You are on page 1of 17

asuhan kebidanan neonatus pada hisprung

KATA PENGANTAR
Alahamdulillahirobilalamin, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, hidayah dan inayah-Nya, suatu kebahagiaan tiada terkira, satu keAgungan dari Sang
Pencipta Allah SWT melalui tangan dan pikiran kami Insya Allah dengan izin-Nya kami dapat
menyelesaikan serta menyajikan makalah kami yang tersusun masih sangat sederhana.
Kami ucapkan terimakasih kepada pembimbing kami dan semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
mahasisiwi kebidanan pada khususnya. Semoga makalah ini dapat menjadi pemandu dalam kehidupan
kita. Amin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu demi pengembangan
kreativitas kami dan kesempurnaan makalah ini, sangat kami harapkan kritik dan saran dari para pembaca,
baik dari segi isi, istilah, serta pemaparannya untuk memperbaiki makalah yang kami buat selanjutnya.

Yogyakarta, 20 Oktober 2012


penulis

BAB I
PENDHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Penyakit hisprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus (Ariff Masnjoer, dkk. 2000).
Dikenalkan pertama kali oleh hriscprung tahun 1886. Zuelser dan Wilson, 1948 mengemukakan bahwa
pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis.
Penyakit hisprung disebut juga congenital aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan keadaan usus
besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi karena ada bagian dari usus besar
(mulai dari anus kea rah atas) yang tidak mempunyai persarafan, maka terjadi kelumpuhan usus besar
dalam menjalankan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang
terkena berbeda beda untuk setiap individu.
Penyakit hisprung atau megakolon aganglionik bawaan disebabkan oleh kelainan inervasi usus, mulai dari
sfinghter ani interna dan meluas ke proximal, melibatkan panjang usus yang bervariasi. Hisprung adalah
penyebab obstruksi usus bagian bawah yang paling sering terjadi pada neonates.
Hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang tidak adanya sel sel ganglion dalam rectum atau bagian
rectosigmoid colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan abnormal atau tidak adanya evakuasi usus
spontan (Betz, Cecily &Sowden : 2000)

B. RUMUSAN MASALAH
1.

Pengertian mengenai penyakit hisprung

2.

Etiologi tentang penyakit Hisprung

3.

Patofisiologis penyakit hisprung

4.

Komplikasi pada penyakit hisprung hisprung

5.

Penatalaksanaan penyakit hisprung

C. TUJUAN
1.

Tujuan Umum
Diharapkan bagi mahasiswa mempunyai pengetahuan mengenai penyakit hisprung pada
Bayi Baru Lahir
2. Tujuan Khusus
a. menjelaskan mengenai penyakit Hisprung

b. untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit Hisprung


c. untuk mengetahui komplikasi penyakit Hisprung
d. untuk mengetahui kebutuhan kebutuhan nutrisi yang diperlukan bagi penderita hisprung

DAFTAR ISI
Kata pengantar

.......................................................................................................i

Daftar Isi

........................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang .........................................................................................................iii
b. Rumusan Masalah .....................................................................................................iii
c. Tujuan

.........................................................................................................iv

BAB II Landasan Teori


a. Pengertian Hisprung
b. Etiologi Hisprung

..........................................................................................1
...........................................................................................1

c. Patofisiologi Hisprung ...........................................................................................2


d. Faktir resiko dan klasifikasi

..............2

e. Manifestasi klinis

................3

f. Komplikasi Hisprung

...............3

g. Gejala Hisprung

...............4

h. Penatalaksanaan Hisprung

.............4

BAB III Kasus .................................................................................................................6


BAB IV pembahasan
a.

...................................................................................................7

Manajemen Kebidanan ........................9


BAB V Kesimpulan dan Saran .......................................................................................14
Daftar Pustaka .................................................................................................................16

BAB II
LANDASAN TEORI
HISPRUNG
A. PENGERTIAN
Penyakit hisprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus (Ariff Masnjoer, dkk. 2000).
Dikenalkan pertama kali oleh hriscprung tahun 1886. Zuelser dan Wilson, 1948 mengemukakan bahwa
pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis.
Penyakit hisprung disebut juga congenital aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan keadaan usus
besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi karena ada bagian dari usus besar
(mulai dari anus kea rah atas) yang tidak mempunyai persarafan, maka terjadi kelumpuhan usus besar
dalam menjalankan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang
terkena berbeda beda untuk setiap individu.
Penyakit hisprung atau megakolon aganglionik bawaan disebabkan oleh kelainan inervasi usus, mulai dari
sfinghter ani interna dan meluas ke proximal, melibatkan panjang usus yang bervariasi. Hisprung adalah
penyebab obstruksi usus bagian bawah yang paling sering terjadi pada neonates.
Hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang tidak adanya sel sel ganglion dalam rectum atau bagian
rectosigmoid colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan abnormal atau tidak adanya evakuasi usus
spontan (Betz, Cecily &Sowden : 2000)
B. ETIOLOGI
Adapun yang menjadi penyebab hiscprung atau megacolon itu sendiri adalah karena factor genetic dan
lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio
dalam dinding usus, gagal eksistensi kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

C. PATOFISIOLOGIS
Istilah congenital aganglionic mega colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya
sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam rectum
dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya
gerakan tenaga pendorong (peristaltic) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak
dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya
akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak
pada mega colon (Betz, Cecily &Sowden : 2002)
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk control kontraksi dan relaksasi
peristaltic secara normal.
Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan
terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan
di bagian colon tersebut melebar.
D. FAKTOR RESIKO DAN KLASIFIKASI
Penyakit ini disebabkan aganglionisis Meissener dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari
spinghter ani internus kearah proksimal, 70% terbatas di daerah rectosigmoid, 10% sampai seluruh kolon
dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pylorus. Diduga terjadi karena factor genetic
sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding
usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
KLASIFIKASI
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :
a.

Penyakit Hisprung segmen pendek


Kasus aganglion mulai dari anus sampai sigmoid, ini merupakan 70% dari kasus penyakit hisprung

b.

Penyakit Hisprung segmen panjang


Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus. Ditemukan lebih
banyak pada anak laki laki daripada perempuan.

E. MANIFESTASI KLINIS
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan mekonium dalam 24 28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas
mengkonsumsi cairin, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen. Gejala penyakit

hisprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan penyakit hisprung dapat menunjukkan gejala
klinis sebagai berikut obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan
evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi.
Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus
akut. Konstipasi ringan elektrolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang
menyemprot pas pada dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi
distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah.
F. KOMPLIKASI
Enterokolitis
Merupakan komplikasi yang paling berbahaya dan dapat berakibat kematian. Mekanisme timbulnya
enterokolitis karena adanya obstruksi parsial. Obstruksi usus pasca bedah disebabkan oleh stenosis
anastomosis, sfingter ani dan kolon aganglionik yang tersisa masih spastic. Manifestasi klinik dari
enterokolitis berupa distensi abdomen diikuti tanda obstruksi seperti; muntah hijau, feses keluar secara
eksplosif cair dan berbau busuk. Enterokolitis nekrotikan merupakan komplikasi parah yang dapat
menyebabkan nekrosis dan perforasi kebocoran anastomose. Kebocoran dapat disebabkan oleh
ketegangan yang berlebihan pada garis anastomose, vaskularisasi yang tidak adekuat pada kedua tepi
sayatan ujung usus, infeksi dan abses sekitar anastomose serta trauma colok dubur atau businasi pasca
operasi yang dikerjakan terlalu dini dan tidak hati-hati. Terjadi peningkatan suhu tubuh terdapat infiltrat atau
abses rongga pelvis
Stenosis
Stenosis dapat disebabkan oleh gangguan penyembuhan luka di daerah anastomse, infeksi yang
menyebabkan terbentuknya jaringan fibrosis, serta prosedur bedah yang dipergunakan. Manifestasi yang
terjadi dapat berupa gangguan defekasi, distensi abdomen, enterokolitis hingga fistula perianal.

Obstruksi usus
Adalah suatu penyakit Obstruksi usus sendiri dapat diartikan sebagai adanya sumbatan mekanik yang
terjadi di usus, baik yang sifatnya parsial maupun total.
Konstipasi
Adalah suatu keadaan yang ditandai dengan susahnya keluar feses.
Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit

Ketidak seimbangan cairan disini diakibatkan karena tubuh tidak dapat mengeluarkan zat sisa dengan baik
sehingga dapat mengakibatkan fungsi keseimbangan cairan dalam tubuh.
G. GEJALA KLINIS
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan bawaan tunggal.
Jarang sekali ditemukan pada anak premature atau bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Penyakit ini
merupakan penyebab tersering gangguan pasase usus pada bayi atau anak. Tanda obstipasi merupakan
tanda utama dan pada bayi baru lahir dapat merupakan gejala obstruksi akut. Trias yang sering ditemukan
adalah mekonium yang terlambat keluar (lebih dari 24 jam), perut kembung dan muntah berwarna hijau.
Pada anak yang lebih besar kadang ditemukan keluhan diare atau entrokolitis kronik lebih menonjol
daripada tanda tanda obstipasi
H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan
Tindakan definitive ialah menghilangkan hambatan pada segmen usus yang menyempit. Sebelum operasi
definitive, dapat dilakukan pengobatan konservatif yaitu tindakan darurat untuk menghilangkan tanda
tanda obstruksi rendah dengan jalan memasang anal tube dengan atau tanpa disertai pembilasan dengan
air garam hangat secara teratur. Tindakan konservatif ini sebenarnya akan mengaburkan gambaran
pemeriksaan barium enema yang dibuat kemudian.
Kolostomi merupakan tindakan operasi darurat dan dimaksudkan untuk menghilangkan gejala obstruksi
usus, sambil menunggu dan memperbaiki keadaan umum penderita sebelum operasi definitive.
Operasi devinitif dilakukan dengan mereseksi segmen yang menyempit dan menarik usus yang sehat kea
rah anus. Cara ini dikenal dengan pull throught (Swenson, Renbein dan Duhamel)
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan
dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinghter ani
interna :
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a.

Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara
normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.

b.

Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg
( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama, dan usia 6 -12 bulan setelah operasi bayi akan
normal kembali
2. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan
terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :

a.

Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini

b.

Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak

c.

Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )

d.

Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang


Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak anak dengan mal nutrisi tidak
dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan
pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi
protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total

3.

Diagnose
- Barium edema pada usus, otot polos abdomen
- Biopsy isap mukosa dan submukosa untuk sel ganglion

BAB III
KASUS
Seorang ibu dating ke tempat bidan bersama dengan bayinya pada tanggal 19 oktober 2012, ibu
mengatakan usia bayinya 3 hari, bayinya rewel, belum BAB, perutnya membuncit, belum minum ASI,
muntah berwarna hijau. Ibu mengatakan tanggal 16 oktober 2012 ia melahirkan di tempat dukun.
Setelah dilakukan pemeriksaan .oleh bidan didapatkan hasil S : 36,5C, N : 80X/m, BB : 2600 gr, PB : 48
cm, Lingkar Kepala : 32 cm, Lingkar Lengan : 12 cm, Lingkar Dada : 30 cm, bising usus positif, abdomen
membuncit, perut mengkilat.

BAB IV
PEMBAHASAN
1.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dari kasus diatas penatalaksanaan yang dilakukan oleh bidan, sebagai
berikut :

a.

Melakukan pengkajian

Mengkaji Tanda Tanda Vital


Meliputi N, S dan R

Kaji keluhan pasien

b.

Membertahu kepada ibu tentang keadaan anaknya

c.

Melakukan inform consent pada orang tua bayi

d.

Menyiapkan surat rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih berkualitas

e.

Memilih tempat rujukan yamg sesuai dengan keluhan bayi

f.

Memberikan informasi mengenai tindakan medis yang akan dilakukan

2.

Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan
dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinghter ani
interna :
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :

a.

Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara
normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.

b.

Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg
( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama, dan usia 6 -12 bulan setelah operasi bayi akan
normal kembali

3.

Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan
terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :

a.

Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini

b.

Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak

c.

Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )

d.

Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang


Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak anak dengan mal nutrisi tidak
dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan
pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi
protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total

MANAJEMEN KEBIDANAN
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS/BIODATA
Nama bayi

: Anak dari Ny. Y

Umur bayi

: 3 hari

Tanggal/jam lahir

: 19 oktober 2012, jam 09.00WIB

Jenis kelamin

: laki-laki

Berat badan

: 2600 gr

Panjang badan

: 48 cm

Nama Ibu

: Ny. Y

Nama Ayah

: Tn. D

Umur

: 25 tahun

Umur

: 28 tahun

Agama

: islam

Agama

: islam

Suku/bangsa

: jawa/Indonesia

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: wiraswasta

Alamat

: Jl. Kaswari No. 26/2B Batang, sleman Yogyakarta

Suku/bangsa

: jawa/Indonesia

B. ANAMNESE (DATA SUBYEKTIF)


Pada tanggal : 19 oktober 2012, jam : 09.00 WIB, oleh bidan Asih
1.
a.

Alasan datang Kebidan


Keluhan Utama : ibu mengatakan usia bayinya 3 hari, bayinya rewel, belum BAB, perutnya membuncit,
belum minum ASI,

2.

Riwayat Penyakit Kehamilan

Perdarahan

: tidak ada

Pre-eklamsia

: tidak ada

Eklamsia

Penyakit kelamin

: tidak ada

Lain-lain

: tidak ada

3.

: tidak ada

Kebiasan waktu hamil

Makanan

: ngidam buah buahan asam (trimester 1)

Obat-obat/jamu

: tidak ada

Merokok

: tidak

Lain-lain

: tidak ada

C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)

Keadaan Umum

Suhu

Pernapasan

Berat badan sekarang

: lemah
: 36,5C
: 46X/m
: 98X/m
: 2600 gr

Pemeriksaan fisik secara Sistematis

Kepala

: simetris

Molase

; tidak ada

Caput succdanium

: tidak ada

Cephal hematum

: tidak ada

Pendarahan

: tidak ada

Ubun ubun besar

: cembung

Ubun ubun kecil

: cembung

Muka

: simetrsis

Telinga

: bentuk simetris bilateral, terdapat lobang


telinga dan daun telinga tidak ada kelainan

Mulut

: bentuk simetris, tidak ada kelainan

Hidung

: bentuk simetris, tidak ada kelainan

Leher

: simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Dada

: simetris

Abdomen

: mebuncit, bising usus positif

Punggung
Ekstremitas

: tidak ada kelainan


: pergerakan aktif, dan jari normal

Genitalia
Anus

: positif

Refleks

Refleks moro

: aktif

Rekleks rooting

: aktif

Refleks walking

: aktif

Refleks graphs/plantar: aktif

Refleks sucking

: aktif

Refleks tonic neck

: aktif

Antropometri

Lingkar kepala

: 32 cm

Lingkar dada

: 30 cm

Eliminasi

Miksi

Meconium

: belum ada
: belum ada

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH DAN KEBUTUHAN


Diagnosa

Bayi Baru Lahir Dengan Hisprung


Data Dasar

Umur Bayi

: 3 hari

Persalinan

: normal

BB Bayi

: 2600 gr

PB Bayi

: 48 cm

Abdomen

: membuncit, bising usus positif

Masalah
Bayi rewel, perut membuncit, belum BAB
Kebutuhan
- Kaji bayi rewel
- berikan nutrisi berbentuk cair
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Bayi Baru Lahir berpotensial terjadinya infeksi setelah dilakukannya pembedahan atau
operasi
1V. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI
Rujuk ke RS yang fasilitasnya lengkap dan terdekat
V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH
Tanggal 19 oktober 2012
1. Beri informasi dari hasil pemeriksaan kepada orang tua bayi serta jelaskan tindakan operasi yang
harus dilakukan
2. Kaji tanda vital bayi secara teratur

3. Pasang infus
4. beri inform consent kepada orang tua atas rujukan yang akan dilakukan
5. rujuk bayi ke RS terdekat dan fasilitasnya lengkap

VI. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI


Tanggal : 19 oktober 2012, jam : 10. 00 WIB
1. Menjelaskan kepada orang tua bayi semua hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dengan
menjelaskan tindakan operasi yang harus segera dilakukan
2. Menilai vital sign bayi tiap 2 jam untuk mengetahui keadaan bayi
3. Memasang infus
4. Memberikan inform consent pada orang tua atas tindakan rujukan yang akan dilakukan
5. Merujuk bayi ke RS yang terdekat dan memiliki fasilitas yang lengkap

VII. EVALUASI
Tanggal : 19 oktober 2012, jam : 11.30 WIB
1. Inform consent telah disetujui oleh keluarga pasien
2. Infus telah terpasang dengan baik
3. Ibu memahami atas informasi yang telah diberikan mengenai tindakan rujukan yang akan
dilakukan

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Pengertian
Penyakit hisprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus (Ariff Masnjoer, dkk. 2000).
Dikenalkan pertama kali oleh hriscprung tahun 1886. Zuelser dan Wilson, 1948 mengemukakan bahwa
pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis.
Penyakit hisprung disebut juga congenital aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan keadaan usus
besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi karena ada bagian dari usus besar
(mulai dari anus kea rah atas) yang tidak mempunyai persarafan, maka terjadi kelumpuhan usus besar
dalam menjalankan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang
terkena berbeda beda untuk setiap individu.
Penyakit hisprung atau megakolon aganglionik bawaan disebabkan oleh kelainan inervasi usus, mulai dari
sfinghter ani interna dan meluas ke proximal, melibatkan panjang usus yang bervariasi. Hisprung adalah
penyebab obstruksi usus bagian bawah yang paling sering terjadi pada neonates.
Hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang tidak adanya sel sel ganglion dalam rectum atau bagian
rectosigmoid colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan abnormal atau tidak adanya evakuasi usus
spontan (Betz, Cecily &Sowden : 2000)
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik masalah fisik, psikologis
maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu
terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya bisa buang air
besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang
benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis

maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang baik
antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi
kemungkinan yang terjadi.
Maka dari itu perlu diadakan penyuluhan mengenai tanda bahaya penyakit hisprung pada bayi baru lahir
oleh tenaga kesehatan guna untuk mengurangi resiko penyakit hisprung pada bayi baru lahir.
B. SARAN
1. dengan adanya makalah diharapkan bagi pembaca khususnya bagi ibu post partum dapat
mengenali tanda bahaya atau kelainan pada bayinya
2. diharapkan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa kebidanan dapat mengetahui penyakit / kelainan
yang terjadi pada bayi baru lahir.

DAFTAR PUSTAKA

DR. Hasan Ruseno, DR. Alatas Husein, 1985, Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta:
INFOMEDIKA JAKARTA

You might also like