You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan
keturunan. Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga seringkali
mengalami hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau isteri) atau
bahkan keduanya, mengalami gangguan seksual. Alangkah baiknya apabila kita
dapat mengenal organ reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan
deteksi dini apabila terdapat gangguan pada organ reproduksi. Organ reproduksi
pada wanita dibedakan menjadi dua, yaitu organ kelamin dalam dan organ kelamin
luar. Organ kelamin luar memiliki dua fungsi, yaitu sebagai jalan masuk sperma ke
dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari organisme
penyebab infeksi.
Saluran kelamin wanita memiliki lubang yang berhubungan dengan dunia luar,
sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan menyebabkan infeksi
kandungan salah satunya adalah radang yang terjadi akibat infeksi yang menjalar
keatas dari uterus dan bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau
menjalar dari jaringan-jaringan sekitarnya dan biasa disebut dengan adneksitis.
Menurut Hanifa Winkjosastro (2007) prevalensi adneksitis di Indonesia sebesar 1 :
1000 wanita dan rata-rata terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan
hubungan seksual. Adneksitis bila tidak ditangani dengan baik akan menyebar ke
organ lain disekitarnya. Maka dari itu sangat diperlukan peran tenaga kesehatan
dalam membantu perawatan klien adneksitis dengan baik.
Salah satu tenaga kesehatan yang dapat memberikan asuhan secara komprehensif
yaitu bidan melalui asuhan kebidanan yang sudah dimilikinya. Beberapa peran
bidan diantaranya yaitu peran bidan sebagai pengelola dimana bidan memiliki
beberapa tugas salah satunya tugas kolaborasi. Dalam kolaborasi ini bidan harus
menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga. Oleh karena itu pada kesempatan
kali ini kami akan membahas secara lebih dalam tentang adneksitis dan
penatalaksanaannya dengan konsep asuhan kebidanan.
2
3

1.2 Tujuan

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

1.2.1 Tujuan Umum


Diharapkan mahasiswa mempunyai pengalaman nyata dalam memberi asuhan
kebidanan pada klien adneksitis dengan manajemen kebidanan Varney dan
pendokumentasian menggunakan SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan teori tentang adneksitis.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar adneksitis dan konsep
manajemen kebidanan.
3. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada klien
adneksitis.
4. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa, masalah, diagnosa potensial,
kebutuhan dan tindakan segera pada klien adneksitis.
5. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan kebidanan pada klien adneksitis.
6. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada klien adneksitis.
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada
klien adneksitis.
8. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan pada klien adneksitis.
9. Mahasiswa mampu melakukan pembahasan dengan membandingkan antara kasus
yang didapat dengan teori yang ada.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori Medis


A. Pengertian
Adnexitis adalah radang yang terjadi di daerah panggul wanita, timbulnya rasa nyeri
pada daerah panggul wanita yang berada di daerah tuba falopi sampai ovarium.Rasa
nyeri tersebut timbul karena disebabkan oleh bakteri yang mengakibatkan peradangan di
struktur tuba falopi dan sekitarnya, bahkan sampai ovarium (indung telur).
B. Tujuan Asuhan Kebidanan
Dalam memberikan asuhan kebidanan terhadap kasus Adnexitis, ada beberapa tujuan
yang harus dicapai, antara lain :
1.

Mengaplikasikan konsep asuhan kebidanan secara komprehensif pada klien dengan


penyakit adnexitis.

2. Memberikan asuhan kebidanan sebagai proses pemecahan masalah yang sedang dialami
oleh kilen.
3.

Memberikan pelayanan kebidanan yang dapat membantu proses pemulihan penyakit


klien, dalam hal ini penyakit adnexitis.

C. Jenis Adnexitis
Penyakit adnexitis atau salpingo ooporitis terbagi atas :
1. Salpingo ooporitis akuta
Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus
sampai ke mukosa.Pada gonoroe ada kecenderungan perlekatan fimbria pada ostium
tuba abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu.Nanah yang terkumpul
dalam

tuba

menyebabkan

terjadi

piosalping.Pada

salpingitis

gonoroika

ada

kecenderungan bahwa gonokokus menghilang dalam waktu yang singkat, biasanya 10


hari sehingga pembiakan negative.Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi
puerperal atau pada abortus septic ada juga disebabkan oleh berbagai tierti kerokan.
Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam kuman seperti streptokokus ( aerobic dan
anaaerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan lain-lain. Infeksi ini
menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke
parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Disini timbul salpingitis
interstitial akuta ; mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi
leukosit, tetapi mukosa sering kali normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata
dengan salpingitis gonoroika, dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan
sering terjadi penyumbatan lumen tuba.( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
2. Salpingo ooporitis kronika
Dapat dibedakan pembagian antara:
a. Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis.Sebagian dari epitel
mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan tersebut
dalam tuba.Hidrosalping sering kali ditemukan bilateral, berbentuk seperti pipa
tembakau dan dapat menjadi sebesar jeruk keprok.Hidrosalping dapat berupa
hidrosalping simpleks dan hidrosalping follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat
satu ruangan berdinding tipis, sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan
kecil.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
b. Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang
berisi

nanah.Pada

piosalping

biasanya

terdapat

perlekatan

dengan

jaringan

disekitarnya.Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak


fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit di tengah tengah
jaringan otot. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
c. Salpingitis interstisialis kronika
Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat
pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit ditengah-tengah jaringan otot.Terdapat pula
perlekatan dengan-dengan jaringan-jaringan disekitarnya, seperti ovarium, uterus, dan
usus.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
d. Kista tubo ovarial, abses tubo ovarial.
Pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang pada
abses tubo ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.Abses ovarium yang jarang
terdapat

sendiri,dari

stadium

akut

dapat

memasuki

stadium

menahun.

(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).

e. Salpingitis tuberkulosa
Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis genetalis.
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289,2007).
A. Penyebab Adnexitis
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara
traktus genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh :
1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kumankuman.
(Djuanda Adhi, Prof. DR. Hamzah Mochtar, Dr. Aisah Siti,DR ; Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, 1987, Hal. 103-106, 358-364).
Adapun bakteri yang biasanya menyebabkan terjadinya penyakit ini adalahBaktery
Gonorrhea dan Bakteri Chlmydia
B. Patofisiologi
1. Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Radang itu
kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga

bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan
jaringan sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa. Hal 287.2007).
2. Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada
endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang
ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi epitel
yang kemudian menghilang pada daerah yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan
otot dan serosa.Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar
melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya.
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
3. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke
parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik. Disini timbul salpingitis
interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan infiltrasi
leukosit, tetapi mukosa seringkali normal. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 287.
2007).
C. Gambaran klinis
1. Gambaran klinik adnexitis akut ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri disebelah
kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang dijumpai terdapat pada kedua
adneksa, setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas
dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan air kencing biasanya menunjukkan sel-sel radang
pada pielitis. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence
musculaire tidak terlalu keras, dapat diraba nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang
nyata.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa. Hal 288.2007).
2.1.6 Komplikasi
Pembedahan pada salpingo-ooforitis akuta perlu dilakukan apabila :
1. Jika terjadi ruptur atau abses ovarium.
2. Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan.
3. Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan adneksitis
akuta.
Gejala : nyeri kencing, rasa tidak enak di bawah perut, demam, ada lendir/bercak
keputihan di celana dalam yang terasa panas, infeksi yang mengenai organ-organ dalam
panggul/ reproduksi. Penyebab infeksi lanjutan dari saluran kencing dan daerah vagina.
Selain itu komplikasi yang terjadi dapat berupa appendisitis akuta, pielitis akuta, torsi
adneksa dan kehamilan ektopik yang terganggu. Biasanya lokasi nyeri tekan pada
appendisitis akuta (pada titik Mac Burney) lebih tinggi daripada adneksitis akuta, akan
tetapi apabila proses agak meluas perbedaan menjadi kurang jelas.
2.1.7 Penatalaksanaan
5

Terapi sederhana dapat dilakukan dengan duduk diantara 2 sujud, dua tangan dikepala
di pinggang, tarik nafas tangan ke pangkal paha lalu badan bungkuk, tangan putar
simpan di pantat bawah dan tahan nafas dada dan keluar nafas dihidung badan tegak
tangan ke paha dan simpan dipinggang 30 menit. Jika penyakitnya masih dalam
keadaan subakut, penderita harus diberi terapi antibiotika dengan spektrum luas. Jika
keadaan sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita
dinasehatkan supaya jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat. Dengan terapi ini
biarpun sisa-sisa peradangan masih ada, keluhan-keluhan penderita seringkali hilang
atau sangat berkurang. Perlekatan-perlekatan tetap ada dan ini menyebabkan bahwa
keluhan-keluhan tidak dapat hilang sama sekali.
Terapi operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis konika.
Indikasi terapi ini adalah:
1. Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi dengan diatermi keluhan tetap ada dan
mengganggu kehidupan sehari-hari.
2. Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang.
3. Apabila ada tumor disebelah uterus dan setelah dilakukan beberapa seri terapi
diatermi tumor tidak mengecil, sehingga timbul dugaan adanya hidrosalping,
piosalping, kista tubo-ovarial dan sebagainya.
4. Apabila ada infertilitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini sebaiknya
dilakukan laparoskopi dahulu untuk mengetahui apakah ada harapan yang cukup besar
bahwa dengan pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan dapat
dilepaskan.
Terapi operatif kadang-kadang mengalami kesukaran berhubung dengan perlekatan
yang erat antara tuba / ovarium dengan uterus, omentum dan usus, yang memberi
harapan yang terbaik untuk menyembuhkan penderita ialah operasi radikal, terdiri atas
histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi, hal ini hanya dapat
dilakukan pada wanita yang hampir menopause. Pada wanita yang lebih muda satu
ovarium untuk sebagian atau seluruhnya perlu ditinggalkan, kadang-kadang uterus harus
ditinggalkan dan hanya adneksa dengan kelainan yang nyata diangkat. Jika operasi
dilakukan atas dasar indikasi infertilitas, maka tujuannya adalah untuk mengusahakan
supaya fungsi tuba pulih kembali. Perlu dipikirkan kemungkinan diadakan in vitro
fertilization.
Terapi pada salpingo-ooforitis akuta bisa juga dilakukan dengan istirahat baring,
perawatan umum, pemberian antibiotika dan analgetika. Dengan terapi tersebut
penyakit menjadi sembuh atau menahun. Jarang sekali salpingo-ooforitis akuta
memerlukan terapi pembedahan.
(Hanifa Wiknsosastro, 2007)

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY J 24 TAHUN P10001 DENGAN
PERITONITIS DI RSUD BINA HUSADA JEMBER

I.

PENGKAJIAN
Tanggal / jam MRS
Tempat Praktek
No RM

:18 OKTOBER 2016 / 10.10 WIB


: PKM BINA HUSADA JEMBER
:271003

A. Data Subyektif
I.1 Identitas
Nama pasien : Ny J
Umur
: 24 tahun
Bangsa
/
suku
indonesia/jawa
Agama
: Islam
Pendidikan
:SMP
Pekerjaan :IRT
Alamat
:Ds.
Sugihwaras

Nama Suami
: Umur

:Tn A
:25 Tahun

Bangsa

suku

:Indonesia/jawa
Agama

:Islam

Pendidikan :SMA
Pekerjaan

:Petani

Alamat

: Ds. Sugihwaras

I.2 keluhan utama


Ibu telah melahirkan bayinya pada tanggal 11 Oktober
2016 jam 07.00 wib secara secaara SC dan mearsakan

letih,

kurang

tidur,

nyeri

perut

jika

beraktivitas,

kehilangan nafsu makan.


I.3 Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sistemik yang pernah di derita
Ibu tuidak pernah menderita penyakit menular (TBC,
PMS) menurun (DM, Jantung) dan kronik
2. Riwayat penyakit yang sedang di derita
Ibu tidak sedang menderita penyakit apapun
3. Riwayat penyakit keluarga
Ibu dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menular (TBC, PMS) menurun (DM, Jantung)
dan kronik
I.4 Riwayat perkawinan
Status perkawinan
: menikah sah
Kawin ke
:1
Lamanya
: 1 tahun
Umur kawin
: 23 tahun
I.5 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
N

Kehamil

an

Persalinan

Anak

Nifas

K
e
t

Pen

Je

yulit ni

Pen

Peno u

yulit long

s
SC Tida

Bb K

k l

ur
1

t
P 34 N
r

Tida

ada

ada

gg

pen

men

yulit etek
fas

i
ini

00 i
gr

g
g

I.6 Riwayat kehamilan sekarang


Umur kehamilan
HPHT

: 39 minggu
: 12- september

2015
Mulai merasakan gerakan janin

: 20 minggu

ANC
: 11 kali
Imunisasi TT
: TT 3
Pemberian terapi
: Fe, Vit A
Rencana KB yang akan datang
: suntik

kb

bulan
I.7 Riwayat persalinan
Pasien datang rujukan dari bidan titin dengan keluhan
ketupan pecah dini jam 23.00 WIB, dirujuk ke RS pada
jam 10.00 WIB dengan diagnosa G1P0000 39 minggu
Hasil pemeriksaan : TD : 100/90 mmHg, N : 84 x/menit,
S : 36,4C, RR : 20x/ menit, pukul 10.15 WIB dilakukan
pemeriksaan

dalam,

ketuban

positif,

kemudian

dilakukan pemeriksaan DJJ : 138x/ menit, ibu ingin


mengejan jam 11.40 WIB partus spontan.
Tanggal persalinan
: 11 Oktober
07.00 wib
Jenis perssalinan
Lama persalinan
Kala I
Kala II
Kala III
Keadaan ketuban
Pecah jam
Warna
Jumlah
Bau
Keadaan plasenta
Lahir jam

2016

jam

: SC
: Tidak dikaji
: Tidak dikaji
: Tidak dikaji
:
:
:
:

23.00 tanggal 19 Oktober 2016


jernih
150 cc
khas
:07.30

WIB

tanggal

11

oktber 2016
Berat
: 500 gr
Lahir spontan / tidak : spontan
Lebar
: 30 cm
Tebal
: 2 cm
Insersi
: centralis
Tali pusat
Panjang
: 30 cm
Kelainan : tidak ada
Keadaan perineum : baik
Heacting : tidak ada

Jumlah heacting:tidak ada


Kontraksi uterus : baik, keras
Tfu
: setinggi puisat
Keadaan bayi
Keadaan umum : baik
Berat badan
: 3400 gr
Panjang badan :52 cm
Jenis kelamin
: perempuan
Kelainan
: tidak ada cacat,
berlubang
I.8 Riwayat KB
Ibu belum pernah memakai KB apapun
I.9 Riwayat psikososial spiritual
Ibu sangat senang dengan kehamilan

ini

anus

dan

mengharapkan kelahiran bayinya, hubungan dengan


keluarga dan suami harmonis
I.10
Pola kegiatan sehari-hari
Kegiatan
a. Nutrisi
Makan
Jenis
porsi
Porsi
Nafsu

b.
c.

d.
e.

makan
Minum
Eliminasi
BAK
BAB
Istirahat
Siang
Malam
Aktifitas
Personal
hygine
Mandi
Gosok
gigi
Keramas
Ganti

Selama hamil

Setelah melahirkan

3x sehari
Nasi, sayur, lauk
Sedang
Baik
Air putih 8 gelas

11.00 WIB (11juni

sehari

2016)
Nasi, sayur, lauk
Sedang
Baik
Air putih 1 gelas

7x sehari, kuning Jam13.00 , kuning


jernih
jernih
2x sehari, kuning lembek
1-2 jam
6-8 jam
Sedang
2x
2x
3x
2x

sehari
sehari
seminggu
sehari

Ibu

dapat

beristirahat
-

Wc
-

10

celana
dalam
Tempat
BAB

B. Data obyektif
2.1 pemeriksaan fisik
keadaan umum : cukup
tanda-tanda vital
tekanan darah : 110/80 mmHg
nadi
: x/menit
RR
: 22x/menit
Suhu
: 36,5C
Tiinggi badan : 142 cnm
Berat badan
: 57 kg
2.2 pemeriksaan fisik
Kepala
Inspeksi
Palpasi
Muka
Inspeksi

:rambut hitam, bersih, tidak ada lesi


: tidak ada benjolan dan nyeri tekan
: tidak oedema, tidak ada cloasma

gravidarum
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan dan benjolan
Mata
Inspeksi : simetris, sklera putih, konjungtiva
pucat,
Palpasi
Hidung
Inspeksi
sekret
Palpasi
Mulut
Inspeksi

: tidak ada oedema pada palebra


: tidak ada pernafasan cuping, tidak ada
: tidak ada polip
: kering, tidak ada caries, tidak ada

stomatitis
Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada serumen
Palpasi
: tiudak ada benjolan abnormal
11

Leher
Inspeksi
Palpasi

: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,


vena jugularis maupun kelenjar limfe
: tidak ada pembessaran kelenjar tyroid,
vena jugularis maupun kelenjar limfe

Dada
Inspeksi
Palpasi
tekan
Perkusi
Auskultasi
Payudara
Inspeksi
Palpasi
Abdomen
Inspeksi
Palapasi

: simetris, dan tidak ada benjolan


: tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
: tidak di kaji
: tidak ada wheziing dan ronchi
: simetris, puting susu menonjol.
: tidak ada benjolan
: terdapat strie lividae dan tidak ada
bekas operasi.
:Nyeri tekan lepas,

Dinding

perut

tegang dan kaku seperti papan.


Auskultasi :Bising usus tidak terdengar.
Perkusi
: timpani positif
Vulva vagina
Inspeksi :Tidak ada varises, tidak ada oedema,
tidak ada kondiloma, lochea purulenta:
Palpasi

10 cc,
:Tidak ada

nyeri

pembengkakan

tekan,

kelenjar

tidak

ada

skene

dan

kelenjar bartolini Teraba tahanan yang


kenyal yang berfluktuasi dalam kavum
douglasi dan nyeri tekan, tidak ada
ruptur perineum, tidak nyeri, lochea
purulenta.
Anus
Inspeksi : tidak ada hemoroid
Ekstermitas atas
Inspeksi : simetris, tidak ada oedema,polidaktil
dan sindaktil
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan danm turgor
normal

12

Ekstermitas bawah
Inspeksi : simetris,

tidak

ada

oedema,

lesi,

polidaktil dan sindaktil


Palpasi
: tidak ada nyeri tekan danm turgor
normal
Perkusi

: reflek patela +/+

2.3 Pemeriksaan penunjang


Laboratorium
II.

: HB

: 8 gr%

IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH


Ds : Ibu telah melahirkan bayinya pada tanggal 11 Oktober
2016 jam 07.00 wib secara secaara SC dan mearsakan
letih,
Do

kurang

tidur,

nyeri

perut

jika

beraktivitas,

kehilangan nafsu makan.


: Keadaan umum: cukup
Kesadaran
: Composmentis
TTV TD

: 90/60 mmHg

N
: 105x/menit
RR : 23x/menit
Suhu
: 38C
Payudara
:simetris, putiong susu menonjol, tidak
ada

nyeri

tekan,

colostrum

sudah

keluar
Abdomen

: terdapat strie lividae dan tidak ada


bekas operasi, Perut terlihat lebih besar
dari
Adanya

normal
bekas

jahitan

yang

tidak

jadi/mengalami kebocoran, Nyeri tekan


lepas, Dinding perut tegang dan kaku
seperti

papan,

Bising

usus

tidak

terdengar.
Genetalia

:Tidak ada varises, tidak ada oedema,


tidak ada kondiloma, lochea purulenta:
10 cc, Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
13

pembengkakan

kelenjar

skene

dan

kelenjar bartolini vagina toucher: Teraba


tahanan yang kenyal yang berfluktuasi
dalam kavum douglasi dan nyeri tekan,
tidak ada ruptur perineum, tidak nyeri,
lochea purulenta.

III.

Dx : Ny. J P10001 7 hari post SC dengan peritonitis


IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Syok (hipovolemik, septic, neuroghenik)
Abses
Obstruksi intestinal rekuren
Mati

IV.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Infus NaCl atau Ringer Laktat 20 tpm
Antibiotik (Ampisilin 1g IV)
Kolaborasi dengan tim medis dan dokter Sp.OG
Rujukan pasien ke RS dengan menggunakan BAKSOKUDA
V. INTERVENSI
Tanggal

: 18 Oktober 2016

Jam

: 12.30 WIB

Diagnosa

: Ny. J P10001 7 hari post SC dengan Peritonitis

Tujuan

: Setelah dilakukan asuhan dengan baik dan benar


diharapkan masa nifas berjalan normal.

Kriteria Hasil:
Keadaan umum : Baik
TD : 110/70 mmHg 130/0 mmHg
N

: 80- 100x/menit

:36,5 37,5 C

Nyeri perut berkurang, nafsu makan baik, bekas jahitan yang


tidak mengalami kebocoran, Bising usus normal.
1. Membina hubungan baik dengan pasien.

14

R/ pasien lebih kooperatif terhadap tindakannya.


2. Jelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan.
R/ Persamaan persepsi antara pasien dan bidan akan
memudahkan tindakan yang akan dilakukan sehingga ibu
tenang.
3. Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa ibu akan dilakukan
tindakan pemasangan infus.
R/ Pertolongan pertama untuk memperbaiki keadaan ibu.
4. Berikan suppot mental pada ibu dengan cara memotivasi
ibu untuk tetap tenang dan tidak merasa cemas.
R/ Memberikan dukungan psikologis pada ibu.
5. Beritahu ibu dan keluarga bahwa ibu harus dirujuk agar
dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
R/ Ibu mendapat penanganan & pemantauan khusus dari
tim ahli.
6. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dan dokter Sp.OG
untuk

dilakukan

Pembuangan

focus

septic/penyebab

peradangan lain

R/ Pemberian terapi antibiotic untuk ibu.


7. Lakukan rujukan dengan BAKSOKUDA
R/ Agar pasien mendapatkan pertolongan secara tepat pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih baik, sehingga
VI.

jiwanya dapat terselamatkan.


IMPLEMENTASI
Tanggal
: 18 Oktober 2016
Jam : 13.00 WIB
Diagnosa : Ny. J P10001 7 hari post SC dengan Peritonitis
1. Membina hubungan baik dengan pasien.
2. Memberitahu pada ibu dan keluarga bahwa ibu akan
dilakukan tindakan pemasangan infus sebagai pertolongan
pertama untuk menstabilkan keadaan ibu.
3. Memberikan suppot mental pada ibu

dengan

cara

memotivasi ibu untuk tetap tenang dan tidak merasa


cemas sebagai bentuk dukungan psikologis pada ibu.
4. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu harus dirujuk
agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sehingga ibu
mendapat penanganan & pemantauan khusus dari tim ahli.

15

5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dan dokter Sp.OG


dalam pemberian terapi antibiotic untuk ibu.
6. Melakukan rujukan dengan BAKSOKUDA

agar

pasien

mendapatkan pertolongan secara tepat pada fasilitas


pelayanan kesehatan yang lebih baik, sehingga jiwanya
dapat terselamatkan.
VII

EVALUASI
Tanggal
Waktu
S

: 18 Oktober 2016
: 13.30 WIB
: Ibu mengerti dan paham penjelasan yang telah

disampaikan
O

bidan dan mau dilakukan rujukan.


: Ibu dan keluarga menyetujui untuk dilakukan

rujukan.
A

: Ny. J P10001 2 minggu post SC dengan suspect

peritonitis
P

: - Berikan motivasi pada ibu.


- Berikan infom consent kepada ibu tentang

persetujuan rujukan.
- Lakukan persiapan rujukan dan mengantar ibu ke
tempat
rujukan.
- Kolaborasi dengan tim medis dan dokter Sp.OG.
- Laksanaan rujukan dengan menggunakan
BAKSOKUDA.

BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam kasus Ny j diperoleh data-data sebagai berikut yakni,
data subyektif yang langfsung dikatakan oleh ibu bahwa Ibu telah
melahirkan bayinya pada tanggal

11 Oktober 2016 jam 07.00 wib

secara secaara SC dan mearsakan letih, kurang tidur, nyeri perut jika
beraktivitas,

kehilangan

nafsu

makan.

Keadaan

umum

Cukup,

Kesadaran Composmentis, TD 90/60 mmHg, N 105x/menit, RR 23x/menit,


Suhu 38C. Pada Abdomen

Perut terlihat lebih besar dari normal,

16

adanya bekas jahitan yang tidak jadi/mengalami kebocoran, Nyeri


tekan lepas, Dinding perut tegang dan kaku seperti papan, Bising
usus tidak terdengar. Pada Genetalia

lochea

purulenta: 10 cc

vagina toucher: Teraba tahanan yang kenyal yang berfluktuasi dalam


kavum douglasi dan nyeri tekan, tidak ada ruptur perineum, tidak
nyeri, lochea purulenta.
Diagnosa Ny D P10001 Ny. J P10001 7 hari post SC dengan Peritonitis
dibeikan

intervensi yaitu: Membina hubungan baik dengan pasien,

Jelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah


dilakukan, Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa ibu akan dilakukan
tindakan pemasangan infus, Berikan suppot mental pada ibu dengan
cara

memotivasi

ibu

untuk

tetap

tenang

dan

tidak

merasa

cemas.Beritahu ibu dan keluarga bahwa ibu harus dirujuk agar dapat
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Lakukan kolaborasi dengan tim
medis

dan

dokter

Sp.OG

untuk

dilakukan

Pembuangan

focus

septic/penyebab peradangan lain. Lakukan rujukan dengan BAKSOKUDA

yang tujuannya adalah Setelah dilakukan asuhan dengan baik dan


benar diharapkan masa nifas berjalan normal. Kriteria Hasil yaitu
Keadaan umum Baik, Nyeri perut berkurang, nafsu makan baik, bekas
jahitan yang tidak mengalami kebocoran, Bising usus normal.
Pada pengidentifikasian diagnosa dan identifikasi masalah
tidak terjadi kesenjangan pula, karena diagnosa di ambil darti
[prosedur dari anamnesa pada kasus ini tidak ada masalah yang
muncul. Pada langkah antisipasin masalah potensial tidak muncul
masalah potensial pada pada pengembangan rencana, implementasi
dan evaluasi tida ada kesenjangan antara teori dan praktek, langkahlangkah asuhan tyersebuit disesuaikan dengsan keadaan pasiern,
sehingga asuhan kebidanan pada Ny J 24 tahun P10001 dapat
bejalan normal tanpa komplikasi yang lebih parah.
BAB V
PENUTUP

17

5.1 Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa transisi untuk memulihkan alatalat kandungan seperti sebelum hamil. Dimana pada masa nifas
ini banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi baik daeri
segi

fisik

maupun

psikologis.

Oleh

karena

itu

diperlukan

penghawasan secara intensif terhadap ibu post partum agar pada


masa nifas ini berjalan dengan njormal tanpa adanya ko9mplikasi
atau penyakit.
Dalam asuhan kebidanan pada Ny J usia 24 tahun P10001
dengan post SC dengan Peritonitis mulai dari langkah I sampai langkah
ke VII sesuai dengan prinsip menejemen kebidanan varney.
5.2 Saran
Selalu memberikan KIE tentang kebutuhan ibu terutama
personal hygine karena hal ini bila tidak di jaga dengan baik akan
memperburuk keadaan ibu yang belum pulih secara sempurna.

18

You might also like