistik 90% terjadi pada
bayi usia di bawah 6 bulan. 15-20% terjadi pada pusat perawatan bayi. Secara pasti
penyebabnya belum diketahui, namun beberapa ahli telah melakukan penelitian dan
mengemukakan ada beberapa penyebab dari SIDS yaitu:
1. Jeda pernafasan karena apnea dan sianosis. Jeda pernafasan karena apnea
dan sianosis yang lama selama tidur telah diobservasi pada dua bayi yang
kemudian dianggap meninggal karena SIDS dan telah diamati pula adanya
obstruksi saluran nafas bagian atas dengan jeda pernafasan serta
bradikardia yang lama pada bayi-bayi dengan SIDS abortif. Walaupun
demikian masih belum pasti apakah apnea sentral atau apnea obstruktif
yang lebih penting dalam terjadinya SIDS.
2. Cacat batang otak. Sedikitnya dua kepingan bukti telah mengisyaratkan
bahwa bayi-bayi dengan SIDS memiliki abnormalitas pada susunan saraf.
3. Fungsi saluran nafas atas yang abnormal. Berdasarkan pada perkembangan
dan anatomi, bayi yang muda dianggap beresiko tinggi terhadap saluran
pernafasan bagian atas, apakah keadaan ini terjadi pada SIDS masih belum
di ketahui.
4. Reflek saluran nafas yang hiperreaktif. Disebabkan karena masuknya
sejumlah cairan ke dalam laring dapat merangsang timbulnya reflek ini dan

diduga menimbulkan apnea, maka diberikan perhatian yang cukup besar


akan kemungkinan reflek gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme
5.

primer terjadinya SIDS pada beberapa bayi.


Abnormalitas jantung.

Beberapa ahli mengajukan adanya ketidakstabilan pada jantung muda, tetapi belum
mendapatkan bukti yang meyakinkan saat ini untuk menunjukan bahwa aritmia
jantung memainkan peranan pada SIDS.
Faktor Resiko
1.
Prenatal (sebelum lahir) :
a. Ibu yang merokok, pecandu alkohol dan heroin
b. Nutrisi prenatal yang tidak mencukupi
c. Hamil pada usia muda
d. Ibu kelebihan berat badan
e. Jenis kelamin laki-laki
2
Postnatal (sesudah lahir)
a. Bayi Lahir Prematur atau BBLR.
Bayi yang lahir prematur atau bayi yang lahir cukup bulan tetapi bayi lahir
dengan berat badan rendah (BBLR) berisiko 50% lebih besar mengalami SIDS.
Tingginya risiko bayi prematur mengalami SIDS karena seluruh sistem organ
tubuhnya terutama paru-parunya belum mencapai tahap pematangan yang
cukup, sehingga belum siap berfungsi menopang kehidupan di luar rahim ibu.
Bayi dengan kondisi seperti ini sangat disarankan untuk melakukan
pemeriksaan secara teratur ke dokter anak untuk memantau perkembangan
fungsi organ-organnya.
b. Posisi Tidur Tengkurap
Memiliki persentasi terbesar penyebab bayi berusia kurang dari 12 bulan
meninggal mendadak. Menurut penelitian, bayi yang mengalami SIDS akibat
tidur tengkurap ini umumnya adalah bayi berusia kurang dari 6 bulan, karena
sistem pernapasannya belum matang atau bekerja dengan sempurna. Bila bayi
ditidurkan dalam posisi tengkurap, akibatnya bayi akan alami sesak napas.
Sebaiknya pilih posisi tidur bayi sesuai dengan kondisi bayi.
c. Menyusui Sambil Tidur
Posisi menyusui sambil tiduran kerap menyebabkan ASI tidak masuk ke dalam
saluran pencernaan, melainkan masuk ke saluran pernapasan. Keadaan ini akan
menyebabkan bayi gumoh, dan cairan gumoh bisa menyebabkan bayi kesulitan
bernapas bila masuk ke dalam saluran pernapasan. Selain itu kebiasaan
menyusui sambil tiduran, membuat ibu tertidur saat menyusui lalu tanpa

disadari tubuhnya jatuh menimpa bayi, sehingga bayi mengalami kesulitan


bernapas sampai akhirnya meninggal.
d. Tidak disendawakan
Berdasarkan hasil riset ketika bayi gumoh, cairan gumoh bisa masuk ke dalam
saluran napas, sehingga bayi kesulitan bernapas. Para dokter menganjurkan
orang tua untuk menyendawakan bayi setelah diberi ASI atau disendawakan
ditengah proses pemberian ASI. Bersendawa membuat udara yang tertelan oleh
bayi ketika menyusui ke luar dari perutnya.
e. Kadar Neurotransmitter Serotonin Rendah.
Bayi meninggal akibat SIDS ternyata memiliki kadarNeurotransmitter
Serotonin rendah (kadar normal 101-283 nanogram/milliliter) pada bagian
batang otak, medula oblongata. Medula oblongata berfungsi untuk mengontrol
pernapasan, suhu tubuh, tekanan darah, dan detak jantung. Keadaan ini terjadi
karena faktor genetik, sehingga tidak ada upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegahnya.
f. Asap Rokok.
Bayi yang memiliki orang tua perokok, terbukti memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengalami SIDS dibandingkan bayi yang orang tuanya bukan perokok.
Bayi dengan orang tua perokok akan menghisap karbondioksida (CO2).
Banyaknya volume karbondioksida yang dihisap oleh bayi perokok pasif ini
menjadi faktor penyebab meningkatnya gangguan pada sistem pernapasan yang
menyebabkan bayi meninggal mendadak.
g. Temperatur ruangan yang meningkat atau pada musim dingin.
h. Pembedongan yang berlebihan, pakaian yang berlebihan.
i. Tidak disusui.
j. Bayi dengan kelebihan berat badan atau obesitas

C. Patofisiologi
Bayi premature dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya merupakan
factor terjadinya SIDS. Dengan kelemahan organ otot dada lemah maka sulit
untuk mengembangkan alveolus, operasi ceasar akan mengakibatkan tekanan
pada dinding torak sehinnga bayi kekurangan surfactant mengakibatkan tekanan
pada permukaan alveolus tinggi. Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan
permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa
udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan
terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Surfactant juga menyebabkan ekspansi paru pada tekanan inalveolar yang
rendah. Kekuarangan atau ketidak matangan fungsi surfactant menimbulkan

ketidakseimbangan inflasi saat inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi. Tanpa
surfactant janin tidak dapat menjaga parunya untuk mengembang. Untuk
menghembuskan paru nya dibutuhkan tekanan intra toraks yang kuat untuk
inspirasi. Akibatnya tiap bernafas pertamakali sukar. Akibatnya janin lebih
banyak menghabiskan oksigen untuk menghasilkan energy dan menyebabkan
bayi kelelahan. Dengan meningkatnya kelelahan bayi akan ketidakmampuan
mempertahankan pengembangan paru dapat menyebabkan atelektasis. Tidak
adanya atelektasis dan stabilitas akan meningkatkan pulmonary vascular
resistance (PVR) yang nilainya menurun pada ekspansi paru normal. Akibatnya
terjadi hipoperfusi jaringan paru selanjutnya menurunkan aliran darah pulmonal.
Kolaps paru ( atelektasis ) akan menyebabkan gangguan ventilasi pulmonal
yang menimbulkan hipoksia. Akibat hipoksia adalah konstruksi vaskularisasi
pulmonal yang menimbulkan penurunan oksigenasi jaringan dan selanjutnya
menyebabkan metabolism anaerobic menghasilkan timbunan asam laktat
sehingga terjadi asidosis metabolic pada bayi dan penurunan curah jantung
yangmenurunkan perfusi ke organ vital.

D. Manifestasi Klinis
1. Jeda pernafasan karena apnea dan sianosis yang lama selama tidur. Telah
diobservasi pada 2 bayi yang kemudian meninggal karena SIDS dan adanya
obstruksi saluran pernafasan bagian atas dengan jeda pernafasan serta bradikardi
yang lama pada bayi-bayi dengan SIDS abortif. Walaupun demikian masih belum
pasti apakah apnea sentral atau apnea obstruktif yang lebih penting dalam
terjadinya SIDS.
2. Fungsi saluran pernafasan atas yang abnorma, berdasarkan pada perkembangan
dan anatomi, maka bayi yang muda dianggap beresiko tinggi terhadap
terganggunya saluran pernafasan bagian atas.
3. Reflek saluran nafas yang hiperaktif karena masuknya sejumlah cairan ke dalam
laring dapat merangsang timbulnya reflek ini dan menimbulkan apnea, amak
diberikan perhatian yang cukup besar akan kemungkinan reflek gasoesofagus dan
aspirasi sebagai mekanisme primer terjadinya SIDS pada beberapa bayi.

E. Diagnosa
SIDS didiagnosis jika seorang bayi yang tampaknya sehat tiba-tiba meninggal
dan hasil otopsi tidak menunjukkan adanya penyebab kematian yang jelas. Semakin

banyak bukti bahwa bayi dengan resiko SIDS mempunyai cacat fisiologik sebelum
lahir. Pada neonatus dapat di temukan nilai apgar yang rendah dan abnormalitas
control respirasi, denyut jantung dan suhu tubuh, serta dapat pula mengalami retardasi
pertumbuhan pasca natal.

ASUHAN KEPERAWATAN
A.
a.
b.
c.
d.
a.

PENGKAJIAN
1.
Riwayat Maternal
Placental abruption atau placenta previa
Penyakit ibu parah
Stress fetal
Perkiraan usia kehamilan yang tidak tepat
2. Status infant saat lahir
Bayi premature, sering kekurangan jumlah surfactant yang memadai untuk bernafas

tanpa bantuan
b. Operasi Caesar
c. Kematangan paru-paru dan system pernafasan bayi.
3. Cardiovascular
a. Detak jantung lebih lambat berkisar 60-80 kali per menit.
b. Mendengarkan dengan stetoskop denyut jantung bayi.
c. Mur-mur sistolik
d. Pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda dan gejala SIDS, gejala tersebut dapat terjadi
pada saat kelahiran atau antara waktu 2 jam.
e. Neurologis
f. Penurunan suhu tubuh, kelemahan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.

Gangan pertukaran gas berhubungan dengan terganggunya ventilasi

Intervensi:
a.

Memonitor status pernafasan,

Rasional: melapor kepada dokter apabila terjadi keburukan kondisi pernafasan


b.

Pembersihan jalan nafas

Rasional: Agar secret bayi keluar

c.

Pertahankan suhu netral

Rasional: agar bayi tidak mengalami sianosis


d.

Berikan oksigen sesuai program

Rasional: agar oksigen yang dibutuhkan bayi terpenuhi


e.

Posisikan bayi dengan tepat agar ada upaya bernafas

Rasional: menurunkan insiden bayi mati mendadak karena asfiksia


2.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

Intervensi:
a.

pantau aktivitas bayi

Rasional:untuk memantau apakan posisi bayi dalam keadaan benar/tidak.


b.

Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk bayi

Rasional:lingkungan yang nyaman akan membuat bayi merasa nyaman


c.

Beri cairan surfactant

Rasional: agar paru mengembang setelah diberikan cairan


d.

Pertahankan perkembangan paru

Rasional: agar pergerakan udara keluar dan masuk paru berjalan dengan baik.
3.

Ketidakseimbangan pola nafas berhubungan dengan gangguan pertukaran gas.

Intervensi:
a.

Mengatur posisi bayi untuk memudahkan drainage

Rasional: agar memudahkan pembuangan cairan


b.

Auskultasi kedua lapang paru

Rasional: untuk memonitor toraks


c.

Memonitor gas darah sesuai program

Rasional: agar mengetahui gas darah sesuai program


d.

Mengkaji posisi ketepatan alat ventilator setiap jam.

Rasional: agar tidak ada kesalahan dalam pemasangan ventilator

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Surfactan Infant Distress Sindrom adalah perkembangan yang imatur pada system pernafasan
atau tidak adekuatnya jumlah surfactant dalam paru. Surfactant adalah phospolipid yang
terdapat pada paru-paru. Mengontrol ketegangan permukaan paru-paru. Bayi premature
sering kekurangan jumlah surfactant yang memadai untuk bernafas tanpa bantuan. Paru-paru
bayi cukup bulan mengandung sekitar 20 ml cairan/kg. Udara harus diganti oleh cairan yang
mengisi traktus respiratorius sampai alveoli. Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan
permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional
pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga
terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
5.2 Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca :
1.

Seorang mahasiswa harus mampu mengetahui pengertian dan penyebab dari penyakit
SIDS mengenai pengertian, penyebab, patofisiologi, dan penatalaksanaan yang akan
dilakukan serta resiko yang mungkin terjadi

2.

Sebagai bahan masukan bagi lahan praktek untuk dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama pada penyakit SIDS pada Neonatus, guna menurunkan angka
kegawatan dan kematian bayi akibat SIDS.

3.

Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan khususnya disiplin ilmu keperawatan
anak, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
C. Pearce Evelyn, 2009, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Corwin, Elizabeth J. 2009, Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC
dr. B. Curtis Glade, 2009, Panduan Lengkap Kehamilan Anda Dari Minggu ke Minggu,
Yogyakarta: golden books
Suriadi, SKp, MSN dan Rita Yulianni, Skp, M.P.si, 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak,
Jakarta: PT. Percetakan Penebar Swadaya.

You might also like