You are on page 1of 22

TERAPI KOMPLEMENTER PADA KLIEN ANEMIA DIFISIENSI ZAT BESI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Sistem Imun dan
Hematologi
Dosen Pengampuh : Usman,M.Kep,CWCS

Disusun oleh : Kelompok 11


Semester V
Nurul huda
Margareta Banase
Syahrul Ramadhan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Terapi
Komplementer pada Klien dengan Anemia Difiensi Zat Besi sebagai salah satu tugas
dan persyaratan untuk Mata Kuliah Keperawatan Sistem Imun dan Hematologi di
STIK Muhammadiyah.
Dalam penyusunan makalah ini, kami merasakan masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Mengingat akan kemampuan
yang dimiliki kami. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Kami
menyampaikan

terima

kasih

kepada

pihak-pihak

yang

membantu

dalam

menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing Bapak


Usman,M.Kep,CWCS. Akhir kata, kami berharap semoga Allah SWT memberikan
imbalan yang setimpal pada yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, Amin.

Pontianak , 8 November 2016

Kelompok 11

KATA PENGANTAR .....................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang .................................................................
B. Tujuan Penulisan...............................................................
C. Manfaat Penulisan.............................................................

1
2
3

BAB II PEMBAHASAN
A. Denifisi ..............................................................................
B.

BAB III PENUTUP ..........................................................................


A. Kesimpulan
B. DAFTAR PUSTAKA .......................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data Profil Dinas Kesehatan Kota Pontianak Tahun 2012 jumlah
penderita anemia defisiensi zat besi pada remaja Puskesmas Kampung Bali
sebanyak 612 kejadian, merupakan kejadian tertinggi di Kota Pontianak.
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi
hubungan antara kebiasaan sarapan pagi, siklus mestruasi dan akitifitas fisik
dengan anemia gizi besi pada remaja putri di SMA wilayah kerja Puskesmas
Kampung Bali.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 di
Kalimantan Barat jumlah kasus anemia pada wanita 23,4% dan pada laki-laki
10,5%. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak jumlah
penderita anemia pada remaja adalah sebagai berikut: Puskesmas Jendral Urib
sebanyak 238 kejadian dan Puskesmas Ali Anyang sebanyak 177 kejadian.
Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang terbanyak baik di
Negara maju maupun berkembang. Padahal besi merupakan suatu unsur
terbanyak pada lapisan kulit bumi, akan tetapi defisiensi besi merupakan
penyebab anemia yang tersering. Hal ini disebabkan oleh tubuh manusia
mempunyai kemampuan terbatas untuk menyerap besi dan seringkali tubuh
mengalami kehilangan besi yang berlebihan diakibatkan oleh perdarahan.
Akhir-akhir ini menjadi isu di banyak negara. Masyarakat
menggunakan terapi ini dengan alasan keyakinan, keuangan, reaksi obat kimia
dan tingkat kesembuhan. Perawat mempunyai peluang terlibat dalam terapi
ini, tetapi memerlukan dukungan hasil-hasil penelitian (evidence-based
practice). Pada dasarnya terapi komplementer telah didukung berbagai teori,
seperti teori Nightingale, Roger, Leininger, dan teori lainnya. Terapi
komplementer dapat digunakan di berbagai level pencegahan. Perawat dapat
berperan sesuai kebutuhan klien.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting
dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder &

Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna
terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional
(Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah
pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi
42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa
alasan. Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer,
yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi
komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan
keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan
sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping
dari pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi
komplementer (Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan
seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk
penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien 2
ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga
apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat
menjadi

peluang

bagi

perawat

untuk

berperan

memberikan

terapi

komplementer.

B. Tujuan Penulisan
Untuk memahami bagaimana keterlibatan perawat dalam pemberian terapi
komplementer.
C. Manfaat Penulisan
Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber literature pembelajaran bagi
pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia adalah keadaan tubuh yang kekurangan hemoglobin. Kadar
Hb normal adalah 12-16% dari sel darah merah, jumlah sel darah merah
normal adalah 5juta/mm3 (Soebroto,2009). Seseorang dikatakan menderita
anemia apabila kadar hemoglobin dalam darah kurang dari 12g/ 100ml.
(Hudono,2007).

Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar


hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal (Soebroto, 2010).
Anemia Defisiensi Zat Besi adalah Anemia akibat kekurangan zat besi.
Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin. Kurangnya zat besi
dalam tubuh bisa disebabkan karena banyak hal. Kurangnya zat besi pada
orang dewasa hampir selalu disebabkan karena perdarahan menahun,
berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh (Soebroto, 2010).

B. Pathway
1. Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
2. Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
3. Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises
oesophagus, hemoroid, all.)

gangguan eritropoesis
Absorbsi besi dari usus kurang
sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin
Anemia defisiensi besi

C. Etiologi Anemia Defisiensi Zat Besi


Anemi defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya
masukan besi, gangguan absorsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan
menahun.
1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal
dari :

a) Saluran cerna : akibat dari tukak peptic, pemakaian salisilat


atau NSAID, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis,
hemoroid dan infeksi cacing tambang.
b) Saluran genitalia perempuan : menorrhagia atau metrorhagia.
c) Saluran kemih : hematuria
d) Saluran nafas : hemoptoe.
2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan,
atau kualitas besi (bioavailabilitasa) besi yang tidak baik (makanan
banyak serat, rendah vit C, dan rendah daging).
3. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, ana dalam
masa pertumbuhan dan kehamilan.
4. Gangguan absorbs basi : gastrektomi, tropical Sprue atau colitis
kronik.
Pada orang dewasa anemia defisiensi yang dijumpai di klinik
hampir identik dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau
peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai penyebab utama.
Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki ialah perdarahan
gastrointestinal, di Negara tropic paling sering karena infeksi
cacing tambang. Sedangkan pada perempuan dalam masa
reproduksi paling sering karena meno-metrorhagia.
Terdapat perbedaan pola etiologi ADB di masyarakat atau di
lapangan dengan ADB di rumah sakit atau pratek klinik. ADB di
lapangan pada umumnya disertai anemia ringan atau sedang,
sedangkan di klinik ADB pada umumnya disertai anemia derajat
berat. Di lapangan faktor nutrisi lebih berperan dibandingkan
dengan perdarahan. Pada penelitian di Desa Jagapati, Bali,
mendapatkan bahwa infeksi cacing tambang mempunyai peran
hanya pada sekitar 30% kasus, faktor nutrisi mungkin berperan
pada sebahagian besar kasus, terutama pada anemia derajat ringan
sampai sedang. Sedangkan di klinik, seperti misalnya pada praktek
swasta, ternyata perdarahan kolik memegang peran penting, pada

laki-laki ialah infeksi cacing tambang(54%) dan hemoroid (27%),


sedangkan pada perempuan menorhagia (33%), hemoroid dan
cacing tambang masing-masing (17%).1

D. Definisi Terapi Komplementer


Menurut WHO (World

Health

Organization),

pengobatan

komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari


negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari
zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun temurun pada suatu
negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai
pengobatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau
sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional.
Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah defisiensi nutrien tersering
pada anak di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk
Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh
penderita.
E. Perkembangan Terapi Komplementer
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
tentang penggunaan pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan
komplementer alternatif yang meningkat dari tahun ke tahun, bahkan hasil
penelitian tahun 2010 telah digunakan oleh 40% dari penduduk Indonesia.

F. Tujuan Terapi Komplementer


Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem
sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh
dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri,
asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan
nutrisi yang baik lengkap serta perawatan yang tepat.

G. Terapi Komplementer Anemia Defisiensi Zat Besi


Ada pun terapi komplementer yang bisa digunakan untuk mengobati anemia
defisiensi zat besi :
1. Ramuan bayam merah dan telur ayam kampong :
Dalam bayam merah terdapat vitamin A, B1, B2, C, dan niasin, juga
mineral seperti zat besi, kalsium, mangan, dan fosfor. Mengandung
banyak serat dan di dalam daunnya terdapat karotein, klorofil, dan
saponin. Kekurangan zat besi di dalam tubuh dapat menyebabkan kita
mengalami anemia atau kekurangan darah merah. Bayam merah sendiri
mengandung zat besi yang cukup tinggi, sehingga bisa menjadi alternatif
sayuran yang bisa digunakan sebagai obat anemia defisiensi zat besi.
Telur Ayam Kampung memiliki kandungan yaitu kalori, Protein,
lemak, Karbohidrat, Kalsium, Fosfor, Zat Besi, Vitamin A, Vitamin B1.
Kandungan zat besi pada telur memang tidak sebanding dengan
kandungan zat besi pada daging merah, namun telur cukup ampuh untuk
meredakan radang. Hal ini dikarenakan telur memiliki kandungan manfaat
vitamin A yang bekerja sangat baik meredakan radang. Telur dapat

menjadi pilihan yang sangat dianjurkan bagi mereka yang menderita


anemia defisiensi besi dengan peradangan.
a. Sediakan 60 gram daun bayam merah dan 1 kuning telur ayam
kampung.
b. Rebus bayam dengan air secukupnya.
c. Tambahkan kuning telur, kemudian dimakan secara teratur, dua kali
sehari.
2. Ramuan hati ayam dan telur angsa :
Mengkonsumsi hati dapat menghindari anemia dan membantu secara
cepat jika kekurangan atau kehilangan darah. Hati ayam juga membantu
sistem kekebalan tubuh, karena kandungan protein dan mineralnya tinggi.
Karena kaya akan zat besi, folate dan vitamin B12, hati ayam sangat
mudah diserap dan membuat butir darah merah. Maka hati sangat baik
untuk mencegah anemia serta memulihkan kekurangan darah setelah
operasi. Selain itu hati ayam kaya akan zinc (seng) yang sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mempertahankan kekebalan tubuh,
maka baik untuk mereka yang tidak nafsu makan.
Telur angsa rebus memiliki 20 g protein, zat besi, kalium dan vitamin
A. Telur angsa memiliki kandungan manfaat zat besi dan kalium yang
cukup tinggi, yang tentu saja sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh
untuk penderita anemia defisiensi zat besi.
a. Siapkan hati ayam secukupnya dan 10 butir telur angsa.
b. Rebus hati ayam bersama telur angsa, bahan-bahan tersebut juga dapat
ditim.
c. Setelah masak, makanlah secara teratur, dua kali sehari.

3. Ramuan buah buni, asam jawa dan rimpang kunyit :

Kandungan buah Buni, memiliki gizi dan fitonutriennya yang tinggi.


Buah Buni mengandung banyak nutrisi seperti Vitamin C, Provitamin A
(karotenoid), Vitamin B1, Vitmain B2, Vitamin E, Mineral besi, dan
Fosfor, Kalium dan serat-serat, Alkaloida dan Friendelin. Warna ungu
kehitaman pada buah buni matang menunjukkan kadar antosianin yang
tinggi dalam buah ini. Keberadaan senyawa aktif antosianin bernilai
penting untuk kesehatan pembuluh darah. Antosianin bekerja dengan cara
mengoksidasi kadar LDL (lemak jahat) dalam tubuh. Para herbalis
menyebut Buni sebagai obat penyakit anemia defisiensi zat besi.
Kandungan dalam asam jawa yaitu thiamin, magnesium, serat,
potassium, zat besi, niasin, riboflavin, kalsium protein dan vitamin C.
Karena mengandung besi yang cukup tinggi, maka mengkonsumsi asam
bisa membantu memerangi penyakit anemia defisiensi zat besi.
Kunyit memiliki kandungan yaitu Zat warna Kurkuminoid yang
berasal dari desmetoksikumin, kurkumin dan bisdesmetoksikurkumin.
Minyak Satiri sebanyak 2 5 % terdiri atas seskuiterpen dan turunan
fenilpropana turmeron (alpha turmeron, aril turmeron, dan beta turmeron),
atlanton,

kurlon

kurkumol,

dril

kurkumen,

bisabolen,

humulen,

seskuifellandren, zingiberin. Arabinosa, dammar, fruktosa, glukosa, pati


dan tanin. Mineral berupa magnesium besi, kalsium, mangan, natrium,
kalium, alumunium, kobalt, timbal, bismuth dan seng. Kunyit juga
mengandung banyak zat besi, jadi sangat bermanfaat jika di konsumsi oleh
mereka penderita anemia defisiensizat besi atau hanya untuk melakukan
pencegahan saja. Zat besi tersebut sangat bermanfaat untuk membantu
pembentukan sel darah merah.
a. Sediakan 50 buah buni yang telah matang, 2 jari asam jawa, dan 3/4
jari rimpang kunyit.
b. Cuci bersih semua bahan, kemudian ditumbuk hingga halus.

c. Tambahkan setengah cangkir air dan 1 sendok makan madu, lalu aduk
sampai rata, peras, dan saring.
d. Minum ramuan tersebut 2-3 kali sehari.
4. Ramuan jombang :
Tanaman jombang mengandung taraxasterol, taraxecerin, kholine,
inulin, pektin, koumestrol dan asparagin. Pada bagian akar tanaman
jombang mengandung taraxol, taraxerol, taraxicin, taraxsterol, b-amyrin,
stigmasterol, b-sitosterol, kolin, levulin, pektin, inulin, kalsium, kalium,
glukosa, fruktosa. Pada bagian daun tanaman jombang mengandung
lutein, violaxanthin, plastoquinone, tanin, karotenoid, kalium, natrium,
kalsium, korin, tembaga, zat besi, magnesium, fosfor, silikon, sulfur,
vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, vitamin D. Pada bagian
bunga tanaman jombang mengandung arnidol, dan flavoxanthin. Tanaman
ini juga mengandung Vitamin C, tak heran kalau bunganya pun juga juga
di pakai sebagai pewarna minuman. Manfaatnya untuk meningkatkan
trombosit dalam darah serta anti kanker yang berfungsi sebagai antibodi.
a. Siapkan 15-30 gram jombang (dalam bentuk segar).
b. lalu cuci bersih jombang, lalu rebus atau tumbuk. setelah itu peras.
c. Jika diperlukan, bisa ditambahkan air perasan jeruk nipis untuk
menambah rasa.
d. Lalu minum ramuan ini setiap hari 1 kali sampai anda sembuh.

5. Ramuan jahe merah :


Jahe merah mengandung 1-4 % minyak atsiri dan oleoresin. Minyak
atsiri dalam rimpang jahe merah juga memiliki komponen senyawa
lainnya yang terdiri dari zingerberin, kamfena, lemonin, zingiberen,
zingiberal, gingeral dan shogaol serta kandungan lainnya seperti minyak

dammar, pati, asam organik, asam folat, asam aksolat dan gingerin. Jahe
merah kering karena jahe kering di nilai mampu menghasilkan zat besi
sehingga mampu memproduksi sel darah merah.
a. Sediakan 5 gram jahe merah kering.
b. Cuci jahe merah, lalu iris, kemudian rebus dengan 5 gelas air matang
hingga hanya tersisa 3 gelas saja.
c. Minum 3 kali sehari, masing-masing 3 gelas.
6. Bayam duri
Bayam duri (Amaranthus spinosus L.) mengandung banyak zat besi,
garam fosfat, vitamin A, C, dan K. Kandungan lainnya, amarantin, kalium
nitrat, dan piridoksin. Kandungan asam folat dan asam oksalat membuat
bayam bisa dipakai untuk membantu mengatasi anemia defisiensi.
a. Ambil setengah genggam bayam duri.
b. Cuci bersih, lalu giling halus.
c. Selanjutnya, tambahkan setengah cangkir air matang.
d. Setelah diperas dan disaring hanya untuk diambil airnya, tambahkan
satu kuning telur ayam dan 1 sdm madu.
e. Aduk campuran itu hingga rata. Ramuan tersebut untuk sekali minum,
dilakukan 2x sehari.

7. Tapak liman
Ternyata tapak liman ini mempunyai kandungan senyawa yang sangat
diperlukan

oleh

tubuh

untuk

menjaga

kesehatan.

Tapak

liman

(Elephantopus scaber) mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol.


Hasil penelitian menyebutkan kandungan zat besi pada akar dan daun
tanaman tapak liman, kadar zat besi dalam akar sebesar 45,4 mg% dan
pada daun 30,2%.
a. Ambil tiga batang tapak liman, cuci, lalu rebus dengan 3 gelas minum
sampai airnya tinggal tiga perempatnya.
b. Setelah dingin saring, lalu tambahkan madu secukupnya.

c. Ramuan ini untuk sekali minum. Dalam sehari dianjurkan minum 2x.
8. Lempuyang wangi
Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum), tumbuh liar di hutan-hutan
jati. Hasil penelitian pada kelinci menunjukkan ada peningkatan kadar Hb
dan jumlah eritrosit setelah kelinci diberi lempuyang wangi selama 16
hari.
Kandungan yang ada dalam lempuyang wangi ini antara lain minyak
atsiri. Minyak atsiri itu sendiri terdiri dari A kurkumin, zingiberen,
kariofilen, bisabolen, seskuifelandren, zerumbon, kamfer, limonen, serta
zat pedas gingerol, zingeron, sogaol, heksahidrokurkumin, paradol dan
dihidrogingerol. Selain itu, lempuyang wangi juga mengandung saponin,
tanin, etanol, zat zerumbon, limonen dan flavonoida.
a. Ambil jari rimpang lempuyang wangi.
b. Setelah dicuci dan dipotong seperlunya, rebus dengan air sebanyak 4
gelas minum hingga tinggal kira-kira setengahnya.
c. Sesudah dingin saring dan tambahkan madu seperlunya.
d. Ramuan ini juga untuk sekali minum. Minum 2x sehari.
9. Daun kacang panjang
Bahan yang bisa dipakai untuk mengatasi anemia defisiensi zat besi
adalah daun kacang panjang (Vigna sinensis). Dalam setiap 100 gram
daun kacang panjang mengandung 43 kkal, karbohidrat 5.8 gram, protein
4.1 gram, lemak 0.4 gram, fosfor sebanyak 145 miligram, kalsium 134
miligram dan zat besi sebanyak 6 miligram. Selain itu daun kacang
panjang juga kaya dengan berbagai macam vitamin yang paling dominan
seperti vitamin A 5240 UI, vitamin C sebanyak 29 miligram, vitamin B1
0.28 miligram. Penyakit anemia defisiensi zat besi disebabkan oleh tubuh
yang kekurangan zat besi sehingga menyebabkan tubuh menjadi lemah,
mudah mengantuk dan tidak bersemangat. Untuk mengatasinya bisa
menjadikan daun kacang panjang sebagai jus karena khasiatnya akan lebih
cepat terasa jika dikonsumsi secara segar dan rutin.

a. Cuci bersih setengah genggam daun kacang panjang, lalu diasapkan


sebentar.
b. Konsumsilah sebagai urap pada saat makan.
c. Sebaiknya dikonsumsi 2x sehari.
10. Kacang hijau
Obat tradisional anemia yang mudah didapat tentu saja kacang hijau
(Phaseolus radiatus L.). Kacang hijau mengandung vitamin B1, B12, zat
besi dan niacin. Kandungan zat besi pada kacang hijau paling tinggi
diantara kacang-kacangan yang lainnya. Selain zat besi beberapa unsur
pembentukan sel darah merah yaitu vitamin B, zat besi, dan asam folat.
Semua kandungan tersebut terdapat dalam kacang hijau dan berguna untuk
membantu pembentukan sel darah merah. Mengonsumi kacang hijau bagi
penderita anemia defisiensi zat besi dianggap penting karena fungsinya
tersebut.
Cara mengkonsumsinya dengan :
a. Sediakan 1 cangkir kacang hijau.
b. Setelah dicuci, campur dengan 2 gelas minum air, rebus hingga tersisa
sekitar -nya.
c. Setelah suam-suam kuku, minumlah air rebusan itu. Lakukan itu 2x
sehari.
11. Daun Singkong
Salah satu manfaat daun singkong adalah kandungan zat besinya yang
cukup tinggi. Jadi, mengkonsumsi daun singkong sangat bagus untuk
menambah darah. mengandung beberapa nutrisi penting, seperti protein,
Serat, lemak, kalori, karbohidrat, vitamin A , C , B17, dan mineral seperti
kalsium, fosfor, dan zat besi.
Cara mengkonsumsinya dengan :
a. Dimasak seperti biasa.
b. Bisa ditumis, disayur atau direbus dan dijadikan lalapan.
c. Asalkan jangan digoreng, karena kandungan gizinya akan hilang
banyak.

12. Jus lemon dan cuka apel


Tentunya kita semua sudah mengetahui apa saja manfaat dari buah
lemon. Buah ini sangat kaya akan vitamin C yang sanggup membantu
penyerapan zat besi oleh tubuh menjadi lebih baik. Buah yang umumnya
berwarna kuning segar ini juga mengandung senyawa fitokimia seperti
polifenol, terpenes, naringin, naringenin, hesperidin, diosmin, eriositrin, dlimonene, vitamin dan mineral penting lain seperti vitamin B6, potasium,
zat besi, magnesium, kalsium, dan serat pangan.
Buah apel juga mengandung vitamin C yang cukup tinggi. Selain itu,
apel juga mengandung zat besi yang dapat meningkatkan kadar
hemoglobin dalam darah. Karenanya, apel sangat baik dikonsumsi oleh
penderita anemia defisiensi zat besi. Cuka apel kaya serat & mengandung
potasium (berfungsi menjaga keseimbangan tingkat potassium, sodium
dalam tubuh). Cuka apel mengandung banyak nutrisi menyehatkan, seperti
beta karoten (sejenis antioksidan penangkal kanker), boron (bekerja
seperti estrogen untuk mencegah hilangnya mineral dari tulang, membantu
pendayagunaan vitamin D), kalsium (menjaga tulang & gigi tetap kuat dan
sehat, membantu mengatur kerja jantung), berbagai enzim (membantu
pencernaan makanan), zat besi (memainkan peran di dalam sistem
kekebalan tubuh dan penting untuk kemampuan mengingat), magabesa
(penting untuk menjaga tingkat kolesterol), karbohidrat dan asam amino
(mencegah pikun). Cuka apel membantu menjaga keseimbangan
asam/alkali dalam tubuh. Asam hidroklorit pada cuka apel dapat
membantu pencernaan.
Namun tak banyak yang tahu, perpaduan jus lemon dan cuka apel bisa
dijadikan obat untuk mengatasi anemia defisiensi zat besi.
Cara mengkonsumsinya dengan :
a. Campurkan jus lemon dan cuka sari apel sebanyak 2 sendok teh.

b. Ramuan ini dapat diminum secara rutin untuk meningkatkan jumlah


hemoglobin dalam tubuh.

H. Trend dan Isu Terapi Komplementer


Trend issue dalam pengobatan merupakan salah satu gambaran
ataupun informasi pengobatan yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang
populer dikalangan masyarakat tentang fakta, nilai atau kebijakan yang dapat
diperdebatkan.
Obat Herbal adalah obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, karena
tidak mempunyai efek samping seperti pada obat-obatan kimia. Sejarah
perjalanan Obat Herbal, yaitu jamu Cina, ayurveda jamu dan jamu barat, yang
mencapai dari Yunani, Roma, dan Eropa kemudian secara bertahap harus
bergabung di Amerika Utara dan Selatan. obat Herbal memiliki kemampuan
menyembuhkan berbagai penyakit, dari penyakit yang ringan seperti flu,
sampai berbagai penyakit berat lainnya seperti penyakit anemia defisiensi zat
besi, darah tinggi, asma, nyeri, dan gangguan kardiovaskular, kanker, dan lain
sebagainya.
Pada abad ke-19 para ilmuwan mulai menemukan bahwa semua
kandungan obat kimia yang mereka gunakan sama dengan yang terdapat pada
tumbuh-tumbuhan, maka sejak itu mulailah dibuat obat sintetik yang semua
bahan yang digunakan adalah obat-obatan herbal.
Berbagai penelitian obat herbal yang mereka lakukan sangat berguna
untuk kita pada saat ini, terima kasih untuk mereka para ilmuwan, yang telah
banyak membantu dengan hasil penelitian mereka. Penelitian yang dilakukan

oleh WHO mendapatkan bahwa sekitar 80 persen manusia menggunakan


tumbuh-tumbuhan sebagi obat herbal untuk perawatan kesehatan utama
mereka.
Di Jerman terdapat sekitar 600-700 jenis tanaman obat herbal dan
hampir 70 persen dokter meresepkan satu atau beberapa herbal lain untuk
pengobatan berbagai penyakit. Kualitas tanaman herbal yang digunakan
sebagai obat herbal sangat tergantung dengan alam tempat ia tumbuh, cara
panen dan cara proses.
Konsep Pengobatan Herbal sangat berbeda dengan konsep pengobatan
Modern (yang biasanya menggunakan Kimia Sintetis sebagai obat). Misalnya
dalam pengobatan kimia sintetis penyebab penyakit adalah virus, bakteri, dan
pathogen (mikro organisme pembawa penyakit), sedangkan dalam pengobatan
herbal, penyebab penyakit adalah lemahnya system imun.

BAB III

KESIMPULAN
A. Kesimpulan :
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan medis
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan
medis yang konvensional. Peran perawat dalam pelayanan kesehatan
diantaranya dalam terapi komplementer sebagai pemberi asuhan
keperawatan, pembela untuk melindungi klien, pemberi bimbingan /
konseling klien, pendidik klien, anggota tim kesehatan yang dituntut untuk
dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, coordinator agar dapat
memanfaatkan sumber-sumber dan potensi klien, pembaru yang selalu
dituntut untuk mengadakan perubahan-perubahan, dan sumber informasi
yang dapat membantu memecahkan masalah klien. Fungsi perawat yang
dijalankan dipelayanan kesehatan adalah bertindak secara independen,
dependen, dan interdependen.
Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas,
termasuk didalamnya orang yang terlibat dalam memberi pengobatan
karena banyaknya profesional kesehatan dan terapis selain dokter umum
yang terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat meningkatkan
perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang dapat
memfasilitasi

terapi

komplementer

agar

menjadi

lebih

dapat

dipertanggungjawabkan.
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta
berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai
dengan peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat
dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam terapi
komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan
yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.
B. Saran :

Dengan adanya makalah yang kami buat ini tentang terapi komplementer
diharapkan pembaca atau teman-teman sejawat dapat memperoleh
manfaat dari makalah yang kami buat.
Bagi pembaca dan masyarakat sebaiknya harus menjaga kesehatan
lingkungan dan makanan serta pola makan agar memenuhi kecukupan
akan Fe pada tubuh kita. Sehingga kita terjauh dari penyakit terlebih
anemia yang di sebabkan karena kurangnya zat besi untuk memproduksi
darah.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
RISKESDAS, 2007. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004). Clinical nursing skills: Basic to
advanced skills. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Snyder, M. & Lindquist, R. (2002). Complementery/alternative therapies in nursing.
4th ed. New York: Springer.
Soebroto, Ikhsan. 2010. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta :
Perdana.

You might also like