Professional Documents
Culture Documents
R DENGAN POST
OPERATIF APENDIKSITIS AKUT
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Didalam Millenium Develevopment Golds ( MDG ) upaya pembangunan
kesehatan merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dari pembangunan
Nasional. Upaya ini cukup luas dan kompleks serta memerlukan pengertian yang
lebih seksama dalam pelayanan kesehatan pada umumnya dan khususnya pada
pelayanan keperawatan. Sejalan dengan perkembangan zaman muncul berbagai
masalah kesehatan salah satunya adalah apendiksitis.
Apendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen
apendiks, ini bermuara ke dalam caecum dinding apendiks mengandung banyak
folikel getah bening biasanya apendiks terletak pada illiaca kanan .
Apendiks dapat mengalami peradangan pembentukan mukokel, tempat
parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pustula
interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus illeum dan kelainan yang lain.
Khusus untuk apendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas
dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau ganggrene.
Tindakan pengobatan terhadap apendiks dapat dilakukan dengan cara
operasi ( pembedahan ). Pada operasi apendiks dikeluarkan dengan cara
apendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang apendiks.
Adapun
permasalahan
yang
mungkin
timbul
setelah
dilakukan
tindakan
angka
WWW.google.com) .
kesakitan
akibat
dari
apendiks
internet
2011,
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Apendiksitis
1. Pengertian Apendiksitis
a. Anatomi dan fisiologi
dalam (sirkularis) merupakan penerusan otot seikum yang sama dan lapisan luar
(longitudalis) dari penyatuan tiga tenia seikum.
1) Letak Apendiks
a. Letak di fossa iliaca kanan, basis atau pangkalnya sesuai dengan titik Mc Burney 1/3
lateral antara umbilikus dengan SIAS.
b. Basis keluar dari puncak sekum bentuk tabung panjang 3 5 cm.
c. Pakal lumen sempit, distal lebar. ( Farid 3, 2001 )
2). Bentuk Dan Ukuran
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar
lima kaki ( sekitar 1,5 m ) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter
usus besar sudah pasti lebih besasr dari usus kecil. Rata rata sekitar 2,5 inc
( sekitar 6,5 cm ) tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil. Usus besar
dibagi menjadi sekum, colon, dan rectum. Pada sekum terdapat katup illeosecal dan
Apendiks yang melekat pada ujung sekum. Colon dibagi lagi menjadi colon
asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Tempat dimana colon membentuk
kelokan tajan yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut turut dinamakan
fleksura hepatica dan fleksura lienalis. Colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan
membentuk S lekukan rectum. Pada posisi ini gaya berat membantu mengalirkan air
dari rectum ke fleksura sigmoid. Rectum terbentang dari colon sigmoid sampai anus
( Silvia A. Price, Lorraina, M Wilson 1995 )
Usus buntu mungkin memiliki beberapa fungsi pertahanan tubuh, tapi bukan
merupakan organ yang penting. Apendiks atau umbai cacing hingga saat ini
fungsinya belum diketahui dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang
mengganggu. Apendiks merupakan tabung panjang, sempit (sekitar 6 9 cm),
menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal dicurahkan dalam lumen
dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan dalam pengaliran lendir
tersebut maka dapat mempermudah timbulnya apendiksitis (radang pada apendiks).
Di dalam apendiks juga terdapat imunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan
yang banyak terdapat di dalamnya adalah IgA. Selain itu pada apendiks terdapat
arteria apendikularis yang merupakan endartery. Apendiksitis sering terjadi pada
usia antara 10-30 tahun.
b. Pengertian
dan
mengosongkan
diri
secarah
teratur
berisi
sekum,
karena
c. Etiologi
Apendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau
penyumbatan akibat. (Irga, 2007) :
1. Hiperplasia dari folikel limfoid.
2. Adanya fekalit ( massa fecal yang keras ) dalam lumen apendiks.
3. Tumor apendiks.
4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis.
5. Erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histilitica.
6. Spasme otot spinter antara perbatasan apendiks dan seikum.
7. Hiperplasia jaringan limfoid yang biasa terjadi pada anak-anak.
8. Penyebab lain apendiksitis adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman kuman
seperti Escherichia coli (80%), Streptokokus tapi kuman yang lain jarang terjadi.
d. Tanda dan gejala
1. Ada beberapa gejala awal yang khas yakni :
a. Nyeri yang dirasakan secara samar (nyeri tumpul) di daerah sekitar pusar. kemudian
nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda -tanda yang khas
pada apendiksitis akut yaitu nyeri pada titik Mc Burney. Nyeri perut ini akan
bertambah sakit apabila terjadi pergerakan seperti batuk, bernapas dalam, bersin,
dan disentuh daerah yang sakit.
b. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah.
c. Demam derajat rendah ( 37,5 C 38,5 C ) dan terasa sangat lelah.
d. Mules.
e. Malaise.
f. Konstipasi atau diare.
g. Tidak ada nafas makan.
h. Leukositosis (lebih dari 12.000/mm3) dengan peningkatan jumlah neutrofil sampai
75%.
2. Tanda dan gejala Post Apendiktomi :
a. Nyeri pada area luka operasi yang kemungkinan dapat menghambat aktivitas
disertai kekakuan pada abdomen dan paha kanan.
b. Mual dan muntah.
c. Keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
d. Dehidrasi karena adanya pembatasan masukan oral pada periode pertama post
operasi.
e. Konstipasi, karena adanya pengaruh anastesi pada fungsi pencernaan.
f. Ketidaktahuan klien dalam pemulihan pasca operasi.
1. Jenis jenis Apendiksitis
a. Apendiksitis Akut
Apendiksitis akut adalah jenis apendiksitis yang paling sering memerlukan
pembedahan dan paling sering menimbulkan kesukaran dalam memastikan
diagnosanya,
karena
banyak
kelainan
menunjukkan
tanda
tanda
seperti
e. Patofisiologi
Etiologi
Obstruksi lumen ( fekalit,tumor dan lain lain )
Apendiks akut
fokal
Nyeri epigastrium
Obstruksi vena, edema bertambah
Peradangan peritonium
Apendiks supuratif
akut
Arteri terganggu
Nyeri daerah kanan bawah
Ganggren
Apendiksitis ganggrenosa
Infiltrat
Infiltrat apendikularis
Perforasi
Apendiksitis perforasi
Keterangan :
Apendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa apendiks
mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun
elasitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe
yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendiksitis
akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus
dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang
dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendiksitis
supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks
yang diikuti ganggren. Stadium ini disebut apendiksitis ganggrenosa. Bila dinding
apendiks rapuh maka akan terjadi perforasi disebut apendiksitis perforasi.
Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga muncul infiltrat apendikularis.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang,
dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih
kurang memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah
terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.
f. Komplikasi
Komplikasi paling serius adalah ruptur apendiks. Hal ini terjadi jika
apendiksitis terlambat di diagnosis atau diterapi. Kasus ini paling sering terjada pada
bayi, anak, atau orang tua. Bocornya apendiks dapat menyebabkan peritonitis dan
pembentukan abses. Peritonitis adalah infeksi berbahaya yang terjadi akibat bakteri
dan isi apendiks keluar mencemari rongga perut. Jika tidak diobati dengan cepat,
peritonitis dapat berakibat kematian. Abses adalah massa lunak yang berisi cairan
dan bakteri, biasanya terbentuk sebagai upaya tubuh untuk melokalisir infeksi.
Komplikasi Post Apendiktomi Potensial komplikasi setelah apendiktomi antara
lain :
a. Peritonitis
b. Abses pelvis (lumbal).
c. Abses subfrenik (abses di bawah diafragma).
d. Ileus (paralitik dan mekanik).
g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan radiologi.
1)
2) Pemeriksaan radiologi yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga apendiksitis
akut antara lain adalah Ultrasonografi, CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonogarafi
ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Pre dan Post Operatif
apendiksitis
a. Pengkajian
Pengkajian adalah proses dimana data yang berhubungan dengan klien
dikumpulkan secara sistematis. Proses ini merupakan proses yang dinamis dan
terorganisir yang meliputi tiga aktifitas dasar, yaitu mengumpulkan secara sistematis,
menyortir dan mengatur data yang dikumpulkan serta mendokumentasikan data
dalam format yang bisa dibuka kembali. Pengkajian digunakan untuk mengenali dan
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kesehatan klien serta keperawatan klien
baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. ( internet 2010 )
Pengkajian ini berisi :
a) Identitas.
-
Identitas klien post apendiktomi yang menjadi dasar pengkajian meliputi : nama,
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, diagnosa medis,
tindakan medis, nomor rekam medis, tanggal masuk, tanggal operasi dan tanggal
pengkajian.
b) Lingkup Masalah Keperawatan berisi keluhan utama klien saat dikaji, klien post
apendiktomi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi dan keterbatasan aktifitas.
c) Riwayat Penyakit.
1) Riwayat Penyakit Sekarang.
Riwayat penyakit sekarang ditemukan saat pengkajian, yang diuraikan dari
mulai masuk tempat perawatan sampai dilakukan pengkajian. Keluhan sekarang
dikaji dengan menggunakan PQRST (paliatif and provokatif, quality and quantity,
region and radiasi, severity scale dan timing). Klien yang telah menjalani operasi
apendiktomi pada umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi yang akan
bertambah saat digerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi
obat dan diistirahatkan. Nyeri dirasakan sperti ditusuk tusuk dengan skala nyeri
lebih dari lima (0-10). Nyeri akan terlokalisasi di area operasi dapat pula menyebar di
seluruh abdomen dan paha kanan dan umumnya menetap sepanjang hari. Nyeri
mungkin dapat mngganggu aktivitas sesuai rentang toleransi masing masing klien.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu.
peningkatan masukan oral. Pola istirahat klien dapat terganggu ataupu tidak
terganggu, tergantung toleransi klien terhadap nyeri yang dirasakan.
8) Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan fisik ini mencakup :
-
Sistem Pencernaan adanya nyeri pada luka operasi di abdomen kanan bawah saat
dipalpasi. Klien post apendiktomi biasanya mengeluh mual muntah, konstipasi pada
awal post operasi dan penurunan bising usus. Akan tampak adanya luka operasi di
abdomen kanan bawah bekas sayatan operasi.
Sistem Perkemihan awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah
output urine, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intak oral selama periode
awal post apendiktomi. Output urine akan berangsur normal seiring dengan
peningkatan intake oral.
Sistem Integumen akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah
karena insisi bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan awal). Turgor kulit
akan membaik seiring dengan peningkatan intake oral.
Sistem Endokrin umumnya klien post apendiktomi tidak mengalami kelainan fungsi
endrokin. Akan tetapi tetap perlu dikaji keadekuatan fungsi endrokin (thyroid dan lain
lain).
9) Pemeriksaan Penunjang.
-
Laboratorium
a) Haemoglobin yang rendah dapat mengarah kepada anemia akibat kehilangan darah.
b) Peningkatan leukosit dapat mengindikasikan adanya infeksi.
-
Radiologi.
10) Terapi dan Pengobatan pada umumnya klien post apendiktomi mendapat terapi
analgetik untuk mengurangi nyeri dan antibiotik sebagai anti mikroba.
b) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien post apendiktomi antara lain (
internet 2011 ):
a) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan, prosedur invasif.
b) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca
operasi, status hipermetabolik : proses penyembuhan.
c) Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi pembedahan.
d) Intoleran aktivitas berhubungan dengan nyeri post operasi, kelemahan sekunder
terhadap pembedahan.
e) Kurang perawatan diri (diuraikan) berhubungan dengan kelemahan post operatif,
nyeri.
f) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan insisi pembedahan.
g) Risiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake (pembatasan pasca operasi), peningkatan kebutuhan nutrisi
sekunder terhadap pembedahan.
h) Konstipasi berhubungan dengan efek pembedahan, perubahan diet, immobilisasi.
i) Kurang pengetahuan mengenai (diuraikan) berhubungan dengan kurang terpapar
informai, tidak mengenal sumber informasi.
c) Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan pada klien dengan Apendiksitis menurut Merilyn. E.
Doenges adalah sebagai berikut :
iharapkan
Intervensi
Rasional
adanya
berkeringat, terjadinya
perubahan
infeksi
sepsis,
abses,
mental, peritonitis.
Lakukan
pencucian
deteksi
dini
bila
dimasukan
Adanya eritema.
4
pada
pasien
terdekat.
orang situasi
emosi,
memberikan
membantu
dukungan
menurunkan
ansietas.
5
Ambil
contoh
diindikasikan.
drainase
bila Kultur
pewarnaan
sensivitas
gram
berguna
mengidentifikasikan
dan
untuk
organisme
harapkan
Berikan
antibiotik
sesuai Mungkin
indikasi.
diberikan
secara
untuk
menurunkan
diperlukan
untuk
Intervensi
Kaji
nyeri,
catat
Rasional
lokasi, Berguna
dalam
pengawasan
obat,
kemajuan
upaya
evaluasi
inflamasi
bawah
dalam
abdomen
atau
pelvis,
menghilangkan
abdomen
yang
tegangan
bertambah
contoh
merangsang
ketidaknyamanan
abdomen.
4
Fokus
perhatian
meningkatkan
kembali,
relaksasi
dapat
dan
meningkatkan
kemampuan koping.
5
Pertahankan
puasa
/ Menurunkan
ketidaknyamanan
perawatan : Nutrisi, Perubahan Kurang dari Kebutuhan Tubuh, Resiko Tinggi Terhadap
Intervensi
Awasi
haluaran
Rasional
selang Jumlah
besar
dan
dari
muntah
aspirasi
/
diare
hiperaktifitas
penurunan
absorbsi
usus,
air
dan
diare.
3
Memberikan
bukti
kuantitas
oral.
penggunaan
nutrien
dan
keseimbangan
nitrogen
positif
pada
pasien
d) Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dalam proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan (melaksanakan intervensi yang telah ditentukan
sebelumnya)(Marilyn.E.Doengoes , 1999: 105).
Pelaksanaan adalah inisiatif dan rencana tindakan untuk mencapai tujuan
(Iyer et al, 1996) Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan yang disusun
dan ditujukan kepada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor faktor yang mempengaruhi klien. (Iyer et al, 1996).
Pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan yang diberikan kepada klien
meliputi pelaksanaan. perencanaan pelayanan keperawatan dan diskusi oleh
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan.
e) Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan dimana
merupakan proses yang kontinyu yang penting untuk menjamin kualitas dan
ketepatan perawatan yang dilakukan dengan meninjau respon klien untuk
menentukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien
(Marilyn.E.Doengoes 1999: 105).
Menurut Griffith dan Chirste, 1986, evaluasi sebagai suatu yang direncanakan
dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur
perkembangan klien dan mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa menentukan
efektifitas tindakan keperawatan (Buku Proses-Proses Keperawatan, Nursalam,
1999).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk rumah sakit
: 24 Mei 2011
Tanggal Pengkajian
: 30 Mei 2011
Nomor Register
: 33 51 89
Ruangan
: Tn M
Umur
: 36 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku
Agama
: Pentekosta
Status Nikah
: Belum menikah
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan
: SMA
Alamat
B. Identitas Penanggung.
Nama
: Tn. M
Umur
: 40 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Suku
Agama
: Pentekosta
Status Nikah
: Sudah menikah
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan
: SMA
: Kakak Klien
Alamat
: Jl. Ifargunung
Provokative: Nyeri dirasakan saat batuk, duduk, berdiri, dan melakukan aktivitas
abdomen
-
Time: 1- 2 menit
Badan lemas, panas, sakit apabila balik ke sebalah kanan, sakit daerah operasi
hilang timbul, dan rasa mual serta tidak enak makan.
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien pernah berobat ke Rumah Sakit 10 tahun yang lalu karena malaria, dan
dirawat.
-
2. Pemeriksaan Fisik
-
Keadaan Umum
Kesadaran
: Lemah
: CM ( Compos Mentis ) E4, V5, M6
: 120 / 90 MmHg
Nadi
: 92 x / menit
Suhu
: 37 0 C
Respirasi
: 24 x / menit
3. Berat Badan : 55 kg
4. Tinggi Badan
: 155 cm
5. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut dan Hygiene kepala
-
Warna rambut
: Hitam keriting
Penyebaran
: Merata
Kebersihan rambut
Mudah rontok
: Kotor
: Tidak
Palpasi
-
6. Muka
Inspeksi
-
Muka pucat.
7. Mata
Inspeksi
-
Conjuntiva anemis.
8. Hidung
Inspeksi
-
9. Telinga
Inspeksi
-
10. Mulut
Inspeksi
-
Gigi : Keadaan gigi lengkap, gigi tampak kotor, adanya karang gigi / keries, tidak
menggunakan gigi palsu.
Gusi
Bibir : sianosis, bibir pucat, bibir kering dan pecah, mulut berbau.
11. Leher
Inspeksi
-
13. Jantung
Palpasi
-
Batas kanan jantung pada linea sternalis kanan 1 jari lateral kanan.
14. Abdomen
Inspeksi
-
Pada luka operasi masih terlihat benang operasi dan belum di lepas.
16. Ekstermitas
Ekstremitas atas
-
Ekstremitas bawah
-
Kegiatan
Sebelum sakit
Selama sakit
Teratur
Teratur
Nasi,sayur,lauk
Bubur,sayur,lauk
pauk
pauk
3 x sehari
3 x sehari
Baik
Kurang hanya
o
1.
Nutrisi
- Pola makan
- Jenis makanan
Frekuensi
makan
- Nafsu makan
menghabiskan 4
5 sendok makan
Makanan
pantangan
Tidak ada
Pedas pedas
- Jenis minum
sedikit
- Jumlah minum
8 9 gelas
2.
4 5 gelas / hari
1.500 - 2000
IVFD RL 20 tetes /
cc/hari
menit
1 x sehari
1 2 x sehari
Khas
Khas
Eliminasi
a.BAB
- Frekuensi
- Bau
- Warna
Kuning
Kuning
- Konsistensi
Padat
Lembek
2 - 3 x sehari
3 4 x sehari
Amoniak
Amoniak
Kuning
Kuning tua
Tidak ada
Tidak ada
- Tidur malam
- Tidur siang
Tidak ada
Tidak ada
- Berbaring
Semua aktivitas
Sendiri
- Duduk
dilakukan sendiri
Sendiri
- Berdiri
tanpa bantuan
Dengan Bantuan
b. BAK
- Frekuensi
- Bau
- Warna
- Gangguan
3.
Istirahat Tidiur
- Keluhan tidur
4.
Aktivitas
Latihan
5.
- Berjalan
Dengan Bantuan
- Aktivitas rutin
Dengan Bantuan
Hygiene
- Frekuensi mandi
2 x sehari
Hanya di lap
2 x sehari
3 x seminggu
2 x sehari
1 x sehari
- Gosok ggi
- Cuci rambut
- Ganti pakaian
Nama Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
14,5 gram %
11 15 gram / %
o
1
Pemeriksaan Labolatorium
HCT
42,5 %
35 47 %
DDR
Negatif
Negatif
WBC
4.0 10.0
PLT
54 103 mm3
150 - 500
GDS
90 mg/%
<200
Ureum
132 mg/%
10 50 mg/%
Creatinine
2,46 mg/%
0,5 1,5
Albumin
3,11 g/dl
4 6 g/dl
DDR
Negatif
Negatif
SGPT
12 u/l
46 u/l
SGOT
9 u/l
49 u/l
17,2 gr / %
11 15 gram / %
Negatif
Negatif
DDR
WBC
49 103 mm3
PLT
Bifotik 2 x 1 gr (IV)
Ranitidin 3 x 1 ampul ( IV )
III.
DATA OBJEKTIF
Klien tampak :
Kesadaran : CM
TD
: 120 / 90 MmHg
: 92 x / menit
semua
: 37 0 C
: 24 x / menit
abdomen
Muka pucat
Gelisah
menit
klien
Hal
yang
eringan:Jika
klien
istirahat.
Sakit
: 150 cm
: 53 kg
daerah
hilang timbul
belum di lepas.
Rasa mual
Bibir pucat
Badan lemas
bawah
sendok
operasi
berat
untuk
kilen
Bifotik 2 x 1 gr (IV)
dibantu
oleh
keluarga
Klien hanya bisa istirahat
untuk
mengurangi
rasa
sakit
sakit apabila balik ke
sebelah kanan
Berharap semoga cepat
sembuh
Merasa bosan di Rumah
Sakit
Ranitidin 3 x 1 ampul ( IV )
Ketorolak 3 x 1 ampul ( Driip )
4 5
Klien
selalu
bertanya
tentang sakitnya
Takut apabila di operasi
Merasa cemas dan takut
dengan
penyakitnya
sekarang ini
Klien sering bertanya
tentang
penyakitnya
yang