You are on page 1of 31

A.

Uraian Peritiwa Penyakit Diabetes Mellitus

1.Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau


mengalihkan (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah
penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau
penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan
penyakit vaskular mikroangiopati (Sylvia & Lorrain, 2006).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron (Mansjoer dkk, 2007)

2.Faktor Resiko Diabetes Melitus

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Riwayat Keluarga
Obesitas
Usia
Kurangnya Aktivitas Fisik
Suka Merokok
Suka Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
Penderita Hipertensi Atau Tekenan Darah Tinggi
Masa Kehamilan
Ras Tertentu
Tekanan Stres Dalam Jangka Waktu Yang Lama

k. Sering Mengkonsumsi Obat-Obatan Kimia

3.Klasifikasi Diabetes Melitus

American

Diabetes

Assosiation

(2005)

dalam

Aru

Sudoyo

(2006)

mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi :


1) Diabetes Mellitus Tipe 1
Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan
kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan tidak diketahui
sumbernya.

2) Diabetes Mellitus Tipe 2


Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resisten
insulin.
3) Diabetes Mellitus Gestasional
Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia tua,etnik,
obesitas,

multiparitas,

terdahulu.Karena

terjadi

riwayat

keluarga,

peningkatan

sekresi

dan

riwayat

beberapa

gestasional

hormone

yang

mempunyai efek metabolic terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah


suatu keadaan diabetogenik.
4) Diabetes Mellitus Tipe Lain :
a) Defek genetik fungsi sel beta
b) Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A,leprechaunism, sindrom
rabson mandenhall, diabetes loproatrofik, dan lainnya.
c) Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma / pankreatektomi,
neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, dan
lainnya.
d) Endokrinopati : akromegali, sindron cushing, feokromositoma, hipertiroidisme
somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.

e) Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid,
hormon tiroid, diazoxic,agonis adrenergic, tiazid, dilantin, interferon alfa, dan
lainnya.
f) Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.
g) Immunologi (jarang) : sindrom stiff-man , antibody antireseptor insulin, dan
lainnya.
h) Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom turner,
sindrom

wolframs,

ataksia

friedriechs,

chorea

Huntington,

sindrom

Laurence/moon/biedl, distrofi miotonik,porfiria, sindrom pradelwilli, dan lainnya


(ADA, 2005)

4.Epidemiologi Diabetes Melitus

Secara epidemiologi DM seringkali tidak terdeteksi. Berbagai faktor


genetik, lingkungan dan cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit
diabetes. Ada kecenderungan penyakit ini timbul dalam keluarga. Disamping itu
juga ditemukan perbedaan kekerapan dan komplikasi diantara ras, negara dan
kebudayaan.
Dari segi epidemiologi, ada beberapa jenis diabetes. Dulu ada yang
disebut diabetes pada anak, atau diabetes juvenilis dan diabetes dewasa atau
maturity-onset diabetes. Pada keadaan dengan kadar glukosa darah tidak
terlalu tinggi atau belum ada komplikasi, biasanya pasien tidak berobat ke
rumah sakit atau ke dokter. Ada juga yang sudah di diagnosis sebagai diabetes
tetapi karena kekurangan biaya biasanya pasien tidak berobat lagi. Hal ini
menyebabkan jumlah pasien yang tidak terdiagnosis lebih banyak daripada yang
terdiagnosis.
Menurut penelitian keadaan ini pada negara maju sudah lebih dari 50%
yang tidak terdiagnosis dan dapat dibayangkan berapa besar angka itu di negara
berkembang termasuk Indonesia (Slamet Suyono Dalam Pusat Diabetes dan
Lipid, 2007).

Faktor resiko yang berubah secara epidemiologis adalah bertambahnya


usia, jumlah dan lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas
jasmani dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa
faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2 (Soegondo,
1999).

5.Gambaran Klinis Diabetes Melitus

Kejadian DM diawali dengan kekurangan insulin sebagai penyebab utama.


Di sisi lain timbulnya DM bisa berasal dari kekurangan insulin yang bersifat relatif
yang disebabkan oleh adanya resistensi insulin (insuline recistance). Keadaan ini
ditandai dengan ketidakrentanan/ ketidakmampuan organ menggunakan insulin,
sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam mengatur metabolisme
glukosa. Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemi) (M.N Bustan,
2007).

6.Diagnosa Dibetes Melitus

Diagnosis diabetes dipastikan bila:


a.Terdapat keluhan khas diabetes (poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya) disertai dengan satu nilai
pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu 200 mg/dl
atau glukosa darah puasa 126 mg/dl).
b.Terdapat keluhan khas yang tidak lengkap atau terdapat keluhan tidak khas
(lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi, pruritus vulvae) disertai
dengan dua nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah
sewaktu 200 mg/dl dan atau glukosa darah puasa 126 mg/dl yang diperiksa
pada hari yang sama atau pada hari yang berbeda).

7.Gejala Diabetes Melitus

1.Mati rasa
Pada banyak kasus diabetes yang menimpa sebagian orang, hampir seluruhnya
mengalami gejala berupa mati rasa. Adapun bagian tubuh yang sering
merasakan mati rasa (kebas) atau kesemutan adalah tangan, kaki, beserta jarijemarinya. Peringatan awal diabetes ini terjadi karena peningkatan kadar gula
darah, membuat serabut saraf mengalami kerusakan.
2.Lebih sering buang air kecil
Penderita diabetes sering mengatakan dirinya mengalami peningkatan dorongan
ingin buang air kecil. Jika sewaktu-waktu Anda mengalami hal serupa, coba
konsultasikan sedini mungkin pada dokter agar mendapatkan perawatan lebih
cepat dan terkontrol.
3.Berat badan berkurang
Menjadi kabar baik bagi orang yang bermasalah dengan kegemukan maupun
obesitas. Tetapi, melihat faktor pemicu turunnya berat badan adalah karena
diabetes, tentu membuat Anda semakin khawatir. Terjadinya penurunan berat
badan ini memang berhubungan erat pada penderita, sebab tubuh tidak mampu
menyerap glukosa (sumber energi tubuh) dengan benar.

4.Nafsu makan meningkat


Bertambahnya rasa ingin makan bisa menjadi tanda lain dari diabetes. Rasa
lapar ini tidak bisa dikendalikan, sebab sinyal lapar yang dikirim oleh tubuh ini
harus dipenuhi keinginannya agar semua sel menjadi berfungsi dengan baik
karena mendapatkan asupan glukosa yang lebih banyak.
Rasa lapar tersebut bukan karena sel-sel di dalam tubuh tidak mendapatkan
asupan glukosa dari makanan, melainkan karena makanan yang sudah ditelan
tidak apat masuk ke dalam sel untuk dipakai dalam proses metabolisme,
sehingga timbul lah respon tubuh seperti lapar.
5.Penglihatan mulai kabur atau buram
Masalah seperti ini seringkali menjadi keluhan umum penderita diabetes tipe 2.
Penglihatan menjadi kabur atau buram atau tidak jelas seperti biasanya, terjadi
akibat kadar glukosa melonjak naik, sehingga merusak pembuluh darah dan
membatasi cairan yang masuk ke mata. Kondisi ini bisa mengubah bentuk lensa
dan mata.

Kabar baiknya, gejala ini reversibel (dapat kembali normal) seiring dengan
berkurangnya kadar gula darah hingga batas wajar. Namun, bila gula darah tetap
tinggi kelainan pada mata ini bisa berujung pada kebutaan permanen.
6.Masalah kulit
Diabetes

mememgaruhi

sirkulasi

darah,

dan

membuat

kelenjar

keringat

mengalami disfungsional, sehingga membuat kulit menjadi bersisik, terasa gatal,


kering, dan iritasi. Gejala yang satu ini cukup sulit dideteksi sebagai diabetes,
karena banyak penyebab lain yang membuat kulit bermasalah seperti ini.
7.Kelelahan dan cepat emosi
Rasa lelah ini muncul bukan tanpa sebab. Ketika tidur, penderita diabetes akan
tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya. Kerap kali bangun untuk berkemih dan
minum air, sehingga proses tidur terganggu alias tidak berkualitas. Keesokan
harinya tubuh mengalami kelelahan dan tak jarang mengundang emosi.
8.Rasa haus
Tadi telah disebutkan bahwa ciri-ciri penderita diabetes adalah sering buang air
kecil. Peningkatan dorongan untuk berkemih akan memengaruhi cairan yang
berada di dalam tubuh, sehingga mengakibatkan dehidrasi. Tubuh yang
kekurangan cairan akan memberikan respon berupa rasa haus dengan tujuan
mengembalikan cairan yang hilang.
9.Proses pemulihan luka yang lambat
Terdapatnya luka ketika kondisi tubuh sedang tidak baik, seperti kelebihan gula
darah membuat sistem imun atau kekebalan tubuh menjadi tidak normal. Hal ini
tentu mempengaruhi laju pemulihan luka atau memar, akan memakan waktu
lebih lama dari biasanya.
10.Gangguan pada gusi
Dari kejadian-kejadian yang sudah berlalu, penderita diabetes lebih rentan
mengalami kerusakan gusi. Seperti misalnya gusi menjadi merah, mengalami
pembengkakan, dan iritasi. Bahkan ada yang merasakan gusinya menyusut dari
gigi dan terjadilah infeksi gusi.

B. Tujuan Surveilans Diabetes Melitus


Secara umum surveilans diabetes melitus bertujuan untuk pencegahan
dan pengendalian penyakit diabetes melitus dalam masyarakat sebagai upaya
deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa (KLB),
memperoleh

informasi

yang

pencegahan,

penanggulangan

diperlukan
maupun

bagi

perencanaan

pemberantasannya

dalam

pada

hal

berbagai

tingkat administrasi (Depkes RI, 2004).

Surveilans diabetes melitus bertujuan memberikan informasi tepat waktu


tentang masalah penyakit diabetes melitus sehingga penyakit dan faktor risiko
dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan
lebih efektif. Tujuan khusus surveilans, antara lain:
1.Memonitor kecenderungan (trends) penyakit diabetes melitus;
2.Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit diabetes melitus,
untuk mendeteksi dini outbreak;
3.Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease
burden) pada populasi;
4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,
implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan diabetes
melitus;
5.Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan diabetes melitus;
6.Mengidentifikasi kebutuhan riset (Giesecke, 2002).

C.Parameter Untuk Mengukur Pentingnya Penyakit Diabetes Melitus


Diabetes melitus merupakan suatu penyakit degeneratif dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta ditandai dengan tingginya
kadar glukosa darah dan urin. Diabetes mellitus merupakan salah satu contoh
penyakit degeneratif yang akhir-akhir ini menjadi pembicaraan hangat berbagai
kalangan dan bukan lagi menjadi konsumsi para dokter. Pentingnya pencegahan
terhadap penyakit DM ini dikarenakan:
1.Jumlah Kasus Diabetes Melitus
Jumlah penderita diabetes mellitus menurut data WHO (World Health
Organization), Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar di dunia setelah
negara India, China dan Amerika dengan jumlah Diabetesi sebesar 8,4 juta orang
dan diperkirakan akan terus meningkat sampai 21,3 juta orang di tahun 2030.
Dilihat dari semakin meningkatnya jumlah pendeita diabetes, maka perlu adanya

kesadaran dari masyarakat terhadap pentingnya peran dari masyarakat untuk


peduli terhadap masalah ini. Berdasarkan data Riskesdas 2007, penderita DM di
Indonesia (1,1%), sedangkan di Sulawesi Selatan (0,8%), diperoleh pula bahwa
proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45 54 tahun di
daerah perkotaan menempati ranking ke dua, yaitu 14,7 % dan untuk daerah
pedesaan menempati rangking ke enam, yaitu 5,8%. Tahun 2011 Indonesia
berada pada peringkat sepuluh negara dengan penderita DM terbanyak (usia 20
79 tahun), yaitu mencapai 7, 3 juta orang. Berdasarkan data Riskesdas tahun
2013, penderita DM di Indonesia (2,1%), sedangkandi sulawesi Selatan (3,4%).
Angka ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan 2,6% dari tahun 2007. Data
ini juga menunjukkan bahwa angka peningkatan penderita DM di Sulawesi
Selatan dari tahun 2007 hingga 2013 adalah yang tertinggi dari seluruh provinsi
di Indonesia.

2.Insidens dan Prevalensi Diabetes Melitus


Insidens dan prevalens penyakit diabetes melitus terus bertambah
terutama di negara sedang berkembang dan negara yang telah memasuki
budaya

industrialisasi.

berkembang

Peningkatan

dipengaruhi

oleh

prevalensi

peningkatan

DM

di

beberapa

kemakmuran,

negara

peningkatan

pendapatan perkapita, dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar.


Menurut laporan Riskesdas 2007, prevalensi DM di Indonesia pada tahun
2007 sebesar 0,7% berdasarkan diagnosis dan sebesar 1,1% berdasarkan
diagnosis atau gejala. Berdasarkan diagnosis atau gejala, DKI Jakarta merupakan
provinsi dengan prevalensi DM tertinggi yaitu sebesar 2,6%, diikuti oleh Aceh
sebesar 1,7%. Sedangkan provinsi dengan prevalensi terendah yaitu Lampung
sebesar 0,4% serta Sumatera, Bengkulu, dan Maluku yang masing-masing

memiliki prevalensi DM sebesar 0,5%. Berdasarkan kategori, terdapat 5 provinsi


(15,2%) dengan prevalensi lebih dari 1,5%, sebanyak 15 provinsi (45,5%)
dengan prevalensi 1%-1,5%, dan sebanyak 13 provinsi (39,4%) dengan
prevalensi kurang dari 1%.
Prevalensi penderita DM meningkat dengan bertambahnya usia, tetapi
cenderung menurun kembali setelah usia 64 tahun. Prevalensi DM menurut jenis
kelamin didapatkan pada perempuan (6,4%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki
(4,9%), menurut tingkat pendidikan prevalensi DM paling tinggi pada kelompok
tidak sekolah (8,9%) dan tidak tamat SD (8,0%). Ditinjau dari segi pekerjaan,
prevalensi DM lebih tinggi pada kelompok ibu rumah tangga (7,0%) dan tidak
bekerja (6,9%) diikuti pegawai dan wiraswasta yang masing masing (5,9%).
Berdasarkan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, prevalensi DM
meningkat sesuai dengan meningkatnya tingkat pengeluaran. Untuk nsidensi DM
paling banyak terjadi pada usia 40 tahun keatas.
Prevalensi kasus kencing manis di Provinsi Sulawesi Selatan berkisar
antara 1,0% sampai 6,1% yang tersebar di 25 kabupaten/kota. Kasus DM paling
banyak ditemukan di kabupaten/kota Tanah Toraja (6,1%), Makassar (5,3%), dan
Luwu (5,2%). Kasus terendah adalah di Pangkajene Kepulauan, Enrekang, dan
Luwu Timur, masing-masing 1%.
Banyaknya kasus kencing manis di Indonesia adalah 2,1%. Dengan
demikian terdapat 5 kabupaten/kota yang berada di bawah prevalensi nasional,
yaitu Pangkep (1,0%), Enrekang (1,0%), Luwu Timur (1,0%), Soppeng (1,9%), dan
Sinjai (1,9%). Jika dibandingkan dengan kasus di Sulawesi Selatan (3,4%), maka
terdapat 20 kabupaten/kota yang mempunyai jumlah kasus di bawah provinsi.
Kencing manis pada masyarakat Sulsel paling banyak ditemukan pada
kelompok usia 55-74 (13,4%). Penyakit ini sudah mulai ditemukan pada usia 1524 (2%), lebih banyak pada perempuan (3,6%), banyak terjadi pada pendidikan
tamatan D1-D3/PT (3,7%), bekerja sebagai wiraswasta (4,5%), dan terbanyak di
perkotaan (2,4%).

2.Indikator Masalah Diabetes Melitus


a Angka kesakitan (Morbidity)
Menurut American Diabetes Association (ADA), gejala yang sering
muncul pada penderita diabetes melitus adalah poliuria (sering buang
air kecil), polidipsia (sering haus), polifagia (cepat merasa lapar),
penurunan

berat

badan

yang

tidak

diketahui

penyebabnya,

penglihatan kabur, badan terasa lemah, dan iritabilitas. International


Diabetes Federation (IDF) juga menyebutkan gejala yang sama pada
penderita DM (kecuali iritabilitas), ditambah penyembuhan luka yang
lambat/lama dan terjadinya infeksi berulang.
Menurut data morbiditas pada pasien rawat inap RS di seluruh
Indonesia pada tahun2009, jumlah penderita DM tertinggi terdapat
pada kelompok umur 45-64 tahun,diikuti kelompok umur 65 tahun ke
atas dan kelompok umur 25-44 tahun.
b Angka kematian (Mortality)
Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyebab utama kematian
yang disebabkan oleh karena pola makan/nutrisi, perilaku tidak sehat,
kurang aktifitas fisik dan stres. Menurut laporan Riskesdas 2007, DM
menyumbang 4,2% kematian pada kelompok umur 15-44 tahun di
daerah perkotaan dan merupakan penyebab kematian tertinggi ke-6.
Selain pada kelompok tersebut, DM juga merupakan penyebab

kematian tertinggi ke-2 pada kelompok umur 45-54 tahun di perkotaan


(14,7%) dan tertinggi ke-6 di daerah perdesaan (5,8%).
c

Faktor Resiko
Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit diabetes:
- Kelompok usia dewasa tua (45 tahun ke atas).
- Kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m2)}
IMT atau Indeks Masa Tubuh = Berat Badan (Kg) dibagi Tinggi
Badan (meter) dibagi lagi dengan Tinggi Badan (cm), misalnya
Berat Badan 86 kg dan Tinggi Badan 1,75meter, maka IMT =
-

86/1,75/1,75 = 28 > 27, berarti memiliki faktor risiko diabetes.


Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg).
Riwayat keluarga DM, ayah atau ibu atau saudara kandung ada

yang terkena penyakit diabetes.


Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram.
Riwayat DM pada kehamilan.
Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl.
Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (glukosa
darah puasa terganggu).

Banyak orang berpendapat, bahwa orang kurus tidak dapat terkena


diabetes, hal ini tidak benar, terutama orang kurus dengan perut
buncit yang disebut obesitas sentral. Menurut Public Health England
2014, seseorang dengan perut buncit apakah kurus apakah gemuk
dengan lingkar pinggang melebihi 80 centimeter bagi wanita dan
melebihi 90 centimeter bagi pria memiliki tingkat risiko 7 kali lebih
besar terkena diabetes daripada yang tidak buncit. Buncit berarti
kelebihan asupan makanan dan mengundang terjadinya diabetes.
Diabetes melitus selain dikenal sebagai penyakit, juga merupakan
faktor risiko berbagai penyakit penting seperti penyakit jantung
koroner, gagal jantung dan stroke. Komplikasi DM dapat berupa akut
yaitu hipoglikemia dan kronis seperti penyakit jantung dan pembuluh
darah, gagal ginjal, gangguan penglihatan (mata), impotensi, ulkus
kaki dan gangrene. tahun 2009 yaitu 21,76% meningkat pada tahun
2012 menjadi 24,9%.
Menurut ADA (2014) penderita DM memiliki risiko 40% menderita
glukoma dan 60% berisiko terjadinya katarak pada mata dibanding
dengan bukan penderita DM. Orang dengan DM memiliki risiko 1,5 kali
terkena stroke. Risiko kematian pasien stroke dengan DM 2,8 kali lebih
tinggi dibandingkan yang tidak mengalami DM. Menurut IDF (2014)

orang dengan diabetes berisiko 25 kali untuk diamputasi dibanding


dengan orang bukan penderita DM.

d Lama Pengobatan
Lama Pengobatan DM : Karena Dm adalah penyakit yang tidak dapat
disembuhkan, sehingga pengobatan terhadap penyakit tersebut yaitu
seumur hidup. Pengobatan terhadap DM hanya dapat diminimalisir
dengan pengobatan-pengobatan secara rutin.
3.Preventabilitas
a

Primer (Pencegahan) : Pencegahan penyakit diabetes melitus secara


primer ini dilakukan dengan tujuan untuk tahap awal pencegahan
terjadinya diabetes. Salah satunya selalu memperhatikan faktor-faktor
resiko yang dapat menyebabkan penyakit diabetes baik secara genetik
ataupun karena faktor lingkungan. Adapun cara pencegahan primer
diantaranya selalu menjaga pola makan sehari-hari, selalu melakukan
olahraga secara teratur, tidur yang cukup,dan menghindari obat-

obatan yang dapat menimbulkan penyakit diabetes.


Sekunder : bertujuan untuk menghambat persebaran penyakit diabetes
militus yang sudah ada dalam tubuh mengkoplikasi penyakit yang lain.
Dengan pencegahan sekunder ini banyak sekali hal yang harus
dilakukan salah satunya melakukan pendeteksi dini pada penderita
diabetes melitus. Setelah didapatkan hasil untuk memperkuat diagnosa
dari perkembangan penyakit diabetes melitus maka yang harus
dilakukan untuk tahap pencegahan sekunder ini adalah sebagai
berikut.
- Sering melakukan pengetesan kadar gula darah dalam tubuh
- Selalu menjaga berat badan supaya stabil, jika sudah memiliki berat
-

badan yang lebih maka usahakan untuk menurunkannya.


Selalu melakukan olahraga secara teratur sesuai

dengan

kemampuan fisik Anda


Tersier (Cara Penyembuhan) : Jika sudah dalam tahap ini maka bisa
dibilang penyakit diabetes tersebut telah parah dan telanjur
mengoplikasi penyakit yang lainnya, maka dari itu Anda harus
melakukan pencegahan tersier diantaranya sebagai berikut:

Mencegah dari resiko terkana gagal ginjal kronik yang menyerang

pembuluh darah
Mencegah terjadinya luka apapun yang dapat memperparah
keadaan fisik karena jika sesorang yang memiliki penyakit diabetes,

luka cenderung sangat sulit untuk disembuhkan


Mencegah resiko terkena peyakit stroke.

D. Sistem Surveilans Penyakit Diabetes Melitus

Pengumpulan data
Dilakukan dengan turun langsung ke rumah warga dan dengan melihat

buku diagnosa dari pengunjung puskesmas setiap harinya.


Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan secara berkala dengan mempertimbangkan kejadian

penyakit DM.
Interpretasi data
Data penyakit dikumpulkan setiap hari kemudian dilakukan interpretasi

terhadap temuan data.


Analisis penyebab
Analisis penyebab dilakukan

untuk

mengetahui

faktor

risiko

yang

menyebabkan banyaknya jumlah penyakit yang diderita masyarakat


5

sekitar.
Pembuatan laporan harian, bulanan, dan tahunan
Pembuatan laporan dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan
sehingga data yang dihasilkan dapat terus diamati perkembangannya

hingga 1 tahun lamanya.


Pengawasan masyarakat
Pengawasan terhadap masyarakat yang dilakukan oleh petugas surveilans
tidak dilakukan secara ketat. Pengawasan hanya dilakukan dengan
memperhatikan rumah-rumah masyarakat apakah ada perubahan perilaku

masyarakat atau tidak.


Pelaporan hasil temuan penyakit
Pelaporan terkait temuan penyakit sangatlah dibutuhkan sebagai langkah
awal dalam menentukan upaya yang akan ditempuh dalam menyelesaikan
persoalan suatu penyakit di daerah tertentu. Ia mengatakan laporan akhir
akan diberikan kepada pihak Dinkes via sms secara rutin.

E. Program Yang Dilaksanakan Untuk Meminimalisir Penyakit

Diabetes Melitus Yang Tinggi

1. Pentalogi Terapi Diabetes Melitus


Pengobatan Diabetes Melitus ini dapat dilakukan dengan 5 cara, yang
dinamakan Pentalogi Terapi Diabetes Melitus :
1. Diet Diabetes
2. Latihan Fisik
3. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
4. Obat Hipoglikemi (OAD dan Insulin)
5. Cangkok Pankreas

2.Mencegah Diabetes Melitus dengan Bentuk Kader Kesehatan


Bentukan tindakan menekan meningkatnya angka diabetes mellitus yaitu
dengan membentuk kader kesehatan untuk memberikan pengetahuan
kepada mereka tentang diabetes melitus.Sehingga dengan adanya
pembentukan kader berharap, para kader bisa menularkan pengetahuan
yang dimiliki kepada masyarakat sekitar agar masyarakat lebih sadar
tentang pentingnya hidup sehat dan terhindar dari penyakit Diabetes
Melitus.

3.Program Layanan Terpadu di Yogyakarta


Guna meminimalisir jumlah penderita Diabetes Mellitus di provinsi
tersebut, Dompet Dhuafa Jogja melalui Layanan Kesehatan Cuma-cuma
(LKC), menghadirkan program layanan terpadu bagi para penderita.
Layanan terpadu tersebut tergabung dalam Grup Diabetes Mellitus
(DM).Di mana edukasi perlu untuk menekan penyebab terjadinya
penyakit. Perencanaan diet diperlukan guna mengontrol jumlah kalori

yang masuk ke tubuh. Perencanaan diet akan membantu memperbaiki


kebiasaan gizi untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik,
yaitu kadar gula darah, lemak, dan tekanan darah.Latihan teratur dan
terus menerus akan membantu menurunkan kadar gula darah,
meningkatkan fungsi jantung dan pernafasan, menurunkan berat badan
dan meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan terapi obat dilakukan
setelah tiga proses tersebut dilaksanakan. Jika ketiganya telah
dilaksanakan dan belum memberikan penurunan kadar gula darah yang
berarti maka dilakukan terapi obat.

F.Pengendalian Penyakit Diabetes Melitus


Ada 4 pilar Pengendalian penyakit diabetes:

Edukasi,

pasien

harus

tahu

bahwa

penyakit

diabetes tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan dan


pengendalian harus dilakukan seumur hidup

Makanan,

jika

input/masukan

buruk,

maka

output/hasil akan buruk, demikian pula bila makan melebihi diet


yang ditentukan, maka kadar gula darah akan meningkat

Olahraga, diperlukan untuk membakar kadar gula


berlebih yang ada dalam darah

Obat, hanya jika diperlukan, tetapi bila kadar gula


darah telah turun dengan meminum obat, bukan berarti telah
sembuh, tetapi harus konsultasi dengan dokter apakah tetap
meminum obat dengan kadar yang tetap atau meminum obat
yang sama dengan kadar yang diturunkan atau minum obat yang
lain

G.Pencegahan Diabetes melitus


1. Primordial prevention
Primordial prevention merupakan upaya untuk mencegah terjadinya risiko
atau mempertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat terhadap

penyakit secara umum. Pada upaya penanggulangan DM, upaya pencegahan


yang sifatnya primordial adalah :
a. Intervensi terhadap pola makan dengan tetap mempertahankan
pola makan masyarakat yang masih tradisional dengan tidak
membudayakan pola makan cepat saji yang tinggi lemak,
b. Membudayakan kebiasaan puasa senin dan kamis
c. Intervensi terhadap aktifitas fisik dengan mempertahankan
kegiatan-kegiatan masyarakat sehubungan dengan aktivitas fisik
berupa olahraga teratur (lebih mengarahkan kepada masyarakat
kerja) dimana kegiatan-kegiatan masyarakat yang biasanya aktif
secara fisik seperti kebiasaan berkebun sekalipun dalam lingkup
kecil namun dapat bermanfaat sebagai sarana olahraga fisik.
d. Menanamkan kebiasaan berjalan kaki kepada masyarakat
2. Health promotion
Health promotion sehubungan dengan pemberian muatan informasi
kepada masyarakat sehubungan dengan masalah kesehatan. Dan pada upaya
pencegahan DM, tindakan yang dapat dilakukan adalah :
a. Pemberian informasi tentang manfaat pemberian ASI eksklsif kepada
masyarakat khususnya kaum perempuan untuk mencegah terjadinya
pemberian susu formula yang terlalu dini
b. Pemberian informasi akan pentingnya

aktivitas

olahraga

rutin

minimal 15 menit sehari


3. Spesific protection
Spesific protection dilakukan dalam upaya pemberian perlindungan
secara dini kepada masyarakat sehubungan dengan masalah kesehatan. Pada
beberapa penyakit biasanya dilakukan dalam bentuk pemberian imunisasi
namun untuk perkembangan sekarang, diabetes mellitus dapat dilakukan melalui
:
a. Pemberian penetral radikal bebas seperti nikotinamid
b. Mengistirahatkan sel-beta melalui pengobatan insulin secara dini
c. Penghentian pemberian susu formula pada masa neonatus dan bayi
sejak dini
d. Pemberian imunosupresi atau imunomodulasi

4. Early diagnosis and promp treatment


Early diagnosis and prompt treatmen dilakukan sehubungan dengan
upaya pendeteksian secara dini terhadap individu yang nantinya mengalami DM
dimasa mendatang sehingga dapat dilakukan upaya penanggulangan sedini

mungkin untuk mencegah semakin berkembangnya risiko terhadap timbulnya


penyakit tersebut. Upaya sehubungan dengan early diagnosis pada DM adalah
dengan melakukan :
a. Melakukan skrining DM di masyarakat
b. Melakukan survei tentang pola konsumsi makanan di tingkat keluarga
pada kelompok masyarakat
5. Disability limitation
Disability limitation adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah
dampak lebih besar yang diakibatkan oleh DM yang ditujukan kepada seorang
yang telah diangap sebagai penderita DM karena risiko keterpaparan sangat
tinggi. Upaya yang dapat dilakukan adalah :
a. Pemberian insulin yang tepat waktu
b. Penanganan secara komprehensif oleh tenaga ahli medis di rumah
sakit
c. Perbaikan fasilitas-fasilitas pelayanan yang lebih baik

6. Rehabilitation
Rehabilitation ditujukan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan kembali
pada individu yang telah mengalami sakit. Pada penderita DM, upaya rehabilitasi
yang dapat dilakukan adalah :
a. Pengaturan diet makanan sehari-hari yang rendah lemak dan
pengkonsumsian makanan karbohidrat tinggi yang alami
b. Pemeriksaan kadar glukosa darah secara teratur

dengan

melaksanakan pemeriksaan laboratorium komplit minimal sekali


sebulan
c. Penghindaran atau penggunaan secara bijaksana terhadap obat-obat
yang diabetagonik

H. Pengobatan Penyakit Diabetes Melitus

Pemberian obat kepada pasien sesuai petunjuk dokter merupakan


suatu

tindakan/

praktek

kesehatan

yang

dilakukan

dalam

rangka

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan sebagai bagian dari perilaku


seseorang terhadap stimulus atau objek kesehatan (yang dalam hal ini
adalah

masalah

kesehatan,

termasuk

penyakit

DM

yang

diderita

seseorang), yang kemudian dalam proses selanjutnya akan melaksanakan


atau

mempraktekkan

sesuai

apa

yang

diketahuinya

dan

disikapi/

dinilainya baik untuk dilakukan ( Notoadmodjo S, 2007).

Menurut Sidartawan Soegondo, prinsip pemberian obat/ pengobatan


terhadap pasien DM terdiri atas 2 yaitu:

a.Pengobatan dengan Insulin


1.Indikasi pemberian obat bagi pasien dengan terapi insulin, diberikan
untuk:
1)Semua orang dengan diabetes tipe 1 yang memerlukan insulin
eksogen karena produksi insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir
tidak ada.
2)Orang

dengan

membutuhkan

diabetes

insulin

tipe

bila

terapi

tertentu
jenis

yang

lain

mungkin

tidak

dapat

mengendalikan kadar glukosa darah atau apabila mengalami stres


fisiologi seperti pada tindakan pembedahan.
3)Orang dengan diabetes kehamilan (diabetes yang timbul selama
kehamilan)

membutuhkan

insulin

bila

diet

tidak

saja

dapat

mengendalikan kadar glukosa darah.


4)Orang yang diabetes dengan ketoasidosis.
5)Orang dengan diabetes yang mendapat nutrisi parenteral atau
yang

memerlukan

kebutuhan

energi

suplemen
yang

tinggi

meningkat,

kalori
secara

untuk

memenuhi

bertahap

akan

memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa


darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau
ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
6)Pengobatan sindroma hiperglikemi non-ketotik-hiperosmolar
2.Cara Penggunaan Insulin,yaitu :

Sekresi insulin dapat dibagi menjadi sekresi insulin basal (saat puasa atau
sebelum makan) dan insulin prandial (setelah makan).
1. Insulin basal ialah insulin yang diperlukan untuk mencegah
hiperglikemia puasa akibat glukoneogenesis dan juga mencegah
ketogenesis yang tidak terdeteksi.
2. Insulin Prandial ialah jumlah insulin yang dibutuhkan untuk
mengkonversi bahan nutrien ke dalam bentuk energi cadangan
sehingga tidak terjadi hiperglikemia postprandial.
3.Insulin Koreksi (supplement) ialah insulin yang diperlukan akibat
kenaikan kebutuhan insulin yang disebabkan adanya penyakit atau
stres.

Pemberian insulin tergantung pada kondisi pasien dan

fasilitas

yang

tersedia.

Untuk

pasien

yang

non-emergensi,

pemberian suntikan subkutan atau intramuskular (jarang dilakukan).


Pada pasien dengan kondisi kegawatan diberikan dengan pompa
infus atau secara bolus intra vena. Insulin dapat juga diberikan
secara subkutan dengan menggunakan pompa insulin atau yang
dikenal dengan continuous subcutaneous insulin infusion (CSII).

Sebelum menyuntikan insulin, kedua tangan dan daerah yang harus


disuntik haruslah bersih. Tutup vial insulin harus diusap dengan isopropil
alkohol 70%. Untuk semua macam insulin kecuali kerja cepat, harus
digulung-gulung secara perlahan-lahan dengan kedua telapak tangan
(Jangan dikocok) untuk melarutkan kembali suspensi. Ambilah udara
sejumlah insulin yang akan diberikan dan suntikanlah kedalam vial untuk
mencegah terjadi ruang vakum dalam vial. Hal ini terutama diperlukan
bila akan dipakai campuran insulin.
Bila mencampur insulin kerja cepat dengan kerja menengah atau
panjang, maka insulin yang jernih atau kerja cepat harus diambil terlebih
dahulu. Setelah insulin masuk ke alat suntik, periksalah apa mengandung
gelembung udara. Satu atau dua ketukan pada alat suntik dalam posisi
tegak akan dapat mengurangi gelembung tersebut. Gelembung tersebut

sebenarnya tidaklah terlalu berbahaya tetapi dapat mengurangi dosis


insulin.
Penyuntikan dilakukan pada jaringan subkutan. Pada umumnya
disuntikan dengan sudut 90 derajat. Pada pasien kurus dan anak-anak,
setelah kulit dijepit dan insulin disuntikan dengan sudut 45 derajat agar
tidak terjadi penyuntikan intra muskular. Aspirasi tidak perlu dilakukan
secara rutin. Bila suntikan terasa sakit atau mengalami perdarahan
setelah proses penyuntikan maka daerah tersebut sebaiknya ditekan
selama 5-8 detik.

b.Pengobatan dengan OHO (Obat Hipoglikemik Oral)


Menurut Tjokroprawiro Askandar, dkk, 2007, syarat OHO berhasil
baik bila diet dan latihan fisik harus dilaksanakan dengan benar (3J),
Jumlah-Jadwal-Jenis dan diberikan pada penderita yang:
a)Umur > 40 tahun.
b)Lama DM-nya kurang dari 5 tahun.
c)Belum pernah suntik insulin, atau bila pernah suntik insulin, kebutuhan
insulin kurang dari 20 unit/ hari.

I.

Tatalaksana Pasien Diabetes Melitus


Tujuan

tatalaksana

pasien

diabetes

melitus

tipe

adalah menurunkan kadar glukosa darah menjadi normal atau mendekati


normal, sehingga mencegah terjadinya komplikasi pada pasien tersebut.
Pada pasien DM tipe 2, tatalaksana diawali dengan mengubah gaya hidup
yakni melakukan pola makan sehat dan meningkatkan aktivitas fisik
sehingga tercapai berat badan ideal. Jika dalam 2-4 minggu kadar glukosa
darah tetap tidak mencapai target, maka harus diberikan satu macam
obat hipoglikemik oral (OHO) untuk membantu menurunkan kadar glukosa
darah. Jika kadar glukosa darah tetap belum mencapai sasaran, maka

dapat ditambahkan satu macam OHO lagi atau ditambahkan suntikan


insulin.
Diabetes melitus memang tidak dapat disembuhkan, tapi masih bisa
dikontrol.
Pada pasien diabetik, diet merupakan aspek penting untuk mengontrol
peningkatan kadar glukosa darah. Asosiasi Diabetes Amerika (The
American Diabetes Association (ADA)) menganjurkan diet seimbang dan
bernutrisi yang rendah lemak, kolesterol serta gula sederhana. Saat ini
ADA bahkan telah melarang konsumsi gula sederhana kecuali dalam
jumlah

kecil

dan

dikonsumsi

bersama

dengan

makanan

kompleks. Penurunan berat badan dan olahraga sangatlah penting karena


akan

meningkatkan

sensitivitas

tubuh

terhadap

insulin,

sehingga

membantu mengontrol peningkatan kadar glukosa darah. Olah raga yang


bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan
berenang dianjurkan dilakukan secara teratur selama 30 menit, 3-4 kali
seminggu. Selain itu aktivitas sehari-hari dapat tetap dilakukan seperti
berkebun, membersihkan rumah, berjalan ke pasar dan naik turun tangga.
Yang harus diperhatikan di sini, untuk pasien DM tipe 2 yang sudah
memiliki komplikasi pada mata atau kaki harus dilakukan penyesuaian
pada aktivitas fisiknya.
Pasien DM tipe 2 yang merokok akan meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi diabetes yaitu penyakit jantung koroner, stroke dan gangguan
sirkulasi darah pada anggota gerak. Hal ini terjadi karena rokok merusak
struktur pembuluh darah. Oleh karena itu pasien DM sangat dianjurkan
untuk berhenti merokok.
Pasien DM dianjurkan untuk berkonsultasi secara rutin ke dokter
untuk mengontrol hasil pengobatan. Jika kadar glukosa darah belum
mencapai angka yang diharapkan, maka dokter akan menyesuaikan dosis
obat atau insulin yang diberikan. Selain itu, pemantauan kadar glukosa
darah dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien dengan menggunakan
glukometer.

Pasien

dapat

mencatat

hasil

pemeriksaannya

dan

memberikannya kepada dokter saat berkonsultasi. Jika kadar glukosa


darah sudah menjadi atau mendekati nilai normal dengan meminum obat
atau insulin, pasien harus tetap meminum OHO atau memakai insulin

sesuai dosis yang telah diberikan oleh dokter dan kembali berkonsultasi
sesuai jadwal yang telah ditentukan.
J.Biaya Kesehatan Diabetes Melitus
Berikut biaya pengobatan yang dikeluarkan pasien diabetes seperti
dijelaskan Dr Samuel:
1. Konsultasi dokter
"Pasien diabetes harus mengeluarkan biaya Rp 1-2 juta per tahun hanya
untuk konsultasi dokter. Belum lagi kalau konsultasi dengan dokter
spesialis. Dokter spesialis itu bisa Rp 250-400 ribu sekali konsultasi, bisa
dihitung per tahunnya berapa.
2. Obat-obatan
Selain menjalankan pola hidup sehat, pasien diabetes juga memerlukan
obat untuk mengontrol gula darah. Dan bila pankreas sudah tidak bisa
berfungsi lagi, pasien membutuhkan suntik insulin seumur hidup. Biaya
yang dibutuhkan untuk obat-obatan sekitar Rp 1-2 juta per bulan.
3. Makanan tambahan
Beberapa pasien diabetes juga memerlukan makanan tambahan yang
bisa menghabiskan biaya sekitar Rp 950.000 per bulan.
4. Operasi (katarak)
Pasien diabetes juga berpotensi mengalami kebutaan karena katarak bila
gula darahnya tidak dikontrol dengan baik. Operasi bisa menghabiskan
biaya Rp 15-20 juta.

5. Cuci darah
Bila diabetes tidak dikontrol bisa membahayakan dan merusak ginjal.
Pasien gagal ginjal memerlukan cuci darah yang menghabiskan biaya Rp
50-60 juta per tahun.
6. Stroke
Bila diabetes menyebabkan komplikasi stroke, maka biaya yang harus
dikeluarkan adalah Rp 40-50 juta.
7. Serangan jantung

Sedangkan bila berkomplikasi dengan penyakit jantung bisa


menghabiskan biaya Rp 60-80 juta.
8. Amputasi
Saat mengalami luka, pasien diabetes juga akan sulit disembuhkan dan
tak jarang harus mengalami amputasi yang menghabiskan biaya Rp 130150 juta.

Daftar Pustaka

Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit . Jakarta: EG


Cirianto, Kus. 2004.Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Bandung
Jokoprawiro, A. 1999. Diabetes Millitus Klasifikasi Diagnosis dan Terapi. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Pradana Soewondo..2013.Harapan Baru Penyandang Diabetes Mellitus
pada Era Jaminan Kesehatan Nasional 2014.Jakarta :Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Vol. 2, No. 1, April 2014

Lampiran

You might also like