Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS KEDOKTERAN
LONG CASE
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DESEMBER 2012
FRAKTUR COLLES
Oleh :
Try Enos
C11108288
Eko Irawan
110205131
Akhmad Taufiq
C11108182
Yulianto Arifin
C11108351
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. A
JK
: Laki-laki
Umur
: 17 Tahun
Pekerjaan : Pelajar
Alamat
MR
: 149648
MRS
: 24-12-2012
AT
: Dialami 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit akibat kecelakaan lalu lintas.
A : Patent
B : RR 18 x/mnt, spontan, tipe torakoabdominal, simetris kiri kanan
C : TD 100/70 mmHg, Nadi 80 x/mnt, kuat angkat, reguler
D : GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor 3,5mm/3,5 mm, reflex cahaya +/+
E : Suhu : 36,7 oC (axillar)
Secondary Survey
Kepala :
I : Tampak Vulnus laceratum pada daerah pangkal hidung dan
maxilla sinistra. Udem (+) Hematom (+) didaerah orbita
P : Nyeri tekan (+) Krepitasi (-)
Extremitas :
Pergelangan Tangan kanan
I : Tampak Deformitas, Udem (+)
P: Nyeri tekan (+) Krepitasi(-)
ROM: Gerak aktif dan pasif sendi terbatas karena nyeri
NVD: sensibilitas baik, A. Radialis teraba, CRT < 2 detik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan CT-Scan Axial (06/11/2012)
Kesan :
DIAGNOSIS
Fraktur Distal Radius Dextra Colles Type
PENATALAKSANAAN
IVFD
Antibiotika
Analgetika
H2 Antagonis
Imobilisasi dan Reposisi
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur radius distal ataupun Fraktur Colles adalah salah satu dari macam
fraktur yang biasa terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh
dalam keadaan tangan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut
usia. Bila seseorang jatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba
menjadi kaku, dan kemudian menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan
bawah. Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia penderita. Pada
anak-anak dan lanjut usia, akan menyebabkan fraktur tulang radius.
Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada
dewasa. Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur
radius distalis pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles.
Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula, insidensinya yang
tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu
pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang terentang.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.1 Cedera yang
digambarkan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 adalah fraktur melintang pada
radius tepat di atas pergelangan tangan, dengan pergeseran dorsal fragmen distal.2
2.2 EPIDEMIOLOGI
Fraktur distal radius terutama fraktur Colles lebih sering ditemukan pada wanita,
dan jarang ditemui sebelum umur 50 tahun. Secara umum insidennya kira-kira 8
15% dari seluruh fraktur dan diterapi di ruang gawat darurat. Dari suatu survey
epidemiologi yang dilakukan di Swedia, didapatkan angka 74,5% dari seluruh
fraktur pada lengan bawah merupakan fraktur distal radius. Umur di atas 50 tahun
pria dan wanita 1 berbanding 5. Sebelum umur 50 tahun, insiden pada pria dan
wanita lebih kurang sama di mana fraktur Colles lebih kurang 60% dari seluruh
fraktur radius. Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata
pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 59 tahun.2
2.3 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
usia lanjut
postmenopause
osteoporosis
kurang gizi
kekerasan
ACR (albumin-creatinin ratio) yang tinggi efek ini kemungkinan disebabkan
oleh gangguan sekresi 1,25-dihidroksivitamin D, yang menyebabkan
malabsoprsi
kalsium.1,2,3
2.4 ANATOMI
Tulang radius ke arah distal membentuk permukaan yang lebar sampai persendian
dengan tulang carpalia. Dan peralihan antara dense cortex dan cancellous bone
pada bagian distal merupakan bagian yang sangat lemah dan mudah terjadi
fraktur. Penting sekali diketahuii kedudukan anatomis yang normal dari
pergelangan tangan, terutama posisi dari ujung distal radius.
Perlu diperhatikan 3 ukuran yang utama :
1. Radial height :
Yaitu jarak proccesus styloideus radii terhadap ulna. Diukur dari jarak antara
garis horizontal yang ditarik melalui ujung procesus styloideus radii dan
melalui ujung distal ulna. Ukuran normalnya kira-kira 1 cm.
2. Derajat ulna tilt atau ulna deviation dari permukaan sendi ujung
distal radius pada posisi anterior posterior.
Normal, permukaan sendi ini letaknya miring menghadap ke ulnar. Derajat
miringnya diukur dari besarnya sudut antara garis horizontall yang tegak
lurus pada sumbu radius dan garis yang sesuai dengan permukaan sendi.
Normal : 15 30 derajat, rata-rata 23 derajat.
3. Derajat volar tilt (volar deviation) dari permukaan sendi radius pada
posisi lateral.
Normal : permukaan sendi ini miring menghadap kebawah dan kedepan.
Besarnya diukur dengan sudut antara garis horizontal tegak lurus sumbu
radius dan garis yang sesuai dengan permukaan sendi. Normal : 1 23
derajat, rata-rata 11 derajat.2,3
pula diskus artikularis, yang melekat dengan semacam meniskus yang berbentuk
segitiga, yang melekat pada ligamen kolateral ulna. Ligamen kolateral ulna
bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis bersama ligament
radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya menghubungkan radius dan ulna,
disebut kompleks rawan fibroid triangularis (TFCC = triangular fibro cartilage
complex).
Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensinya pergelangan
tangan serta gerakan deviasi radius dan ulna. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat
mencapai 90 derajat oleh karena adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi
radiolunatum dan sendi lunatum-kapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan
pada sendi radioulnar distal adalah gerak rotasi.1
Gambar 1a. Sudut normal sendi radiokarpal di bagian ventral (tampak lateral)
Gambar 1b. Sudut normal yang dibentuk oleh ulna terhadap sendi radiokarpal
distal,
karena
kegagalan
atau
reduksi
inkomplit
yang
tidak
dengan posisi yang lebih rendah dari prosesus styloideus ulna. Bagian ini
merupakan tempat insersi otot brakhioradialis.2
Pada antebrakhii distal ini ditemui 2 sendi yaitu sendi radioulna distal dan
sendi radiocarpalia. Kapsul sendi radioulna dan radiocarpalia melekat pada batas
permukaan sendi. Kapsul ini tipis dan lemah tapi diperkuat oleh beberapa ligamen
antara lain :
1. Ligamentum Carpeum volare (yang paling kuat).
2. Ligamentum Carpaeum dorsale.
3. Ligamentum Carpal dorsale dan volare.
4. Ligamentum Collateral.
Anterior
a. Struktur ini berjalan superficial terhadap retinaculum musculorum flexorum
dari medial ke lateral
1) Tendo musculus flexor carpi ulnaris
2) N. Ulnaris
3) A. Ulnaris
4) Ramus cutaneus palmaris nervi ulnaris
5) Tendo musculus palmaris longus
6) Ramus cutaneus nervi medianus
b. Struktur ini berjalan di bawah retinaculum musculorum flexorum dari medial
ke lateral
1) Tendo musculus flexor digitorum superficialis
2) N. Medianus
3) Tendo musculus flexor policis longus
4) Tendo musculus flexor carpi radialis
Posterior
a. Struktur
ini
berjalan
superficial
terhadap
retinaculum
musculorum
Persarafan
1. Lateral cord
a. Lateral pectoral nerve
b. Musculocutaneous nerve
c. Lateral root of median nerve
2. Medial cord
a. Medial pectoral nerve
b. Medial cutaneous nerve of arm
c. and medial cutaneous nerve of forearm
d. Ulnar nerve
e. Medial root of median nerve
3. Posterior cord
Persarafan
Tipe
Persarafan
radialis
1) Pronatio, dilakukan oleh M. Pronator teres dan M. Pronator quadratus
2) Supinatio, dilakukan oleh M. biceps brachii damn M. Supinator
Berdasarkan anatomi dan hubungan dengan posisi tangan pada saat jatuh,
bagian yang mungkin mengalami kerusakan adalah radius distal, ulna distal, ossa
carpal serta jaringan yang ada disekitar tulang yang mengalami fraktur.
Pada saat jatuh terpeleset, posisi tangan berusaha untuk menahan badan
dalam posisi terbuka dan pronasi. . Lalu dengan terjadinya benturan yang kuat,
gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal dan mungkin akan
menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari
Colles fracture
Scaphoid fracture
Dengan posisi tangan pada saat jatuh seperti gambar di atas, maka gaya yang kuat
akan berlawanan arah ke daerah pergelangan tangan. Dan seperti yang telah
disebutkan sebelumnya bahwa yang mungkin mengalami fraktur adalah distal
radius sebab dilihat dari struktur jaringannya saja tulang daerah tersebut memang
rawan patah.1,2,3
Tipe IB
Tipe IIA
Tipe IIB
Tipe IIIA
Tipe IIIB
Tipe IVA
radioulnar
Tipe IVB
Secara ilmu gaya dapat diterangkan sebagai berikut :Trauma langsung dimana
lengan bawah dalam posisi supinasi penuh yang terkunci dan berat badan
waktu jatuh memutar pronasi pada bagian proximal dengan tangan relatif
terfixir pada tanah. Putaran tersebut merupakan kombinasi tekanan yang kuat
dan berat, akan memberikan mekanisme yang ideal dari penyebab fraktur
Smith.
Trauma lain diduga disebabkan karena tekanan yang mendadak pada dorsum
manus, dimana posisi tangan sedang mengepal. Ini biasanya didapatkan pada
penderita yang mengendarai sepeda yang mengalamii trauma langsung pada
dorsum manus.1,2,3
iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan
ujung syaraf nyeri, sehingga terjadilah nyeri tekan. 1,2,3,4,5,6
2.8iiiDIAGNOSIS
Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan
kesulitan. Secara klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles.
Bila fraktur terjadi tanpa dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat
berdasarkan tanda klinis patah tulang.1,2
Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat
remuknya fraktur kominutif dan mengetahui letak persis patahannya. Pada
gambaran radiologis dapat diklasifikasikan stabil dan instabil.1,2
Gambar 4. (a) deformitas garpu makan malam, (b) fraktur tidak masuk dalam
sendi
Pada x-ray menunjukkan fraktur angulasi dorsal dari metaphysis distal radius (2-3
cm proksimal ke pergelangan tangan).
Fraktur yang mencapai ke persendian, disebut fraktur intra-artikular sedangkan
fraktur yang tidak mencapai persendian disebut fraktur eksta-artikular.
Dinner fork deformity merupakan temuan klinis klasik dan radiologi pada fraktur
colles. Dislokasi dan angulasi dorsal dari fragmen distal radius mengakibatkan
suatu bentuk garis pada proyeksi lateral yang menyerupai kurva garpu makan
malam.1,2,3,5,7
2.10
PENATALAKSANAAN
Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat
dalam slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan
pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya.
Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan
gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen
4R:
1. Recognized
2. Reposition
proximal sehingga
mencapai posisi acceptable
3. Retain
4. Rehabilitation
kecacatan.1,2,3
Pertolongan Pertama
1. Rest.
Daerah yang mengalami fraktur harus diposisikan dalam keadaan istirahat.
Beri bantalan dan letakan pada palmar lalu balutkan secara sirkumferensial
dan biarkan ujung jari terbuka, tambahkan papan penahan di bawah
pergelangan untuk mencegah pergerakan.
2. Elevate , tinggikan bagian yang patah,terutama pada 72 jam pertama untuk
mereduksi pembengkakan
3. ICE. Beri es intuk mereduksi pembengkakan dan rasa sakit
4. Segera bawa ke bagian gawat darurat
5. Jangan menggerakkan tangan
Reposisi
Dilakukan apabila terjadi pergeseran yang bermakna. Dilakukan reposisi
manipulatif setelah dilakukan anestesi umum. Dilakukan dengan menekan
fragmen bawah yang bergeser dengan ibu jari operator, pada saat yang sama
dilakukan rotasi pada karpus ke posisi. Lalu dipasang gips selama 6 minggu,
lakukan x- ray setelah 2 minggu untuk memeriksa formasi tulang.
Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi yaitu :
Mencegah komplikasi
Cara rehabilitasi :
1. Latihan dini seperti dengan melakukan kontraksi dan disertai gerakan pada
daerah yang terkena fraktur
2. Penggunaan secara aktif
Menggunakan anggota yang fraktur untuk aktivitas senormal mungkin, segera
setelah nyeri hilang.
Tujuan latihan yaitu :
1. Memperbaiki gerakan sendi (ROM)
2. Strengthening pada otot
2.9 KOMPLIKASI
Penting karena komplikasi ini akan mempengaruhi hasil akhir fungsi yang tidak
memuaskan. Umumnya akan selalu ada komplikasi. Menurut Cooney, hanya ada
2,9% kasus yang tidak mengalami disabiliti dan gangguan fungsi.
Adapun komplikasi yang mungkin terjadi :
A. DINI
1. Kompresi / trauma saraf ulnaris dan medianus
2. Kerusakan tendon
3. Edema paska reposisi
4. Redislokasi
B. LANJUT
1. Arthrosis dan nyeri kronis
2. Shoulder Hand Syndrome
3. Defek kosmetik ( penonjolan styloideus radius )
4. Ruptur tendon
5. Malunion / Non union
6. Stiff hand ( perlengketan antar tendon )
7. Volksman Ischemic Contracture
8. Kompressif Neuropathy
9. Ruptur Tendon
10. Redislokasi
11. Stiff Hands
12. Gangguan gerakan dan fungsi
13. Kontraktur Dupuytrens
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Access
from