You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka
kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan
lahir rendah Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth
weight baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature.
Menurut data angka kejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun
1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70
%

dan

73

dari

seluruh

kematian

di

sebabkan

oleh

BBLR.

Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak
terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi
BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10
43 %. Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara berkembang
adalah 1 : 4 Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi
normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami
gangguan

pertumbuhan,

baik

fisik

maupun

mental.

Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi
terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia,
aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadangkadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah,
dan gangguan lainnya.

BAB II
TINJAUAN TEORI
1.

Pengertian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir

kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Prawirohardjo, 2007).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram (Pantiawati, 2010).
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram atau sama 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang
baru lahir dengan berat kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants
(Proverawati, 2010).
a. Etiologi
Menurut Proverawati (2010). Faktor- faktor yang dapat menyebabkan kejadian BBLR, yaitu:
1.

Faktor ibu :
a) Penyakit

1. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti pendarahan ante partum, hipertensi, preeklampsia


berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal)
2. Menderita penyakit seperti malaria, Infeksi Menular Seksual, HIV/AIDS.
b) Ibu
1. Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari
35 tahun
2. Kehamilan ganda (multi gravida)
3. Jarak kehamilan yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun)
4. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c) Keadaan sosial ekonomi:
1. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
2. Mengejar aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat.
3. Keadaan gizi yang kurang baik.
4. Pengawasan antenatal yang kurang.
5. Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.
d) Sebab lain:
1. Ibu merokok
2. Ibu peminum alcohol

3. Ibu pecandu obat narkotik


4. Penggunaan obat antimetabolik
2.

Faktor janin:
a. Kelainan kromosom
b. Infeksi janin kronik
c. Radiasi
d. Kehamilan ganda/kembar (gemeli)

3.

Faktor plasenta:
a. Berat plasenta berkurang atau berongga
b. Luas permukaan berkurang
c. Plasentitis vilus (bakteri dan virus)
d. Tumor (mola hidatidosa)
e. Plasenta yang lepas
f. Sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik)

4.

Faktor lingkungan:
a. Bertempat tinggal di dataran tinggi
b. Terkena radiasi
c. Terpapar zat beracun

2.

Patofisilogi
Berat badan lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, faktor ibu,

faktor janin dan faktor lingkungan. Faktor ibu meliputi penyakit yang diderita ibu, usia ibu
saat hamil kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun, keadaan sosial ekonomi. Faktor
janin meliputi hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom. Faktor lingkungan meliputi
tempat tinggal, radiasi, dan zat- zat beracun. Dimana faktor-faktor tersebut dapat
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sehingga mengalami
gangguan dan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Hal tersebut dapat mengakibatkan bayi
lahir prematur atau dismatur dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Jika hal
tersebut terjadi, maka bayi dituntut untuk beradaptasi pada kehidupan ekstrauterin sebelum
organ dalam tubuhnya berkembang secara optimal.
Bayi BBLR dapat diklasifikasikan berdasarkan umur kehamilan dan berat badan lahir
rendah yaitu :
a. Menurut Sarwono Prawiharjo (2007), diklasifikasikan berdasarkan berat badan waktu lahir,
yaitu:

1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir 1.500-2.500
gram.
2. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
<1.500 gram.
3. Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
<1.000 gram
b. Menurut Pantiawati (2010), bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi dua
golongan :
1. Prematuritas murni
Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonatus
kurang bulan sesuai masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil pada kurva pertumbuhan intra
uterin, biasanya disebut dengan bayi kecil untuk masa kehamilan.
c. WHO (1979) membagi umur kehamilan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Pre-term: kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 Hari).
2. Aterm: mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap (259- 293 hari).
3. Post-term: 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih).
b. Manifestasi klinis
Menurut Proverawati (2010), tanda dan karakteristik BBLR, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu


Panjang badan kurang dari 46 cm
Lingkar kepala kurang dari 33 cm
Lingkar dada kurang dari 30 cm
Kepala tidak mampu tegak
Pernapasan 40 50 kali per menit
Nadi 100 140 kali per menit
Rambut lanugo masih banyak
Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
Tumit mengkilap, telapak kaki halus

l.

Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris
menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turu ke dalam skrotum, pigmentasi dan

rugue pada skrotum kurang


m. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
n. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah
o. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot jaringan lemak masih
kurang.
p. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
3. Pemeriksaan penunjang (Salmah, 2006)
1. Radiologi
Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan, dapat

dimulai pada umur 8 jam.


USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2

hari.
2. Laboratorium
Darah rutin
Gula darah (812 jam post natal).
Analisa gas darah
Elektrolit darah (k/p)
Tes kocok/shake test
Interpretasi:
1)
(+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya surfaktan
terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
2)
(-) : Bila tidak ada gelembung berarti tidak ada surfaktan.
3)
Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
Pengkajian
1.Data biografi :
Nama, jeniskelamin, usia, riwayat kehamilan (usia kehamilan biasanya antara 24
sampai 37 minggu), komplikasi kehamilan dan persalinan, jenis persalinan.
2.Sistem sirkulasi/kardiovaskular :
Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung
(murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurangdari
2-3 detik).
3.
Sistem pernapasan :
Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris, cuping hidung,
interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi
pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
4.
Sistem gastrointestinal :

Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit mengkilat), peristaltic usus, muntah
(jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, consistensi dan
bau), reflex menelan dan megisap yang lemah.
5.
Sistem genitourinaria :
Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna, beratjenis, dan PH).
6.
Sistem neurologis dan musculoskeletal :
Gerakan bayi, reflex moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi
fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago
telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
7.
Sistem thermogulasi (suhu) :
Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
8.
Sistem kulit :
Keadaan kulit (warna, tandairitasi, tanda lahir, lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor
kulit kering, halus, terkelupas.
9.
Pemeriksaan fisik :
Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan sama dengan
atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada
sama dengan atau kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis,
halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada lakilaki skrotum belum berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR
pada menit 1 danke 5, kulit keriput.
10.
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan darah lengkap, Pemeriksaan fungsi hati, Pemeriksaan AGD.
ANALISA DATA
NO

DATA

ETIOLOGI

1.

DS : DO :
- Takipneu
- Kulit tampak
sianosis

2.

DS : DO :
- Suhu tubuh
kurang dari
nilai normal
- Akral dingin

BBLR

Prematuritas

Fungsi organ paru belum


baik

Vaskular paru imatur

Penyakit membran hialin

Pola napas tidak efektif


BBLR

Jaringan lemak subkutan


lebih tipis

Kehilangan panas melalui


kulit

MASALAH
Pola
napas
efektif

tidak

Termoregulasi
efektif

tidak

3.

DS : DO :
- BB neonatus
kurang dari
BB lahir ratarata

4.

DS : DO :
- Jumlah
leukosit
melebihi
batas normal
- Terdapat
tanda-tanda
infeksi

5.

DS :
DO :
-

Terdapat
tanda-tanda
dehidrasi
Turgor kulit
jelek
Kulit tampak
kering

Hipotermi
BBLR

Prematuritas

Fungsi organ otak belum


baik

Imaturitas sentrum2 vital

Regulasi pernapasan

Refleks menelan belum


sempurna

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan
BBLR

Prematuritas

Penurunan daya tahan


tubuh

Resiko infeksi
BBLR

Prematuritas

Fungsi organ ginjal belum


baik

Kegagalan
mengonsentrasikan urine

Kehilangan banyak cairan

Perubahan
nutrisi
kurang dari kebutuhan

Resiko infeksi

Resiko
kekurangan
volume cairan

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas yang tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan.
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan kehilangan panas melalui kulit.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan refleks menelan
belum sempurna.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan ginjal imatur/ kegagalan
mengonsentrasikan urine.

INTERVENSI
No
1.

Dx Kep
Pola
nafas
yang
tidak
efektif
berhubungan
dengan
imaturitas
pusat
pernapasan.

Tujuan
Setelah
dilakukan
tindakan
selama 3x24
jam
pola
napas kembali
efektif, denga
n kriteria hasil:
- Neonatus
akan
mempertah
ankan pola
pernapasan periodik
- Membran
mukosa
merah
muda.

Intervensi
Kaji
frekwensi dan
pola
pernapasan,
perhatikan adanya
apnea
dan
perubahan
frekwensi jantung.

Tinjau
ulang
riwayat
ibu
terhadap
obatobatan yang akan
memperberat
depresi
pernapasan pada bayi.
Kolaborasi
:
Pantau
pemeriksaan
laboratorium
sesuai indikasi
-

Isap jalan napas


sesuai kebutuhan
Posisikan
bayi
pada
abdomen
atau
posisi
telentang dengan
gulungan popok
dibawah
bahu
untuk
menghasilkan
hiperekstensi.

Berikan

oksigen

Rasional
Membantu
dalam
membedakan
periode perputaran
pernapasan normal
dari
serangan
apnetik
sejati,
terutama
sering
terjadi pada gestasi
minggu ke-30.
Menghilangkan
mukus
yang
neyumbat
jalan
napas
Posisi
ini
memudahkan
pernapasan
dan
menurunkan episode
apnea,
khususnya
bila
ditemukan
adanya
hipoksia,
asidosis metabolik
atau hiperkapnea
Magnesium
sulfat
dan
narkotik
menekan
pusat
pernapasan
dan
aktifitas SSP.

Hipoksia, asidosis
metabolik,
hiperkapnea,
hipoglikemia,
hipokalsemia
dan
sepsis memperberat
serangan apnetik.
Perbaikan
kadar
oksigen
dan
karbondioksida
dapat meningkatkan
fungsi pernapasan

2.

Termoregulas
i tidak efektif
berhubungan
kehilangan
panas melalui
kulit.

Setelah
dilakukan
tindakan
selama 3x24
jam
termoregulasi
menjadi efektif
sesuai dengan
perkembangan,
dengan kriteria
hasil :
-

Mempertah
ankan suhu
kulit atau aksila (35
37,50C).

sesuai indikasi
Berikan
obatobatan yang sesuai
indikasi.
Kaji suhu dengan memeriksa suhu
rektal
pada
awalnya,
selanjutnya
periksa suhu aksila
atau gunakan alat
termostat dengan
dasar terbuka dan
penyebar hangat.

Tempatkan bayi
pada
inkubator
atau
dalam
keadaan hangat.

Pantau
sistem pengatur suhu ,
penyebar hangat
(pertahankan batas
atas pada 98,6F,
bergantung pada
ukuran dan usia
bayi).
Kaji haluaran dan berat jenis urine

Pantau
penambahan berat
badan
berturutturut.
Bila
penambahan berat
badan
tidak
adekuat,

Hipotermia
membuat
bayi
cenderung merasa
stres karena dingin,
penggunaan
simpanan
lemak
tidak
dapat
diperbaruai bila ada
dan
penurunan
sensivitas untuk
meningkatkan kadar
CO2 atau penurunan
kadar O2.
Mempertahankan
lingkungan
termonetral,
membantu
mencegah
stres
karena dingin.
Hipertermi dengan
peningkatan
laju
metabolisme
kebutuhan oksigen
dan glukosa serta
kehilangan air dapat
terjadi bila suhu
lingkungan terlalu
tinggi.
Penurunan keluaran
dan
peningkatan
berat jenis urine
dihubungkan dengan
penurunan perfusi
ginjal
selama
periode stres karena
rasa dingin.
Ketidakadekuatan p
enambahan
berat
badan
meskipun
masukan
kalori
adekuat
dapat
menandakan bahwa
kalori
digunakan
untuk
mempertahankan

tingkatkan
suhu
lingkungan sesuai
indikasi.
-

Perhatikan
perkembangan
takikardia, warna
kemerahan,
diaforesis, letargi, apnea
atau
aktifitas kejang.

Kolaborasi :
- Pantau
pemeriksaan
laboratorium
sesuai indikasi
(GDA, glukosa
serum, elektrolit
dan kadar
bilirubin)

3.

Perubahan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan
refleks
menelan
belum
sempurna.

Setelah
dilakukan
tindakan
selama 4x24
jam
nutrisi
terpenuhi
sesuai
kebutuhan,
dengan kriteria
hasil :
- Bayi
mendapat
kalori dan
nutrient
esensial

Berikan obat-obat
sesuai
dengan
indikasi
:
fenobarbital
Kaji
maturitas refleks berkenaan
dengan pemberian
makan (misalnya :
mengisap,
menelan,
dan
batuk).
Auskultasi adanya bising usus, kaji
status fisik dan
status pernapasan.

suhu
lingkungan
tubuh,
sehingga
memerlukan
peningkatan
suhu
lingkungan.
Tanda-tanda
hipertermi ini dapat
berlanjut
pada
kerusakan otak bila
tidak teratasi.
Stres
dingin
meningkatkan
kebutuhan terhadap
glukosa dan oksigen
serta
dapat
mengakibatkan
masalah asam basa
bila bayi mengalami
metabolisme
anaerobik bila kadar
oksigen yang cukup
tidak tersedia.
Membantu
mencegah
kejang
berkenaan dengan
perubahan
fungsi
SSP
yang
disebabkan
hipertermi.

Menentukan metode
pemberian
makan
yang tepat untuk
bayi.

Pemberian
makan
pertama bayi stabil
memiliki peristaltik
dapat dimulai 6-12
jam
setelah
kelahiran.
Bila
distres pernapasan
ada cairan

yang
adekuat.
Mempertah
ankan
pertumbuh
an
dan peningkata
n
berat
badan
dalam
kurva
normal
dengan
penambaha n
berat
badan
tetap,
sedikitnya
20-30
gram/hari.
-

Kaji berat badan


dengan
menimbang berat
badan setiap hari,
kemudian
dokumentasikan
pada
grafik
pertumbuhan bayi. Pantau masukan
dan
dan
pengeluaran.
Hitung konsumsi
kalori
dan
elektrolit
setiap
hari.
Kaji
tingkat
hidrasi, perhatikan
fontanel,
turgor
kulit, berat jenis
urine,
kondisi
membran mukosa,
fruktuasi
berat
badan.
-

Kaji tanda-tanda
hipoglikemia;
takipnea
dan
pernapasan tidak
teratur,
apnea,
letargi, fruktuasi
suhu,
dan
diaphoresis.
Pemberian makan
buruk,
gugup, menangis,
nada
tinggi,
gemetar,
mata terbalik, dan
aktifitas kejang.
Kolaborasi :
- Pantau
pemeriksaan
-

parenteral
di
indikasikan
dan
cairan peroral harus
ditunda.
Mengidentifikasikan
adanya
resiko
derajat dan resiko
terhadap
pola
pertumbuhan.

Memberikan
informasi
tentang
masukan
aktual
dalam hubungannya
dengan
perkiraan
kebutuhan
untuk
digunakan
dalam
penyesuaian diet.
Peningkatan
kebutuhan metabolik
dari bayi SGA dapat
meningkatkan
kebutuhan
cairan.
Keadaan
bayi
hiperglikemia dapat
mengakibatkan
diuresi pada bayi.
Karena
glukosa
adalah
sumber
utama dari bahan
bakar untuk otak,
kekurangan
dapat
menyebabkan
kerusakan
SSP
permanen.hipoglike
mia secara bermakna
meningkatkan
mobilitas mortalitas.
Mendeteksi
perubahan
fungsi
ginjal berhubungan
dengan penurunan
simpanan
nutrien
dan kadar cairan
akibat malnutris.
Ketidakstabilan

4.

Resiko
infeksi
berhubungan
dengan
pertahanan
imunologis
yang
tidak
efektif

Setelah
dilakukan
tindakan
selama 2x24
jam
infeksi
tidak terjadi,
dengan kriteria
hasil :
- Suhu tubuh
dalam
batas
normal
- Tidak ada
tandatanda
infeksi.
- Leukosit
5.00010.000

Lakukan
isolasi bayi lain yang
menderita infeksi
sesuai kebijakan
insitusi

Sebelum
dan setelah menangani
bayi,
lakukan
pencucian tangan

Yakinkan semua peralatan


yang
kontak
dengan
bayi bersih dan
steril
Cegah
personal yang mengalami
infeksi
menular
untuk tidak kontak
langsung dengan
bayi.
Bandingkan
masukan dan
pengeluaran urine
setiap shift dan
keseimbangan
kumulatif setiap
periodik 24 jam.

5.

Resiko
kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan ginjal
imatur/
kegagalan
mengonsentr
asikan urine.

Setelah
dilakukan
tindakan
selama 2x24
jam kebutuhan
cairan
terpenuhi,
dengan kriteria
hasil :
-

laboratorium
sesuai indikasi.
Berikan suplemen
elektrolit sesuai
indikasi misalnya
kalsium glukonat
10%.
Kaji adanya tanda tanda infeksi

Bebas dari
tandatanda
dehidrasi
enunjukan
penambaha
n
berat

Pantau berat jenis


urine setiap selesai
berkemih atau
setiap 2-4 jam
dengan

metabolik pada bayi


SGA/LGA
dapat
memerlukan
suplemen
untuk
mempertashankan
homeostasis.
Untuk mengetahui
lebih dini adanya
tanda-tanda
terjadinya infeksi
Tindakan
yang
dilakukan
untuk
meminimalkan
terjadinya
infeksi yang lebih
luas
Untuk
mencegah
terjadinya infeksi

Untuk
mencegah
terjadinya infeksi

Untuk
mencegah
terjadinya
infeksi
yang berlanjut pada
bayi
Pengeluaran harus 13
ml/kg/jam,
sementara kebutuhan
terapi cairan kirakira
80-100
ml/kg/hari pada hari
pertama, meningkat
sampai
120-140
ml/kg/hari pada hari
ketiga postpartum.
Meskipun imaturitas
ginjal
dan
ketidaknyamanan
untuk
mengonsentrasikan
urine
biasanya
mengakibatkan berat

badan 2030
gram/hari.

menginspirasi
urine dari popok
bayi bila bayi
tidak tahan dengan
kantong
penampung urine.

Evaluasi turgor
kulit, membran
mukosa, dan
keadaan fontanel
anterior.
-

Pantau tekanan
darah, nadi, dan
tekanan arterial
rata-rata (TAR)
Kolaborasi :
- Pantau
pemeriksaan
laboratorium
sesuai dengan
indikasi Ht
-

Berikan infus
parenteral dalam
jumlah lebih besar
dari 180 ml/kg,
khususnya pada
PDA, displasia
bronkopulmonal
(BPD), atau entero

jenis yang rendah


pada bayi preterm
(
rentang
normal1,006-1,013).
Kadar yang rendah
menandakan volume
cairan
berlebihan
dan kadar lebih
besar dari 1,013
menandakan
ketidakmampuan
masukan cairan dan
dehidrasi.
Kehialangan
atau
perpindahan cairan
yang minimal dapat
dengan
cepat
menimbulkan
dehidrasi,
terlihat
oleh turgor kulit
yang
buruk,
membran
mukosa
kering, dan fontanel
cekung.
Kehilangan
25%
volume
darah
mengakibatakan
syok dengan TAR <
25
mmHg
menandakan
hipotensi.
Dehidrasi
meningkatkan kadar
Ht diatas normal 4553% kalium serum
Penggantian cairan
darah
menambah
volume
darah,
membantu
mengembalikan
vasokonstriksi akibat
dengan hipoksia.
Mungkin
perlu
untuk
mempertahankan
kadar Ht/Hb optimal
dan menggantikan
kehilangan darah.

coltis nekrotisan
(NEC)
Berikan tranfusi
darah.

*#*#4636#*#

You might also like