You are on page 1of 26

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE

DEMONSTRASI TERHADAP KEPATUHAN REMAJA PUTRI


DALAM MELAKUKAN VULVA HYGIENE UNTUK
MENCEGAH KEJADIAN FLUOR ALBUS DI
SMPN 1 GUMUKMAS JEMBER

TUGAS RISET INDIVIDU

oleh
Bella Alvionitta Gunawan Putri
NIM 132310101008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016
1

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE


DEMONSTRASI TERHADAP KEPATUHAN REMAJA PUTRI
DALAM MELAKUKAN VULVA HYGIENE UNTUK
MENCEGAH KEJADIAN FLUOR ALBUS DI
SMPN 1 GUMUKMAS JEMBER

TUGAS RISET INDIVIDU

diajukan guna melengkapi tugas Mata Kuliah Riset Keperawatan

oleh
Bella Alvionitta Gunawan Putri
NIM 132310101008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016
2

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya penulis dapat
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Riset Keperawatan yang berjudul Pengaruh
Pendidikan Kesehatan dengan Metode Demostrasi Terhadap Kepatuhan Remaja Putri
dalam Melakukan Vulva Hygiene untuk Mencegah Kejadian Fluor Albus di SMPN 1
Gumukmas Jember dengan tepat waktu. Penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu atau berkontribusi dalam menyelesaikan mini
riset ini, terutama kepada:
1. Ns. Lantin Sulistyorini, M. Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan
Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan masukan dan saran demi
sempurnanya mini riset ini.
2. Ns. Ahmad Rifai, MS selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah membantu
untuk menyempurnakan tugas mini riset ini, mohon maaf atas segala kesalahan dan
kekhilafan penulis selama proses bimbingan. Semoga ilmu yang penulis dapat bisa
terus digunakan dan di amalkan.
3. Ns. Hanny Rasni, M. Kep selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan dukungan untuk mini riset ini.
4. Ns. Dodi Wijaya, M. Kep selaku PJMK Mata Kuliah Riset Keperawatan
Penulis penyadari bahwa dalam menyusun tugas mini riset ini masih jauh dari kata
sempurna, dan masih banyak kekurangan dan kelemahan. Sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tugas ini.
Semoga tugas mini riset ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Jember, Juni 2016

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .....................................................................................

HALAMAN JUDUL .........................................................................................

ii

PRAKATA .........................................................................................................

iii

DAFTAR ISI .....................................................................................................

iv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................

vii

RINGKASAN ...................................................................................................

viii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................

1.1 Latar Belakang .......................................................................................


1.2 Rumusan Penelitian ................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................
1.5 Keaslian Penelitian .................................................................................

1
2
2
2
3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................

2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6

Konsep Fluor Albus ...............................................................................


Konsep Vulva Hygiene ...........................................................................
Konsep Pendidikan Kesehatan dengan Metode Demonstrasi ................
Konsep Kepatuhan..................................................................................
Kerangka Konsep Penelitian ..................................................................
Hipotesis Penelitian ................................................................................

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................


4.1 Desain Penelitian ....................................................................................
4.2 Populasi Penelitian .................................................................................
4.3 Sample Penelitian ...................................................................................
4.4 Teknik Sampling .....................................................................................
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................
4.6 Definisi Operasional ...............................................................................
4.7 Alat Pengumpulan Data .........................................................................
4.8 Analisa Data ...........................................................................................
4.9 Etika Penelitian ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN
A. Lembar informed dan Consent ....................................................................
B. Lembar bimbingan Riset Keperawatan .......................................................

DAFTAR TABEL
3.1 Definisi Operasional ...................................................................................

RINGKASAN
Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Demostrasi terhadap Kepatuhan
Remaja Putri dalam Melakukan Vulva Hygiene untuk Mencegah Kejadian Fluor
Albus Di SMPN 1 Gumuk Mas Jember; Bella Alvionitta Gunawan Putri,
132310101008; 2016; Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
Fluor albus merupakan salah satu tanda keluarnya cairan yang berlebih dari vagina
yang tidak berupa darah, cairan tersebut memiliki karakterikstik bening, kental, atau
bahkan kuning kehijauan. Fluor albus atau keputihan dapat bersifat fisiologis atau
bahkan patologis, keputihan fisiologis biasanya terjadi pada saat masa subur atau saat
sebelum dan sesudah menstruasi. Sedangkan keputihan patologis dapat terjadi akibat
infeksi atau peradangan yang dikarenakan kurangnya kebersihan vagina, pemakaian
cairan pembersih yang berlebih, atau adanya benda asing dalam vagina. Dalam kasus
keputihan patologis gejala yang sering menyertai yaitu rasa gatal di daerah kewanitaan,
bauk tidak sedap, dan Keputihan terjadi tidak pada usia tertentu, melainkan pada semua
rentang usia. Masa remaja merupakan fase perkembangan dinamis dalam rentang

kehidupan individu. Pada masa remja pula secara fisik individu akan mengalami
perubahan organ seksual. Salah satu perubahan fisik yang dialami oleh remaja putri
adalah menstruasi, yang menuntut pada remaja untuk mampu merawat kebersihan organ
reproduksinya dengan baik. Kemampuan remaja dalam menjaga organ reproduksi
berpengaruh terhadap kejadian keputihan, karena salah satu penyebab keputihan
patologis adalah kurangnya menjaga kebersihan sehingga meningkatkan bakteri yang
ada pada vagina.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh pemberian pendidikan
kesehatan dengan metode domonstrasi dengan kepatuhan remaja putri dalam melakukan
vulva hygiene untuk mencegah fluor albus di SMPN 1 Gumuk Mas Jember. Desain
penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan bentuk pretest-postest
with control group design. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik non probability sampling dengan dendekatan consecutive sampling.

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keputihan atau fluor albus merupakan cairan putih yang keluar dari liang senggama
secara berlebihan yang diakibatkan oleh bakteri. Keputihan dapat dibedakan dalam
beberapa jenis, yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (Manuaba,
2009). Dari kedua jenis tersebut, keputihan yang berbahaya adalah keputihan yang tidak
normal atau disebut keputihan patologis. Keputihan patologis dapat menimbulkan rasa
gatal, bau tidak sedap, dan berwarna hijau (Sunyoto, 2014). Menurut Depkes (2010)
kejadian keputihan atau fluor albus banyak disebabkan oleh bakteri candidiasis
vulvovagenitis yang dikarenakan oleh banyaknya wanita yang tidak mengetahui cara
membersihkan daerah kewanitaanya. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa candida
vulvovagenetis adalah bakteri yang paling sering terdiagnosis pada kalangan wanita
muda, sekitar 15-30% dari gejala wanita yang mengunjungi dokter (Monalisa et al,
2012).
Angka kejadian keputihan yang ada di dunia sangat tinggi, rata rata lebih dari 50%
perempuan di dunia pernah mengalami keputihan (Risna, 2013). Menurut WHO tahun
2010 mengemukakan bahwa sekitar 75% remaja di dunia pasti akan mengalami
keputihan setidaknya sekali seumur hidup, dan sebanyak 45% dapat mengalami
kekambuhan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh pusat penelitian kesehatan
Universitas Indonesia (PPK-UI) menunjukkan bahwa 2,8% pelajar SMA perempuan
dan 7% pelajar SMA laki laki melaporkan adanya gejala IMS (Infeksi Menular
Seksual), IMS sendiri dapat memicu terjadinya keputihan (Alfiana, 2008). Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan di SMPN 01 Mayong Jepara pada 64 remaja putri,
didapatkan bahwa sebanyak 57 orang (89,1%) mengalami keputihan patologis, dan 7
orang (10,9%) mengalami keputihan fisiologis. Selain itu menurut penelitian yang
dilakukan di desa Kedung Kempul, Lamongan menunjukkan bahwa lebih dari setangah
remaja putri (60%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang kesehatan reproduksinya
dan hampir seluruh remaja putri (95%) memiliki perilaku personal hygiene yang kurang
baik (Mardani, 2010)
Keputihan atau fluor albus dapat terjadi pada semua kalangan wanita pada segala
kelompok umur. Berdasarkan data statistik Indonesia tahun 2008 dari 43,3 juta jiwa

remaja berusia 15-24 tahun berperilaku tidak sehat, hal ini yang menyebabkan remaja
mengalami keputihan (Maghfiroh, 2010). Penyebab utama keputihan yang dialami
remaja putri dikarenakan kurangnya perawatan terhadap alat genetalia seperti
membersihkan alat genetalia menggunakan air yang menggenang di ember,
menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam,
dan kurang sering mengganti pembalut saat menstruasi (Aulia, 2012). Kurangnya
pengetahuan dan informasi tentang kebersihan alat genetalia pada remaja akan
berdampak pada perilaku remaja dalam menjaga kebersihan alat genetalianya
(Notoatmojo, 2010)
Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi khususnya mengenai menjaga
kebersihan alat genetalia sangat penting untuk diketahui oleh para remaja putri. Salah
satu cara menjaga kebersihan alat genetalia yaitu dengan melakukan vulva hygiene.
Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan organ
kewanitaan bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan
mencegah infeksi (Ayuningtyas, 2011). Vulva hygiene merupakan salah satu tindakan
yang harus dibiasakan oleh individu yang disertai dengan pengetahuan.
Kurangnya pengetahuan remaja dalam menjaga kebersihan alat genetalia
merupakan tugas bagi tenaga kesehatan untuk memberikan informasi mengenai
tindakan vulva hygiene. Pengetahuan dan perawatan yang baik adalah salah satu faktor
penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi yaitu organ genetalia (Ratna, 2010).
Sebagai salah satu tenaga kesehatan, perawat memiliki andil dalam memberikan
pendidikan, pengajaran, arahan, dan bimbingan pada individu dalam mengatasi masalah
kesehatan (Simamora, 2009). Pemberian informasi dapat dilakukan dengan berbagai
cara, salah satunya yaitu dengan pemberian pendidikan kesehatan. Pendidikan
kesehatan merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada diri manusia yang
berhubungan dengan tercapainya tujuan kesehatan. Dalam penyampaian pendidikan
kesehatan, banyak metode yang dapat digunakan. Salah satu metode adalah dengan
demonstrasi yaitu pemberian contoh secara langsung cara melakukan perawatan vulva
hygiene kepada remaja putri dengan harapan meningkatkan pengetahuannya dalam
menjaga kebersihan alat genetalia.
1.2 Rumusan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan
permasalahan yaitu Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode

demonstrasi dengan kepatuhan remaja putri dalam melakukan vulva hygiene untuk
mencegah fluor albus di SMPN 1 Gumukmas Jember?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 tujuan Umum
Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi
terhadap kepatuhan remaja putri dalam melakukan vulva hygiene untuk
1.3.2

mencegah fluor albus di SMPN 1 Gumukmas Jember.


tujuan Khusus
1. mengidentifikasi kepatuhan remaja putri melakukan vulva hygiene
sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi
2. mengidentifikasi kepatuhan remaja putri melakukan vulva hygiene setelah
mendapatkan pendidikan kesehatan metode demonstrasi
3. mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan dengan

metode

demonstrasi terhadap kepatuhan remaja putri dalam melakukan vulva


hygiene untuk mencegah fluor albus
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan, pengetahuan,
dan pengalaman peneliti mengenai pengaruh pendidikan kesehatan dengan
metode domonstrasi terhadap kepatuhan vulva hygiene pada remaja putri.
Hasil penelitian ini juga dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya
dengan metode pendidikan kesehatan yang lain dalam menilai kepatuhan
remaja putri melakukan vulva hygiene.

1.4.2

bagi Masyarakat
Khususnya remaja putri, penelitian ini mampu memberikan pengetahuan
tentang cara melakukan vulva hygiene dengan benar, sehingga dapat

1.4.3

mengurangi kejadian fluor albus akibat kurang bersihnya daerah kewanitaan.


bagi Institusi
Penelitian yang dilakukan diharapakan dapat memberikan manfaat bagi
institusi kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada remaja
putri khususnya dalam pemberian informasi mengenai perilaku vulva hygine
untuk menurunkan kejadian fluor albus.
3

1.5 Keaslian Penelitian


Penelitian terdahulu yang mendasari penelitian saat ini yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Yessy Yulistasari, Ari Pristiana Dewi, dan Jumaini dengan judul
Efektivitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Audiovisual terhadap Perilaku
Personal Hygiene (Genetalia) Remaja Putri dalam Mencegah Keputihan. Variabel
independen dari penelitian ini adalah pendidikan kesehatan menggunakan media
audiovisual dan variabel dependennya adalah perilaku personal hygiene (genetalia).
Desain penelitian yang digunakan yaitu quasi experiment with control group. Populasi
yang digunakan yaitu remaja putri kelas X dan XI SMA Negeri 2 Pekanbaru.
Pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode
simple random sampling. Sehingga sample yang digunakan berjumlah 106 remaja putri
yang kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen (53
orang) dan kelompok kontrol (53 orang). Analisa data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu dengan analisa univariat dan analisa bivariat. Untuk analisa bivariat
menggunakan uji parametrik yaitu t dependent dan t independent. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan bahwa adanya perbedaan perilaku sebelum diberikan pendidikan
kesehatan dengan menggunakan media audiovisual. Setelah diberikan pendidikan
kesehatan perilaku menjadi lebih tinggi dibandingkan sebelum diberikan pendidikan
kesehatan menggunakan mendia audiovisual. Perbedaan perilaku juga berbeda antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan p value <a yaitu 0,00<0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan menggunakan media
audiovisual efektif terhadap perilaku personal hygiene (genetalia) remaja putri dalam
mencegah keputihan.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah terletak pada
judul, variabel independen, desain, tempat penelitian, responden yang digunakan.
Penelitian saat ini berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode
Demonstrasi terhadap Kepatuhan Remaja Putri dalam Melakukan Vulva Hygiene untuk
Mencegah Kejadian Fluor Albus. Variabel independen yang digunakan penelitian saat
ini adalah pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi. Penelitian ini merupakan
jenis penelitian quasi eksperimental dengan bentuk pretest-postest with control group
design. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non
probability sampling dengan dendekatan consecutive sampling. Tempat penelitian saat

ini di SMPN 1 Gumukmas Jember. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data


pada penelitian ini dianalisis menggunakan uji statistik BLA BLA BLA.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Fluor Albus
2.1.1 Definisi
Keputihan merupakan keluarnya cairan selain darah dari vagina diluar
kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta menimbulkan rasa gatal setempat
(Kusmiran, 2012). Keputihan bukan penyakit, melainkan suatu manfestasi gejala dari
hampir semua penyakit yang berkaitan dengan kandungan. Pada umumnya, individu
akan menganggap keputihan sebaai hal yang normal. Namun pendapat ini tidaklah
benar, karena ada beberapa sebab yang mengakibatkan keputihan dapat terjadi.
Keputihan atau fluor albus yang normal merupakan hal yang normal, namun keputihan
yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penykit yang harus diobati (Djuanda,
2005). Kejadian keputihan paling umum disebabkan oleh karena candida, terutama
Candida Albican yang menginfeksi secara superfisial atau terlokalisasi (Manan, 2011).
2.1.2

Klasifikasi Fluor Albus

Menurut Kasdu (2008), keputihan atau fluor albus dibedakan menjadi dua,
adapun perbedaannya sebagai berikut:
a. Keputihan fisiologis
Pada daerah sekitar vagina dan mulut rahim terdapat sel sel dan kelenjar yang
menghasilkan lendir. Adapun fungsi dari lendir ini secara ilmiah yatu untuk
pelumas. Dalam keadaan normal, lendir ini akan berwarna jernih, tidak berbau,
dan tidak menimbulkan gatal. Produksi dari lendir ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya hormonal, rangsangan birahi, kelelahan fisik, dan kejiwaan
serta adanya benda asing dalam organ reproduksi. Olek sebab itu, produksi
lendir ini akan meningkat saat menjelang dan sesudah haid, pada rangsangan
birahi dan ibu ibu yang menggunakan kontrasepsi IUD. Selain itu, keputihan
fisiologis juga dapat ditemukan pada bayi perempuan yang baru lahir sampai
kira kira berumur 10 hari.
b. Keputihan patologis
Berbeda dengan keputihan fisiologis, keputihan patologis memiliki ciri ciri yaitu
berjumlah banyak, adanya rasa gatal, atau perih, terkadang berbau busuk atau
amis. Keputihan patologis dapat menjadi tanda atau gejala adanya kelainan pada
organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat berupa infeksi atau keganasan,
serta adanya benda asing. Namun tidak semua infeksi pada saluran reproduksi
wanita memberikan gejala keputihan.
2.1.3

Penyebab Fluor Albus


Menurut Ayuningtyas (2011) ada beberapa penyebab keputihan patologis dapat

terjadi pada wanita, diantaranya adalah sebagai berikut:


a.

Perilaku hygiene yang kurang, seperti menggunakan air cebok yang tidak bersih,
celana dalam yang tidak menyerap keringat, penggunaan pembalut yang kurang

b.

baik.
Stres, pada individu yang mengalami stres dalam dirinya akan membuat daya
tahan tubuh mereka rendah. Adanya flora normal dalam vagina yangberfungsi
untuk menjaga keseimbangan ekosistem vagina. Jika wanita mengalami stres,
daya tahan tubuh rendah biasanya akan menyebabkan cairan ini keluar lebih

c.

banyak.
Diabetes, kadar gula yang tidak terkontrol dapat menyebabkan adanya gula
dalam urin dan darah sehingga mengakibatkan bakteri tumbuh dengan subur.
6

d.

Hamil, perubahan hormonal merupakan salah satu dampaknya sehingga terjadi

e.

peningkatan jumlah produksi cairan dan penurunan keasaman vagina.


Pemakaian pil KB, akibat keseimbangan hormon terpengaruh dan terjadi

f.

ketidakseimbangan pH.
Adanya benda asing dalam vagina, alergi pada benda asing yang dimasukkan
secara sengaja misalnya tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut kemaluan,

g.

serta benang dapat meningkatkan jumlah lendir dalam vagina.


Penggunaan antibiotik dalam jangka lama, hal ini menyebabkan populasi bakteri
didaerah vagina akan ikut mati. Akibatnya jamur akan tumbuh subur dan
mengakibatkan vagina mengalami keputihan. Kebiasaan menggunakan produk

kewanitaan yang bersifat alkalis juga dapat menurunkan keasaman vagina.


2.2 Konsep Vulva Hygiene
2.1.1 Devinisi
Vulva hygiene mrupakan suatu tindakan untuk memelihara dan menjaga daerah
kewanitaan bagina luar (vulva) yang dilakukan untuk mempertahankan
kesehatan dan kebersihan serta mencegah infeksi (Ayuningtyas, 2011)
2.1.2

Manfaat
Perawatan vagina memiliki beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut:
a. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman
b. Mencegah munculnya keputihan, bau tidak sedap, dan gata gatal
c. Menjaga pH vagina tetap normal (3,5-4,5)

2.1.3

Tujuan
Ada mbeberapa tujuan dilakukannya vulva hygiene, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina
b. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar vulva di bagian
luar vagina
c. Mempertahankan pH derajat keasaman vagina dalam batas normal, yaitu 3,54,5
d. Mencegah tumbuhnya jamur, bakteri, dan protozoa
e. Mencegah timbulnya keputihan dan virus

2.1.4

Cara perawatan
Melakukan pembersihan vagina dengan air kotor, melakukan pemeriksaan
dengan prosedur yang tidak benar, dan adanya benda asing dalam vagina dapat
menyebabkan keputihan patologis. Keputihan juga dapat timbul karena
pengobatan antibiotik, penggunaan celana dalam yang tidak menyerap keringat,
dan penyakit menular seksual (Kusmiran, 2011). Berikut adalah cara melakukan

pemeliharaan organ reproduksi remaja putri yang dapat dilakukan untuk


meminimalkan kejadian keputihan, yaitu (Kusmiran, 2011):
a. Tidak memasukkan benda asing ke dalam vagina
b. Menggunakan celana dalam yang mudah menyerap keringat
c. Tidak menggunakan celana n yang terlalu ketat
d. Pemakaian pembilas vagina secukupnya, tidak berlebihan.
2.3 Konsep Pendidikan Kesehatan dengan Metode Demonstrasi
2.3.1 Definisi
Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur, akan tetapi
perubahan yang terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu,
kelompok, atau masyarakat (Mubarak dan Chayatin, 2009). Dan batasan ini
memiliki unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), output melakukan apa yang
diharapkan). Hasil yang diharapkan dari pendidikan kesehatan adalah perilaku
kesehatan atau perilaku untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan
kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari pendidikan kesehatan (Notoatmojo,
2012)
2.3.2

Tujuan
Adapun tujuan utama pendidikan kesehatan menurut Mubarak dan Chayatin
(2009) diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Mengenal masalah yang dihadapi oleh individu
b. Memahami tindakan yang akan dilakukan terhadap masalah yang dihadapi
dengan sumber daya yang indivisu miliki dengan dukurangn dari luar
c. Memutuskan kegiatan tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan
sejahtera.

2.3.3

Metode
Metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan didasarkan pada tujuan
yang akan dicapai (Depkes, 2009). Ada beberapa metode dalam memberikan
pendidikan kesehatan, yaitu :
1) Metode ceramah
Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seseorang pembicara didepan
sekelompok pengunjung. Beberapa keunggulan metode ceramah adalah:
a. Dapat digunakan pada orang dewasa.
b. Penggunaan waktu yang efisien.
8

c. Dapat dipakai pada kelompok yang besar.


d. Tidak terlalu banyak melibatkan alat bantu pengajaran.
a. Dapat dipakai untuk memberi pengantar pada pelajaran atau suatu
kegiatan
2) Metode diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan percakapan yang direncanakan atau
dipersiapkan di antara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu dengan
seseorang pemimpin. Berikut beberapa keunggulan metode kelompok :
a. Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat.
b. Merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa kesatuan
c. Dapat memperluas pandangan atau wawasan.
d. Problem kesehatan yang dihadapi akan lebih menarik untuk dibahas
karena proses diskusimelibatkan semua anggota termasuk orang-orang
yang tidak suka berbicara.
3) Metode panel
Panel adalah pembicaraan yang sudah direncanakan didepan pengunjung
tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau lebih serta diperlukan
seorang pemimpin. Beberapa keunggulan metode panel:
a. Dapat membangkitkan pemikiran.
b. Dapat mengemukakan pandangan yang berbeda-beda.
c. Mendorong para anggota untuk melakukan analisis.
d. Memberdayakan orang yang berpotensi.
4) Metode forum panel
Forum panel adalah panel yang didalamnya individu ikut berpartisipasi
dalam diskusi. Ada beberapa keunggulan metode forum, diantaranya adalah:
a. Memungkinkan setiap anggota berpartisipasi.
b. Memungkinkan peserta menyatakan reaksinya terhadap materi yang
sedang didiskusikan.
c. Membuat peserta mendengar dengan penuh perhatian.
d. Memungkinkan tanggapan terhadap pendapat panelis.
5) Metode permainan peran
Permainan peran adalah pemeran sebuah situasi dalam kehidupan manusia
dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk
dipakai sebagai bahan analisa oleh kelompok. Ada beberapa keunggulan dari
metode permainan peran :
a. Dapat dipakai pada kelompok besar dan kecil.
b. Membantu anggota untuk menganalisa situasi/masalah.
c. Menambah rasa percaya diri peserta.
d. Membantu anggota mendapat pengalaman yang ada pada pikiran orang
lain.
e. Membangkitkan semangat untuk pemecahan masalah.
6) Metode simposium
9

Symposium adalah serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan


seorang pemimpin. Pidato tersebut mengemukakan aspek-aspek yang
berbeda dari topik tertentu. Ada beberapa Keunggulan metode ini yaitu :
a. Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil.
b. Dapat mengemukakan banyak informasi dalam waktu singkat .
c. Pergantian pembicara menambah variasi dan menjadikan lebih menarik.
7) Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan suara
prosedur atau tugas, cara menggunakan alat, dan cara berinteraksi.
Demonstrasi dapat dilakukan secara langsung atau menggunakan media,
seperti radio dan film. Keunggulan metode demonstrasi adalah:
a. Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih
konkret.
b. Lebih mudah memahami sesuatu karena proses pembelajaran
menggunakan prosedur atau tugas dengan dibantu dengan alat peraga.
c. Peserta didik dirangsang untuk mengamati.
d. Menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat melakukan sendiri
(rekomendasi).
2.4 Konsep Kepatuhan
2.4.1 Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pranoto, 2007) patuh merupakan suka
menurut perintah, taat kepada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku
sesuai dengan aturan dan berdisiplin. Kepatuhan (adherence) merupakan suatu
bentuk perilaku yang timbul akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan
dan pasien sehingga pasien mengerti rencana dengan segala konsekwensinya dan
menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes R.I.,2011).
2.4.2

Faktor yang mempengaruhi


Menurut Niven (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan kepribadian
atau proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan
kehidupan manusia dengan jalan membina dan mengembangkan potensi
kepribadiannya, yang berupa rohni (cipta, rasa, karsa) dan jasmani.
2) Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang
dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang mandiri harus dilibatkan
secara aktif dalam program pengobatan.
10

3) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial


Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman sangat penting,
kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu memahami
kepatuhan terhadap program pengobatan. Keberadaan dukungan keluarga
yang adekuat secara spesifik saling berhubungan dengan status kesehatan
yaitu terjadinya perubahan perilaku sehingga menurunnya mortalitas dan
lebih mudah sembuh dari sakit. Jadi dengan adanya dukungan dari keluarga
maka status kesehatan penderita lebih meningkat.
4) Perubahan model terapi
Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkindan pasien terlibat
aktif dalam pembuatan program tersebut.
5) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien
Meningkatnya interaksi tenaga kesehatan melalui komunikasi dengan
pasien, adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada pasien
setelah memperoleh informasi. Informasi yang diperoleh pasien dapat
membantu pasien untuk lebih memahami kondisi mereka dan tindakan
pengobatan yang sedang mereka jalani, dalam hal ini cara penggunaan obat
yang benar.
2.5 Kerangka Teori Penelitian
Keputihan adalah
keluarnya cairan selain
darah dari vagina

Faktor resiko:
a. Perilaku hygiene yang kurang
b. Stres
c. Diabetes Militus
d. Kehamilan
e. Alat Kontrasepsi (Pil KB)
f. Benda asing
g. Antibiotik jangka panjang

Faktor yang mempengaruhi kepatuhan


a. Pendidikan
b. Akomodasi
c. Modifikasi lingkungan dan sosial
d. Model terapi
e. Interaksi profesional

11

Gambar 2.1 Kerangka Teori (Sumber: dimodifikasi dari Kusmiran, 2011:


Ayuningtyas, 2011: Nivem, 2008)

2.6 Kerangka Konsep Penelitian


Variabel Bebas:
Pendidikan kesehatan
dengan metode
demonstrasi

Kelompok
Intervensi

Kelompok
Kontrol

Variabel Terikat:
Kepatuhan remaja
putri melakukan
vulva hygiene

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

2.7 Hipotesis Penelitian


1. Ha adanya pengaruh antara pendidikan kesehatan dengan metode demontrasi
terhadap kepatuhan remaja putri dalam melakukan vulva hygiene untuk
mencegah fluor albus.
2. Ho tidak ada pengaruh antara pendidikan kesehatan dengan metode demontrasi
terhadap kepatuhan remaja putri dalam melakukan vulva hygiene untuk
mencegah fluor albus.

12

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimental dengan bentuk
pretest-postest with control group design. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi terhadap kepatuhan remaja
putri melakukan vulva hygiene untuk mencegah fluor albus. Pada penelitian ini,
kelompok intervensi mendapatkan pendidikan kesehatan perawatan vulva hygiene dan
fluor albus dan demonstrasi selama 60 menit sedangkan kelompok kontrol tidak
mendapatkan pendidikan kesehatan secara langsung. Sebelum dilakukan intervensi,
pada kedua kelompok dilakukan pre-test, kemudian dilanjutkan pemberian intervensi
pendidikan kesehatan pada kelompok intervensi.
3.2 Populasi Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan
memenuhi kreteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2011). Populasi dalam penelitian
adalah semua siswa di SMPN 1 Gumukmas Jember.

13

3.3 Sample Penelitian


Sample merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2010). Sample pada penelitian
ini adalah siswi yang ada di SMP Negeri 1 Gumukmas Jember.
3.4 Teknik Sampling
Sugiyono (2010) menyatakan bahwa dalam menentukan sample yang akan
digunakan dalam penelitian, diperlukan teknik sampling. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling dengan
dendekatan consecutive sampling, yaitu penentuan sample dengan cara memasukkan
setiap klien yang memenuhi kriteria sampai kurun waktu tertentu sampai jumlah sample
yang diinginkan terpenuhi (Setiadi, 2007). Pengambilan sample dilakukan dengan
menggunakan minimal sample size, yaitu:
n=

Z2. N . p . q
d 2 ( N1 ) + Z 2 . p . q

Keterangan:
n : besar sample minimal
N : Jumlah populasi
Z : Standar deviasi normal untuk 1,96 dengan CI 95%
d : Derajat ketepatan yang digunakan oleh 90% atau 0,1
p : Proporsi terget populasi adalah 0,5
q : Proporsi tanpa atribut 1-p=0,5
3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di SMP Negeri 1 Gumukmas Jember. Penyusunan
proposal mulai bulan Maret sampai dengan Juni 2016.
3.6 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana
caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi
operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain
yang ingin menggunkaan variabel yang sama. Definisi operasional merupakan
penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara
14

operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna


penelitiann (Setiadi, 2007)
Tabel 3.1 Variabel penelitian dan definisi operasional

No Variabel
1. Variabel
independen:
pendidikan
kesehatan

Definisi
Penyampaian materi
mengenai kebersihan
alat genetalia dengan
tema pencegahan
keputihan dengan
metode demonstrasi.

2.

Dapat
Wawancara
mengaplikasikan
vulva hygiene dalam
kehidupan sehari hari

Variabel
dependen:
kepatuhan
remaja putri

Alat Ukur
Skala
Melalui test Nominal
yang
diberikan pre
dan post

Hasil
1: kelompok
kontrol,
sebagai
kelompok
yang
tidak
dapat
perlakuan
2: kelompok
intervensi,
sebagai
kelompok
yang
mendapat
perlakuan
1: patuh
2: tidak patuh

3.7 Alat Pengumpulan Data


Alat pengumpul data atau instrumen penelitian merupakan suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,
2011). Instrumen penelitian atau alat penelitian yang digunakan adalah menggunakan
lembar kuesioner untuk memperoleh data tentang pengaruh pemberian pendidikan
kesehatam dengan metode demonstrasi terhadap kepatuhan remaja putri dalam
melakukan vulva hygiene untuk mencegah fluor albus.
3.8 Analisa Data
3.8.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan informasi yang
jelas dan akurat. Pengolahan data terdiri dari empat tahap, yaitu:
a. Editing: melakukan pengecekan isian data demografi dari kuesioner, lembar
jawaban, dan inisial.
b. Coding: pemberian tanda dengan bilangan atau nomor
15

c. Entry data: proses setelah melewati pemilahan dan pemberian kode untuk
dilakukan analisa dalam komputer
d. Cleaning: kegiatan untuk melakukan pengecekan kedalam komputer, hal ini
dilakukan dengan tujuan mencegah terjadinya kesalahan dalam pengisian
3.8.2

ataupun pengolah data.


Analisa data
1. Analisis univariat
Analisis ini digunakan untuk menganalisis variabel yang ada secara
deskriptif dengan menghitung banyaknya distribus frekwensi proporsi agar
dapat diketahui karakteristik dari subyek penelitian. Analisis ini juga untuk
mengetahui variabel bebas dan variabel terikat.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat ditunjukkan untuk menguji hubungan antara dua variabel.
Uji normalitas dengan meggunakan Shapiro Wilk dilakukan untuk
melakukan identifikasi normalitas data variabel antara kelompok intervensi
dan kelompok kontrol dengan p>0,05

3.9 Etika Penelitian


Penelitian yang berkaitan dengan manusia sebagai objek penelitian maka peneliti
harus memahami prinsip prinsip etika penelitian (Nursalam, 2011). Etika penelitian juga
mencakup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta
sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat. Prinsip etika peneliti yang harus
dipenuhi oleh peneliti sebagai berikut (Notoatmojo, 2010)
3. Lembar persetujuan (Informed Consent)
Merupakan pernyataan kesediaan dari subjek penelitian untuk diambil datanya dan
ikut serta dalam penelitian yang diberikan sebelum penelitian dilakukan. Inform
adalah penyampaian informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti kepada calon responden. Consent adalah pernyataan kesetujuan untuk
menjadi responden setelah diberikan informasi mengenai penelitian yang akan
dilakukan.
4. Kerahasiaan (confidentialy)
Setiap orang mempunyai hak hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak
memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain (Notoatmojo, 2010).

16

Kerahasiaan dalam penelitian ini yaitu dengan tidak memberikan identitas


responden dan data hasil penelitian kepada orang lain.
5. Tanpa nama (Anonimity)
Subjek penelitian mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama. Anonimity pada penelitian ini
digunakan dengan menggunakan kode sebagai pengganti identitas responden dalam
lembar observasi.
6. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan perlu dijaga oleh penelitian dengan kejujuran, keterbukaan, dan
hati hati. Prinsip keadilan menjamin bahwa subjek penelitian memperoleh
perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan jenis kelamin, agama,
etnis, dan sebagainya (Notoatmojo, 2010)

DAFTAR PUSTAKA
Alfiana.

2008.

Hubungan Tingkat

Pengetahuan

Tentang

Keputihan

dengan

Penanganan Keputihan pada Siswi Madrasah Aliyah Ali Maksum Krapyak.


Yogyakarta: KTI
Aulia, 2012. Serangan Penyakit Penyakit Khas Wanita Paling Sering Terjadi.
Yogyakarta: Buku Biru
Ayuningtyas, D. N. 2011. Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku Manjaga
Kebersihan Genetalia Eksterna dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA

17

Negeri 4 Semarang. http://eprints.undip.ac.id/32942/1/Donatila.pdf diakses 05 Juni


2016
Departemen Kesehatan RI. 2010. Kesehatan Remaja dan Problem Solusinya. Jakarta:
Salemba Medika
Maghfiroh, K. 2010. Hubungan Pengetahuan tentang Keputihan dengan Penanganan
Keputihan pada Siswi Pondok Pesantren Darul Hasanah Kali Kondang Demak.
Karya Tulis Ilmiah: DIII Kebidanan Universitas Muhammadiyah Semarang
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
EGC
Mardani, A., Aris A., Priyoto. 2010. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Remaja Putri dengan Perilaku Personal Hygiene Menstruasi di Desa Kumpul
Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan Surya
Monalisa et al. 2012. Clinical Aspects Fluor Albus of Female and Treatment.
Departemen Dermatovenerologi FK Universitas Hasanudin Makassar.
Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rhineka
Cipta
Notoatmojo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rhineka
Cipta
Ratna, D. P. 2010. Pentingnya Menjaga Organ Perempuan. Jakarta: Indeks
Risna, 2013. Hubungan Perilaku Pemakaian Pembalut dengan Kejadian Keputihan di
SMAN 4 Medan. Skripsi Keperawatan USU
Simamora, Roymond H. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:
EGC
Sunyoto, D. 2013. Buku Ajar Statistik Kesehatan Parametrik, Non Parametrik,
Validitas, Dan Reabilitas. Yogyakarta: Nuha Medika

18

You might also like