You are on page 1of 8

Seminar STTRII 24 Januari 2016

Prof. Peter Lillback Ph.D. / Vik. Inawaty Teddy


How Often Should I Forgive: Jesus' Wisdom for Human Relationships
Dicatat oleh Nathanael Marvin Santino

Kesulitan dalam bergereja salah satunya adalah dalam hal relasi. Kelihatannya itu praktis, tetapi sifatnya juga teologi
dan saya percaya pasti berguna untuk kita.
Saya mau kita memikirkan arti relasi dalam kata inggris. Relationship berasal dari kata Latin, tetapi supaya kita dapat
ide tentang kata itu, ada beberapa pertanyaan:
1. Apa perbedaan antara tiket pesawat dengan passport?
Ke manapun pergi saya menyimpan passport saya, tetapi saya sudah menggunakan beberapa tiket dan sudah
tidak ada lagi pada saya. Karena tiket pesawat adalah sesuatu yang saya pergi, tetapi tidak bawa kembali.
2. Apa perbedaan supir taksi dan seorang ibu yang mengantar anaknya ke sekolah? Seorang supir taksi membawa
ke suatu tempat, tapi tidak peduli apa yang terjadi pada kita. Tetapi seorang ibu mengendarai anak ke sekolah,
dia akan jemput dan bawa kembali.
Arti kata relationship itu seperti itu, yaitu sesuatu yang kamu bawa kembali bersama-sama dengan kamu. Kata lain
juga yaitu relative, merupakan kata yang berkaitan. Yaitu saudara / kerabat. Mereka adalah orang yang selalu kita
bawa kembali ke dalam kehidupan kita. Relasi adalah seseorang / sesuatu yang kita bawa kembali ke dalam kehidupan
kita. Pertanyaannya, apakah relasi itu seperti seat belt yang kita klik lalu kita lepaskannya lalu kita pergi dan tidak ada
kaitannya lagi dengan kita? Atau relasi kita seperti simpul yang diikatkan ketika kita memanjat tebing? Dalam simpul
tali ada figur angka 8. Kalau kita sudah memiliki satu tali yang kita simpulkan dengan angka 8, lalu tambahkan lagi
simpul 8, maka kedua kali itu tidak akan terpisahkan. Dan simpul seperti itu yang dipakai dalam rock climbing. Jadi
pikirkan tentang seat belt yang diikatkan lalu dilepaskan, dengan tali simpul 8. Dan saya mau supaya kita pikirkan
bagaimana kita berelasi dengan saudara seiman dalam tubuh Kristus. Bagaimana kita berelasi dengan teman, keluarga
kita, pasangan kita.
Dan juga gambaran kita memiliki koneksi bisa kita ilustrasikan dengan cara lain. Preposisi adalah kata yang
menggabungkan hal ini. Misalnya sebuah kertas bisa diletakkan di Alkitab, di sebelah saya, dll. Ada preposisi yang bisa
gambarkan kita berelasi dengan satu dengan lainnya. Apakah kita adalah untuk orang lain atau kita menolak untuk
orang lain. Apakah kita maju / mendekati satu dengan lainnya, atau kita menjauh satu dengan lainnya.
Mari kita tutup mata. Kira-kira 30 detik. Pikirkan orang yang ingin engkau dekati. Lalu pikirkan orang yang engkau ingin
jauhi.
Ide kita mendekat dan menjauh, kita senang dengan seseorang, kita menentang seorang itu menggambarkan relasi
kita. Saya mau ceritakan kisah kecil saya. Dulu saya ke sekolah berjalan kaki di Ohio. Dunia yang berbeda saat itu, kalau
jalan sendirian anak kecil aman. Di sana kalau mau menyeberang, ada anak 12 tahun akan melambaikan bendera
sebagai tanda boleh menyeberang. Saya dulu ingin seperti anak itu. Suatu waktu saya terburu-buru dan langsung lari
ke depan tanpa menanti aba-aba. Lalu dia berteriak, kamu kembali! Kamu tidak boleh menyeberang jalan tanpa abaabaku. Dan saya begitu takut dan terus lari. Dan saya harus berpikir, saya bagaimana kalau kembali bertemu dengan
anak yang patroli itu? Saya takut, dia jauh lebih besar dari saya. Jadi saya berpikir akan melingkar beberapa blok untuk
kembali ke rumah. Dan itu saya harus lakukan 3 hari karena dia sedang patroli.
Dan itulah yang saya lakukan sampai umur 63 tahun. Kita seringkali menghindar dengan orang-orang yang kita takuti,
lalu menjauh. Bukan saja takut, tetapi kita marah. Dan hal tersebut terjadi dalam relasi. Karenanya ada orang yang
begitu dekat dengan kita, sekarang begitu jauh. Orang yang tadinya kita begitu senang, sekarang kita tidak suka dengan
dia. Dan itu tidak hanya terjadi di Amerika, tetapi di Indonesia juga karena kita semua manusia berdosa dan kita semua
bergumul dengan kerapuhan kita. Apa yang terjadi dalam relasi yang buat kita takut atau marah?
Mungkin seseorang sudah menyakiti kita, mempermalukan, menyinggung kita, apapun yang terjadi kita bisa sakit di
dalam, bisa terjadi seperti kita bisa sakit secara fisik, tangan kita terjepit pintu. Tetapi sama pastinya tangan kita terjepit
pintu, kita disakiti, kita pun pernah menyakiti orang lain. Yaitu bisa apa yang kita katakan, lakukan, atau apapun yang

tidak kita lakukan ketika kita seharusnya lakukan. Lalu kita tahu rasa sakit dalam relasi ini bisa meningkat. Sama
seperti kita bisa mendapatkan memar, luka potongan, bisa mengakibatkan kematian, demikian juga luka dalam relasi
bisa mematikan. Dan ketika saudara memikirkan tadi, orang yang ditentang, tidak suka, dan apakah saudara bisa
melihat berapa dalam luka tersebut? Apakah itu memar saja? Tergores? Patah? Atau mati?
Apa yang memampukan kita bukannya menjauhi dia tapi mendekati dirinya? Itulah yang Yesus bicarakan dalam Matius
18, yaitu kuasa pengampunan. Itu adalah kemampuan untuk boleh berdamai. Mari kita melihat yang Yesus ajarkan,
dan pikirkan arti pengampunan dalam relasi kita.
Matius 18:15-20
"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah
mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas
keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka,
sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai
seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang
kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi
Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka
itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di
situ Aku ada di tengah-tengah mereka."
Yesus ajarkan di ayat 15, bisa sekali saudara-saudari seiman bisa saling melukai. Dan melihat realita itu, Yesus berkata
tanggung jawab kita ketika kita disakiti, kita bicara dengan orang yang menyakiti kita. Mari kita jujur, kalau seseorang
menyakiti kita, lalu kita tidak suka dengan dia, apakah kita bicarakan keburukan orang tentang dirinya tapi tidak pernah
mau bicara dengan orang tersebut? Di sini Yesus bicara 3 langkah untuk memulihkan relasi tersebut.
Yesus berkata, datangilah orang itu, bicara empat mata dan bawa dia kembali dalam relasi. Yesus sedang berkata,
cobalah untuk menyambung kembali tali yang sudah terpotong itu. Yesus berkata, kalau kamu tegur dia di empat
mata, lalu dia sadar berarti dia telah dibawa kembali. Relasi bisa dipulihkan dengan membicarakan masalah yang
ada. Dan kalau kamu harus berbicara kepada orang lain, kamu akan jauh lebih hati-hati di dalam membicarakannya.
Dan itu membuat kamu berhati-hati dalam melakukannya, karena orang itu mendengar dan tahu kebenarannya.
Misalnya saudara sudah lukai seorang, dan dia datang kepada saudara, saudara tidak bisa katakan Sudah aku tidak
mau bicara kepada kamu! Kita harus berkata Ok aku akan mendengar. Ada ayat yang indah:
Yakobus 1:19 Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar,
tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;
Ketika saya dulu melakukan konseling pranikah sewaktu jadi pendeta (sekarang sudah jadi presdir), seringkali saya
nasihati orang dengan ayat tersebut. Saya berkata kalau kamu dengarkan ayat ini dan bisa jalankan, kamu akan
memiliki relasi yang luar biasa. Cepat untuk mendengar, lambat untuk berbicara, lambat untuk marah. Bahkan ada
satu pasang yang menuliskan ayat ini di dalam cincin mereka. Seseorang berkata, karena kita punya 2 telinga, kita
harus 2 kali lipat cepat mendengar daripada mulut / berkata. Kalau seorang berkata, kamu telah menyakiti aku, saya
harus berkata, Baik saya akan mendengar dengan hati-hati dan mencoba mengerti. Seringkali kita dengar kata-kata
yang menyakiti kita dan membuat kita marah, tetapi ayat ini mengajar kita untuk lambat untuk bicara. Kita harus hatihati merefleksikan apa yang sudah kita dengar. Natur manusia adalah Aku tidak mau dengar kamu, aku mau
memberitahu apa salahmu! tetapi Alkitab katakan bahwa aku harus dengarkan kamu, dengarkan argumentasimu,
sampai mengerti apa yang kamu katakan. Biasanya kita tidak mendengar, dan hanya berkata-kata lalu kita marah.
Tetapi di sini dikatakan, lambat marah, cepat mendengar.
Jelas bahwa Yesus mau supaya kita dapat mengkomunikasikan hal-hal yang jadi masalah kita dengan orang yang lain.
Tetapi Yesus juga orang realistis, Dia begitu tahu mengerikan dosa. Walaupun Yesus tidak pernah berdosa, tetapi Dia
datang ke dunia untuk mati karena dosa umatNya. Sehingga Yesus berkata, mungkin sekali saudaramu tidak mau
dengarkan kamu ketika kamu datang. Mungkin sekali kita tidak mau dengarkan orang yang kita sakiti. Karena itu Yesus
berikan langkah selanjutnya.
Yesus berkata bahwa kita seharusnya berusaha cari seorang yang kita hormati, lalu bersama-sama dengan orang
yang kita sakiti tersebut supaya kita bisa bicara. Bisa jadi orang yang lebih tua kita hormati, seorang pendeta atau

diaken yang punya hikmat secara rohani. Mungkin juga konselor yang punya keahlian melihat masalah kedua orang
ini. Dan mungkin ini membantu kita menghargai pendapat orang lain meskipun kita tidak selesaikan masalahnya. Tapi
Yesus juga sadari, kalau tidak bisa, ada langkah ketiga.
Ini terjadi karena ini adalah masalah dosa yang besar. Dikatakan, kalau kita harus bawa ke jemaat, ke gereja,
pimpinan gereja dan kita katakan bahwa kita punya relasi yang retak dan hancur, dan ini sangat serius. Dan ada
dosa yang dimana orang tidak mau bertobat, sehingga itu mengakibatkan mereka tidak ada tempat dalam meja
perjamuan kudus. Saya tahu bahwa setiap gereja punya cara sendiri untuk menangani yang dinamakan disiplin gereja.
Tetapi tujuan saya malam ini bukan soal disiplin gereja. Tetapi menunjukkan betapa serius Tuhan Yesus mencoba
memulihkan relasi. Dikatakan kamu perlu 3 cara menyelesaikan hal ini. Bahkan banyak dari kita bahkan tidak
melakukan yang pertama.
Tetapi di sini juga bukan dimana Yesus menyelesaikannya, tetapi mau jelaskan betapa pentingnya hal ini. Dan Yesus
beri perumpamaan, kenapa Dia percaya betapa pentingnya kita sebagai saudara seiman menyelesaikan masalah
relasi kita. Maka yang kita temukan di sini adalah perumpamaan tentang pengampunan hamba yang tidak mau
mengampuni. Perumpamaan ini muncul, karena pertanyaan Petrus yang kita temukan. Sampai berapa kali kita harus
mengampuni saudara kita? Petrus sangat dengarkan hati-hati dengan apa yang diajarkan Yesus. Dia menyadari bahwa
Yesus sangat serius tentang memulihkan relasi dengan seorang yang menyakiti kamu. Dia bertanya, apakah aku harus
ampuni 7 kali? Berapa kali aku harus mengampuni? Mungkin Petrus berpikir, Yesus akan berkata kamu ampuni sekali
saja itu sudah cukup. Saya rasa Petrus tercengang dengan apa yang dikatakan Yesus, yaitu 70x7 kali.
Mungkin di Indonesia, ada buku yang mencatat kita mengampuni orang sampai 70x7 kali. Kita catat sampai 70x7,
ketika sudah sampai, kita katakan akhirnya kita sudah tidak perlu ampuni dia. Tapi tidak ada buku seperti itu. Pertama,
karena Petrus mengerti Yesus bukan bicara soal hitung-hitungan seperti ini. Kalau diterjemahan inggris itu 77x (ESV).
Tapi di Indonesia 70x7. Nah kalau begitu ini ada buku baru 490x. Dan kita tidak seharusnya mencoba menghitung
berapa kali kita sudah mengampuni. Jadi pertanyaannya bukan berapa kali kita sudah mengampuni. Jawabannya ada
dalam perumpamaan ini.
Yesus berkata, Aku akan beri perumpamaan untuk jelaskan apa yang Aku maksudkan. Jadi perumpamaan tentang
hamba yang tidak mau mengampuni ini, untuk jelaskan kenapa kita tidak mengampuni 490 kali.
Ketika kita lihat cerita ini, sangat jelas bahwa Yesus kaitkan tentang sebuah kerajaan dengan raja yang sangat kaya.
Dimana raja memberi hutang yang begitu besar kepada salah satu bawahannya, dan sekarang tiba untuk melunasi
hutang itu. Seorang dibawa, dia berhutang 10.000 talenta. Kita bisa lihat 10.000 itu lebih besar dari 77 atau 490. Ini
angka yang sangat besar. Apakah saudara pernah hitung angka dari 1 sampai 10.000? Kalau dilakukan, saudara terlalu
punya banyak waktu. Menurut cara lama untuk ukur, 1 talenta adalah berat dimana seorang laki-laki bisa angkat.
Mungkin saudara tahu, di Filadelfia ada salju sekitar 60cm / 2 kaki. Saya rasa bersalah saya di sini, dimana cuaca di
sana begitu dingin tapi di Jakarta kering. Tetapi sekitar 1 minggu lalu, kami punya hari yang cerah, 20 Celcius, dimana
tanpa jaket bisa jalan di luar. Dan isteri saya berkata, hari ini kamu ada tugas. Musim gugur lalu kamu tidak pernah
bersihkan tanaman, saya sedikit kesal karena jadi harus kerja. Jadi dia katakan, pergilah cabutlah rumput liar sebelum
nanti membeku. Jadi saya bekerja 3-4 jam cabut rumput liar di antara bunga-bunga. Saya taruh di karung, dan begitu
berat sekali. Dan saya harus bawa ke gudang, dan saya pikir ini 1 talenta. Sangat berat tapi tak bernilai apa-apa. Kalau
saja bisa diganti emas, saya bisa jadi kaya. Kalau saya bawa kiloan emas, saya bisa sangat kaya. Sekarang emas
600.000/gram. Kita akan punya banyak uang kalau 50kg emas. Kira-kira 1-2jt US Dollar. Dan itu hanya 1 talenta.
Saudara tahu 10.000 talenta emas itu berapa banyak? Saya pikir itu besarnya hutang Amerika. Saya harap Indonesia
saudara di Indonesia membantu kami membayarnya.
Orang ini sangat berhutang banyak, dan tidak bisa membayarnya. Jadi si raja memanggil dia, dia sadar tidak mungkin
bisa bayar hutang itu. Jadi si Raja berkata, kalau tidak bisa lunasi, kamu akan dijual sebagai budak, isteri dan anakpun
demikian dijual. Ayat 26, hamba itu sujud dan akan melunaskan hutangnya. Yang dia minta adalah waktu, supaya dia
bisa berbisnis dan membayar hutang. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan, dan membebaskan hamba itu.
Raja itu begitu tergerak dengan permohonan si hamba, kamu hutang 10.000 talenta, kamu sekarang tidak hutang apaapa, sudah lunas. Itu jauh lebih beranugerah daripada raja berkata ok kamu diberi waktu 12 bulan. Raja berkata hutang
ini sudah lunas. Ini adalah sesuatu yang luar biasa. Orang itu bisa pulang ke rumahnya, katakan ke isteri dan anaknya
kita sudah bebas. Tetapi apa yang terjadi dengan orang yang lepas hutang ini.

Dia bertemu dengan hamba lain yang berhutang 100 dinar, dia tangkap dan cekik hamba itu. Apa itu 1 dinar? Itu adalah
upah buruh 1 hari. Jadi kalau 100 dinar, 100 hari, berapa besar? Kira-kira kalau di US, 50.000 Us dollar setahun, kirakiranya ini 1/3 nya. Mungkin 20an juta? Itu mungkin angka yang cukup besar, tapi tidak besar dibandingkan dengan
10.000 talenta. Padahal bisa saja dia hapuskan hutang itu, tapi dia katakan aku akan dapatkan setiap sen hutangmu.
Ini adalah perbedaan antara anugerah dan keadilan.
Si raja sudah memberikan suatu anugerah yang begitu besar, yang tidak mungkin bisa dikerjakan dan dilunasi. Dan
orang yang menerima anugerah begitu besar ini, sama sekali tidak mau beri anugerah kepada seorang yang berhutang
padanya. Dia berkata, aku akan buat kamu bayar setiap sen, dan itulah keadilan yang sempurna. Hamba yang lain
kemudian laporkan kepada raja, orang yang sudah dibebaskan hutangnya, menyiksa orang yang berhutang sedikit
kepadanya. Raja mendengar hal ini, dan berkata Aku berubah pikiran. Orang itu akan saya penjarakan, dan dia tidak
akan keluar sampai dia melunasi setiap sen hutangnya. Itu adalah kisah yang menarik, tetapi kita sadari betapa
pentingnya jika kita baca ayat berikutnya.
Ayat 35, Bapamu juga akan melakukan seperti yang dilakukan raja itu. Kisah ini mau mengatakan apakah kamu sadar
anugerah yang begitu besar yang Aku berikan kepadamu? Dan kamu sadarkah orang yang menyakiti kamu, hanya
berhutang sedikit sekali kepada kamu? Dan mungkin dalam pikiran kita, kita katakan ah dosaku tidak terlalu besar.
Tetapi saudara harus tahu hutang kita kepada Tuhan jauh sangat besar. Karena dosa kita punya signifikansi secara
kekekalan di hadapan Allah yang kudus.
Seorang teolog terkenal, Anselmus memberikan argumentasi dengan hati-hati: Mudah sekali bagi kita katakan aku
sudah berdosa tetapi dosaku begitu kecil dan tidak berarti. Dan mungkin kita coba berpikir, aku bisa lunasi hutang
dosaku dengan melakukan sesuatu bagi Tuhan. Tetapi masalahnya adalah, saudara melihat dosa dalam perspektif
saudara, dan bukan dalam relasi dengan Tuhan. Anselmus katakan Setiap dosa kita adalah dosa yang menyinggung
Allah yang tak terbatas, dan setiap inci dalam diri Tuhan kita singgung. Saudara tidak pernah hitung 1 sampai 10.000,
apakah saudara bayangkan hitung 1 sampai tidak terbatas? Kalau kita harus menyelesaikan dosa kita yang tak
terbatas, berarti kita harus terus lakukannya dengan tak terbatas. Karena itu kenapa dosa punya konsekuensi dalam
kekekalan yang tak terbatas. Ini adalah dosa yang sangat besar karena dosa kita kepada Allah yang kudus dan tak
terbatas itu.
Dan ketika Yesus berkata, demikian Bapa di Surga berbuat juga kepadamu, artinya ada hukuman kekal bila kita tidak
mengampuni. Yesus gambarkan penghakiman kekal yaitu Neraka sendiri. Beberapa tahun lalu saya dengarkan
khotbah dimana Pengkhotbah bicarakan tentang berapa lamanya kekekalan itu. Filadelfia setengah dunia dari Jakarta.
Bayangkan bahwa setiap 10 tahun seekor burung terbang dari Filadelfia ke Jakarta. Dia terbang sampai gunung Bromo,
ambil sepotong kecil gunung itu, lalu terbang ke Filafelfia. Dan 10 tahun lagi, bulak balik lagi. Dan waktu burung itu
akhirnya bisa memindahkan seluruh gunung berapi itu ke Filadelfia, maka itu adalah 1 hari dari kekekalan berlalu. Kita
bicara tentang suatu yang selalu punya signifikansi selama-lamanya. Jadi ketika kita melihat teks ini, apakah kita sadar
betapa besarnya anugerah Allah kepada kita? Karena dalam kasih karunia, dosa kita diampuni oleh iman. Dan itu bukan
hasil perbuatan kita sendiri, tetapi itu adalah Anugerah Allah. Allah telah lunasi hutang kita yang tak terbatas, supaya
kita bisa mengasihiNya. Karena itu Tuhan berkata kepada kita, bagaimana mungkin kamu tidak mengampuni
saudaramu?
Kita ingat bahwa Yesus sudah ajarkan doa Bapa kami. Bapa ampunilah dosa kami seperti kami juga ampuni yang
berdosa kepada kami. Ini yang kita doakan. Kita berdoa bahwa Allah akan menangani kita, seperti kita menangani
orang lain. Anugerah pengampunan dalam hidup kita, berarti kita punya anugerah untuk mengampuni orang lain
dalam hidup kita. Dan ketika kita lihat kisah ini, saya mau kita lihat dalam konteksnya.
Dalam konteks cerita ini, Petrus katakan pengakuannya bahwa Yesus adalah Mesias. Pengampunan ini adalah bukan
ajaran seorang guru, tetapi pengampunan ini adalah ajaran dari Mesias. Teks berikutnya bicara tentang penderitaan,
kematian, dan kebangkitan Yesus. Sekarang Petrus dan para murid sudah mengenal siapa Yesus dan Yesus mulai
beritahu apa yang jadi misiNya. Allah jadi manusia untuk mati, tetapi juga untuk bangkit kembali. Kenapa ini begitu
penting? Karena pengampunan selalu menuntut kematian. Kita tidak dapat diampuni tanpa Kristus mati di atas
kayu salib. Kita tidak bisa ampuni orang lain, sampai saudara mematikan kesombongan, kemarahan saudara.
Tetapi juga ada kebangkitan bersama dengan ini. Pelajaran yang saya dapatkan ketika saya marah kepada orang yang
sudah melukai saya, yaitu bahwa ketika saya memilih untuk tidak marah, pahit, dan tidak punya dendam, saya jadi

bebas. Saya tidak lagi terkurung dalam diri saya, dalam emosi saya yang saya rasakan perlu balas dendam kepada
mereka. Saya berkata, biarlah Tuhan yang menangani mereka, dan Tuhan berkata Pembalasan adalah hakKu.
Tidakkah Allah selalu benar, dan kita bisa percayakan kepadaNya? Beberapa minggu lalu saya alami hal ini dalam hidup
saya. Saudara tahu bahwa pendeta juga rasakan kemarahan orang. Dan kadang-kadang juga pendeta marah kepada
orang lain. Kira-kira 8 tahun yang lalu, saya harus menyelesaikan pelayanan saya di gereja, karena saya pendeta gereja
itu dan saya mau ke sekolah teologia. Dan saat transisi pendeta itu sangat sulit. Kadang seorang pendeta terlalu cepat
meninggalkan, dan tinggal terlalu lama. Dan orang bisa marah kepada hal itu. Lalu saya pikir, kenapa ada orang marah
kepada saya padahal saya begitu baik? Tetapi akhirnya saya punya sukacita untuk kembali melayani di gereja yang
dulu. Dan isteri dan anak saya duduk di sebelah keluarga yang marah kepada saya. Lalu kita memuji Tuhan sama-sama,
ibadah sama-sama. Lalu mereka bingung, apakah mereka sudah berdamai kembali? Isteri saya ditelpon orang dan
berkata, Apakah kamu tahu apa yang mereka katakan tentang kamu? Isteri saya berkata, wah saya ternyata begitu
baik dalam pengampunan. Dan itu adalah suatu yang sederhana, duduk bersama saudrara seiman. Dan masa lalu
adalah masa lalu. Sekarang kita menuju ke depan.
Saya mau kita pikirkan sejenak, hal praktis yang kita bisa lakukan. Saya bicara tentang Tuhan yang mau berkata, mati
dan bangkit, dan Dia mau agar kita mengikutiNya. Apakah saudara mau memikirkan orang tadi, yang kita katakan aku
tidak suka, dan mau menjauhi dia? Dan saudara mau mati terhadap kesombongan dan kemarahan saudara? Yesus
berkata Berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu Apakah saudara mau malam ini berkata aku akan berdoa
bagi dia yang tidak mau kupikirkan? Bisa jadi itu anggota keluarga kita yang sudah sakiti kita secara mendalam? Dan
berdoa kepada Tuhan Tuhan mampukan aku untuk begitu mengasihi engkau sehingga bisa mengampuni orang yang
begitu sakiti aku. Dan mungkin saudara katakan sudah lakukan hal itu. Maka mungkin saudara perlu pikirkan, apakah
saudara bisa kirimkan surat atau email yang mengatakan Aku mendoakanmu Dan katakan Wah sudah lama sekali
kita tidak bicara, mungkin 10 tahun, dan aku ingin kamu mengerti bahwa relasi kita begitu penting. Saya mau agar
kita pikirkan, dan biarkan Roh Kudus bekerja dalam diri kita, dan tanya kepada Tuhan, Tuhan apa yang harus aku
lakukan.
Setelah Yesus katakan penderitaanNya, kematian, dan kebangkitanNya, ayat 24 Yesus katakan bahwa barangsiapa
mau ikut Yesus, harus sangkal diri, pikul salib, dan ikut Yesus. Ini adalah saatnya kita berkata kepada Tuhan, Tuhan aku
mau mati terhadap kesombonganku, kemarahanku, dan kepahitanku, dan aku mau lakukan apa yang seharusnya
aku lakukan. Dan ketika kita melanjutkan kisah kita, yang terjadi adalah kisah yang luar biasa yaitu transfigurasi Yesus.
Dalam Transfigurasi, Yesus yang kelihatannya sangat rendah dan sederhana, terlihat sebagai Tuhan yang begitu
mulia, karena memang itulah Dia. Dan kita tahu dalam teks ini, Yesus yang memancarkan sinar kemuliaanNya ada
Musa dan Elia. Dan apa yang kita pelajari di sini adalah inilah yang sebenarnya apa yang akan terjadi pada kebangkitan.
Betul bahwa kita harus pikul salib, sangkal diri, dan mati bagi diri kita, tetapi ada suatu kemuliaan yang begitu luar
biasa yang mengikuti salib. Dan kemuliaan ini adalah kehadiran Allah itu sendiri. Saudara kalau kita mau membiarkan
Allah bekerja dalam relasi kita yang rusak tersebut, maka kita akan mengerti kuasa kebangkitan dan orang akan
tercengang dengan apa yang terjadi dan berkata oh apa yang sebenarnya terjadi?
Ketika kita lihat pasal 17, Yesus menyembuhkan anak laki-laki yang kerasukan. Para murid tidak bisa usir setan
tersebut. Dan Yesus yang lakukan sendiri. Yesus berkata oh kamu yang kurang iman, dan itulah yang Yesus katakan
kepada saudara sekarang, bila berkata aku tidak percaya Tuhan bisa lakukan dalam diriku. Tidakkah saudara percaya
bahwa Yesus akan bawa kebangkitan ke dalam relasi yang sudah rusak itu, bila kita mau ambil langkah dalam iman?
Yesus berkata, kalau saja kita punya iman sebesar biji sesawi kita bisa pindahkan gunung. Saya rasa Yesus bukan bicara
tentang memindahkan Mount Everest ke Filadelfia, tetapi bicara soal relasi yang hancur, kemudian bisa disembuhkan
karena kuasa Injil. Apakah saudara mau ambil langkah pertama, percaya bahwa Tuhan bisa beri kuasa kebangkitan
dalam relasi tersebut? Menarik bahwa Yesus kembali bicara soal kematian dan kebangkitanNya. Sepertinya Yesus
mau katakan, kematian dan kebangkitan merupakan bagian dari kisah kita. Kita tidak bisa lepas. Kita matikan
kesombongan kita, dan kita lihat kuasa kebangkitan dalam pemulihan relasi yang rusak.
Masuk kisah terahkir, Yesus bayar bea dalam bait Allah. Ini salah satu kisah favorit saya. Yesus pulang ke kampungnya
lalu ditagih pemungut cukai. Pajak ini adalah untuk bait Allah. Ini bukan pajak Romawi, tetapi pajak Yahudi. Jadi
pertanyaannya kepada Petrus, apakah gurumu tidak bayar 2 dirham itu? Petrus berkata, tentu saja Dia bayar pajak.
Karena Dia orang baik. Yesus mendengar itu, dan panggil Petrus untuk bicara berdua. Dan Yesus bicara kepada Petrus,
dan ceritakan sebuah kisah. Bayangkan ada sebuah kerajaan, ada raja yang punya putera. Dan sekarang masanya pajak

dibayar. Siapa yang bayar pajak, bawahan atau sang pangeran? Petrus katakan, pangeran tidak akan bayar, karena dia
putera raja. Bawahan yang bayar. Jadi Allah adalah raja, Aku pangeran. Aku adalah Bait. Pajak itu dibayar untuk Aku,
Aku tidak bayar pajak. Tetapi supaya kita tidak timbulkan masalah, Aku mau kamu lakukan sebagai nelayan untuk
menjala ikan. Dan ikan pertama yang kamu tangkap di dalamnya ada cukup uang untuk bayar pajak kamu dan Aku.
Jadi saya seharusnya tidak usah bayar pajak, tapi akan bayar dengan mukjizat. Karena adalah si pangeran yang
berkata, dan kamu adalah orang-orang dalam kerajaanKu, dan kamu harus mengampuni. Sang Pangeran minta kita
untuk hormati Dia sebagai Anak Raja alam semesta. Dan akhirnya kita masuk dalam Matius 18.
Kita menemukan para murid mulai menanyakan siapakah yang terbesar dalam kerajaan Surga? Saya tidak mengerti
kenapa Petrus tidak katakan bahwa Yesus yang terbesar karena bisa lakukan mukjizat. Mereka sedang berdebat, siapa
di antara murid yang terbesar. Dan Yesus katakan bahwa Dia akan tunjukkan. Lalu Dia bawa seorang anak kecil
mungkin umur 2 atau 3. Dia bawa anak itu, lalu letakkan di hadapan orang. Dan Dia katakan, seorang seperti anak kecil
lah yang terbesar. Yang terbesar adalah orang yang simply obey segala apa yang diperintahkan Tuhan, seperti anak
itu yang diperintahkan datang dan ditempatkan di tengah-tengah orang-orang. Apakah saudara ingin punya iman
seperti anak kecil itu? Sama seperti anak berusia 2 atau 3, ayah atau ibu gendong dia, anak itu tidak akan berontak ke
mana pun dia pergi. Dan sekarang Tuhan berkata, Aku akan mengangkat kamu seperti anak kecil itu, dan Aku akan
menempatkan kamu ke sisi orang dimana kamu mau memulihkan relasi tersebut. Apakah mau?
Bagian selanjutnya bicara soal pencobaan tentang dosa. Dan Yesus berkata, siapa yang sesatkan salah satu dari anak
kecil akan celaka! Lebih baik bagi dia bila batu kilangan diikatkan di lehernya lalu dilemparkan ke laut, daripada seorang
anak kecil tersesat. Teladan apa yang kita berikan kepada anak kita, ketika kita tidak mau memulihkan relasi yang
sudah hancur? Apakah mungkin anak saudara katakan kenapa Mah Pah, Om itu tidak mau datang lagi ke kita. Kenapa
kita tidak pernah mau menelpon dia lagi? Kita harus sadar apa yang kita lakukan mempengaruhi generasi
selanjutnya.
Yesus juga berikan perumpamaan mengenai domba yang hilang. Dan Dia bercerita tentang seorang gembala yang
akan pergi cari domba yang tersesat yang buat Dia sakit kepala. Yesus mau katakan bahwa seorang gembala akan
memulihkan relasi mereka yang rusak, dengan membawa domba yang sudah hilang tersebut. Jadi kita bisa melihat
bahwa banyak sekali teks Alkitab bicara tentang relasi yang dipulihkan. Tetapi saya mau menyelesaikan pelajaran kita
hari ini, dengan refleksi terakhir sesudah itu kita akan masuk dalam tanya jawab.
Matius 18:8-9. Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik
bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua
kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena
lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan
bermata dua.
Yesus tidak ajarkan secara literal menyuruh kita potong tangan atau congkel mata kita. Tetapi Dia memakai kata-kata
yang penuh kuasa ini untuk buat kita berpikir. Dan Yesus tanya, apa sebabnya kamu menolak untuk selesaikan
kepahitan yang ada dalam dirimu kepada seseorang? Apakah kamu bersedia mematikan dosa tersebut sehingga
kamu kemudian bisa lakukan apa yang Tuhan ingin kamu lakukan? Dan dia katakan ini keputusan serius, untuk
hormati Yesus dan refleksikan Injil Matius.
Kesimpulan: Kenapa kita harus memulihkan relasi yang rusak? Allah itu sendiri adalah relasi yang kekal. Allah kita
adalah Allah Bapa, Anak, Roh Kudus yang ada dalam relasi Allah yang sempurna. Dan kita menyembah Allah yang
berelasi dengan diriNya sendiri dalam kesempurnaan dan kita disuruh untuk teladani Dia. Dan tidakkah Allah
bersama orang tua pertama kita, Adam dan Hawa jalin perjanjian sehingga mereka dapat hidup bersama? Kita
diciptakan di dalam gambar Allah, Allah selalu berelasi dan kita adalah gambarNya. Tetapi relasi itu sekarang rusak
bukan? Dan apa yang Allah lakukan? Dia menyediakan penebusan untuk memulihkan relasi tersebut. Dan Allah
begitu berkomitmen untuk pulihkan relasi yang sudah rusak itu, sampai Allah jadi manusia. Inkarnasi. Allah
memulihkan perjanjian, dengan Allah sendiri jadi manusia. Melalui salib dan kebangkitan, Dia kemudian bawa kita ke
relasi yang dipulihkan. Dan untuk keselamatan kita. Salah satu kata dalam keselamatan adalah rekonsiliasi. Kata
rekonsiliasi berarti membawa 2 pihak untuk bersatu yang tadinya adalah musuh. Dan pada akhirnya segala karya
Allah itu masuk menuju penggenapan yang mulia. Kita tahu bahwa Adam bisa berdosa. Dan ketika Adam berdosa, dia
tidak bisa tidak berdosa. Setelah Injil datang, maka kadang-kadang kita mampu untuk tidak berdosa. Tetapi di dalam

masa depan yang penuh kemuliaan, nanti kita tidak mungkin berdosa. Berarti tujuan kita adalah nanti kita akan ada
dalam situasi dimana relasi tidak akan pernah rusak. Dan kita tidak perlu lagi rekonsiliasi di antara kita, karena kita
satu dalam Kristus. Dan teologi kita memanggil kita untuk hidupi realita itu sekarang ini dengan memulihkan relasirelasi kita. Kita sekarang ada di skala yang mana? Disakiti sedikit, sedang, serius sampai menghancurkan kita? Apakah
kita sedang mendekati atau menjauhi seseorang? Pertanyaannya adalah apakah kita bersedia ambil langkah pertama
untuk rekonsiliasi itu di dalam nama Injil? Paulus katakan, sebearapapun yang ada dalam diriku, aku akan hidup
berdamai dengan semua orang. Apakah saudara bersedia lakukan apa yang ada dalam saudara untuk restorasi dalam
injil itu?
Pertanyaan:
1. Perumpamaan itu sepertinya raja melunasi hutangnya, tetapi kemudian dia dimasukan ke penjara, berarti dia
kehilangan keselamatannya?
Jadi pada dasarnya, bagaimana ketaatan kita untuk ampuni, berkaitan dengan pembenaran / keselamatan
kita. Dalam hal ini, kita harus mengerti tidak ada perumpamaan yang bicarakan semua aspek. Jadi ada
perbandingan hal-hal tertentu saja. Dan kita akan mulai katakan tentu saja raja ini bukan Allah, tidak ada raja
yang sempurna apapun dengan Allah. Jadi kita tidak boleh katakan bahwa Allah kemudian ubah pikiranNya
padahal sudah tetapkan sesuatu. Tetapi yang mau diajarkan di sini adalah ketidakpantasan dari seorang yang
sudah diampuni dengan hutang yang begitu besar, tapi tidak mau ampuni hutang yang kecil. Perumpmaan ini
tidak dirancang untuk tunjukkan Allah seperti apa, tetapi justru tunjukkan kita seperti apa. Ketika kita lakukan
hal ini, apakah kita layak disebut Kristen? Jelas bahwa pembenaran dan pengudusan diri adalah 2 realita
berbeda. Pembenaran itu hanya 1 kali tindakan, selesai. Dan kita diselamatkan melalui pembenaran itu
dengan iman semata-mata. Tetapi pengudusan diri adalah proses yang berlangsung seumur hidup kita,
belajar taat kuduskan diri dan itu proses seumur hidup. Sehingga kita harus bedakan 2 hal yang berbeda ini.
Tapi kita tidak boleh memisahkan kedua hal itu walaupun dua hal itu berbeda. Jadi perumpamaan ini adalah
bicara kepada orang yang pikir ah saya sudah diampuni, berarti saya boleh apa saja. Justru tidak boleh seperti
itu, kalau sudah jalankan kebenaran, harus jalankan hidup yang benar. Boleh dikatakan ini mirip dengan
Yakobus, kalau sudah dibenarkan, iman dan tindakan kita harus benar. Poinnya adalah pengudusan akan
keluar dari pembenaran.
2. Apakah teks ini berkaitan dengan teroris? Apakah ada kaitannya teks ini dengan perang?
Di dalam diskusi mengenai etika, kami bedakan etika pribadi dan etika bersama. Ketika 1 kelompok orang
diminta pertanggungjawaban, itu berbeda dengan pertanggungjawaban pribadi. Insting saya katakan, teks ini
bukan bicara etika bersama (perang), tetapi teks ini adalah bicara etika pribadi. Tentu ada teks yang bicara apa
yang harus kita lakukan dalam komunitas. Kalau kita bicara tentang apa yang buat perang itu jadi adil / just
war, tentu saja perang yang adil bukanlah kita mau ambil sesuatu dari orang lain karena kita berkuasa, tetapi
ada nuansa apa yang benar dan salah. Tentu saja tanggung jawab Negara untuk memerintah dengan adil.
Maka pertanyaan mengenai, pedang terhadap terorisme adalah itu pedang yang adil atau tidak terhadap
terorisme. Pertanyaannya adalah, jika seorang teroris dihentikan dan bertobat, apakah dia bisa dipulihkan dan
kembali ke komunitas? Teks ini mungkin bisa bicara kepada teroris individu. Pdt. Benyamin Intan menulis
dengan baik just war. Tapi belum bisa dibaca karena belum diterbitkan. Jadi memang masalah just war ada
dalam komunitas Kristen. Jadi memang ada perang yang adil.
3. Apakah kita bisa rekonsiliasi dengan teman kita, padahal rohani kita masih sakit. Bagaimana cara kita menjadi
sehat dan mengerti kebenaran pengampunan itu, dan mematikan dosa kita itu bagaimana?
Pertama kita harus punya pengetahuan teologi dan Alkitab untuk bisa lakukan apa yang dibicarakan. Karena
itu, yang bisa kita lakukan adalah kita tulis apa yang jadi masalah dalam relasi yang rusak itu. Alasannya adalah
emosi adalah sesuatu yang sangat kuat. Karena itu kita tidak bisa menangani dengan baik sampai kita bisa
tangani dengan akal budi kita. Dengan kata lain, kita perlu menuangkan emosi kita dengan kata-kata.
Setelah kita tulis, kita tanya, apakah Alkitab menangani masalah ini? Dan itu bantu kita pikirkan bagaimana
saya tangani secara Alkitabiah. Setelah sampai ke tahap itu, kita harus banyak tuntunan. Setelah saudara bisa
menuangkannya, bisa datang ke pendeta, atau saudara seiman lalu tanya bagaimana bisa selesaikan hal ini.
Banyak orang, bahkan lingkaran reformed tidak pernah baca larger cathecism. Tapi kalau kita baca mengenai
hal ini tentang 10 perintah Allah. Maka di sana dituliskan apa tugas kita dan dosa-dosa kita. Semua diskusi itu
berdasarkan pengajaran Alkitab. Dan saya secara pribadi, saya bisa temukan hal-hal itulah masalah saya.
Ketika saudara bertanya, bisa lakukan hal itu yaitu dengan refleksikan, cari nasihat saudara seiman, lihat

4.

5.

6.

7.

mengenai pengajaran yang sudah diberikan oleh gereja / pengakuan iman. Bagian tradisi reformed = pastoral
counseling / obat bagi jiwa. Dan mungkin saudara dengan pendeta saudara, bisa menuliskannya dan diskusikan
bersama-sama. Itu adalah jawaban bagaimana bisa bertumbuh secara rohani. Tidak ada jalan pintas untuk
bertumbuh dengan cepat. Adalah sangat penting bila kita masuk ke dalam persekutuan orang-orang percaya
dimana kita bisa perdalam iman dan tumbuh bersama.
Bagaimana dengan adanya Emerging Church (EC)?
Emerging church adalah respon gereja untuk bangkitkan gereja yang sudah mati. Satu-satunya jalan adalah
memahami Firman Tuhan. Pertanyaannya metode yang mereka pakai utkuntuk berespon kepada orang yang
tidak percaya. Jadi EC katakan ada hal yang tidak populer bagi anak muda jadi kita tidak usah mengajarkannya.
Misal kata neraka, dosa, dll. tidak populer, maka jangan bicarakan hal itu. EC adalah ke arah liberal. Apakah
supaya kita populer maka kita tidak ajarkan hal yang tidak populer bagi orang? Kalau begitu maka kita harus
tinggalkan dasar iman kristen yang tidak populer bagi kristen. EC harus konsisten, meskipun mulainya dari
bawah.
Saya percaya pertobatan adalah sisi keping lain dari iman. Waktu saya bertobat, berarti saya menjauhi yang
dulu saya tidak percaya. Salah satu historis reformed adalah 3 jabatan Yesus adalah Nabi, Imam, Raja. Kalau
tidak mau bertobat, maka kita tidak mau imamnya Yesus. John Calvin katakan kalau kita demikian, kita cabikcabik Yesus. Saya mau kritik juga gereja tradisional, sebab gereja tradisional juga bisa ajarkan pertobatan
secara legalis. Kita bisa jadi orang farisi. Tegur orang, rasa diri baik. Jadi kita perlu kata kuat untuk pertobatan
tapi saat memanggil orang untuk bertobat kita harus sadar kitapun perlu bertobat. Jadi kita harus hati-hati
kepada EC dan punya kerendahan hati dalam kritik EC. Tapi kita juga harus punya keberanian untuk ajarkan
kebenaran Firman Tuhan. Reformator pernah katakan mereka bisa bunuh tubuh ini tapi tidak bisa jiwa ini.
Saya punya seorang yang berelasi dengan saya, dia dianiaya dan trauma, dan saya tidak tahu harus katakan
apa. Dan orang yang aniaya adalah teman saya juga (sama-sama perempuan), dan dia tidak tahu dia salah.
Apakah ketika saya berteman dengan penganiaya artinya kita setuju dengannya?
Pertama seringkali tidak ada jawaban sederhana untuk hal rumit. Dan ketika kita berusaha tangani relasi yang
rusak, kita sadar kita melawan dunia yang sudah rusak. Pertumbuhan kekudusan adalah langkah perlahan.
Dan tangani situasi kompleks, kita harus ambil langkah demi langkah. Jelas Alkitab tidak katakan bahwa bawa
penganiaya dan teraniaya untuk bertemu dan selesaikan masalah. Dan kita tidak dituntut untuk berteman
dengan semua orang di dunia. Apa yang harusnya kita lakukan? Dalam kasus orang yang disakiti itu, bukan
saja hibur, tapi minta dia berdoa supaya bisa ampuni. Dan saudara ada di tengah dan terperangkap dalam
berbagai perasaan. Apakah saudara bisa berelasi dengan baik dengan penganiaya, karena bagaimanapun dia
adalah image of God. Apakah saudara pernah minta nasihat kepada orang yang ahli masalah itu?
Untuk penganiaya, maka tanggung jawab kita dorong dia untuk agar ia lihat yang dilakukannya salah. Sebagai
orang realistis, mungkin masalah ini tidak mungkin dihilangkan. Tetapi tujuan kita bukan kesempurnaan tapi
rendah hati dengan apa yang Tuhan ingin kita lakukan.
Apakah kita mengikuti golden rule dari Yesus? Yaitu apakah kita lakukan kepada orang lain yang ingin orang
lain lakukan pada kita? Coba katakan kepada penganiaya apakah kamu mau dilakukan seperti itu? Akhirnya
tugas kita adalah melindungi yg disakiti.
Saya sudah katakan kepadanya, tetapi dia keras kepala dan saya bicara seperti kepada tembok. Dia pura-pura
seperti tidak ada apa-apa. Sehingga dua-duanya menderita. Bagaimana?
Yang saya bisa katakan adalah jangan letih dalam berbuat baik, kita tidak bisa selesaikan segala masalah dan
seringkali di luar kemampuan kita. Yang perlu kita lakukan adalah jangan pernah menyerah.
Grandpa, waktu tutup mata 30 detik, saya tidak bisa bayangkan siapa yang harus saya ampuni. Apakah benar
saya bisa tidak memiliki orang yang saya perlu ampuni? Atau karena saya berdosa?
Mungkin itu adalah roh yang penuh kelapangan dada sehingga rasa tidak disakiti dan tidak perlu diampuni.
Kita harap demikian. Ada 2 pemikiran:
A. Jadi tunggu tanggal mainnya, jangka dekat atau jauh saudara akan mengalaminya.
B. Perlu tanya kepada diri, saudara tidak perlu ampuni orang karena tidak pernah disakiti atau saudara tidak
pernah dekat dengan seseorang sehingga tidak pernah disakiti?
Saya mau ingatkan, saya pernah melaluinya dan sedang alaminya. Sebagai pimpinan institusi, ketika saya ambil
keputusan pasti ada yang marah. Saya coba ambil keputusan yang benar bukan berarti semua aman saja. Saya
minta saudara terus berdoa untuk saya.
*Catatan belum diperiksa pengkhotbah

You might also like