You are on page 1of 19

Standar Pembiayaan Pendidikan

Makalah
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Manajemen Sekolah
yang dibina oleh Bapak Ridwan Joharmawan dan Ibu Metri Dian Insani

Oleh
Kelompok 7
SMP Dewantara
1.
2.
3.
4.

Arini Roichatul Jannah


Ghufron Nurpatriya Krisna
Lailatul Nuronia
Rifka Amilia

(130351603596)
(130351603582)
(130351603580)
(130351615569)
Off A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
September 2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah sebagai organisasi penyedia layanan pendidikan kepada masyarakat
senantiasa dihadapkan dengan tantangan dalam mencapai tujuan atau cita-citanya.
Pengelolaan sekolah dilakukan dengan menggunakan kerangka pikir manajemen,
yang tergambar dari rangkaian kegiatan yang terdiri atas merencanakan,
mengorganisasikan, menempatkan staf, memberikan arahan, mengkoordinasikan,
dan mengendalikan kegiatan dan staf.
Suatu lembaga akan dapat berfungsi dengan memadai kalau memiliki sistem
manajemen yang didukung dengan sumber daya manusia (SDM), dana/biaya, dan
sarana-prasarana. Sekolah sebagai satuan pendidikan juga harus memiliki tenaga
(kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tenaga administratif, laboran,
pustakawan, dan teknisi sumber belajar), sarana (buku pelajaran, buku sumber,
buku pelengkap, buku perpustakaan, alat peraga, alat praktik, bahan dan ATK,
perabot), dan prasarana (tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan, lapangan
olahraga), serta biaya yang mencakup biaya investasi (biaya untuk keperluan
pengadaan tanah, pengadaan bangunan, alat pendidikan, termasuk buku-buku dan
biaya operasional baik untuk personil maupun nonpersonil). Biaya untuk personil
antara lain untuk kesejahteraan dan pengembangan profesi, sedangkan untuk
biaya nonpersonil berupa pengadaan bahan dan ATK, pemeliharaan, dan kegiatan
pembelajaran.
Suatu sekolah untuk memiliki tenaga kependidikan yang berkualitas dengan
jumlah yang mencukupi kebutuhan memerlukan biaya rekrutmen, penempatan,
penggajian, pendidikan dan latihan, serta mutasi. Dalam usaha pengadaan sarana
dan prasarana untuk menunjang proses pembelajaran tentu saja diperlukan dana
yang tidak sedikit, bahkan setelah diadakan maka diperlukan. Dana untuk
perawatan, pemeliharaan, dan pendayagunaannya. Meskipun ada tenaga, ada
sarana dan prasarana, untuk memanfaatkan dan mendayagunakan secara optimal
perlu biaya operasional baik untuk bahan dan ATK habis pakai, biaya

pemeliharaan, maupun pengembangan personil agar menguasai kompetensi yang


dipersyaratkan.
Dari uraian di atas jelas bahwa untuk penyelenggaraan pendidikan di sekolah
termasuk di SMP perlu biaya, perlu dana, paling tidak memenuhi pembiayaan
untuk memberikan standar pelayanan minimal. Biaya pendidikan merupakan
komponen sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Dapat dikatakan
bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya. Dalam
konteks perencaaan pendidikan, pemahaman tentang anatomi dan problematik
pembiayaan pendidikan amat diperlukan. Berdasarkan pemahaman ini dapat
dikembangkan kebijakan pembiayaan pendidikan yang lebih tepat dan adil serta
mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Standar Pembiayaan?
2. Apa Konsep Dasar Pembiayaan Pendidikan?
3. Darimanakah sumber dana yang didapat untuk Standar pembiayaan?
4. Apa yang dimaksud dengan dana BOP dan BOS?
5. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam standar pembiayaan?
6. Bagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam pembiayaan
pendidikan?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian dari Standar Pembiayaan.
2. Mendeskripsikan konsep dasar pembiayaan pendidikan.
3. Mendeskripsikan sumber dana yang didapat untuk Standar pembiayaan.
4. Mendeskripsikan pengertian dana BOP dan BOS.
5. Mendeskripsikan kebijakan pemerintah dalam standar pembiayaan.
6. Mendeskripsikan peran pemerintah dan masyarakat dalam pembiayaan
pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Standar Pembiayaan Pendidikan
Salah satu unsur yang sangat penting dalam pendidikan adalah
pembiayaan pendidikan. Pembiayaan pendidikan digunakan sebagai instrument
kunci untuk mencapai tujuan pendidikan baik secara kuantitif maupun kualitatif
berperan sangat dominan. Penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari
pembiayaan. Pembiayaan tersebut harus di manage agar penggunaanya sesuai
dengan yang dibutuhkan. Manajemen pembiayaan pendidikan adalah segenap
kegiatan yang berkenaan dengan penataan sumber, penggunaan, dan pertanggung
jawaban dana pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan.
Menurut Permendiknas No. 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya:
a. Pembiayaan pendidikan terdiri dari atas biaya investasi, operasi dan
personal.
b. Biaya investasi satuan pendidikan sebagimana meliput biaya penyediaan
sarana dan prasarana, serta pengembangan sumber daya manusia dan modal
kerja tetap.
c. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi:
1) Gaji Pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji
2) Bahan atau peralatan pendidikan yang habis pakai
3) Biaya operasi pendidikan yang tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi
4) Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur
dan berkelanjutan.

B. Konsep Dasar Pembiayaan Pendidikan

Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua hal penting yang
perlu dikaji atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost)
dan biaya satuan per siswa (unit cost). Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan
agregate biaya pendidikan tingkat sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah,
orang tua, dan masyarakat yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan
dalam satu tahun pelajaran. Biaya satuan permurid merupakan ukuran yang
menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan ke sekolah-sekolah
secara efektif untuk kepentingan murid dalam menempuh pedidikan. Adapun
konsep dasar pembiayaan pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Konsep Penganggaran
Dalam kegiatan umum keuangan, kegiatan pendidikan meliputi tiga hal,
yaitu: Budgeting (Penyusunan Anggaran), Accounting (Pembukuan), Auditing
(Pemeriksaan).
a. Budgeting (Penyusunan Anggaran)
Penganggaran merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran
(budget). Budget merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara
kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam
kurun waktu tertantu. Oleh karena itu, dalam anggaran tergambar kegiatankegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga.
Penyusunan

anggaran

merupakan

langkah-langkah

positif

untuk

merealisasikan rencana yang telah disusun. Kegiatan ini melibatkan pimpinan


tiap-tiap unit organisasi. Pada dasarnya, penyusunan anggaran merupakan
negosiasi atau perundingan/ kesepakatan antara puncak pimpinan dengan
pimpinan di bawahnya dalam menentukan besarnya alokasi biaya suatu
penganggaran. Hasil akhir dari suatu negosiasi merupakan suatu pernyataan
tentang pengeluaran dan pendapatan yang diharapkan dari setiap sumber dana.
b. Accounting (Pembukuan)
Pengurusan ini meliputi dua hal yaitu, pertama mengurusi hal yang
menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan
uang. Pengurusan kedua menyangkut urusan tindak lanjut dari urusan pertama
yaitu, menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang. Pengurusan ini tidak

menyangkut kewenangan menentukan, tetapi hanya melaksanakan dan dikenal


dengan istilah pengurusan bendaharawan. Bendaharawan adalah orang atau badan
yang oleh Negara diserahi tugas menerima, menyimpan dan membayar, atau
menyerahkan uang atau surat-surat berharga dan barang-barang termasuk dalam
pasal 55 ICW (Indische Comptabiliteits Wet), sehingga dengan jabatan itu mereka
mempunyai kewajiban atau pertanggungjawabaan apa yang menjadi urusannya
kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
c. Auditing (Pemeriksaan)
Auditing adalah semua kegiatan yang menyangkut pertanggungjawaban
penerimaan, penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan
bendaharawan kepada pihak-pihak yang berwenang. Bagi unit-unit yang ada
didalam departemen, mempertanggungjawabkan urusan ini kepada BPK melalui
departemen masing-masing.. Auditing sangat penting dan sangat bermanfaat bagi
empat pihak, yaitu:
1. Bagi bendaharawan yang bersangkutan:
a. Bekerja dengan arah yang sudah pasti,
b. Bekerja dengan target waktu yang sudah ditentukan,
c. Tingkat keterampilan dapat diukur dan dihargai,
d. Mengetahui denga jelas batas wewenang dan kewajiban,
e. Ada kontrol bagi dirinya terhadap godaan penyalahgunaan uang.
2. Bagi lembaga yang bersangkutan:
a. Dimungkinkan adanya sistem kepemimpinan terbuka,
b. Memperjelas batas wewenang dan tanggungjawab antar petugas,
c. Tidak menimbulkan rasa saling mencurigai,
d. Ada arah yang jelas dalam menggunakan uang yang diterima,
3. Bagi atasannya:
a. Dapat mengetahui bagian atau keseluruhan anggaran yang telah
dilaksanakan,

b. Dapat mengetahui tingkat keterlaksanaan serta hambatannya demi


menyusun anggaran tahun berikutnya,
c. Dapat diketahui keberhasilan pengumpulan, penyimpanan dan kelancaran
pengeluaran,
d. Dapat diketahui tingkat kecermatan dalam mempertanggungjawabkan,
e. Untuk memperhitungkan biaya kegiatan tahunan masa lampau sebagai
umpan balik bagi perencanaan masa datang,
f. Untuk arsip dari tahun ke tahun.
4. Bagi badan pemeriksa keuangan:
Ada patokan yang jelas dalam melaksanakan pengawasan terhadap uang
milik Negara, Ada dasar yang tegas untuk mengambil tindakan apabila terjadi
penyelewengan.

C. Sumber-Sumber Pembiayaan dalam Standar Pembiayaan Pendidikan


Dalam pengelolaan pendidikan, khususnya sebuah sekolah tentunya
sumber biaya terdapat dari sejumlah pihak atau sektor yang dapat membantu
dalam manajemen pembiayaan tersebut. Dilihat dari sumber-sumbernya, biaya
pada tingkat makro (nasional) berasal dari sebagai berikut:
1. Pendapatan Negara dari sektor pajak (yang beragam jenisnya)
2. Pendapatana dari sektor non pajak, misalnya dari pemanfaatan sumber
daya alam dan produksi nasional lainnya yang lazim dikategorikan ke
dalam gas dan non migas
3. Keuntungan dari ekspor barang dan jasa
4. Usaha-usaha Negara lainnya, termasuk dari divestasi saham dan
perusahaan Negara (BUMN)
5. Bantuan dalam bentuk hibah (grant) dan pinjaman luar negeri (loan) baik
dari lembaga-lembaga keuangan internasional (seperti Bank Dunia, ADB,
IMF, IDB, JICA) maupun pemerintah, baik melalui kerjasama multilateral
maupun bilateral.
Menurut Depdiknas (2007), sumber-sumber pendapatan sekolah dapat
berasal dari:

1. Pemerintah, yang meliputi: Pemerintah Pusat, yang dialokasikan melalui


APBN serta Pemerintah Kabupaten/Kota, yang dialokasikan melalui
APBD minimal 20%
2. Usaha mandiri sekolah, yang berupa kegiatan: pengelolaan kantin sekolah,
koperasi sekolah, wartel, jasa antar jemput siswa, panen kebun sekolah:
kegiatan sekolah yang menarik sehingga ada sponsor yang memberi dana:
kegiatan seminar/ pelatihan/lokakarya dengan dana dari peserta yang dapat
disisihkan sisa anggarannya untuk sekolah: serta penyelenggaraan lomba
kesenian denganbiaya dari peserta atau perusahaan yang dapat disisihkan
sebagian dananya untuk sekolah
3. Orang tua siswa, yang berupa sumbangan fasilitas belajar siswa,
sumbangan pembangunan gedung, iuran BP3, dan SPP
4. Dunia usaha dan industri, yang dilakukan melalui kerjasama dalam
berbagai kegiatan, baik berupa bantuan uang maupun fasilitas sekolah
5. Hibah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang
berlaku, di mana kepala sekolah perlu menyusun proposal yang
menguraikan kebutuhan pengembangan program sekolah
6. Yayasan penyelenggara pendidikan bagi lembaga pendidikan swasta
D. Pengertian BOP dan BOS
1. Pengertian BOP
Biaya operasi adalah biaya yang diperlukan sekolah untuk
menunjang proses pembelajaran, sehingga mampu menunjang proses dan
hasil PBM sesuai yang diharapkan. Biaya operasional terdiri dari biaya
personil dan biaya nonpersonil. Berikut penjelasan tentang biaya Jenis
Biaya Operasi Pendidikan:
a. Biaya personalia
Pengeluaran operasi personalia yang menjadi tanggung jawab Pemerintah
atau pemerintah daerah dibiayai melalui belanja pegawai atau bantuan
sosial sesuai peraturan perundang-undangan. Biaya personalia satuan
pendidikan, yang terdiri atas:
1) Gaji pokok bagi pegawai pada satuan pendidikan;

2) Tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai pada satuan

pendidikan;
3) Tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan pendidikan;
4) Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional di luar guru dan dosen;
5) Tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional bagi guru dan

dosen;
6) Tunjangan profesi bagi guru dan dosen;
7) Tunjangan khusus bagi guru dan dosen;
8) Maslahat tambahan bagi guru dan dosen; dan
9) Tunjangan kehormatan bagi dosen yang memiliki jabatan profesor

atau guru besar.


Biaya personalia penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan,
baik formal maupun nonformal, oleh Pemerintah, yang terdiri atas:
1) gaji pokok bagi pegawai negeri sipil pusat;
2) tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai negeri sipil pusat;
3) tunjangan struktural bagi pejabat struktural bagi pegawai negeri sipil

pusat di luar guru dan dosen; dan


4) tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional bagi pegawai negeri sipil

pusat di luar guru dan dosen.


b. Biaya nonpersonalia.

Pengeluaran operasi nonpersonalia yang menjadi tanggung jawab


Pemerintah atau pemerintah daerah dibiayai melalui belanja barang atau
bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan. Pendanaan tambahan
di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan untuk pemenuhan rencana
pengembangan satuan atau program pendidikan yang diselenggarakan
pemerintah daerah sesuai kewenangannya menjadi bertaraf internasional
dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari:
1) Pemerintah;
2) Pemerintah daerah;
3) Masyarakat
4) Bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau sumber lain

yang sah.

2. Pengertian BOS
Menurut Permendiknas nomor 69 Tahun 2009, standar biaya
operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk
membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai
bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat
melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai
Standar Nasional Pendidikan. BOS adalah program pemerintah yang pada
dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia
bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.
Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia
yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9
tahun yang bermutu. Secara khusus program BOS bertujuan untuk:
a) Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB negeri dan
SMP/SMPLB/SMPT (Terbuka) negeri terhadap biaya operasi sekolah,
kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan
sekolah bertaraf internasional (SBI). Sumbangan/pungutan bagi
sekolah RSBI dan SBI harus tetap mempertimbangkan fungsi
pendidikan sebagai kegiatan nirlaba, sehingga sumbangan/pungutan
tidak boleh berlebih;
b) Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan
dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;
c) Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah
swasta.
Sasaran program BOS adalah semua sekolah SD dan SMP,
termasuk SMP (SMPT) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM)
yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di

seluruh provinsi di Indonesia. Program Kejar Paket A dan Paket B tidak


termasuk sasaran dari program BOS ini.
Besar biaya satuan BOS yang diterima oleh sekolah pada tahun
anggaran 2012, dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan:
a) SD/SDLB

Rp 580.000,-/siswa/tahun

b) SMP/SMPLB/SMPT

Rp 710.000,-/siswa/tahun

Dana BOS yang diterima oleh sekolah, dapat digunakan dalam hal
berikut.
a) Pembelian/ penggandaan buku teks pelajaran, yaitu untuk mengganti
yang rusak atau untuk memenuhi kekurangan.
b) Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru,
yaitu

biaya

pendaftaran,

penggandaan

formulir,

administrasi

pendaftaran, dan pendaftaran ulang, pembuatan spanduk sekolah


bebas pungutan, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan
kegiatan tersebut (misalnya untuk fotocopy, konsumsi panitia, dan
uang lembur dalam rangka penerimaan siswa baru, dan lainnya yang
relevan);
c) Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, PAKEM, pembelajaran
kontekstual, pembelajaran pengayaan, pemantapan persiapan ujian,
olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah
remaja, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan sejenisnya (misalnya
untuk honor jam mengajar tambahan di luar jam pelajaran, biaya
transportasi dan akomodasi siswa/guru dalam rangka mengikuti
lomba, fotocopy, membeli alat olah raga, alat kesenian dan biaya
pendaftaran mengikuti lomba);
d) Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan
hasil belajar siswa (misalnya untuk fotocopi/ penggandaan soal, honor
koreksi ujian dan honor guru dalam rangka penyusunan rapor siswa);

e) Pembelian bahan-bahan habis pakai seperti buku tulis, kapur tulis,


pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku
inventaris, langganan koran/majalah pendidikan, minuman dan
makanan ringan untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah, serta
pengadaan suku cadang alat kantor;
f) Pembiayaan langganan daya dan jasa, yaitu listrik, air, telepon,
internet, modem, termasuk untuk pemasangan baru jika sudah ada
jaringan di sekitar sekolah. Khusus di sekolah yang tidak ada jaringan
listrik, dan jika sekolah tersebut memerlukan listrik untuk proses
belajar mengajar di sekolah, maka diperkenankan untuk membeli
genset;
g) Pembiayaan perawatan sekolah, yaitu pengecatan, perbaikan atap
bocor, perbaikan sanitasi/WC siswa, perbaikan pintu dan jendela,
perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi sekolah, perbaikan lantai
ubin/keramik dan perawatan fasilitas sekolah lainnya;
h) Pembayaran

honorarium

bulanan

guru

honorer

dan

tenaga

kependidikan honorer. Untuk sekolah SD diperbolehkan untuk


membayar honor tenaga yang membantu administrasi BOS;
i) Pengembangan profesi guru seperti pelatihan, KKG/MGMP dan
KKKS/MKKS. Khusus untuk sekolah yang memperoleh hibah/block
grant pengembangan KKG/MGMP atau sejenisnya pada tahun
anggaran yang sama tidak diperkenankan menggunakan dana BOS
untuk peruntukan yang sama;
j) Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang
menghadapi masalah biaya transport dari dan ke sekolah, seragam,
sepatu/alat tulis sekolah bagi siswa miskin yang menerima Bantuan
Siswa Miskin . Jika dinilai lebih ekonomis, dapat juga untuk membeli
alat transportasi sederhana yang akan menjadi barang inventaris
sekolah (misalnya sepeda, perahu penyeberangan, dll);

k) Pembiayaan pengelolaan BOS seperti alat tulis kantor (ATK termasuk


tinta printer, CD dan flash disk), penggandaan, surat-menyurat,
insentif bagi bendahara dalam rangka penyusunan laporan BOS dan
biaya transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di Bank/PT
Pos;
l) Pembelian komputer (desktop/work station) dan printer untuk
kegiatan belajar siswa, masing-masing maksimum 1 unit dalam satu
tahun anggaran;
m) Bila seluruh komponen 1 s.d 12 di atas telah terpenuhi pendanaannya
dari BOS dan masih terdapat sisa dana, maka sisa dana BOS tersebut
dapat digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran,
mesin ketik, peralatan UKS dan mebeler sekolah.

E. Kebijakan Pemerintah dalam Standar Pembiayaan


1. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008
Bab 1
a. Pasal 1 point 4:
Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang
diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.
b. Pasal 3:
(1) Biaya pendidikan meliputi:
(a) biaya satuan pendidikan;
(b) biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan; dan
(c) biaya pribadi peserta didik.
(2) Biaya satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri atas:
(a) biaya investasi, yang terdiri atas: biaya investasi lahan pendidikan
dan biaya investasi selain lahan pendidikan.
(b) biaya operasi, yang terdiri atas: biaya personalia dan biaya
nonpersonalia
(c) bantuan biaya pendidikan; dan
(d) beasiswa.
(3) Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada
(a) ayat 1 huruf b meliputi: biaya investasi, yang terdiri atas: biaya
investasi lahan pendidikan; dan biaya investasi selain lahan

pendidikan serta biaya operasi, yang terdiri atas: biaya personalia;


dan biaya nonpersonalia.
(b) ayat 4, yaitu biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b angka 1 dan ayat (3) huruf b angka 1 meliputi:
Biaya personalia satuan pendidikan, yang terdiri atas:
1. gaji pokok bagi pegawai pada satuan pendidikan;
2. tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai pada
satuan pendidikan;
3. tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan
pendidikan;
4. tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional di luar guru
dan dosen;
5. tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional
6.
7.
8.
9.

bagi guru dan dosen;


tunjangan profesi bagi guru dan dosen;
tunjangan khusus bagi guru dan dosen;
maslahat tambahan bagi guru dan dosen; dan
tunjangan kehormatan bagi dosen yang memiliki jabatan

profesor atau guru besar.


Biaya personalia penyelenggaraan dan/atau pengelolaan
pendidikan, yang terdiri atas:
1. gaji pokok;
2. tunjangan yang melekat pada gaji;
3. tunjangan struktural bagi pejabat struktural; dan
4. tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional.

Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 menguraikan secara terperinci mengenai


definisi dan komponen biaya pendidikan yang merupakan tanggung jawab
pemerintah dialokasikan dalam APBN dan yang merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah dialokasikan dalam APBD sesuai dengan sistem
penganggaran dalam peraturan perundang-undangan. Adapun komponen biaya
pendidikan adalah biaya satuan pendidikan, biaya penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan pendidikan dan biaya pribadi peserta didik.
Bab II (Tanggungjawab Pemerintah)
Tanggung jawab pendanaan pendidikan oleh pemerintah dan pemerintah
daerah sebagaimana diatur dalam pasal 7 sampai dengan pasal 31 meliputi

biaya investasi satuan pendidikan, biaya investasi penyelenggaraan dan/atau


pengelolaan pendidikan, biaya operasi satuan pendidikan, biaya operasi
penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan, bantuan biaya pendidikan
dan beasiswa serta pendanaan pendidikan di luar negeri.
Biaya Investasi satuan pendidikan dan biaya investasi penyelenggaraan
dan/atau pengelolaan pendidikan yang merupakan tanggung jawab pemerintah
akan meliputi biaya investasi lahan pendidikan dan biaya investasi selain lahan
pendidikan. Sedang biaya operasi satuan pendidikan dan biaya operasi
penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan yang merupakan tanggung
jawab pemerintah akan meliputi biaya personalia dan biaya non-personalia.
Demikian pula dengan bantuan biaya, beasiswa dan pendanaan
pendidikan diluar negeri semuanya diatur dengan jelas dalam peraturan
pemerintah nomor 48 tahun 2008 dengan disertai dengan ancaman pengenaan
sangsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bab III (Tanggungjawab Masyarakat)


Tanggung jawab masyarakat dalam pendanaan pendidikan dapat dibagi
dalam 2 (dua) katagori, yaitu tanggung jawab pendanaan pendidikan oleh
penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat dan tanggung
jawab pendanaan pendidikan oleh masyarakat diluar penyelenggara dan satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat. Komponen beaya pendidikan pada
penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat akan meliputi
beaya investasi satuan pendidikan, beaya investasi penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan pendidikan, beaya operasi satuan pendidikan, beaya operasi
penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan, bantuan beaya pendidikan
dan beasiswa.
Sedangkan tanggung jawab masyarakat diluar penyelenggara satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat atau dengan kata lain tanggung jawab
masyarakat selaku orangtua atau wali peserta didik akan meliputi beaya pribadi

peserta didik, beaya investasi selain lahan yang diperlukan untuk menutupi
kekurangan pendanaan, beaya personalia yang diperlukan untuk menutupi
kekurangan pendanaan dan pendanaan sebagian dari beaya operasi pendidikan
dalam rangka pengembangan sekolah yang biasanya dipungut berdasarkan
musyawarah dan mufakat melalui Komite Sekolah.

2. Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009


Menurut Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009,
tentang standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009:Standar biaya
operasi nonpersonalia untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB,
SMPLB, SMALB sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar
satuan pendidikan dapat melakukan kegiaatan pendidikan secara teratur
dan berkelanjutan sesuai standar nasional pendidikan.
Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 terdiri dari 4 pasal yaitu:
a. Pasal 1: Standar biaya operasi nonpersonalia untuk SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, SMALB adalah standar biaya yang
diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1
tahun untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB,
SMALB sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan
pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secra teratur dan
berkelanjutan sesuatu Standar Nasional Pendidikan.
b. Pasal 2 (1) : Standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009
persekolah/program keahlian, per-rombongan belajar dan per peserta didik
untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, SMALB
menggunakan basis biaya operasi nonpersonalia per sekolah/ keahlian, per
rombongan. per peserta didik di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta
c. Pasal 2 (2): Besaran standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009 per
sekolah/keahlian, per rombongan belajar, per peserta didik, serta besaran
presentase minimum biaya alat tulis sekolah dan bahan alat habis pakai
untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, SMALB.
d. Pasal 2 (3) : penghitungan standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009
untuk masing-masing daerah dilakukan dengan mengahlikan biaya operasi
nonpersonalia DKI Jakarta dengan indeks masing-masing daerah.

e. Pasal 3 :Satuan Pendidikan dasar dan menengah yang belum bisa


memenuhi Standar Nasional Pendidikan menggunakan biaya satuan yang
lebih rendah dari standar biaya.
f. Pasal 4 :Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal yang telah
ditetapkan.
F. Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Pembiayaan Pendidikan
Pemerintah dan masyarakat memiliki peranan penting dalam pendidikan
terutama dalam pembiayaan pendidikan. Menurut UU No 14/2005 tentang Guru
dan Dosen Bab IV Guru Pasal 13 Ayat 1 dan 2 menyebutkan bahwa pemerintah
pusat dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran peningkatan kualifikasi
akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai anggaran untuk peningkatan kualifikasi
akademik dan sertifikasi pendidik diatur dengan PP. Berdasarkan UU tersebut
menunjukkan bahwa pemerintah secara hukum sudah di atur untuk berperan
dalam pendidikan terutama mengenai pembiayaan pendidikan. Selain itu menurut
J. Wiseman (1987) mengatakan bahwa terdapat tiga aspek yang perlu di kaji
dalam melihat apakah pemerintah perlu terlibat dalam masalah pembiayaan
pendidikan.
Ketiga aspek tersebut adalah kebutuhan dan ketersediaan pendidikan,
terkait dengan sektor pendidikan dianggap sebagai salah satu alat perdagangan
dan kebutuhan akan investasi dalam sumberdaya manusia; pembiayan pendidikan
terkait dengan hak orang tua dan murid untuk memilih menyekolahkan anaknya
ke pendidikan yang akan berdampak pada sosial benefit secara keseluruhan;
pengaruh sektor politik dan ekonomi terhadap sektor pendidikan. Dari penjelasan
tersebut sangat memperkuat kondisi pendidikan di indonesia, karena ketiga aspek
tersebut sesuai dengan keadaan pemerintahan Indonsia. Berdasarkan hal di atas
dapat di simpulkan bahwa peran pemerintah terhadap pembiayaan pendidikan
mencakup dari segi oprasional untuk sekolah dan tenaga kependidikan, serta
siswa.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembiayaan pendidikan digunakan sebagai instrument kunci untuk
mencapai tujuan pendidikan baik secara kuantitif maupun kualitatif berperan
sangat dominan. Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua hal penting
yang perlu dikaji atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total
cost) dan biaya satuan per siswa (unit cost).

Daftar Pustaka
Astuti, Andriani Widia. 2015. Standar pembiayaan Pendidikan. (online),
(http://andrianiwidiastuti.blogspot.com.com./implikasi-landasan-hukum
-pendidikan.html), diakses tanggal 30 September 2016
Kemendiknas. 2009. Permendiknas no 69 tahun 2009 tentang standar biaya
Operasi Nonpersonalia. (online),
(http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permrndiknas692009standarBiaya.pdf) diakses tanggal 30 September 2016
Sukirman Hartati, dkk. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. UNY Press:
Yogyakarta
Uncu, Zuleika Tika. 2015. Manajemen Pembiayaan Pendidikan. (Online),
(http://dokumen.tips/documents/manajemen-pembiayaan-pendidikan56214eff1675c.html) diakses tanggal 30 September 2016
Pangayom. 2015. Pembiayaan Pendidikan. (Online),
(https://forumblogs.wordpress.com/2015/05/01/pembiayaan-pendidikan/)
diakses tanggal 30 September 2016

You might also like