You are on page 1of 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ATAU BAYI DENGAN GANGGUAN

HIV ATAU AIDS


Asuhan keperawatan ini disusun untuk memenuhi tugas keperawatan anak
Dosen: Setyaningsih, S.Kep.,Ns.,MPH.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1. Dewi arum sari
(1502099)
2. Dewi Sengkalih S.R.
(1502100)
3. Dimas Jatu Permono
(1502101)
4. Erly Paryanti
(1502102)
5. Febriana Endar P.
(1502103)
6. Galuh Dwi Pitasari
(1502104)
7. Intan Ayu Astikasari (1502105)
8. Ita Dwi Wulandari
(1502107)
9. Kris novita D.R
(1502109)
10. Muhammad hafid P
(1502110)
PRODI D-III KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
OKTOBER 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada saya, dan tak lupa syalawat serta salam kita hanturkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah pada mata kuliah Keperawatan Anak ini tepat waktu.
Makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Anak atau Bayi dengan
Gangguan HIV atau AIDS ini kami susun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Keperawatan Anak yang di berikan oleh IbuSetyaningsih., S.Kep.,Ns.MPH. Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Setyaningsih., S.Kep.,Ns.MPH.selaku
dosen Keperawatan Anak, serta pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam
menyusun makalah ini.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dari makalah ini, dengan kerendahan
hati saya memohon maaf.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Klaten,

Oktober 2016

Kelompok 2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 4

Latar belakang............................................................................................ 4
BAB II KONSEP DASAR.................................................................................... 6
Pengertian HIV atau AIDS............................................................................6
Etiologi HIV atau AIDS................................................................................. 7
Tanda dan Gejala......................................................................................... 8
Penularan HIV dari ibu ke bayinya...............................................................8
Patofisiologi................................................................................................. 9
Pemeriksaan Diastostik............................................................................. 10
Penatalaksanaan....................................................................................... 11
Perawatan.............................................................................................. 11
Pengobatan............................................................................................ 12
Pencegahan........................................................................................... 12
Fokus Pengkajian....................................................................................... 13
Diagnosa Keperawatan............................................................................. 18
Intervensi Keperawatan............................................................................19
Evaluasi Keperawatan...............................................................................22
BAB IV PENUTUP........................................................................................... 22

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV) pertama kali ditemukan pada


anak tahun 1983 di Amerika Serikat, yang mempunyai beberapa perbedaan dengan
infeksi HIV pada orang dewasa dalam berbagai halseperti cara penularan, pola
serokonversi, riwayat perjalanan dan penyebaran penyakit, faktor resiko, metode
diagnosisi, dan manifestastasi oral.
Dampak Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) pada anak terus
meningkat,dan saatini memjadi penyebab pertama kematian anak di afrika, dan
peringkat keempat penyebab kematian anak di seluruh dunia.Saat ini Word Health
Organization (WHO) memperkirakan 2,7 juta anak di dunia telah meninggal karena
AIDS.
Kasus pertama AIDS di Indonesia ditemukan pada tahun 1987 di Bali yaitu
seorang warga negara Belanda. Sebenarnya sebelum itu telah ditemukan kasus pada
bulan Desember 1985 yang secara klinis sangat sesuai dengan diagnosis AIDS dan
hasil tes Elisa 3 (tiga) kali diulang, menyatakan positif, namun hasil Western Blot
yang dilakukan di Amerika Serikat ialah negatif sehingga tidak dilaporkan sebagai
kasus AIDS. Penyebaran HIV di Indonesia meningkat setelah tahun 1995.
Berdasarkan pelaporan kasus HIV atau AIDS dari tahun 1987 hingga 31
Desember 2008 terjadi peningkatan signifikan. Setidaknya, 2007 hingga akhir
Desember 2008 tercatat penambahan penderita AIDS sebanyak 2.000 orang. Angka
ini jauh lebih besar dibanding tahun 2005 ke 2006 dan 2006 ke 2007 yang hanya
ratusan.
Sedangkan dari keseluruhan penderita, pada akhir 2008, AIDS sudah
merenggut korban meninggal sebanyak 3.362 (20,87 persen), sedangkan mereka
yang hidup adalah 12.748 (79,13 persen) orang. Untuk proporsi berdasarkan jenis
kelamin hingga kini masih banyak diderita oleh kaum laki-laki yaitu 74,9 persen,
dibandingkan perempuan sebanyak 24,6 persen. Fakta baru tahun 2002
menunjukkan bahwa penularan infeksi HIV di Indonesia telah meluas ke rumah
tangga, sejumlah 251 orang diantara penderita HIV atau AIDS di atas adalah anakanak dan remaja, dan transmisi perinatal (dari ibu kepada anak) terjadi pada 71
kasus.
Sejauh ini lebih dari 6,5 juta perempuan di Indonesia jadi populasi rawan
tertular HIV. Lebih dari 24.000 perempuan usia subur telah terinfeksi HIV
sedikitnya 9.000 perempuan hamil terinveksi HIV positif setiap tahun, bila dtidak
ada pencegahan lebih dari 30% diantaranya melahirkan bayi yang tertular HIV.

Anak yang di diagnose HIV juga akan menyebabkan terjadinya trauma


emosi yang mendalam bagi keluarganya. Kebanyakan wanita mengurus keluarga
dan anak-anak nya selain mengurus dirinya sendiri sehingga gangguan kesehatan
pada wanita akan mempengaruhi ke seluruh keluarganya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendapat para ahli tentang pengertian HIV ?
2. Bagaimana penyebab HIV bisa terjadi
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapakan mampu memahami tentang asuhan keperawatan
pada anak yang menderita HIV
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengidentivikasi masalah yang muncul pada
penderita HIV
b. Mahasiswa diharapkan memahami tanda dan gejala HIV pada anak
c. Mahasiswa mampu mengenali penyebab HIV dan cara penularan HIV
dari ibu ke anaknya
D. Manfaat
Berdasarkan uraian tujuan di atas makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk
meningkatkan pengetahuan tentang HIV

BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian HIV atau AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS. HIV
terdapat di dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti didalam
darah, air mani atau cairan vagina . (Gunung, 2002)
Sebelum HIV berubah menjadi AIDS, tidak ada perbedaan antara orang
yang menderita HIV dengan orang normal. Penderita akan terlihat sehat-sehat saja
pada kurun waktu kira-kira 5-10 tahun. Walaupun tampak sehat, mereka dapat

menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks yang tidak aman, transfusi
darah atau pemakaian jarum suntik secara bergantian (IDU atau Injection drug
user).
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan berbagai
gejala menurunnya kekebalan tubuh yan disebabkan oleh HIV. Orang yang
mengidap AIDS akan mudah tertular oleh berbagai macam penyakit, karena sistem
kekebalan di dalam tubuhnya telah menurun. (Sabrawi, 1996)
Sampai sekarang belum ada obat yang dapat menyembuhkan AIDS, agar
kita dapat terhindar dari HIV atau AIDS, maka kita harus tahu bagaimana cara
penularan dan pencegahannya.

B. Etiologi HIV atau AIDS


Banyak orang yang mempunyai risiko tinggi umtuk terkena AIDS. Oleh
karena itu upaya preventif dan kehati-hatian dari setiap individu harus selalu
diperhatikan mengingat HIV dapat ditularkan melalui beberapa cara, diantaranya
adalah (Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2005):
1. Hubungan seks atau heteroseksual atau Homoseksual (anal, oral, vaginal) yang
tidak terlindung dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
2. IDU atau Penggunaan jarum suntik secara bergantian.
3. Perinatal atau Ibu hamil mengidap HIV kepada bayi yang dikandungnya.
4. Tidak diketahui atau kemungkinan karena kecelakaan kerja di rumah sakit.
Khusus untuk kasus HIV atau AIDS pada anak, paling besar karena faktor
perinatal. Dimana ibu sudah menderita AIDS sebelumnya, entah itu karena didapat
dari suami atau yang lainnya. Kemungkinan yang lain adalah karena faktor
kecelakaan di rumah sakit (klien mungkin terkena jarum suntik yang sudah
terinfeksi virus HIV atau bisa karena tranfusi darah yang juga mengandung virus
HIV).

C. Tanda dan Gejala


Dengan sedikit pengecualian, bayi dengan infeksi HIV perinatal secara
klinis dan imunologis normal saat lahir. Kelainan fungsi imun yang secara klinis
tidak tampak secara mendahului gejala-gejala terkait HIV, meskipun penilaian
imunologik bayi beresiko dipersulit oleh beberapa faktor unik. Pertama, parameter

spesifik usia untuk hitung limfosit CD4 dan resiko CD4 atau CD8 memperlihatkan
jumlah CD4 absolut yang lebih tinggi dan kisaran yang lebar pada awal masa bayi,
diikuti penurunan terdapat pada beberapa tahun pertama. Selain itu, pajanan obat ini
beresiko dan bahkan pajanan terdapat antigen HIV tanpa infeksi dapat
membingungkan fungsi dan jumlah limfosit. Oleh karena itu, hal ini penting untuk
merujuk pada standar yang ditentukan usia untuk hitung CD4, dan bila mungkin
menggunakan parameter yang ditegakkan dari observasi bayi tak terinfeksi yang
lahir dari ibu yang terinfeksi.
Gejala terkait HIV yang paling sering pada bayi jarang diagnostic. Gejala
HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For Diseasen Control sebagai bagian
definisi mencakup demam, kegagalan berkembang, hepatomegali dan splenomegali,
limfadenopati generalisata (didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm terdapat pada
2 atau lebih area tidak bilateral selama >2 bulan), parotitis, dan diare. Diantara
semua anak yang terdiagnosis dengan infeksi HIV, sekitar 90% akan memunculkan
gejala ini, kebergunaannya sebagai tanda awal infeksi dicoba oleh studi the
European Collaborativ pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi. Mereka
menemukan bahwa dua pertiga bayi yang terinfeksi memperlihatkan tanda dan
gejala yang tidak spesifik pada usia 3 bulan, dengan angka yang lebih rendah
diantara bayi yang terinfeksi. Pada penelitian ini, kondisi yang didiskriminasi paling
baik antara bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi adalah kandidiasis
D. Penularan HIV dari ibu ke bayinya
Penularan HIV dari ibu bisa berakibat hubungan seksual yang tidak
aman,pemakaian narkoba,jarum suntik, tertular melalui darah dan produk darah ,
penggunaan alat kesehatan yang tidak steril. Penularan HIV ke bayi dan anak bisa
dari ibu ke anak,Penularan melalui darah , penularan melalui hungungan seks.
Penularan ibu ke anak bisa terjadi karena ibu menderita HIV sehingga terjadi resiko
infeksi yang bisa terjadi pada saat kehamilan (inutero).
Penularan juga terjadi melalui proses trafusi fetomaternal atau kontrak antara
kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat
melahirkan. Semakin lama proses kelahiran semakin besar resiko penularan
sehingga lama perslinan bisa di cegah dengan oprasi Sextio Caesria. Transmisi lain

terjadi selama periode postpartum melalui Asi . resiko bayi tertular melalui Asi dan
ibu yang positif sekitar 10%.
Anak yang terinfeksi HIV sering menderita penyakit yang parah saat pertama
kali di evaluasi atau mungkin telah berkembang menjadi AIDS seperti terjadi pada
orang dewasa. Oleh karenanya ibu hamil HIV positif perlu mendapat konseling
sehubungandengan keputusannya untuk menggunakan susu formula ataupun ASI
eksklusif. Untukmengurangi risiko penularan, ibu HIV positif bisa memberikan
susu formula kepada bayinya.
E. Patofisiologi
HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong
dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga meperlihatkan
pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme
infeksi HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4.
HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup linfosit penolong
dengan

peran

kritis

dalam

mempertahankan

responsivitas

imun,

juga

memperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit.


Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4 ini tidak pasti,
meskipun kemungkinan mencakup infeksi litik sel CD4 itu sendiri; induksi
apoptosis melalui antigen viral, yang dapat bekerja sebagai superantigen;
penghancuran sel yang terinfeksi melalui mekanisme imun antiviral penjamu dan
kematian atau disfungsi precursor limfosit atau sel asesorius pada timus dan kelenjar
getah bening. HIV dapat menginfeksi jenis sel selain limfosit.
Infeksi HIV pada monosit, tidak seperti infeksi pada limfosit CD4, tidak
menyebabkan kematian sel. Monosit

yang terinfeksi dapat berperang sebagai

reservoir virus laten tetapi tidak dapat diinduksi, dan dapat membawa virus ke
organ, terutama otak, dan menetap di otak. Percobaan hibridisasi memperlihatkan
asam nukleat viral pada sel-sel kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan tubular
dan astroglia. Pada jaringan janin, pemulihan virus yang paling konsisten adalah
dari otak, hati, dan paru. Patologi terkait HIV melibatkan banyak organ, meskipun

sering sulit untuk mengetahui apakah kerusakan terutama disebabkan oleh infeksi
virus local atau komplikasi infeksi lain atau autoimun.
Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir, meskipun priode
inkubasi atau interval sebelum muncul gejala infeksi HIV, secara umum lebih
singkat pada infeksi perinatal dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama fase
ini, gangguan regulasi imun sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan dengan
fungsi sel B; hipergameglobulinemia dengan produksi antibody nonfungsional lebih
universal diantara anak-anak yang terinfeksi HIV dari pada dewasa, sering
meningkat pada usia 3 sampai 6 bulan.
Ketidakmampuan untuk berespon terhadap antigen baru ini dengan produksi
imunoglobulin secara klinis mempengaruhi bayi tanpa pajanan antigen sebelumnya,
berperang pada infeksi dan keparahan infeksi bakteri yang lebih berat pada infeksi
HIV pediatrik. Deplesi limfosit CD4 sering merupakan temuan lanjutan, dan
mungkin tidak berkorelasi dengan status simtomatik. Bayi dan anak-anak dengan
infeksi HIV sering memiliki jumlah limfosit yang normal, dan 15% pasien dengan
AIDS periatrik mungkin memiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yang normal.
Panjamu yang berkembang untuk beberapa alasan menderita imunopatologi yang
berbeda dengan dewasa, dan kerentanan perkembangan system saraf pusat
menerangkan frekuensi relatif ensefalopati yang terjadi pada infeksi HIV anak.

F. Pemeriksaan Diagnostostik
Menurut hidayat (2008) diagnosa HIV dapat ditegakkan dengan menguji HIV.
tes ini meliputi tes elisa,latek agglutination dan westerm blot. Penilaian elisa dan
latek di lakukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak,bila di
katakan positif HIV harus di pastikan dengan tes western born.Tes lain adalah
dengan menguji anti gen HIV,yaitu tes antigen P24 atau PCR.bila pemeriksaan pada
kulit,maka di deteksi degan tes anti bodt (biasanya di gunakan pada bayi lahir
dengan ibu HIV)
1.
Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a. ELISA(positif,hasil tes yang positif dipstikan dengan western bolt)
b. western bolt(positif)
c. P24 antigen tes(positif untuk protein virus yang bebas)

d. Kultur HIV (positif kalo 2kali uji kadar secara berturut-turut mendeteksi
enzim referse transkip tes atau antigen P24 dengan kadar meningkat)
2.
tes untuk deteksi gangguan sistem imun
a. LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)
b. CD4 limfosit (menurunmengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi
terhadap anti gen
c. Rasio CD4 atau CD8 limfosit (menurun )
d. Serum mikroglobulin b2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya
penyakit)
e. Kadar imonoglobin meningkat (meningkat)
G. Penatalaksanaan
1. Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan anak pada anak yang terinfeksi HIV antara
lain:
a. Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan
mencegah kemungkinan terjadi infeksi
b. Menanggulangi infeksi apportunistic atau infeksi lain seta keganasan yang
ada
c. Menghambat

respirasi

HIV dengan

alat

antivirus

serta

golongan

dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim


RT dengan berinteraksi ke DNA virus, sehingga tidak erjadi transikpsi DNA
HIV
d. mengatasi dampak psikososial
e. Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit
dan prosedur yang di lakukan oleh tenaga medis
f. Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga medis harus selalu
memperhatikan perlindungan universal.
2. Pengobatan
a. Pengobatan medikamentoza mencukupi pemberian obat-obat profilaksis
infeksi opertunistik yang tingkat morbiditas dan mortalitas nya tinggi. Pada
penderita HIV yang berusia kurang dari 12 bulan dan siapapun yang
memiliki kadar CD4 < 15% hingga dipastikan bahaya infeksi pneumonia
akibat parasit Pneumocystis jiroveci dihindari. Pemberian Isoniazid (INH)
sebagai profilaksis penyakit TBC pada penderita HIV masih diperdebatkan.
Kalangan yang setuju berpendapat langkah ini bermanfaat untuk

menghindari penyakit TBC yang berat, dan harus dibuktikan dengan metode
diagnosis yang handal. Kalangan yang menolak menganggap bahwa di
negara endemis TBC, kemungkinan infeksi TBC natural sudah terjadi.
Langkah diagnosis perlu dilakukan untuk menetapkan kasus mana yang
memerlukan pengobatan dan yang tidak.
b. Obat profilaksis lain adalah preparat nistatin untuk antikandida, pirimetamin
untuk toksoplasma, preparat sulfa untuk malaria, dan obat lain yang
diberikan sesuai kondisi klinis yang ditemukan pada penderita.
c. Pengobatan penting adalah pemberian antiretrovirus atau ARV. Riset
mengenai obat ARV terjadi sangat pesat, meskipun belum ada yang mampu
mengeradikasi virus dalam bentuk DNA proviral pada stadium dorman di sel
CD4 memori. Pengobatan infeksi HIV dan AIDS sekarang menggunakan
paling tidak 3 kelas anti virus, dengan sasaran molekul virus dimana tidak
ada homolog manusia. Obat pertama ditemukan pada tahun 1990, yaitu
Azidothymidine (AZT) suatu analog nukleosid deoksitimidin yang bekerja
pada tahap penghambatan kerja enzim transkriptase riversi. Bila obat ini
digunakan sendiri, secara bermakna dapat mengurangi kadar RNA HIV
plasma selama beberapa bulan atau tahun. Biasanya progresivitas penyakti
HIV tidak dipengaruhi oleh pemakaian AZT, karena pada jangka panjang
virus HIV berevolusi membentuk mutan yang resisten terhadap obat.
3. Pencegahan
Pencegahan penularan HIV pada wanita dilakukan secara primer yang
mencakup mengubah perilaku seksual dengan menerapkan prinsip ABC yaitu :
a. Abstinence ,tidak melakukan hubungan seksual sama sekali
b. Bifetful, setia kepada pasangan
c. Condom , pergunakan condom jika terpaksa melakukan hubungan seksual
Petugas kesehatan perlu menerapkan kewaspadaan universal dan
menggunakan darah serta produk darah yang bebas dari HIV untuk pasien
WHO mencanangkan 4 strategi pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dan
anak-anak yaitu :
Dengan mencegah jangan sampai wanita terinfeksi HIV atau AIDS , apabila
dengaan HIV sudah di cegah supaya tidak hamil, apabila sudah hamil dilakukan
pencegahan supaya tidak menular kepada bayi dan anaknya. Namun bila ibu

dan anak sudah terinfeksi maka sebaiknya di berikan dukungan dan perawatan
bagi Odha dan keluarganya
Penularan HIV dari ibu ke bayi bisa di cegah melalui 4 cara, mulai saat hamil ,
saat melahirkan, dan setelah lahir yaitu :
1. Penggunaan anti retroviral selama hamil
2. Penggunaan anti retroviral saat persalinan dan bayi yang baru dilahirkan
3. Penangangan opstrantik selama persalinan
4. Penatalaksanaan selama menyusui

H. Fokus Pengkajian
1. Idensitas klien meliputi: nama/nama panggilan,tempat tanggal lahir/usia,
jenis kelamin, agama, paendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal
pengkajian.
2. Identitas penanggungjawab
3. Keluhan Utama
Orangtua klien mengeluhkan anaknya batuk- batuk disertai sesak napas.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang Klien terus batuk batuk sejak satu minggu
yang lalu, kemudian dua hari yang lalu mulai disertai sesak napas.klien
juga terkena diare dengan frekuensi BAB cukup tinggi.sejak semalam
klien demam dan di perparah lagi klien tidak mau menyusu, karena itu
orang tua klien membawanya ke rumah sakit.
b. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak 0-5 tahun)
1) Prenatal Care
Pemeriksaan kehamilan
Keluhan selama hamil
Riwayat terkena sinar tidak ada
Kenaikan berat badan selama hamil
Imunisasi
2) N a t a l
Tempat melahirkan
Lama dan jenis persalinan
Penolong persalinan
Komplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan
(sedikit perdarahan daerah vagina).
3)
Post Natal
Kondisi Bayi : BB lahir.. kg, PB.. cm
Kondisi anak saat lahir: baik/tidak
Penyakit yang pernah dialami setelah imunisasi

Kecelakaan yang pernah dialami: ada/tidak ada


Imunisasi
Alergi
Perkembangan anak dibanding saudara-saudara
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang mengidap HIV : missal, ibu.
6. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi apa saja yang pernah diberikan, waktu pemberian dan reaksi setelah
pemberian. Missal; imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
a)
Tinggi Badan : PB lahir .. cm, PB masuk RS :.. Cm
b)
Perkembangan tiap tahap ( berapa bulan)
Berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain, bicara
pertama kali, berpakaian tanpa bantuan .
8. Riwayat Nutrisi
a.
Pemberian ASI
1.
Pertama kali di susui : berapa jam setelah lahir
2.
Cara Pemberian
: Setiap Kali menangis dan tanpa menangis
3.
Lama Pemberin
: berapa menit
4.
Diberikan sampai usia berapa
b.
Pemberian Susu Formula :missal; SGM
c.
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
4. Riwayat Psiko Sosial
a)
Anak tinggal di mana, keadaan Lingkungan, fasilitas rumah
b) Hubungan antar anggota kelurga baik
c)
Pengasuh anak adalah orang tua, pengasuh,dll
9. Riwayat spiritual
Kegiatan ibadah, tempat ibadah.
10. Reaksi Hospitalisasi
a)
Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan rawat inap
b)
Pemahaman anak tentang sakit dan rawat Inap
11. Aktivitas sehari-hari
Kaji sebelum sakit dirumah dan selama dirawat dirumah sakit tentang: nutrisi,
cairan,eliminasi, istirahat/tidur, personal hygiene, aktivitas/mobilisasi, rekreasi.
12. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: composmetis, stupor, semi koma, koma.
Ekspresi wajah, penampilan ( berpakaian)
b. Tanda-tanda vital meliputi: suhu, nadi, pernapasan. Tekanan darah
c. Antropometri meliputi: panjang badan, berat badan, lingkar lengan atas, lingkar
kepala, lingkar dada, lingkar abdomen.
d. Head To Toe
1)
Kulit : Pucat dan turgor kulit agak buruk
2)
Kepal dan leher : Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam dan tidak
ada peradangan

3)
4)
5)

Kuku : Jari tabuh


Mata / penglihatan :Sklera pucat dan nampak kelopak mata cekung
Hidung :Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi, tidak ada polip, dan

fxungsi penciuman normal


6)
Telinga :Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak ada
perdarahan
7)
Mulut dan gigi: Terjadi peradangan pada rongga mulut dan mukosa, terjadi
Peradangan dan perdarahan pada gigi ,gangguan menelan(-), bibir dan mukosa
mulut klien nampak kering dan bibir pecah-pecah.
8)
Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus.
9)
Dada : dada masih terlihat normal
10) Abdomen : Turgor jelek ,tidak ada massa, peristaltik usus meningkat dan
perut mules dan mual.
11) Perineum dan genitalia : Pada alat genital terdapat bintik-bintik radang
12) Extremitas atas/ bawah : Extremitas atas dan extremitas bawah tonus otot
lemah akibat tidak ada energi karena diare dan proses penyakit.
e.
Sistem Pernafasan
Hidung : Simetris, pernafasan cuping hidung : ada, secret : ada
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe di sub
mandibula.
Dada :
o Bentuk dada : Normal
o Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal : 1 : 1
o Gerakan dada
: simetris, tidak terdapat retraksi
o Suara nafas : ronki
o Suara nafas tambahan : ronki
o Tidak ada clubbling finger
f.
Sistem kardiovaskuler :
Conjungtiva : Tidak anemia, bibir : pucat/cyanosis, arteri carotis : berisi
reguler , tekanan vena jugularis : tidak meninggi
Ukuran Jantung : tidak ada pembesaran
Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormal
Capillary refilling time > 2 detik
g. Sistem pencernaan:
Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulut
Abdomen : distensi abdomen, peristaltic meningkat > 25x/mnt akibat adanya
virus yang menyerang usus
Gaster : nafsu makan menurun, mules, mual muntah, minum normal,
Anus : terdapat bintik dan meradang gatal
h.
Sistem indra
1)
Mata : agak cekung
2)
Hidung : Penciuman kurang baik,
3) Telinga:

Keadaan daun telinga : kanal auditorius kurang bersih akibat benyebaran

penyakit
Fungsi pendengaran kesan baik
i.
Sistem Saraf
1. Fungsi serebral:
Status mental : Orientasi masih tergantung orang tua
Bicara : Kesadaran : Eyes (membuka mata spontan) = 4, motorik (bergerak mengikuti
perintah) = 6, verbal (bicara normal) = 5
2. Fungsi kranial :
Saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda kelainan dari Nervus I Nervus XII.
3.
Fungsi motorik : Klien nampak lemah, seluruh aktifitasnya dibantu oleh
orang tua
4.
Fungsi sensorik : suhu, nyeri, getaran, posisi, diskriminasi (terkesan
terganggu)
5. Fungsi cerebellum : Koordinasi, keseimbangan kesan normal
6.
Refleks : bisip, trisep, patela dan babinski terkesan normal.
j. Sistem Muskulo Skeletal
1) Kepala : Betuk kurang baik, sedikit nyeri
2) Vertebrae: Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, kiposis, ROM pasif, klien malas
bergerak, aktifitas utama klien adalah berbaring di tempat tidur.
3) Lutut : tidak bengkak, tidak kaku, gerakan aktif, kemampuan jalan baik
4) Tangan tidak bengkak, gerakan dan ROM aktif
k.
Sistem integumen
warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan gatal, turgor menurun >
2 dt,
-

suhu meningkat 39 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada

syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
l.

Sistem endokrin

Kelenjar tiroid tidak nampak, teraba tidak ada pembesaran


Suhu tubuh tidak tetap, keringat normal,
Tidak ada riwayat diabetes
m.Sistem Perkemihan
Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam), frekuensi
berkurang.
Tidak ditemukan odema
Tidak ditemukan adanya nokturia, disuria , dan kencing batu
n. Sistem Reproduksi
Alat genetalia termasuk glans penis dan orificium uretra eksterna merah dan gatal
o. Sistem Imun
Klien tidak ada riwayat alergi
Imunisasi lengkap
Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca tidak ada

Riwayat transfusi darah ada/tidak ada

I. Diagnosa Keperawatan
1. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit, anemia, malnutrisi
2. Nyeri akut atau kronis berhubungan dengan infeksi, nyeri abdomen
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan pencernaan
4. Diare berhubungan dengan proses penyakit

J. Intervensi Keperawatan
1. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit, anemia, malnutrisi
Nursing Outcome Classification
a. Endurance
b. Energy conservation
c. Nutrional status: energy
Kriteria Hasil:
a. Memverbalisasikan peningkatan energi dan merasa lebih baik
b. Menjelaskan penggunaan energi untuk mengatasi kelelahan
NIC:
Energy Management:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas


Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
Kaji adanya faktor yang menyebabkan keletihan
Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
Monitor klien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
Monitor pola tidur dan lamanya tidur atau istirahat klien

2. Nyeri akut atau kronis berhubungan dengan infeksi, nyeri abdomen


NOC:
a. Pain Level
b. Pain Control
c. Comfort Level
Kriteria Hasil:
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
b.
c.
d.
e.

teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)


Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan menejemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, insensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda-tanda vital dalam rentang normal

NIC:
Paint Managemen:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi karakteristik
durasi frekuensi kualitas dan faktor presifitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalam nyeri
klien
d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
e. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakevektifan
kontrol nyeri masa lampau
f. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tidakan nyeri
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan pencernaan
NOC:
a. Nutritional Status: Food and Fluid Intake
b. Nutritional Status: Nutrient Intake
c. Weight Control
Kriteria Hasil:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan


Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC:
Nutrition Management:
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
c.
d.
e.
f.

yang dibutuhkan klien


Anjurkan klien untuk meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah

konstripasi
4. Diare berhubungan dengan proses penyakit
NOC:
a. Bowel Elimination
b. Fluid Balance
c. Hydration
d. Electrolyte and Acid Base Balance

Kriteria Hasil:
a.
b.
c.
d.
e.

Fese berbentuk, BAB sehari sekali- tiga kali


Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi
Tidak mengalami diare
Menjelaskan penyebab diare dan rasional tindakan
Mempertahankan turgor kulit

NIC:
Diarhea Management:
a. Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal
b. Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare
c. Instruksikan klien atau keluarga untuk mencatat warna, jumlah, frekuensi,
dan konsistensi dari feses
d. Evaluasi intake makanan yang masuk
e. Identifikasi faktor penyebab dari diare
f. Monitor tanda dan gejala diare
K. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mempertahankan integritas kulit


Mendapatkan kembali kehiasaan defeksasi yang normal
Tidak mengalami infeksi
Mempertahankan tingkat toleransi yang memadai terhadap aktivitas
Mempertahankan tingkat proses berfikir yang lazim
Mempertahankan klirens saluran napas yang efektif
Mengalami peningkatan rasa nyaman, penurunan rasa nyeri
Mempertahankan teknik relaksasi

BAB IV
PENUTUP
A.

Kesimpulan
AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang

disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana
kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama
perjalanan penyakit. (Carolyn, M.H.1996:601)
Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok
retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam
darah, dan penularan masa perinatal.Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan
pada anak adalah pneumonia interstisialis limfositik, yaitu kelainan yang mungkin
langsung disebabkan oleh HIV pada jaringan paru.
Komplikasi Oral Lesi: Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Pemeriksaan peniunjang seperti;
Tes untuk diagnose infeksi HIV
1.

ELISA, latex agglutination

2.

Western blot ( positif)

3.

Tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR

4.

Kultur HIV

B.
Saran
1. Memberikan support kepada penderita HIV agar tidak putus asa dalam menjalani
hidup.
2. Mencegah penyebaran HIV dengan pemeriksakan kesehatan anda dan anak secara
rutin.
3. Dan kita sebagai perawat terus memberikan asuhan keperawatan kepada penderita
agar cepat sembuh dalam pengobatan

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, Karnen Garna, Rengganis Iris. 2009. Imunologi dasar edisi 8. Jakarta
:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, (hal: 499 507)
Davey, Patrick. 2006.Infeksi HIV dan AIDS.At A Glance Medicine, Jakarta : Erlangga.
Djoerban, Zubairi 2007 HIV-AIDS di Indonesia. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Jakarta. Pusat Penerbit Ilmu PenyakitDalam FK UI
Kelompok Studi Khusus AIDS FKUI. In: Yunihastuti E, Djauzi S, Djoerban Z, editors
2015 Infeksi oportunistik pada AIDS. Jakarta : Balai Penerbit Fkui.

You might also like