You are on page 1of 20

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT


ACARA III
UJI AKTIVITAS ENZIMATIK DAN ANTIBAKTERI

Oleh:
EKO W.P.TAMPUBOLON
26020115120036
ILMU KELAUTAN - A
KELOMPOK 4/ SHIFT 1
Asisten:
YURIS LAURIAN PUTRITAMA

26020113120023

RIZQI UMI ARIFAH

26020114140111

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

TOPIK I: HIDROLISIS PATI


Tujuan :
1. Memahami biokimia hidrolisis pati
2. Melakukan uji hidrolisis pati
Pembahasan :

1. Jelaskan fungsi hidrolase.


Hidrolase merupakan enzim yang mampu memecah bahan organik
pada proses hidrolisis dimana terjadi dekomposisi kimia dengan
menggunakan air untuk memisahkan ikatan kimia dari substansinya.
Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan molekul amilum menjadi
bagian-bagian penyusunnya yang lebih sederhana seperti dekstrin,
isomaltosa, maltosa dan glukosa (Purba, 2009). Fungsi Hidrolase adalah
untu untuk mengkatalisis atau memecahan molekul organik menjadi
molekul yang lebih kecil sederhana dengan menggunakan bantuan air
(Rahmayanti, 2010).
Fungsi dari hidrolase ialah untuk mengkatalis proses pemecahan
molekul organik menjadi molekul yang lebih kecil dengan adanya air
(Prescott, 2002).
Hidrolase enzimatik pada proses hidrolisis dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: Enzim, ukuran partikel, Suhu, pH, waktu hidrolisis,
perbandingan cairan terhadap bahan baku (volume substrat), dan
pengadukan. Enzim yang dapat digunakan adalah amilase, -amilase,
amiloglukosidase, glukosa isomerase, pullulanase, dan isoamilase. Enzim
yang biasa digunakan untuk proses pembuatan sirup glukosa secara
sinergis adalah enzim amylase dan enzim glukoamilase. Enzim amylase akan memotong ikatan amilosa dengan cepat pada pati kental
yang telah mengalami gelatinisasi. Kemudian enzim glukoamilase akan
menguraikan pati secara sempurna menjadi glukosa pada tahap
sakarifikasi (Rahmayanti, 2010).
2. Jelaskan kimia pati hidrolisis.

Hidrolase pati terjadi antara suatu reaktan pati dengan reaktan air,
reaksi ppati banyak diaplikasikan secara komersial untuk produksi
glukosa, sirup glukosa, dan maltodekstrin (Dinarsari, 2013). Kimia pati
hidrolisis merupakan proses dekomposisi kimia dengan menggunakan
bantuan air, dalam hal ini menggunakan aquades untuk memisahkan
ikatan kimia dari substansinya. Hidrolisis pati merupakan proses
pemecahan molekul amilum menjadi bagian-bagian penyusunnya yang
lebih sederhana seperti isomaltosa, maltose, dan glukosa (Dinarsari,
2013).
Menurut Rahmayanti (2010), bahwa reaksi kimia pembuatan
glukosa dengan hidrolase pati adalah :

Gambar 1. Reaksi Kimia Hidrolase Pati


(Sumer: Rahmayanti, 2010)
Hidrolisis pati adalah suatu proses pemecahan molekul amilum
menjadi bagian-bagian penyusunnya yang lebih sederhana seperti
dekstrin,

isomaltosa,

maltosa

dan

glukosa.

Proses

hidrolisis

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Enzim, ukuran partikel,


temperatur, pH, waktu hidrolisis, perbandingan cairan terhadap bahan
baku (volume substrat), dan faktor pengadukan (Prescott, 2002).
3. Reagen kimia yang digunakan untuk mendeteksi kemampuan mikrobia
menghidrolisis pati adalah

Reagen kimia yang digunakan untuk mendeteksi kemampuan


mikrobia menghidrolisis pati adalah betadine, lugol dan yodium gram. Hal
ini dikarenakan sifat reagen iodium yang akan (Prescott, 2002).
Suatu kemampuan bakteri memproduksi sitokrom oksidase yang
dapat diketahui dari reaksi yang ditimbulkan setelah pemberian reagen
oksidase pada koloni bakteri. Enzim ini merupakan bagian dari kompleks
enzim yang berperan dalam proses fosforilasi oksidatif. Reagen yang
digunakan

adalah

tetramethyl-D-phenylenediamine

dihydrocloride.

Reagen akan mendonorkan elektron terhadap enzim ini sehingga akan


teroksidasi membentuk senyawa yang berwarna ungu atau biru kehitaman
(Dinarsari, 2013).
Hidrolisa pati dapat dilakukan dengan cara menggunakan asamasam organik, yang sering digunakan adalah H2SO4, HCl, dan HNO3.
Pemotongan rantai pati oleh asam lebih tidak teratur dibandingkan dengan
hasil pemotongan rantai pati oleh enzim. Hasil pemotongan oleh asam
adalah campuran dekstrin, maltose, dan glukosa. Sementara enzim bekerja
secara spesifik sehingga hasil hidrolisis dapat dikendalikan. Enzim ytang
digunakan untuk menghidrolisis pati adalah amylase (Dinarsari, 2013).
Enzim yang dapat digunakan dalam proses adalah amilase, amilase,

amiloglukosidase,

glukosa

isomerase,

pullulanase,

dan

isoamilase. Enzim yang biasa digunakan untuk proses pembuatan sirup


glukosa secara sinergis adalah enzim -amylase dan enzim glukoamilase.
Enzim -amylase akan memotong ikatan amilosa dengan cepat pada pati
kental yang telah mengalami gelatinisasi. Kemudian enzim glukoamilase
akan menguraikan pati secara sempurna menjadi glukosa pada tahap
sakarifikasi (Rahmayanti, 2010).
4. Apa indikator terjadinya hidrolisis pati oleh mikrobia?
Hidrolisis pati dapat diketahui dengan menambahkan larutan lugol
pada akhir inkubasi. Jika berwarna biru disekitar koloni berarti pati belum
terhidrolisis oleh enzim, tetapi apabila disekitar koloni nampak zona
hambat yang tidak berwarna maka dapat diketahui bahwa mikrobia telah
menghodrolisis pati dengan enzim amilase. Isolat bakteri yang
mengindikasikan penghasil enzim amilase dilihat aktivitasnya dengan

mengukur diameter zona bening disekitar isolat bakteri. Zona bening yang
terbentuk disekitar isolat bakteri menunjukkan bahwa isolat bakteri
tersebut mampu menghidrolisis pati (Prescott, 2002).
Pemecahan pati dapat diketahui dengan menambahkan larutan lugol
pada akhir inkubasi (1 X 24 jam). Jika berwarna ungu atau biru kehitaman
disekitar koloni menandakan bahwa pati belum terhidrolisis oleh enzim,
tetapi apabila disekitar koloni terdapat zona hambat berwarna bening
(tidak berwarna) maka mikroba telah menghodrolisis pati dengan enzim
amylase. Isolat bakteri yang mengindikasikan penghasil enzim amylase
dilihat aktivitasnya dengan mengukur diameter zona bening disekitar isolat
bakteri. Zona bening yang terbentuk disekitar isolat bakteri menunjukkan
bahwa isolate bakteri tersebut mampu menghidrolisis pati (Rahmayanti,
2010).
5. Amilase adalah enzim yang menyerang pati. Produk terkecil hidrolisis ini
disebut:
Proses hidrolisa dapat berjalan dengan baik apabila menggunnakan
data kinetika yang tepat untuk mengendalikan produk yang dihasilkan.
Sehingga diperoleh hidrolisa menjadi hasil yang terkecil yaitu glukosa
(Dinarsari, 2013).
Glukosa merupakan monosakarida yang paling banyak terdapat di
alam. Sedangkan sirup glukosa merupakan cairan jernih dan kental yang
komponen utamanya adalah glukosa. Glukosa inilah yang menjadi hasil
paling sederhana dari proses hidrolisa pati (Rahmayanti, 2010).
6. Bagaimana mungkin bahwa bakteri dapat tumbuh pada pati agar tetapi
tidak harus menghasilkan -amilase?
Karena pada keadaan normal bakteri tersebut dapat tumbuh dengan
baik dengan media agar, namun memang pada dasarnya bakteri tersebut
tidak bisa mendegradasi karbohidrat sehingga bakteri tersebut tidak selalu
harus menghasilkan -amilase (Rahmayanti, 2010).
Pada umumnya bakteri dapat hidup tanpa perlu mengeluarkan
enzim amilase, namun metabolismenya akan berjalan dengan sangat
lambat. Bakterti mengeluarkan enzim amilase untuk mendegredasi amilum

dengan cepat sehinga dapat melakukan metabolisme dan tumbuh pada


media (Nengah, 2013).
Proses pemecahan pati dilakukan dengan mekanisme hidrolisis
dimana pati dipecah menjadi glukosa oleh enzim amilolitik dimana enzim
amilolitik terdiri dari amilase dan -amilase. Jadi bakteri akan tetap
hidup padapati agar walaupun tidak menghasilkan amilase karena
bakteri dapat menghasilkan -amilase (Prescott, 2002).
7. Apa saja penyusun pati agar?
Menurut Rahmayanti (2010) bahwa, karena penggunakan bakteri
air payau maka menggunkan perbandingan 70 % air laut dan 30 %
aquades dengan komposisi sebagai berikut: media Zobell (dengan
komposisi 1 gram yeast, 15 gram agar, dan 4 gram pepton) + air laut 70%
dengan Solubel Starch (dengan standar 10 gram), namun pada praktikum
kali ini menggunakan 5 gram) + aquades 30%.
Amilosa dan amilopektin merupakan komponen utama penyusun
pati. Amilosa tersusun atas satuan glukosa yang saling berkaitan melalui
ikatan 1-4 glukosida, sedang amilopektin merupakan polisakarida
yangtersusun atas 1-4 glikosida dan mempunyai rantai cabang 1-6
glukosida (Karlianda, 2013).

KESIMPULAN DAN SARAN


1. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan, antara lain:
1. Hidrolisis
pati

merupakan

suatu

proses

untuk

menyederhanakan ikatan kimia dari amilum menjadi bagianbagian penyusunnya yang lebih sederhana seperti isomaltosa,
maltose, dan glukosa dengan bantuan enzim amilase.
2. Dalam suasana asam, pati yang dipanaskan akan terhidrolisis
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Hasil
hidrolisis dapat diuji dengan lugol dan menghasilkan warna
ungu atau biru kehitaman dimana warna bening akan muncul
sebagai penanda terjadinya proses hidrolisis oleh enzim
amilase.
2. SARAN
1. Praktikan diharapkan memahami materi praktikum agar pada saat
praktikum tidak terjadi kekeliruan atau hal yang tidak diinginkan.
2. Alat-alat yang telah digunakan pada saat praktikum dibersihkan, agar alatalat praktikum tersebut dapat digunakan pada praktikum selanjutnya serta
agar tidak terkontaminasi.
3. Asisten diharapkan dapat membimbing dan menjelaskan materi
kepada praktikan agar praktikum berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Dinarsari, Astrinia Aurora. Proses Hidrolisa Pati Talas Sente (Alocasia


macrorrhiza) Menjadi Glukosa : Studi Kinetika Reaksi. Junal Teknologi
Kimia dan Industri Vol 2 (4) 253 260.

Karlianda, Nur, Reine Suci Wulandari, dan yeni Mariani. 2013. Pengaruh NAA
dan

BAP

terhadap

Perkembangan

Subkultur

Gaharu.

Pontianak:

Universitas Tanjungpura
Nengah, Suwastika. 2013. Penuntun Praktikum -

Biologi Umum (Jurusan

Biologi, Farmasi, Kimia dan Fisika FMIPA). Maluku: Universitas


Tadulako.

Prescott, M. Lansing. 2002. Microbiology 5th Edition. Hill Companies: USA


Dinarsari. 2013.

Purba, Elida. (2009). Hidrolisis Pati Ubi Kayu (Manihot Esculenta) dan Pati Ubi
Jalar (Impomonea batatas) menjadi Glukosa secara Cold Process dengan
Acid Fungal Amilase dan Glukoamilase. Lampung: Universitas Lampung.

Rahmayanti, Dian. 2010. Pemodelan dan Optimasi Hidrolisa Pati Menjadi


Glukosa dengan Metode Artificial Neural Network-Genetic Algorithm
(ANN-GA). Semarang: Universitas Diponegoro.

Nilai Akhir:.............................................................................

Nama & Paraf Asisten:............................................................

TOPIK II: HIDROLISIS PROTEIN

Tujuan :
1. Memahami biokimia hidrolisis protein
2. Melakukan uji hidrolisis protein
Pembahasan :

Jenis bakteri

Indikator hidrolisis

Keterangan

1. Jelaskan fungsi enzim protease ekstraseluler!


Protease adalah enzim yang menguraikan penggolongan protein.Enzim
yang dibuat di dalam sel dan melakukan fungsinya di luar sel disebut
enzim ekstraseluler. Jadi enzim protease ekstraseluler adalah suatu enzim
yang dapat menguraikan protein menjadi senyawa yang lebih sederhana,
dibuat didalam sel, dan melakukan semua fungsinya di luar sel Kurniawan
et al., (2012).
Enzim mengkatalisis proses enzimatis pada saat dicampurkan dengan
substrat. Selama hidrolisis, protease menghidrolisis substrat dengan
kecepatan tertentu. Nilai kecepatan hidrolisis dipengaruhi oleh konsentrasi
substrat, konsentrasi enzim, nilai pH, serta suhu yang digunakan pada
proses Kurniawan et al., (2012).
Enzim protease ekstraseluler merupakan enzim yang dikeluarkan oleh
sel bakteri untuk memecah protein menjadi molekul-molekul yang lebih
sederhana sehingga bakteri dapat melakukan proses metabolisme. Enzim
protease merupakan biokatalisator untuk reaksi pemecahan protein
menjadi oligopeptida atau asam-asam amino. Enzim-enzim ini bekerja
mengkatalisis reaksi hidrolisis, yaitu reaksi yang melibatkan air pada
ikatan spesifik dengan substrat, sehingga juga dapat digolongkan sebagai
enzim hidrolase. Protease dinamakan juga peptidase, karena memecah
ikatan peptida pada rantai polipeptida (Nengah, 2013).
2. Jelaskan kimia hidrolisis protein oleh enzim protease!

Hidrolisis protein oleh enzim protease adalah proses pemutusan ikatan


peptida dari protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana
seperti pepton dan asam amino. Hidrolisis ikatan peptida akan
menyebabkan beberapa perubahan pada protein, seperti meningkatkan
kelarutan karena bertambahnya kandungan NH3+ dan COO- dan
berkurangnya berat molekul protein atau polipeptida, serta rusaknya
struktur globular protein (Kurniawan et al., 2012).
Derajat hidrolisis merupakan suatu parameter yang menunjukan
kemampuan

protease

untuk

menguraikan

protein

dengan

cara

membandingkan amino nitrogen dengan total nitrogen (AN/TN), derajat


hidrolisis digunakan untuk menentukan derajat kesempurnaan proses
hidrolisis (Nengah, 2013).
Hidrolisis protein oleh enzim protease merupakan proses pemutusan
ikatan peptida dari protein menjadi komponen-komponen yang lebih kecil
seperti pepton, peptida dan asam amino. Hidrolisis ikatan peptida akan
menyebabkan beberapa perubahan pada protein, yaitu meningkatkan
kelarutan karena bertambahnya kandungan NH3+ dan COO- dan
berkurangnya berat molekul protein atau polipeptida, serta rusaknya
struktur globular protein (Nengah, 2013).
3. Indikator terjadinya hidrolisis protein pada medium skim milk adalah?
Ditunjukkan dengan adanya zona bening yang berada di sekitar
pertumbuhan bakteri. Pengujian secara kualitatif dilakukan dengan cara
mengamati zona bening yang berada di sekitar koloni bakteri, kemudian
membagi diameter zona bening dan diameter koloni bakteri. Hasil bagi
diameter tersebut dinyatakan sebagai aktifitas protease secara relative
(Kurniawan et al., 2012).
Susu skim digunakan sebagai sumber substrat. Susu skim merupakan
susu yang mengandung protein tinggi 3.7 % dan lemak 0.1% (Fardiaz,
1992).
Susu skim mengandung kasein sebagai protein susu dimana akan
dipecah oleh mikroorganisme proteolitik menjadi senyawa nitrogen

terlarut sehingga pada koloni dikelilingi area bening, menunjukkan


mikroba tersebut mempunyai aktivitas proteolitik (Hawwab, 2004).
4. Produk terkecil hidrolisis protein oleh enzim protease adalah
Enzim protease pada hidrolisis proteolitik akan menguraikan
protein menjadi peptida dan peptide diubah menjadi asam amino (Prescott,
2002).
Produk terkecil hidrolisis protein yaitu asam amino. Asam amino dibagi
menjadi dua yaitu, asam amino esensial dan asam amino non esensial
(Fardiaz, 1992).
Menutrut Dessy (2008), produk terkecil hidrolisis protein yaitu asam
amino. Asam amino terbagi menjadi:
- Asam amino esensial yaitu asam amino yang tidak dapat disintesa oleh
tubuh dan harus tersedia dalam makanan yang dikonsumsi. Pada orang
dewasa terdapat delapan jenis asam amino esensial : 1. Lisin 5.
Threonin 2. Leusin 6. Phenylalanin 3. Isoleusin 7. Methionin 4. Valin
8. Tryptophan Sedangkan untuk anak-anak yang sedang tumbuh,
-

ditambahkan dua jenis lagi ialah HistidindanArginin.


Asam amino non esensial yaitu asam amino yang dapat disintesa oleh
tubuh. Ialah : 1. Alanin 6. Tirosin 2. Asparagin 7. Sistein 3. Asam
aspartate 8. Glisin 4. Asam glutamat 9. Serin 5. Glutamin 10. Prolin

KESIMPULAN DAN SARAN


1. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan, antara lain:
1. Pada praktikum kali ini bakteri mendagradasi protein dengan
bantuan enzim protoase untuk mengubah protein menjadi asam
amino.
2. Pada pengujian protein, media yang digunakan adalah zobel dan
skim milk. Memakai skim milk karena skim milk merupakan susu
yang berprotein tinggi sehingga bakteri bisa mendegradasi protein
dari skim milk tersebut.
2. SARAN
1. Praktikan diharapkan memahami materi praktikum agar pada saat
praktikum tidak terjadi kekeliruan atau hal yang tidak diinginkan.
2. Alat-alat yang telah digunakan pada saat praktikum dibersihkan, agar
alat-alat praktikum tersebut dapat digunakan pada praktikum
selanjutnya.
3. Asisten diharapkan dapat membimbing dan menjelaskan materi
kepada praktikan agar praktikum berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Dessy, Christina Sianturi. 2008. Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Amilase. Poso
Sulawesi Tengah. Jurnal Penelitian Perikanan. 2(II). Hlm. 157-158.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Gramedia PustakaUtama.
Hawab, HM. 2004. Pengantar Biokimia. Jakarta: Bayu Media Publishing
Kurniawan, Susi Lestari, Siti Hanggita R. J. 2012. Hidrolisis Protein Tinta Cumicumi (Loligo Sp.) dengan Enzim Papain. Jurnal Fishtech Vol 1 (1) 41 53.

Nengah, Suwastika. 2013. Penuntun Praktikum - Biologi Umum (Jurusan


Biologi, Farmasi, Kimia dan Fisika FMIPA). Maluku: Universitas
Tadulako.

Prescott, M. Lansing. 2002. Microbiology 5th Edition. Hill Companies: USA


Dinarsari. 2013.

Nilai Akhir:...............................................................................

Nama & Paraf Asisten: ............................................................

TOPIK III : HOLE-PLATE DIFFUSION METHOD


Tujuan :
1. Memahami prinsip kerja metode diffuse untuk uji aktivitas antibakteri
2. Melakukan uji aktivitas antibakteri dengan metode hole-plate agar
Pembahasan :

Bakteri Uji

Konsentrasi Antibiotik

Diameter Zona
Hambat

1. Jelaskan yang dimaksud dengan difusi agar :


Difusi agar merupakan sebuah metode untuk menentukan atau mengetahui
aktivitas antimikroba. Cara kerjanya dengan mengamati zona bening yang
mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh
antimikroba pada permukaan media agar tersebut. Metoda difusi agar
adalah suatu prosedur yang bergantung pada difusi senyawa antimikrobial
ke dalam agar. Senyawa antimikrobial tersebut diserapkan pada paper disk
yang berdiameter 6 mm. Paper disk ditempatkan pada permukaan media
yang telah diinokulasikan dengan bakteri patogen yang akan diuji. Setelah
diinkubasi selama 24 jam, diamati diameter daerah hambatan di sekitar
paper disk. Daerah hambatan yang terbentuk sebagai daerah bening
disekitar paper disk menunjukkan mikroorganisme yang diuji telah
dihambat oleh senyawa yang berdifusi ke dalam kertas cakram (Nengah,
2013).
Metode penetapan potensi antibiotic dengan cara difusi agar
merupakan cara yang sederhana dan hasil yang sederhana yang diperoleh
cukup teliti, prinsip penetapannya yaitu mengukur luas hambatan
pertumbuhan mikroba uji yang disebabkan zat baku standard an zat yang
diuji. Dalam range konsentrasi tertentu, terdapat hubungan yang linier
antara peningkatan konsentrasi dengan luas daerah hambatan pertumbuhan
mikroba uji (Simon, 2012)

Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan.


Metodedifusi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu metode silinder, metode
lubang/sumurandan metode cakram kertas. Metode lubang/sumuran yaitu
membuat lubang pada agarpadat yang telah diinokulasi dengan bakteri.
Jumlah dan letak lubang disesuaikandengan tujuan penelitian, kemudian
lubang diinjeksikan dengan ekstrak yang akandiuji. Setelah dilakukan
inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat adatidaknya daerah
hambatan di sekeliling lubang (Kusmayati dan Agustini, 2007).
2. Kenapa pada metode hole-plate agar menggunakan 2 lapis agar?
Agar sumuran dapat terbentuk dan medianya lebih tebal. Lapisan
pertama berfungsi sebagai pondasi sebagai penyedia nutrisi bagi bakteri
dan untuk cetakan hole-plate atau sumuran supaya tidak bergerak (Dewi,
2010).
Karena agar bakteri terdifusi dengan baik dan lapisan teratas kuat
karena lapisan bawah sebagai penyangga (Kusmayati dan Agustini, 2007).
Karena lapisan terbawah berfungsi sebagai penyangga dan lapisan
teratas sebagai nutrisi yang dibutuhkan bakteri (Hugo & Russel, 1987).
Menurut Hidayati (2012), metode hole plate agar menggunakan 2
lapis agar supaya agar sumuran dapat terbentuk. Lapisan pertama berfungsi
sebagai pondasi untuk pipa cetak hole-plate agar supaya tidak bergerak.
3. Jelaskan kelebihan metode hole-plate agar dibanding metode paper disk
Kelebihan dari metode hole-plate agar dibanding paper disk adalah
pada metode hole plate digunakan perforator untuk membuat lubanglubang pada agar padat yang telah di beri bakteri uji, kemudian zat-zat uji
dimasukkan ke dalam lubang-lubang tersebut. Aktivitas antibakteri dapat
terlihat sebagai daerah hambat atau zona bening yang terbentuk di
sekeliling lubang (Dewi, 2010).
Metode yang digunakan untuk penentuan daya antibakteri adalah
metode difusi dengan sumuran (Hole Plate Diffusion Method) karena
metode ini baik untuk menentukan daya antibakteri larutan uji yang berupa
suspensi homogen atau tidak homogen yang sering dijumpai pada ekstrak

tanaman. Larutan uji dapat berdifusi ke dalam lempeng media yang telah
diinokulasi bakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan
daerah hambatan pertumbuhan (DHP) yang terbentuk di sekitar sumuran
tersebut dapat diukur diameternya dengan jangka sorong (Hugo & Russel,
1987).
Kelebihan hole plate yaitu bakteri bisa tumbuh sampai ke dalam,
tidak hanya sampai permukaan saja (Hidayati, 2002).
Bakteri bisa tumbuh merata sampai ke dalam dan didak hanya di
permukaan saja seperti menggunakan metode paper disk (Simon, 2012).
4. Jelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya diameter zona
hambat
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi luas daerah hambatan
yaitu komposisi media pertumbuhan, pemilihan medium pertumbuhan,
pengaruh pH, ukuran inokulum, stabilitas mikroorganisme, aktivitas
antibiotic, waktu inkubasi, teknik dan keterampilan analis (Hidayati,
2002).
Menurut

Irianto

(2011),

terdapat

beberapa

faktor

yang

mempengaruhi berarnya zona hambar atau zona bening pada uji anti
bakteri, yaitu:
a) Kekeruhan suspensi bakteri.
1. Kurang keruh menyebabkan diameter zona bening lebih
lebar.
2. Lebih keruh menyebabkan diameter zona makin sempit.
b) Waktu peresapan suspensi bakteri ke dalammedia agar tidak
boleh melebihi batas waktu karena dapat mempersempit
diameter zona hambatan.
c) Suhu saat inkubasi (pertumbuhan optimal dengan suhu 35C
bila suhu melebihi atau kurang dari 35C ada bakteri yang
kurang subur pertumbuhannya dan ada obat difusinya kurang
baik.
d) Waktu inkubasi (16 18 jam, apabila lebih dari 18 jam maka
pertumbuhan akan lebih sempurna sehingga zone hambat
makin sempit).

e) Ketebalan agar atau ketebalan media (4 mm, bila kurang maka


difusi obat akan lebih cepat dan bila lebih maka difusi obat
akan menjadi lambat).
f) Jarak antar disk obat (jarak cakram 3 cm dan 2 cm dari pinggir
paper dish 9-10 m paling banyak 6 disk obat).
g) Potensi disk obat (tiap jenis obat mempunyai diameter disk
yang sama tetapi potensinya berbeda. Yang harus diperhatikan
adalah cara penyimpanan : obat yang labil seperti penisillin dll
disimpan pada suhu 4 C).
h) Komposisi media (sangat

besar

pengaruhnya

terhadap

pertumbuhan bakteri, difusi obat, aktivitas obat tersebut).

KESIMPULAN DAN SARAN


1. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan,
antara lain:
1. Prinsip kerja dari metode ini adalah penghambatan terhadap
pertumbuhan bakteri (zona hambat akan terlihat sebagai zona bening di
sekitar media paper dish yang mengandung zat anti bakteri. Diameter

zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri


terhadap zat antibiotik).
2. Pada praktikum uji aktifitas anti bakteri ini terdapat dua jenis metode,
yaitu metode difusi dan metode sumuran. Akan tetapi metode sumuran
memiliki kekurangan yaitu kurang efisien, metode kuno, dan rentan
terhadap kontaminasi.
2. SARAN
1. Praktikan diharapkan memahami materi praktikum agar pada saat
praktikum tidak terjadi kekeliruan atau hal yang tidak diinginkan.
2. Alat-alat yang telah digunakan pada saat praktikum dibersihkan,
agar alat-alat praktikum tersebut dalam kondisi steril.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Fajar Kusuma. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu
(Morinda Citrifolia, Linnaeus) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar.
Solo: Universitas Sebelas Maret.

Hidayati, Ernin. 2002. Isolasi Enterobacteriaceae Patogen dari Makanan


Berbumbu dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma longa L.) Serta Uji
Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma longa L.) Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Yang Diisolasi. Departemen Biologi, FMIPA ITB-Bandung

Hugo, W.B., dan Russel, A.D., 1987, Pharmaceutical Microbiology 4th ed,
BSPLondon
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi. Bandung: Yrama Widya.

Kusmayati dan Agustini, N. W. R. 2007. Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari


Mikroalga(Porphyridium cruentum). Biodiversity. 8, 1 : 48-53.
Nengah, Suwastika. 2013. Penuntun Praktikum -

Biologi Umum (Jurusan

Biologi, Farmasi, Kimia dan Fisika FMIPA). Maluku: Universitas


Tadulako.
Simon, kenny. 2012. Penghambatan Sabun Mandi Cair Berbahan Aktif Triclosan
Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus Di Daerah Babarsari,
Sleman, Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Nilai Akhir:...............................................................................

Nama & Paraf Asisten: ............................................................

DOKUMENTASI

You might also like