Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program studi DIII Teknik Listrik sebagai salah satu pendidikan vokasi
mempunyai misi menghasilkan tenaga terampil yang menunjang kegiatan
ekonomi, harus dapat menempatkan diri sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari sektor industri jasa maupun industri manufaktur. Program Studi DIII
Teknik Listrik diharapkan dapat mempersiapkan dasar yang kuat guna
menghasilkan lulusan yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas
dan berdaya saing dalam menghadapi era pasar bebas, sumber daya yang
mampu berkembang dan tanggap terhadap tuntutan dan persaingan dalam
dunia kerja yang makin kompetitif.
Untuk itu, pendidikan melalui bangku perkuliahan yang dikombinasikan
dengan pembelajaran di lapangan diharapkan dapat mempersiapkan dasar
yang kuat untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam
menghadapi era pasar bebas, sumber daya yang mampu berkembang dan
tanggap terhadap tuntutan produk yang kompetitif dan keahlian yang dimiliki
oleh lulusan Program Studi DIII Teknik Listrik harus mencakup aspek
kompetensi professional (professional competence) serta aspek tingkah laku
professional (professional attitude). Kedua aspek tersebut dibentuk melalui
proses pendidikan baik yang diselenggarakan dalam kampus maupun di luar
kampus. Salah satu pelaksanaan pendidikan di luar kampus adalah Praktek
Kerja Lapangan (PKL).
Page 1
Page 2
1.2 Tujuan
Secara umum tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan adalah
agar mahasiswa dapat menerapkan dan membandingkan antara pengetahuan
teori maupun praktek yang didapat di bangku kuliah dengan pekerjaan
sebenarnya yang ada di lingkungan dunia usaha/ dunia industri.
Page 3
pengalaman
dan
pengetahuan
ketrampilannya
secara
1.3 Manfaat
1.3.1
Bagi Mahasiswa
1. Memperoleh pengalaman praktis tentang sistem operasi peralatan
yang diterapkan di CPP Gundih
2. Mengetahui terapan-terapan teori dan relevansinya.
3. Mengenal
dunia industri.
4. Menambah pengetahuan serta wawasan mahasiswa dalam dunia
kelistrikan,
khususnya
dalam
bidang
yang
dijadikan
pokok
permasalahan.
Page 4
1.3.2
Page 5
1.3.3
Bagi Perusahaan
1. Sarana mengetahui kualitas pendidikan di perguruan tinggi negeri,
khususnya POLINEMA.
2. Sarana untuk mengenalkan teknologi industri pada dunia pendidikan.
3. Sarana untuk memberikan kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan oleh
badan usaha terkait.
Page 6
Page 7
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Page 8
Tengah, dan Kalimantan Timur. Pada masa ini Indonesia masih dibawah
pendudukan Belanda yang dilanjutkan dengan pendudukan Jepang.
Ketika pecah Perang Asia Timur Raya produksi minyak mengalami
gangguan. Pada masa pendudukan Jepang usaha yang dilakukan hanyalah
merehabilitasi lapangan dan sumur yang rusak akibat bumi hangus atau
pemboman lalu pada masa perang kemerdekaan produksi minyak terhenti.
Namun ketika perang usai dan bangsa ini mulai menjalankan
pemerintahan yang teratur, seluruh lapangan minyak dan gas bumi yang
ditinggalkan oleh Belanda dan Jepang dikelola oleh negara.
1957 : Tonggak Sejarah Pertamina
Untuk mengelola aset perminyakan tersebut, pemerintah mendirikan
sebuah perusahaan minyak nasional pada 10 Desember 1957 dengan nama PT
Perusahaan Minyak Nasional, disingkat PERMINA. Perusahaan itu lalu
bergabung dengan PERTAMIN menjadi PERTAMINA pada 1968. Untuk
memperkokoh perusahaan yang masih muda ini, Pemerintah menerbitkan UU
No. 8 pada 1971, yang menempatkan PERTAMINA sebagai perusahaan
minyak dan gas bumi milik negara. Berdasarkan UU ini, semua perusahaan
minyak yang hendak menjalankan usaha di Indonesia wajib bekerja sama
dengan PERTAMINA. Karena itu PERTAMINA memainkan peran ganda
yakni sebagai regulator bagi mitra yang menjalin kerja sama melalui
mekanisme
Kontrak
Kerja
Sama
(KKS)
di
wilayah
kerja
(WK)
Page 9
Page 10
2005,
PT
Pertamina
(Persero)
telah
melaksanakan
Page 11
Page 12
Page 13
Page 14
Secretary
Operation Planing
Assistant Manager
676256 FX. BAMBANG
E.K
Production Operation
Assistant Manager
744433 NDIRGA ANDRI
SISWORO
CPP Gundih
Supervisor
19010994 - SUPRIYADI
M. SIBRO
MUHLIS
Opperation Support
Assistant Manager
Page 15
Misi :
-
Page 16
3. CONFIDENT
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa
4. CUSTOMER FOCUSED
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik pada pelanggan.
5. COMMERCIAL
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
6. CAPABLE
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki
talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun
kemampuan riset dan pengembangan.
Page 17
daya
saing
perusahaan
secara
nasional
maupun
internasional
2.5 Wilayah Kuasa Pertambangan (WKP)
Page 18
Sejak
tanggal
17
September 2005,
Perusahaan
telah
Page 19
mengelola
wilayah
kerjanya,
Perusahaan
membagi
operasionalnya
kerjanya,
Wellhead Flowline
Terdapat delapan (8) sumur gas produksi, dari masing masing sumur
selanjutnya dialirkan ke production atau test manifold melalui flowline
berukuran 4 x 6 inch dengan panjang yang bervariasi dari Xmas Tree
(Well Head) sampai header manifold. Keselurhan flowline didesain untuk
mengalirkan feed gas 75 MMSCFD.
Flowline disetiap sumur dilengkapi dengan High-Low Shut Down
Valve yang terletak dimasing-masing area well head dilengkapi dengan
tujuan untuk memproteksi flowline dalam hal terjadi tekanan berlebih dari
sumur produksi, proteksi ini diperlukan karena design pressure flowline
lebih rendah daripada production tubing sumur dan flowline terbuat dari
material tahan korosi (clad pipe).
Untuk kebutuhan pnumatic High-Low Shut Down Valve digunakan
gas N2 yang disimpan dalam botol-botol bertekanan. Sedangkan untuk
kebutuhan
menggunakan
energi
panas
matahari
(solar)
sebagai
pembangkit listrik.
Page 20
Inlet Manifold
Seluruh flowline akan menuju production dan test maniflod production
manifold dirancang untuk menampung seluruh production fluid well
sebanyak 75 MMSCFD. Sedangkan test manifold dirancang untuk
melakukan test terhadap production fluid dari satu sampai tiga well dengan
maximum flow 15 MMSCFD. Seluruh production dari production dan test
manifold selanjutnya dialirkan menuju gas separation unit (GSU).
Terdapat juga relief line dari masing-masing flowline menggunakan
pressure Safety Valve (PSV) dengan tujuan proteksi flowline. Set pressure
PSV lebih tinggi daripada set pressure Hi-lo Shut Down Valve.
Page 21
Page 22
Page 23
Page 24
dan Test Separator. Gas bisa terbentuk di LP Separator akibat flash karena
perlatan ini beroperasi pada 150 pslg;140F. Hasil separator berupa air
terproduksi dialirakan ke produced Water Injection Unit dan Kondensat
dialirkan ke Condensate Handling Unit masing-masing menggunakan level
Control vave. Sedangkan tekanan LP Separataor dibuat konstan
menggunkana PV.
Test Separator (D-0102) berfungsi untuk melakukan test terhadap satu
atau lebih sumur produksi. Peralatan in terdiri dari separator tiga fasa gas,
condensate, air terproduksi pada setiap outlet test separator dipasang
pengukur laju alir. Dengan demikian rasio gas dengan liquid dari suatu
sumur dapat diketahui. Kondisi operasi tekanan dan temperatur peralatan
ini sama dengan HP Separator. Test separator didesain dengan kapasitas
gas 15 MMSCFD. Produk kondensat setelah diukur selanjutnya dikirim ke
condensate, air terproduksi dikirim ke Produced Water Injection Unit
masing-masing menggunakan level control valve. Tekanan test Separator
dubuat konstan pada tekanan tertentu menggunakan PV supaya test sumur
bisa dilakukan pada kondisi yang stabil.
Inlet Cooler (E-0101) berfungsi menurunkan temperatur feed gas
sampai dengan 110F menggunakan medium pendingin udara agar proses
pemisahan pengotor dari gas didalam Unit AGRU bisa lebih efektif.
Diharapkan dengan penurunan temperatur ini akan terdapat fraksi berat
yang terkondensasi sehingga tidak masuk ke sistem AGRU. selain itu
proses penghilangan acid gas akan lebih optimum pada temperatur rendah.
Gas yang terkondensasi kemudian dipisahkan didalam HP Scrubber (D0103).
Page 25
Page 26
unit ini adalah untuk memperoleh kondensat stabil dengan RVP sebesar
maximum 12 psi dan kandungan H2S maksimum 10 ppm dengan cara
menghilangkan komponen - komponen yang mudah menguap. Unit ini
juga berfungsi untuk menghilangkan pengontrol H2S yang mercaptan dari
produk kondensat. Kondisi operasi condensate Stabilizer adalah 100-110
psig;390 F.
Page 27
Page 28
Page 29
Page 30
Page 31
hydrocarbon gas keluar dari bagian atas flash column (V-0203) mengalir
menuju Thermal Oxidizer.
Solvent dari HP flash Drum dikirim ke lean / Rich Solvent Exchanger
(E-0202), dimana temperatur solvent dinaikan dengan cara menukar panas
dengan lean solvent yang datang dari bagian bawah regenator column (V0202) melalui Solvent Booster Pump (P-0202 A/B). Kemudian rich solvent
dari lealrich exchanger dialirkan ke regenarator column. Didalam
regenerator column solvent di regenarator Reboiler (E-0204 A/B).
Regenerator reboiler menggunakan pemanas hot oil untuk memanaskan
sebagian regenerasi solvent dibagian bawah kolom.
Gas Asam dari regenerator colom dikondensasikan secara parsial oleh
over head regenerator condenser dan mengalir menuju overhead
accumulator reflex Drum (D-0204). Kondensat yang terbentuk dalam
reflex Drum dikembalikan ke dalam Regenerator Column sebagai reflux
dan gas alam dari bagian atas reflux Drum dikirim ke BSRU.
Lean solvent dari bagian bawah regenerator column dikirim ke LeanRich Exchanger (untuk diturunkan temperaturnya) melalui lean Booster
Pump
(P-0202
A/B).
Selanjutnya
lean
solvent
diturunkan
lagi
Page 32
Page 33
caustic pump (P-0302 A/B) untuk ditreatment sebelum cairan yang sudah
dinetralkan dibuang ke sumur injeksi RBT-03.
Page 34
Page 35
2.6.7
Page 36
perangkat
pemishan,
penyaringan
dan
heat
exchanger
Page 37
2.6.8
Page 38
Lean
Solution
Settler Effluent
cleh solvent caustic. Acid gas masuk dari bawah kolom absorber
sementara solution masuk dari atas kolom absorber. Gas Asam H 2S akan
terserap oleh solution. Dari bottom absorber selanjutnya solution dipompa
oleh rich solution circulation Pump P-040 A/B/C ke boireaktor R-0401
melalui Rich solution chiller (E-0401) untuk diturunkan suhunya. Acid gas
keluaran dari H2S Absorber selanjutnya dikirim ke theral oxidizer (PE0401) untuk dibakar menjadi SO2 dengan bahan bakar fuel gas. Udara
pembakaran di campurkan dilebihkan 25 26% dalam rangka mencapai
efisiensi destruksi acid gas yang optimum. Panas hasil pembakaran
dugunakan untuk memanaskan hot oil didalam WHRU Unit pada daerah
breeching (buritan) thermal ioxidizer. Recirculatoion line/ duct dan fan
blower juga disediakan pada antara keluaran dan masukan WHRU dalam
rangka memperoleh efisiensi therma yang lebih baik.
Sebelum masuk Bioreaktor solution didinginkan ke 102.2 F dengan
chilling waterdi Rich Solution Chiller E-0401. Temperatur outletnya
Page 39
Page 40
Page 41
2.7.1
Page 42
Page 43
Page 44
Page 45
Treatment
Package
menggunakan
media
cation
anion
Chilling Water
Untuk kebutuhan pendinginan yang tidak bisa dicapai oleh air Fin
Cooler, terutama yang memerlukan temperatur dibawah temperatur udara
lingkungan maka digunakan air pendingin dengan tenperatur 68 F. Air
pendingin ini di suplay dari chilling Water Package yang terdiri dari
refrigation unit lengkap dengan chiller, chilling Water Tank, dan Chilling
Water Pump.
Page 46
Nitrogen System
Gas nitrogen diperlukan pada saat precommissioning/ commisioning
seperti untuk kebutuhan purging dan operational seperti blanketing dan
pneumatic di area well head. Nitrogen System terdiri dari nitrogen
Generator Package dan Nitrogen Bottle Rack. Untuk kebutuhan tersebut
nitrogen dihasilkan dari nitrogen Generator dan disediakan Nitrogen Bottle
Rack sebagai cadangan.
2.7.7
2.7.8
Page 47
drain system. Semua cairan akan dikumpulkan dalam closed drain drm (D34021). Cairan terkumpul mengandung minyak/kondensat akan dialirkan
kembali ke LP separator dan ke liquid disposal pit jika diperlukan untuk
dimusnahkan.
2.7.9
Page 48
tekanan
rendah
mengandung gas asam dengan konsentrasi yang tinggi. Gas akan mengalir
ke header dari acid gas flare yang kemudian juga menuju acid gas flare
KO drm D-3301. Didalam acid flar KO drum gas dipisahkan dari cairan
yang kemudian dibakar di flare stack yang diperlengkapi oleh flare tip.
2.7.11 Sistem Bahan Bakar Diesel
Sistem bahan bakar diesel dirancang untuk mensuply kebutuhan total
dari bahan bakar diesel, yang terutama untuk emergency generatar
package dan diesel file water pump. Pada tahap start up bahan bakar diesel
disediakan untuk menghidupkan peralatan yang memerlukan bahan bakar
gas, sementara gas bersih belum tersedia dalam jumlah yang cukup
peralatan yang masuk kedalam system bahan bakar diesel sbb:
1. Diesel fuel setorage Tank ( T 1101).
2. Diesel Fuel Distribution Pump ( P 1101 A /B )
3. Diesel Fuel filter ( F -1101)
Kapasitas diesel fuel sytem dirancang mencukupi kebutuhan pada
waktu black start up selama fuel gas tidak tersedia. Pada saat black start up
peralatan peralatan seperti emergency Diesel (G-1202), GTG (G-1201),
Thermal oxidizer (PE-0401), dan diesel water pump (P-1201),Glycol
reboiler memerlukan diesel sebagai bahan bakar. Untuk persediaan pada
tahap start up maka diesel fuel akan ditampung dalam Diesel Storage Tank
(D -1101).
2.7.12 Distributed Control System (DCS)
Page 49
Akan
melaksanakan
fungsi
pengendalian
dan
pengawasan
(monitoring) proses dari gas proses dan fasilitas pendukungnya, yang ada
di CPP gundih.
DCS dirancang dengn redudent power supply, processor, control
network dan beberapa input / output kritis, dengan mode bump-less, yang
terintegrasi dengan system emergency shutdown system (ESS) dan fire &
Gas System (FGS) pada control network melalui gateway atau serial. DCS
juga memilik interface dengan sub system yang disediakan oleh paket
equipment melalui modbus RS-485 (untuk indikasi dan status). Serta
koneksi hardwire untuk interlock signal.
DCS juga memiliki interfacce dengan MCC, Switcgear melalui
komunikasi serial atau hardwire, untuk memperoleh status motor dan
status switcgear. Perintah start dan stop yang keduanya jika dibutuhkan
untuk diaktifkan dari DCS harus berupa hardwire dari DCS ke MCC
melalui panel interposing relay.
2.7.13 Emergency Shutdown System (ESS)
ESS disediakan untuk keselamatan dan perintah shutdown dari CPP
sebagaimana ditujukan pada P&ID. ESS berbasis PLC, digunakan untuk
melaksanakan fungsi secara berurutan perintah shutdown, yang meliputi
level shutdown peralatan (equipment shutdown), shutdown unit proses
(proses shutdown) dan emergency shutdown. Untuk keperluan monitoring
di DCS HMI, ESS dihubungkan ke DCS network control melalui
gaeteway maupun serial. Dengan demikian ESS dapat dimonitor secara
penuh,dimana status peralatan instrument sefety, juga dapat dimonitor
pada layar HMI secara bersamaan. Perintah shutdown ke MCC digunakan
melalui hardwire. Peralatan utama ESS memiliki sertifikasi SIL-3.
Page 50
Page 51
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Page 52
dengan para keryawan dan staf. Berikut adalah daftar karyawan dan staf
yang pernah kami temui di area CPP Gundih.
No
Nama
Jabatan
1.
M. Sibro Muhlis
Supervisor Utilities
2.
Arbisah
3.
Joko Ainun
Mechanical Leader
4.
Gitab Bangkit
Instrumental Leader
5.
Tomi Adrian
Processing Operator
6.
Yarsinto
Substantion Operator
7.
Suyono
BSRU Operator
8.
Supadi
DHU Operator
9.
Syaiful Anwar
Substantion Operator
10.
Substantion Operator
11.
Dika Puji M
Maintenance Electric
12.
Erwin Setyo
Maintenance Electric
13.
Hariyono
Maintenance Piping
14.
AV Toni Joelianto
Maintenance Leader
Page 53
Page 54
No
Hr/Tanggal
Jenis Pekerjaan
Uraian Pekerjaan
1.
Jumat/31-07-2015
Pendahuluan
2.
Senin/03-08-2015
Pendahuluan
3.
Selasa/04-08-2015
Pendahuluan
4.
Rabu/05-08-2015
Pendahuluan
5.
Kamis/06-08-2015
Survey Lapangan
6.
Jumat/07-08-2015
Pendahuluan
7.
Senin/10-08-2015
Maintenance
Selasa/11-08-2015
Maintenance
9.
Rabu/12-08-2015
Pendahuluan
10. Kamis/13-08-2015
Maintenance
Pembersihan trainer/filter
pompa di unit MSPP
11. Jumat/14-08-2015
Survey Lapangan
Page 55
dan bagian-bagiannya
12. Selasa/18-08-2015
Survey Lapangan
Pengenalan peralatan
pendukung pada GTG
13. Rabu/19-08-2015
Pendahuluan
14. Kamis/20-08-2015
Instalasi
15. Jumat/21-08-2015
Survey Lapangan
16. Senin/24-08-2015
Pendahuluan
17. Selasa/25-08-2015
Survey Lapangan
18. Rabu/26-08-2015
Survey Lapangan
19. Kamis/27-08-2015
Pendahuluan
20. Jumat/28-08-2015
Survey Lapangan
Mengetahui,
Pembimbing Industri
Pembimbing Politeknik
M. Sibro Muhlis
Sulistyowati, ST. MT
Page 56
Bulan
Nama DU/DI
Prog.Keahlian
Alamat
Ahmad Irfan S
Jefrry Ardiansyah
Rido Hernando
Tgl.
31
31
31
31
10
10
10
10
11
11
11
11
12
12
12
12
13
13
13
13
14
14
14
14
15
15
15
15
16
16
16
16
17
17
17
17
18
18
18
18
19
19
19
19
20
20
20
20
21
21
21
21
Datang Pulang
Jam
Jam
Page 57
Paraf
22
22
22
22
23
23
23
23
24
24
24
24
25
25
25
25
26
26
26
26
27
27
27
27
28
28
28
28
Pembimbing Politeknik
M. Sibro Muhlis
Sulistyowati, ST. MT
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Sistem Pembangkit CPP Gundih
Page 58
Pada CPP Gundih terdapat 4 set Gas Turbin Generator (GTG) dengan
kapasitas masing-masing adalah sekitar 2,25 MW dan tegangan keluaran 6.6
kV. Selain itu juga terdapat Diesel Emergency Generator (DEG). Seluruh
GTG akan beroperasi secara continue untuk keperluan tenaga listrik
terhadap beban-beban di seluruh plant.
Page 59
4.2.1
Page 60
digunakan berkapasitas 370 kW, oleh karena itu tegangan suplai yang
digunakan sebesar 6,6 kV dengan maksud agar mengurangi arus yang
mengalir yaitu sebesar 37,5 A.
Page 61
Arus 37,5 A
Temperature rise 40 C
Weight 3300 kg
Power factor 0,905
IP 55
Type AEJH-TK
Terdapat dua
macam beban yaitu beban essensial dan non essensial. Motor kompresor
Page 62
termasuk dalam beban essensial dan non essensial dengan kode penamaan
K-0401A untuk beban essensial dan K-0401B untuk beban non essensial.
Apabila kompresor K-0401A mengalami gangguan maka akan digantikan
oleh blower K-0401B. Hal ini merupakan salah satu penerapan Load
Shedding dan untuk menjaga operasional di CPP (jika ada gangguan
proses produksi akan tetap bisa berjalan).
Berikut adalah spesifikasi electric untuk motor blower.
Tegangan 6600 V
Efisiensi 95,4 %
Daya Output 750 kW
Putaran rotor 1489 rpm
Frekuensi 50 Hz
Merk SIEMENS
4.2.3
Arus 81 A
Temperature rise 105 K / SF 1,1
Temperature rise 80 K / SF 1,0
Power factor 0,84
IP 55
Type D-90441
Page 63
2. RC Snubber Networks
Menyediakan Transient Voltage Protection untuk SCR Modul
Power setiap tahap untuk menghindari kerusakan pada komponen.
3. Firing Circuit
SCR dioperasikan menggunakan Sustained Pulse Firing Circuit.
Sirkuit ini diperkuat dan terisolasi oleh kontrol tegangan dengan
menggunakan serat optik dan transformer cincin.
Page 64
Akselerasi Motor
Soft Starter menghadirkan beberapa metode untuk mempercepat
putaran motor sehingga dapat diprogram untuk menyesuaikan hampir
semua industri aplikasi motor AC.
Pengaturan standar pada pabrik menerapkan Voltage Ramp
dengan batas tertentu karena ini telah terbukti merupakan metode awal
yang paling dapat diandalkan untuk sebagian besar aplikasi.
Dengan menggunakan metode ini, pengaturan torsi awal berlaku
hanya cukup disuplai tegangan ke motor menyebabkan poros motor
mulai berputar. Tegangan ini kemudian secara bertahap meningkat
dari waktu ke waktu (sesuai pengaturan Ramp Time) sampai salah
satu dari tiga hal terjadi: motor berakselerasi dengan kecepatan penuh,
Ramp Time berakhir atau pembatas arus tercapai.
Page 65
sehingga
jika motor
tidak
dapat
Page 66
torsi
dan
waktu
poin
pada
grafik. Soft Starter akan mempercepat motor sesuai pada point ini.
4. Tachometer Input : menggunakan sinyal monitoring antara 4 - 20
mA dari motor atau beban poros.
Deselerasi Motor
Soft starter menyediakan pengguna dengan pilihan untuk
mengendalikan
deselerasi
dengan
perlahan-lahan
mengurangi
Page 67
Page 68
Shorted SCR
2. Mode Start :
Penambahan fungsi proteksi dimungkinkan saat soft starter
diaktifkan ketika menerima perintah start. Proteksi untuk tahap ini
terdiri dari :
Page 69
Phase Reversal
Start Curve
Acceleration Timer
Phase Imbalence
Load Pre-Check
Ground Fault
Overload Protection
Thermal Capacity
3. Run Mode
Soft Starter masuk Run Mode ketika motor mencapai tegangan
output penuh dan drop arus motor di bawah pengaturan FLA untuk
periode waktu yang telah ditentu. Selama Run Mode ditambah
proteksi, yaitu :
Phase Loss
Under Current
Page 70
4. Stop Mode
Pada saat perintah Stop diberikan, unit proteksi merubah
pengaturan, tergantung Stop Mode yang dipilih.
Decel Mode : Menahan semua proteksi saat Run Mode. Akhir dari
Decel, Motor akan berhenti.
Coast To Stop Mode : daya dengan segera lepas dari motor dan soft
starter kembali ke Ready Mode
Page 71
Basic Protection :
Data akumulasi dan diplot berdasarkan kurva overload yang dipilih
dalam pemrograman
Proteksi Beban lebih Saat Run Mode, dimulai ketika rms motor naik di
atas pick up point (sesuai FLA motor). Perlindungan ini dijalankan oleh
Page 72
4.2.5
Normal Cooling
RTD input
Dynamic Reset
Retentive memory
Page 73
Page 74
1. SCR Terbakar
SCR digunakan berfungsi untuk mengontrol start atau mengurangi atau
mengatur arus starting. Pada CPP Gundih dengan menggunakan SCR maka
arus starting dapat dikontrol menjadi 3x arus nominal motor, hal itu
digunakan karena jumlah kapasitas daya motor yang digunakan di CPP
Gundih hanya selisih sedikit dengan kapasitas daya pembangkit.
Pada motor 6,6 KV Kompresor BSRU memiliki masalah pada SCR, SCR
pada motor 6,6 KV CPP Gundih mendapat rekomendasi oleh pihak Vendor
agar tidak mengoprasikan Start-Stop sebanyak 7 kali dalam satu jam karena
dapat merusak atau memperpendek umur dari SCR karena setingan pada
interface yang tidak diaktifkan atau disable.
Pada
kerusakan
yang
SCR
terbakar
indikator
pada
Interface
menunujukkan indikasi alarm phase foult dan phase short circuit. Pada saat
pengecekan aktual dilapangan tidak ditemukan short sirkuit, kemungkinan
SCR terbakar dikarenakan ada koneksi kabel power yang kendor serta
Page 75
Page 76
Page 77
Page 78
Page 79
4.2.6
Page 80
dilapangan
tentang
pengoprasiannya
dan
pengontrolannya.
4. Minggu ke 4 (Mulai Selasa, 18 Agustus 2015)
Pada minggu ke 4 ini kegiatan kami yaitu melanjutkan
pemahaman tentang GTG atau generator system serta melakukan
kegiatan pemanasan DEG yang bertujuan untuk pengecekan
generator emergency agar selalu siap dan selalu dalam kondisi baik
Page 81
Page 82
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada CPP Gundih ini Terdapat 4 Motor dengan daya 6,6 kV pada Unit
BSRU yang terbagi menjadi dua. Dua buah sebagai blower dan dua buah
lainya sebagai kompresor. Masing masing hanya satu buah motor yang
harus selalu bekerja, sementara yang lainnya sebagai cadangan.
2. Pada beban motor 6,6 kV cara starting menggunakan metode soft starter
dengan panel standart soft starter adalah kontrol motor berbasis SCR yang
dirancang untuk starting, perlindungan dan pengendalian tegangan
menengah AC pada motor.
3. Untuk pengoperasian motor 6,6 kV dengan menggunakan metode soft
starter dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu : ready, start, running dan
stop.
4. Dikarenakan motor mengalami empat kondisi yang berbeda maka untuk
proteksinya juga akan menyesuaikan kondisi motor. Pada saat motor dalam
Page 83
mengontrol
dan
mengecek,
sehingga
memudahkan
5.2 Saran
Berdasarkan pelaksanaan dan pembuatan laporan kerja praktek di PT.
Pertamina EP Asset IV Field Cepu, ada beberapa hal yang menjadi
Page 84
Page 85
LAMPIRAN
Page 86