You are on page 1of 10

BAB II

PEMBAHASAN
A. Denifisi Kehamilan ektopik.
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan berada di luar
tempat yang semestinya. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi
diluar rongga uterus, Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur
antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang
berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan
penanganan secara tepat dan benar akan membahayakan bagi si penderita (Sarwono
Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2005)
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang
masih juga dipakai, oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang
berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang normal. (Sarwono
prawirohardjo,ilmu kandungan,2005). Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus
atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini
disebut kehamilan ektopik terganggu.
B. Patofisiologi
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah
dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam
tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa
kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung
distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada
kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum
biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba dan faktor utama yang menyebabkan rupture ialah
penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke perineum.

Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti coitus dan
pemeriksaan vaginal.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum
berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini
akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak,
sampai menimbulkan syok dan kematian.
4. Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil kosepsi tidak mungkin janin
tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.sebagian besar kehamilan tuba terganggu
pada umur kehamilan antara 6-10 minggu.
5. Hasil kosepsi mati dan diresorbsi pada implantasi secara kolumner,ovum yang
dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi
total.dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa hanya haidnya terlambat
untuk beberapa hari.
6. Factor lain, seperti Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba
kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalan telur yang dibuahi ke uterus
pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi premature.
C. Etiologi
Kehamilan ektopik terganggu terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari
indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang
diperkirakan sebagai penyebabnya adalah:
a. Infeksi saluran telur (salpingitis),seperti bakteri khusus dapat menimbulkan gangguan
pada tuba fallopi adalah Chlamydia trachomatis pada motilitas saluran telur.
b. Riwayat operasi tuba.
c. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d. Kehamilan ektopik sebelumnya.
e. Aborsi tuba dan infeksi pemakaian IUD.
f. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.

g. Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada


endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus
terlambat.
h. Operasi pada tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba
menyempit
i. Abortus buatan.
j.

Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering di sertai
gangguan fungsi silia endosalping.

k. Tumor yang mengubah bentuk tuba dan menekan dinding tuba


l. Ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya (terdapat riwayat kehamilan
ektopik)
m. Memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti gonorrhea, klamidia dan
PID (pelvic inflamamtory disease)

D. Klasifikasi

1. Kehamilan Servikal
Kehamilan servikal jarang terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lender servik.
Dengan tumbuhnya telur,servik menggembung. Pada implantasi di serviks, dapat terjadi
perdarahan tanpa disertai nyeri, dan kemungkinan terjadinya abortus spontan sangat
besar. Jika kehamilan tumbuh sampai besar, perdarahan / ruptur yang terjadi sangat berat,
sehingga sering diperlukan tindakan histerektomi total.
2. Kehamilan Ovarial
Jarang terjadi dan biasanya berakhir dengan rupture pada hamil muda. Untuk
mendiagnosa kehamilan ovarial harus dipenuhi kriteria dari spiegelberg.

Kehamilan ovarial ditegakkan atas dasar kriteria Spiegelberg :


1. tuba pada sisi kehamilan harus normal
2. kantung janin harus terletak dalam ovarium
3. kantung janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii proprium
4. jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantung janin
Pada kenyataannya kriteria ini sulit dipenuhi, karena umumnya telah terjadi
kerusakan jaringan ovarium, pertumbuhan trofoblas yang luas, dan perdarahan
menyebabkan topografi kabur, sehingga pengenalan implantasi permukaan ovum sukar
ditentukan secara pasti.
b. Kehamilan Tuba
Kejadian kehamilan tuba ialah 1 di antara 150 persalinan (Amerika). Kejadian
dipengaruhi oleh factor social : mungkin karena pada golongan pendapatan rendah lebih
sering terdapat gonorrhoe karena kemungkinan berobat kurang. Ovum yang dibuahi
dapat berkembang disetiap bagian oviduktus yang menyebabkan kehamilan tuba di
ampula,ismus,atau

interstisium.

Ampula

adalah

tempat

tersering

kehamilan

tuba,sedangkan kehamilan interstisium terhitung hanya sekitar 3% dari seluruh gestasi


tuba.
Menurut tempatnya nidasi dapat terjadi:

Kehamilan ampula (dalam ampula tuba)

Kehamilan isthmik (dalam isthmus tuba)

Kehamilan interstisil (dalam pars interstitialis tubae)

Kehamilan infundibulum tuba

Kehamilan abdomoinal primer atau sekunder

c. Kehamilan Interstisial
Implantasi telur terjadi dalam pars interstisialis tuba. Karena lapisan myometrium
disini lebih tebal maka ruptur terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke-3 atau ke-4.
Kalau terjadi ruptur maka perdarahan hebat karena tempat ini banyak pembuluh
darahnya sehingga dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan kematian.

d. Kehamilan Abdominal Primer


Dimana telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut dengan cirriciri tuba dan ovarium normal,tidak terdapat fistula utero-plasenter,dan implantasi
umumnya di sekitar uterus dan CD.

e. Hamil Abdominal Sekunder


Yang asalnya kehamilan tuba dan setelah rupture,ekspulsi dari ostium tuba
eksternumnya dan ekspulsi dari fistula utero-plasenter baru menjadi kehamilan
abdominal. Biasanya plasenta terdapat pada daerah tuba,permukaan belakang rahim dan
ligamentum latum. Ada kalanya hamil abdominal sekunder ini mencapai umur cukup
bulan,tapi hal ini jarang terjadi,yang lazim ialah bahwa janin mati sebelum mencapai
maturitas (bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang sempurna.
Menurut lokasinya,kehamilan ektopik sebenarnya banyak klasifikasi dan dapat
dibagi dalam beberapa golongan:

a)

Tuba fallopi: pars interstisialis, isthmus, ampulla, infundibulum, fimbria.

b)

Uterus: kanalis servikalis, divertikulum, koruna, tanduk rudimenter.

c)

Ovarium

d)

Intraligamenter

e)

Abdominal: primer,sekunder

f)

Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus


Namun diantara kehamilan-kehamilan ektopik,yang terbanyak ialah yang terjadi
di tuba (90%) khususnya di ampula dan isthmus.
E. Tanda dan Gejala
a) Ada riwayat terlambat haid atau amenorrhea dan gejala kehamilan muda.
b) Perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang
tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosisnya
c) Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Nyeri perut bagian
bawah, pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba dan hebat, menyebabkan penderita pingsan
sampai shock.

d) Perdarahan pervaginam berwarna cokelat tua


e) Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks digerakkan, nyeri pada
perabaan dan kavum douglasi menonjol karena ada bekuan darah
f) Keadaan umum ibu dapat baik sampai buruk / syok, tergantung beratnya perdarahan yang
terjadi.
g) Level HCG rendah
h) Pembesaran uterus: pada kehamilan ektopik uterus membesar.
i) Gangguan kencing: kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangsangan
peritonium oleh darah di dalam rongga perut.
F. Penyebab
Kejadian hamil ektopik tidak dapat disamakan karena sangat tergantung pada perilaku
dan budaya masyarakat. Pada masyarakat yang mempunyai kecenderungan untuk
melakukan hubungan seksual bebas,dapat diasumsikan kejadian hamil ektopik akan makin
meningkat. Kejadian infeksi hubungan seksual sangat berperan untuk terjadinya hamil
ektopik ,khususnya infeksi Clhamydia trachomatis,infeksi ini akan merusak endometrium
dan

sel

siliaris

sehingga

mengganggu

transportasi

spermatozoa,ovum,dan

hasil

konsepsi.
1. Beberapa penulis mengemukakan kejadian hamil ektopik:
a)

Jone Derek Llewellyn (1:80-150 kehamilan)

b)

SK Resevear (2% dari kehamilan dengan umur kejadian maksimal antara 24-34
tahun)

c)

Manuaba (1:97 kehamilan dengan umur kejadian maksimal antara 26-35 tahun)

2. Berkaitan dengan lokasi,kehamilan ektopik dapat dijabarkan sebagai


berikut:

Tuba fallopi 98%


Ampula tuba 93%
Isthmus tuba 4%
Interstisial tuba 2%

Kehamilan ektopik servikal 0,1%

Kehamilan ovarial 0,5%

Kehamilan abdominal 0,03%

Kehamilan interstisial 0,01%

III BAB
PEMBAHASAN KEHAMILAN ABORTUS

A. Denefisi Kehamilan Abortus


Berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (Bagian Obgyn
Unpad, 1999). Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai
1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu. Pengeluaran atau ekstraksi janin atau
embrio yang berbobot 500 gram atau kurang dari ibunya yang kira kira berumur 20
sampai 22 minggu kehamilan (Hacker and Moore, 2001).

B. Jenis Abortus, Macam Abortus, Definisi, Tanda dan Gejala


Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) merupakan 20% dari semua abortus.
Abortus spontan terdiri dari 7 macam, diantaranya :
a. Abortus imminens (keguguran mengancam) adalah Abortus ini baru mengancam
dan ada harapan untuk mempertahankan.
Tanda dan Gejala

Perdarahan per-vaginam sebelum minggu ke 20.


Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai

perdarahan.
Nyeri terasa memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.
Tidak ditemukan kelainan pada serviks.
Serviks tertutup.
b. Abortus incipiens (keguguran berlangsung) adalah Abortus sudah berlangsung
dan tidak dapat dicegah lagi.

Tanda dan Gejala


Perdarahan per vaginam masif, kadang kadang keluar gumpalan darah.
Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.
Serviks sering melebar sebagian akibat kontraksi.
c. Abortus incomplete (keguguran tidak lengkap) adalah Sebagian dari buah
kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih
tertinggal di rahim.
Tanda dan Gejala

Perdarahan per vaginam berlangsung


terus walaupun jaringan telah keluar.
4
Nyeri perut bawah mirip kejang.
Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus yang

dianggap sebagai corpus allienum.


Keluarnya hasil konsepsi (seperti potongan kulit dan hati).
d. Abortus completus (keguguran lengkap) adalah Seluruh buah kehamilan telah
dilahirkan lengkap. Kontraksi rahim dan perdarahan mereda setelah hasil konsepsi
keluar.
Tanda dan Gejala
Serviks menutup.
Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
Gejala kehamilan tidak ada.
Uji kehamilan negatif.
e. Missed abortion (keguguran tertunda) adalah Missed abortion ialah keadaan
dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan di dalam rahim
selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
Tanda dan Gejala

Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorpsi air ketuban dan

macerasi janin.
Buah dada mengecil kembali.
Gejala kehamilan tidak ada, hanya amenorea terus berlangsung.
f. Abortus habitualis (keguguran berulang ulang) adalah abortus yang telah
berulang dan berturut turut terjadi sekurang kurangnya 3 kali berturut turut.
g. Abortus febrilis adalah Abortus incompletus atau abortus incipiens yang disertai
infeksi.
Tanda dan Gejala

Demam kadang kadang menggigil.


Lochea berbau busuk.

C. Etiologi abortus
a. Kelainan telur
Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedinikian rupa hingga
janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti kelainan
chromosom (trisomi dan polyploidi).
b. Penyakit ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu:
1. Infeksi akut yang berat: pneumonia, thypus dapat mneyebabkan abortus dan partus
prematurus.
2. Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi kelenjar
gondok.
3. Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung pada ibu.
4. Gizi ibu yang kurang baik.
5. Kelainan alat kandungan:
Hypoplasia uteri.
- Tumor uterus
- Cerviks yang pendek
- Retroflexio uteri incarcerata
- Kelainan endometrium
Faktor psikologis ibu.
c. Faktor suami
Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom pada kedua orang tua serta faktor
imunologik yang dapat memungkinkan hospes (ibu) mempertahankan produk asing
secara antigenetik (janin) tanpa terjadi penolakan.
d. Faktor lingkungan
Paparan dari lingkungan seperti kebiasaan merokok, minum minuman
beralkohol serta paparan faktor eksogen seperti virus, radiasi, zat kimia, memperbesar
peluang terjadinya abortus.

G. Denefisi kehamilan abortus


1. Berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (Bagian
Obgyn Unpad, 1999). Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya
telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.
2. Pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gram atau
kurang dari ibunya yang kira kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan
(Hacker and Moore, 2001).

You might also like