Professional Documents
Culture Documents
Definisi
A. Pengertian
Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan massa
tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang sehingga meningkatkan risiko fraktur oleh karena
fragilitas tulang meningkat.
Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras
dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan
mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang
mencukupi(hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan
testosterone pada pria). Juga persediaan Vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk
menyerap kalsium dari makanan dan memasukan ke dalam tulang. Secara progresif, tulang
meningkatkan kepadatan sampai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu
kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan
mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah
osteoporosis.
B. Etiologi
a. Osteoporosis post menopausal
Terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu
mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada
wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih
lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis
postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini
daripada wanita kulit hitam.
b. Osteoporosis senilis
Kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia
dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi
pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita
osteoporosis senilis dan postmenopausal.
c.
Osteoporosis sekunder
Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis
lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan
hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid,
barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan x-ray
Pemeriksaan absorpsiometri
Pemeriksaan Computer Tomografi (CT)
Pemeriksaan biopsy
Pemeriksaan Densitas Massa tulang
F. Penatalaksanaan
Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi pencegahan yang
pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa tulang. Dengan cara yaitu
memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam pencegahan osteoporosis), pola hidup yang
aktif dan paparan sinar ultra violet. Selain itu juga menghindari obat-obatan dan jenis makanan
yang merupakan faktor resiko osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif,
kortikosteroid.
Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang dengan
melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan progesterone
dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi seperti kalsium serta senam
beban.
Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan bila terjadi fraktur, terutama bila terjadi
fraktur panggul.
II. Pengkajian
A. Riwayat Penyakit
1. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dibawa ke R.S. hari senin karena pasien mengalami nyeri pada punggung, status
kesadaran pasien normal dan obat yang pernah diberikan adalah obat analgesik.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem pernapasan
Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kiposis berat, karena penekanan pada fungsional paru.
2. Sistem kardiovaskuler
Suara jantung, tensi meningkat, nadi, dan suhu.
3. Psikososial
Osteoporosis menimbulkan depresi ,ansietas, gangguan tidur,dan ketakutan akan jatuh.
4. Kemampuan bergerak
Ekstrimitas atas, ekstrimitas bawah, pergerakan sendi, dan kekuatan otot.
5. Sistem saraf
Tingkat kesadaran pasien ( fungsi selebral )
6. Sistem pencernaan
Pembatasan pergerakan dan deformitas spinal
7. Sistem komunikasi
Kemampuan pasien dalam berkomunikasi
emosi/prilaku).
b. Ajarkan klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya.
c. Dorong menggunakan teknik manajemen stress contoh relaksasi progresif, latihan nafasa dalam,
imajinasi visualisasi, sentuhan teraupetik.
d. Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi.
Diagnosa II :
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan
gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan terdapat
penurunan tinggi badan.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisik .
Intervensi :
a. Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada.
b. Rencanakan tentang pemberian program latihan, ajarkan klien tentang aktivitas hidup sehari-hari
yang dapat dikerjakan.
c. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas /perawatan diri secara bertahap jika dapat
ditoleransi.Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Diagnosa III :
Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun,
tulang belakang terlihat bungkuk.
Tujuan :
cedera tidak terjadi .
Intervensi :
a.
Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya missal : tempatkan klien pada tempat tidur rendah,
berikan penerangan yang cukup, tempatkan klien pada ruangan yang mudah untuk diobservasi.
b. Ajarkan pada klien untuk berhenti secara perlahan,tidak naik tangga dan mengangkat beban
berat
c. Observasi efek samping obat-obatan yang digunakan
Diagnose IV :
Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta
psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ditandai dengan klien mengatakan
membatasi pergaulan dan tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace).
Tujuan :
setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat menunjukkan adaptasi dan
menyatakan penerimaan pada situasi diri .
Intervensi :
a.
Diagnose VI :
Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan
dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang, mengerti
tentang penyakitnya, klien tampak gelisah.
Tujuan :
setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien memahami tentang penyakit
osteoporosis dan program terapi .
Intervensi :
a. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang.
b. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis.
c. Berikan pendidikan kepada klien mengenai efek samping penggunaan obat.
DAFTAR PUSTAKA
http://cutenurse-sakura.blogspot.com/2010/04/osteoporosis.html
http://3acommunityners.blogspot.com/2012/03/askep-osteoporosis.html
http://suka2-bayu.blogspot.com/2011/11/askep-osteoporosis.html
http://brajagssidodadi.blogspot.com/2011/12/askep-osteoporosis-2.html
http://brajagssidodadi.blogspot.com/2011/12/askep-osteoporosis.html