You are on page 1of 39

BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

LONG CASE

UNIVERSITAS HASANUDDIN

DESEMBER 2012

FRAKTUR COLLES

Oleh :
Try Enos

C11108288

Eko Irawan

110205131

Akhmad Taufiq

C11108182

Yulianto Arifin

C11108351

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN BEDAH ORTHOPEDI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. A

JK

: Laki-laki

Umur

: 17 Tahun

Pekerjaan : Pelajar
Alamat

: Jln Teratai Indah Macan

MR

: 149648

MRS

: 24-12-2012

Ruangan : P.Akasia 220


RS GRESTELINA
KU

: Nyeri pada pergelangan tangan kanan

AT

: Dialami 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit akibat kecelakaan lalu lintas.

Riwayat Pingsan (-) Riwayat Mual(-) Riwayat muntah(-) Riw. pengobatan di


UGD RSU Gowa sebelum dirawat di RS Grestelina.
Mekanisme Trauma : OSI dibonceng menggunakan motor yang menurut OSI
dengan kecepatan sedang, kemudian dari arah berlawanan datang sebuah mobil
dan menabrak motor OSI, OSI kemudian terjatuh dengan pergelangan tangan
kanan lebih dahulu bertumpuh di tanah, mekanisme trauma selanjutnya tidak
jelas.
PEMERIKSAAN FISIS
Primary Survey

A : Patent
B : RR 18 x/mnt, spontan, tipe torakoabdominal, simetris kiri kanan
C : TD 100/70 mmHg, Nadi 80 x/mnt, kuat angkat, reguler
D : GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor 3,5mm/3,5 mm, reflex cahaya +/+
E : Suhu : 36,7 oC (axillar)

Secondary Survey

Kepala :
I : Tampak Vulnus laceratum pada daerah pangkal hidung dan
maxilla sinistra. Udem (+) Hematom (+) didaerah orbita
P : Nyeri tekan (+) Krepitasi (-)
Extremitas :
Pergelangan Tangan kanan
I : Tampak Deformitas, Udem (+)
P: Nyeri tekan (+) Krepitasi(-)
ROM: Gerak aktif dan pasif sendi terbatas karena nyeri
NVD: sensibilitas baik, A. Radialis teraba, CRT < 2 detik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan CT-Scan Axial (06/11/2012)

Kesan :

Tidak Tampak Kelainan Intracranial


Fraktur Os
Nasale

Foto Rontgen Ext (24/12/2012)

Kesan : Fraktur Distal Radius Dextra Colles Type


RESUME
Laki-laki, 17 thn, masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri pada
pergelangan tangan kanan yang dialami 1 hari SMRS akibat kecelakaan lalu
lintas. Riwayat nausea (-) Riwayat vomit(-) Riwayat kolaps(-), OSI dibonceng
menggunakan motor yang menurut OSI dengan kecepatan sedang, kemudian dari
arah berlawanan datang sebuah mobil dan menabrak motor OSI, OSI kemudian
terjatuh dengan pergelangan tangan kanan lebih dahulu bertumpuh di tanah,
mekanisme trauma selanjutnya tidak jelas.
Dari pemeriksaan fisis didapatkan OSI GCS 15 (E 4M6V5). Pada regio
orbita, dari inspeksi tampak edema dan hematom serta terdapat vulnus laceratum
pada pangkal hidung dan maxilla sinistra. Nyeri tekan ada. Pada regio distal
radius dextra, dari inspeksi ditemukan deformitas dan edema dan pada palpasi ada
nyeri tekan, range of movement sendi terbatas karena nyeri, NVD dalam batas
normal. Pada foto roentgen pergelangan tangan didapatkan fraktur distal radius
dextra colles type.

DIAGNOSIS
Fraktur Distal Radius Dextra Colles Type
PENATALAKSANAAN
IVFD
Antibiotika
Analgetika
H2 Antagonis
Imobilisasi dan Reposisi

BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur radius distal ataupun Fraktur Colles adalah salah satu dari macam
fraktur yang biasa terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh
dalam keadaan tangan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut
usia. Bila seseorang jatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba
menjadi kaku, dan kemudian menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan
bawah. Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia penderita. Pada
anak-anak dan lanjut usia, akan menyebabkan fraktur tulang radius.
Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada
dewasa. Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur
radius distalis pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles.
Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula, insidensinya yang
tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu
pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang terentang.

Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan


badan dalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis
radius distal yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah
berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian
distal radius terjadi dislokasi ke arah dorsal, radial dan supinasi. Gerakan ke arah
radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus styloideus ulna, sedangkan
dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah radial menyebabkan
subluksasi sendi radioulnar distal. Momok cedera tungkai atas adalah kekakuan,
terutama bahu tetapi kadang-kadang siku atau tangan. Dua hal yang harus terus
menerus diingat :
(1) pada pasien manula, terbaik untuk tidak mempedulikan fraktur tetapi
berkonsentrasi pada pengembalian gerakan;
(2) apapun jenis cedera itu, dan bagaimanapun cara terapinya, jari harus
mendapatkan latihan sejak awal.1,2

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.1 Cedera yang
digambarkan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 adalah fraktur melintang pada
radius tepat di atas pergelangan tangan, dengan pergeseran dorsal fragmen distal.2
2.2 EPIDEMIOLOGI
Fraktur distal radius terutama fraktur Colles lebih sering ditemukan pada wanita,
dan jarang ditemui sebelum umur 50 tahun. Secara umum insidennya kira-kira 8
15% dari seluruh fraktur dan diterapi di ruang gawat darurat. Dari suatu survey
epidemiologi yang dilakukan di Swedia, didapatkan angka 74,5% dari seluruh
fraktur pada lengan bawah merupakan fraktur distal radius. Umur di atas 50 tahun
pria dan wanita 1 berbanding 5. Sebelum umur 50 tahun, insiden pada pria dan
wanita lebih kurang sama di mana fraktur Colles lebih kurang 60% dari seluruh
fraktur radius. Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata
pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 59 tahun.2
2.3 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

usia lanjut

postmenopause

massa otot rendah

osteoporosis

kurang gizi

olahraga seperti sepakbola dll

aktivitas seperti skating, skateboarding atau bike riding

kekerasan
ACR (albumin-creatinin ratio) yang tinggi efek ini kemungkinan disebabkan
oleh gangguan sekresi 1,25-dihidroksivitamin D, yang menyebabkan
malabsoprsi

kalsium.1,2,3

2.4 ANATOMI
Tulang radius ke arah distal membentuk permukaan yang lebar sampai persendian
dengan tulang carpalia. Dan peralihan antara dense cortex dan cancellous bone
pada bagian distal merupakan bagian yang sangat lemah dan mudah terjadi
fraktur. Penting sekali diketahuii kedudukan anatomis yang normal dari
pergelangan tangan, terutama posisi dari ujung distal radius.
Perlu diperhatikan 3 ukuran yang utama :
1. Radial height :
Yaitu jarak proccesus styloideus radii terhadap ulna. Diukur dari jarak antara
garis horizontal yang ditarik melalui ujung procesus styloideus radii dan
melalui ujung distal ulna. Ukuran normalnya kira-kira 1 cm.
2. Derajat ulna tilt atau ulna deviation dari permukaan sendi ujung
distal radius pada posisi anterior posterior.
Normal, permukaan sendi ini letaknya miring menghadap ke ulnar. Derajat
miringnya diukur dari besarnya sudut antara garis horizontall yang tegak
lurus pada sumbu radius dan garis yang sesuai dengan permukaan sendi.
Normal : 15 30 derajat, rata-rata 23 derajat.

3. Derajat volar tilt (volar deviation) dari permukaan sendi radius pada
posisi lateral.
Normal : permukaan sendi ini miring menghadap kebawah dan kedepan.
Besarnya diukur dengan sudut antara garis horizontal tegak lurus sumbu
radius dan garis yang sesuai dengan permukaan sendi. Normal : 1 23
derajat, rata-rata 11 derajat.2,3

Alat-alat gerak yang meliputi ini ialah :


1. Posterior :
Berbentuk cembung dan terdapat sekumpulan tendon/otot extensor yang
mempunyai fungsi ekstensi.
2. Anterior :
Berbentuk cekung dan terdapat sekumpulan tendon/otot fleksor yang
mempunyai fungsi fleksi lengan bawah dan tangan. Dan pada bagian dalam
ada: m. pronator quadratus yang berjalan menyilang dan berfungsi terutama
untuk pronasi.
3. Lateral :
Tampak m. supinator longus yang mempunyai insersi pada procesus.
styloideus radii yang mempunyai fungsi utama sebagai supinasi.2,3
Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus yaitu tulang lunatum
dan navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial.
Bagian distal sendi radiokarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan
dorsal, dan ligament radiokarpal kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna
selain terdapat ligament dan simpai yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat

pula diskus artikularis, yang melekat dengan semacam meniskus yang berbentuk
segitiga, yang melekat pada ligamen kolateral ulna. Ligamen kolateral ulna
bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis bersama ligament
radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya menghubungkan radius dan ulna,
disebut kompleks rawan fibroid triangularis (TFCC = triangular fibro cartilage
complex).
Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensinya pergelangan
tangan serta gerakan deviasi radius dan ulna. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat
mencapai 90 derajat oleh karena adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi
radiolunatum dan sendi lunatum-kapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan
pada sendi radioulnar distal adalah gerak rotasi.1

Gambar 1a. Sudut normal sendi radiokarpal di bagian ventral (tampak lateral)

Gambar 1b. Sudut normal yang dibentuk oleh ulna terhadap sendi radiokarpal

Sendi radiokarpal normalnya memiliki sudut 1 - 23 derajat pada bagian


palmar (ventral) seperti diperlihatkan pada gambar 1a. Fraktur yang melibatkan
angulasi ventral umumnya berhasil baik dalam fungsi, tidak seperti fraktur yang
melibatkan angulasi dorsal sendi radiokarpal yang pemulihan fungsinya tidak
begitu baik bila reduksinya tidak sempurna. Gambar 1b memperlihatkan sudut
normal yang dibentuk tulang ulna terhadap sendi radiokarpal, yaitu 15 - 30
derajat. Evaluasi terhadap angulasi penting dalam perawatan fraktur lengan bawah
bagian

distal,

karena

kegagalan

atau

reduksi

inkomplit

yang

tidak

memperhitungkan angulasi akan menyebabkan hambatan pada gerakan tangan


oleh ulna.1
Anatomi dan Biomekanik Antebrakhii Distal
Bagian antebrakhii distal sering disebut pergelangan tangan, batas atasnya
kira-kira 1,5 2 inchi distal radius. Pada tempat ini ditemui bagian tulang distal
radius yang relatif lemah karena tempat persambungan antara tulang kortikal dan
tulang spongiosa dekat sendi. Dorsal radius bentuknya cembung dengan
permukaan beralur-alur untuk tempat lewatnya tendon ekstensor.
Bagian volarnya cekung dan ditutupi oleh otot pronator quadratus. Sisi
lateral radius distal memanjang ke bawah membentuk prosesus styloideus radius

dengan posisi yang lebih rendah dari prosesus styloideus ulna. Bagian ini
merupakan tempat insersi otot brakhioradialis.2
Pada antebrakhii distal ini ditemui 2 sendi yaitu sendi radioulna distal dan
sendi radiocarpalia. Kapsul sendi radioulna dan radiocarpalia melekat pada batas
permukaan sendi. Kapsul ini tipis dan lemah tapi diperkuat oleh beberapa ligamen
antara lain :
1. Ligamentum Carpeum volare (yang paling kuat).
2. Ligamentum Carpaeum dorsale.
3. Ligamentum Carpal dorsale dan volare.
4. Ligamentum Collateral.

Anatomi Pergelangan Tangan

Anterior
a. Struktur ini berjalan superficial terhadap retinaculum musculorum flexorum
dari medial ke lateral
1) Tendo musculus flexor carpi ulnaris
2) N. Ulnaris
3) A. Ulnaris
4) Ramus cutaneus palmaris nervi ulnaris
5) Tendo musculus palmaris longus
6) Ramus cutaneus nervi medianus
b. Struktur ini berjalan di bawah retinaculum musculorum flexorum dari medial
ke lateral
1) Tendo musculus flexor digitorum superficialis
2) N. Medianus
3) Tendo musculus flexor policis longus
4) Tendo musculus flexor carpi radialis
Posterior

a. Struktur

ini

berjalan

superficial

terhadap

retinaculum

musculorum

extensorum dari medial ke lateral


1) Ramus cutaneus dorsalis(posterior)nervi ulnaris
2) Vena basilica
3) Vena cepalica
4) Ramus superficialis nervi radialis
b. Struktur ini berjalan di bawah retinaculum musculorum extensorum dari
medial ke lateral
1) Tendo musculus extensorum carpi ulnaris
2) Tendo musculus extensor digiti minimi
3) Tendo musculus extensor digitorum et indicis
4) Tendo musculus extensor policis longus

Gambar . Inervasi lengan

Persarafan
1. Lateral cord
a. Lateral pectoral nerve
b. Musculocutaneous nerve
c. Lateral root of median nerve
2. Medial cord
a. Medial pectoral nerve
b. Medial cutaneous nerve of arm
c. and medial cutaneous nerve of forearm
d. Ulnar nerve
e. Medial root of median nerve
3. Posterior cord

a. Upper and lower subscapular nerves


b. Thoracodorsal nerve
c. Axillary nerve
d. Radial nerve

Jenis Pergerakan pada Pergelangan Tangan/Articulatio radiocarpalis(sendi


pergelangan tangan)
a. Articulatio

: antara ujung distal radius dan discus articulaticularis di

sebelah tas dengan os lunatum, os triquetrum, dan os scapoideum


Tipe

: sendi episoidea sinovial

Persarafan

: N. Interossea anterior dan ramus profundus nervi radialis

1) Flexio, dilakukan oleh M. Flexor carpi radialis, M. Flexor carpu ulnaris,


M. Palmaris longus, dan dibantu otot lain
2) Extentio, dilakuakn oleh M. Carpi radialis longus, M. Extensor capi
radialis brevis, M. Extensor carpi ulnaris
3) Abductio, M. Flexor carpi radialis

b. Articulatio radioulnaris distalis


Aryticulatio

: antara caput ulan dan incisura ulanris radii

Tipe

: sendi pivot sinovila

Persarafan

: nervus interosseus anterior dan ranmus profundus nervi

radialis
1) Pronatio, dilakukan oleh M. Pronator teres dan M. Pronator quadratus
2) Supinatio, dilakukan oleh M. biceps brachii damn M. Supinator
Berdasarkan anatomi dan hubungan dengan posisi tangan pada saat jatuh,
bagian yang mungkin mengalami kerusakan adalah radius distal, ulna distal, ossa
carpal serta jaringan yang ada disekitar tulang yang mengalami fraktur.
Pada saat jatuh terpeleset, posisi tangan berusaha untuk menahan badan
dalam posisi terbuka dan pronasi. . Lalu dengan terjadinya benturan yang kuat,
gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal dan mungkin akan
menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari

Permukaan persendian pergelangan tangan. Sehingga tulang yang kemungkinan


mengalami fratur pada posisi tersebut adalah radius distal dan os scaphoideum.

Colles fracture

Scaphoid fracture

Dengan posisi tangan pada saat jatuh seperti gambar di atas, maka gaya yang kuat
akan berlawanan arah ke daerah pergelangan tangan. Dan seperti yang telah
disebutkan sebelumnya bahwa yang mungkin mengalami fraktur adalah distal
radius sebab dilihat dari struktur jaringannya saja tulang daerah tersebut memang
rawan patah.1,2,3

Gerakan Pada Pergelangan Tangan


Sendi radioulnar distal adalah sendi antara cavum sigmoid radius (yang
terletak pada bahagian dalam radius) dengan ulna. Pada permukaan sendi ini
terdapat fibrocartilago triangular dengan basis melekat pada permukaaan inferior
radius dan puncaknya pada prosesus styloideus ulna. Sendi ini membantu gerakan
pronasi dan supinasi lengan bawah, di mana dalam keadaan normal gerakan ini
membutuhkan kedudukan sumbu sendi radioulnar proksimal dan distal dalam
keadaan coaxial.
Adapun nilai maksimal rata-rata lingkup sendi dari pronasi dan supinasi sebagai
berikut :
1. pronasi = 80 - 900
2. supinasi = 80 900
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeon untuk pengukuran lingkup
sendi ini, siku harus dalam posisi fleksi 900 sehingga mencegah gerakan rotasi
pada humerus (Kaner, 1980; Kapanji, 1983).
Sendi Radio Carpalia merupakan suatu persendian yang kompleks,
dibentuk oleh radius distal dan tulang carpalia ( os navikulare dan lunatum ) yang
terdiri dari inner dan outer facet. Dengan adanya sendi ini tangan dapat
digerakkan ke arah volar, dorsal, radial dan ulnar secara sirkumdiksi. Sedangkan
gerakan rotasi tidak mungkin karena bentuk permukaan sendi ellips.
Rata-rata gerakan maksimal pada pergelangan tangan adalah sebagai berikut :
1. fleksi dorsal = 50 800.
2. fleksi volar/palmar= 60 850
3. deviasi radial = 15 - 290
4. deviasi ulnar = 30 460

Menurut American Acadeny of Orthopaedic Surgeon untuk pengukuran


lingkup sendi ini dilakukan dengan memakai goniometer, dalam posisi pronasi
secara normal sendi radio carpalia ini mempunyai sudut 1 23 0 ke arah palmar
polar, jadi fraktur yang mengarah pada volar akan mempunyai prognosa baik.2
2.5 KLASIFIKASI
Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari
radius distal. Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh
Frykman. Berdasarkan sistem ini maka fraktur Colles dibedakan menjadi 4 tipe
berikut :
Tipe IA

: Fraktur radius ekstra artikuler

Tipe IB

: Fraktur radius dan ulna ekstra artikuler

Tipe IIA

: Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal

Tipe IIB

: Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal

Tipe IIIA

: Fraktur radius distal yang mengenai sendi radioulnar

Tipe IIIB

: Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radioulnar

Tipe IVA
radioulnar

: Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi

Tipe IVB

: Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal


dan sendi radioulnar

Gambar sistem klasifikasi oleh Frykman


2.6 PATOGENESIS
Umumnya fraktur distal radius terutama fraktur Colles dapat timbul
setelah penderita terjatuh dengan tangan posisi meyangga badan.2,3
Pada saat terjatuh sebahagian energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan
persendian tangan, kemudian baru diteruskan ke distal radius, hingga dapat
menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah yaitu antara batas tulang
kortikal dan tulang spongiosa.
Khusus pada fraktur Colles biasanya fragmen distal bergeser ke dorsal,
tertarik ke proksimal dengan angulasi ke arah radial serta supinasi. Adanya fraktur
prosesus styloid ulna mungkin akibat adanya tarikan triangular fibrokartilago atau
ligamen ulnar collateral

Berdasarkan percobaan cadaver didapatkan bahwa fraktur distal radius


dapat terjadi, jika pergelangan tangan berada dalam posisi dorsofleksi 40 900
dengan beban gaya tarikan sebesar 195 kg pada wanita dan 282 kg pada pria.
Pada bagian dorsal radius frakturnya sering komunited, dengan periosteum
masih utuh, sehingga jarang disertai trauma tendon ekstensor. Sebaliknya pada
bahagian volar umumnya fraktur tidak komunited, disertai oleh robekan
periosteum, dan dapat disertai dengan trauma tendon fleksor dan jaringan lunak
lainnya seperti n. medianus dan n. ulnaris. Fraktur pada radius distal ini dapat
disertai dengan kerusakan sendi radio carpalia dan radio ulna distal berupa luksasi
atau subluksasi. Pada sendi radio ulna distal umumnya disertai dengan robekan
dari triangular fibrokartilago.3,4,5
Mekanisme terjadinya fraktur :

Biasanya disebabkan karena trauma langsung, atau sebagai akibat jatuh


dimana sisi dorsal lengan bawah menyangga berat badan.

Secara ilmu gaya dapat diterangkan sebagai berikut :Trauma langsung dimana
lengan bawah dalam posisi supinasi penuh yang terkunci dan berat badan
waktu jatuh memutar pronasi pada bagian proximal dengan tangan relatif
terfixir pada tanah. Putaran tersebut merupakan kombinasi tekanan yang kuat
dan berat, akan memberikan mekanisme yang ideal dari penyebab fraktur
Smith.

Trauma lain diduga disebabkan karena tekanan yang mendadak pada dorsum
manus, dimana posisi tangan sedang mengepal. Ini biasanya didapatkan pada
penderita yang mengendarai sepeda yang mengalamii trauma langsung pada
dorsum manus.1,2,3

2.7 MANIFESTASI KLINIS


Kita dapat mengenali fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum
radiografi diciptakan) dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan

penonjolan punggung pergelangan tangan dan depresi di depan. Pada pasien


dengan sedikit deformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila
pergelangan tangan digerakkan.1
Selain itu juga didapatkan kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan
pembengkakan di daerah yang terkena.

Gambar 3. Dinner fork deformity


Pada saat terjadi fraktur, terjadi kerusakan korteks, pembuluh darah, sumsum
tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut yaitu terjadi perdarahan,
kerusakan tulang dan jaringan sekitar. Keadaan ini menimbulkan hematom pada
kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang
mengatasi fraktur. Lalu terjadilah respon inflammasi akibat sirkulasi jaringan
nekrotik dengan ditandai vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Tentunya hal
tersebut merupakan salah satu upaya tubuh untuk melakukan proses penyembuhan
dalam memperbaiki cidera, dimana tahap tersebut menunjukkan tahap awal
penyembuhan tulang. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga
meningkatkan tekanan kapiler, lalu menstimulasi histamin pada otot yang

iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan
ujung syaraf nyeri, sehingga terjadilah nyeri tekan. 1,2,3,4,5,6
2.8iiiDIAGNOSIS
Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan
kesulitan. Secara klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles.
Bila fraktur terjadi tanpa dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat
berdasarkan tanda klinis patah tulang.1,2
Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat
remuknya fraktur kominutif dan mengetahui letak persis patahannya. Pada
gambaran radiologis dapat diklasifikasikan stabil dan instabil.1,2

Stabil bila hanya terjadi satu garis patahan.

Instabil bila patahnya kominutif dan crushing dari tulang cancellous.


Pada keadaan tipe tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3 distal

tetap utuh.. Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan kortikokanselosa,


dan prosesus stiloideus ulnar sering putus. Fragmen radius (1) bergeser dan miring
ke belakang, (2) bergeser dan miring ke radial, dan (3) terimpaksi. Kadangkadang fragmen distal mengalami peremukan dan kominutif yang hebat.2

Gambar 4. (a) deformitas garpu makan malam, (b) fraktur tidak masuk dalam
sendi

pergelangan tangan, (c) Pergeseran ke belakang dan ke radial

Proyeksi AP dan lateral biasanya sudah cukup untuk memperlihatkan fragmen


fraktur. Dalam evaluasi fraktur, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :
1. Adakah fraktur ini juga menyebabkan fraktur pada prosesus styloideus ulna
atau pada collum ulna ?
2. Apakah melibatkan sendi radioulnar ?
3. Apakah melibatkan sendi radiokarpal ?
Proyeksi lateral perlu dievaluasi untuk konfirmasi adanya subluksasi
radioulnar distal. Selain itu, evaluasi sudut radiokarpal dan sudut radioulnar juga
diperlukan untuk memastikan perbaikan fungsi telah lengkap.1,2,3,5

Gambar .Gambaran radiologi fraktur dan abnormalitas distal lengan bawah

Pada x-ray menunjukkan fraktur angulasi dorsal dari metaphysis distal radius (2-3
cm proksimal ke pergelangan tangan).
Fraktur yang mencapai ke persendian, disebut fraktur intra-artikular sedangkan
fraktur yang tidak mencapai persendian disebut fraktur eksta-artikular.
Dinner fork deformity merupakan temuan klinis klasik dan radiologi pada fraktur
colles. Dislokasi dan angulasi dorsal dari fragmen distal radius mengakibatkan
suatu bentuk garis pada proyeksi lateral yang menyerupai kurva garpu makan
malam.1,2,3,5,7

Gambar . Perbandingan radiologi

2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap

c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai


d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens
ginjal
e. Pemerikasaan rontgen, menentukan luasnya fraktur, trauma.1,2,3

f. Scan tulang, tomogram, memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk


mengidentifikasi jaringan lunak

Ht mungkin meningkat (Hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan


bermakna pada sisi fraktur / organ jauh pada trauma multiple). Kreatmin,
trauma otot meningkat beban creatrinin untuk klirens ginjal.2,3,4

2.10

PENATALAKSANAAN
Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat
dalam slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan
pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya.

Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang


dengan erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang
dengan ekstensi pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen; fragmen
distal kemudian didorong ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada
dorsum sambil memanipulasi pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi
ulnar dan pronasi. Posisi kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau posisi
memuaskan, dipasang slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku
sampai leher metakarpal dan 2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini
dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi deviasi ulnar
yang ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat saja pada tiap arah.2,3,5

Gambar 5. Reduksi : (a) pelepasan impaksi, (b) pronasi dan pergeseran ke


depan, (c) deviasi ulnar. Pembebatan : (d) penggunaan sarung tangan, (b) slab
gips yang

basah, (f) slab yang dibalutkan dan reduksi dipertahankan

hingga gips mengeras


Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi; latihan
bahu dan jari segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari
membengkak, mengalami sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan
untuk membuka pembalut.
Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar X yang baru;
pergeseran ulang sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang;
sayangnya, sekalipun manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi
lagi.
Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti
penyatuan secara radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti
dengan pembalut kain krep sementara.1,4,5,6

Gambar 6. (a) Film pasca reduksi, (b) gerakan-gerakan yang perlu


dipraktekkan oleh pasien secara teratur

Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan
gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen

proksimal yang mentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi


dasar-dasar metakarpal kedua dan sepertiga.2,3

Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap


menyebabkan komplikasi jangka panjang. Karena itulah hanya fraktur Colles
tipe IA atau IB dan tipe IIA yang boleh ditangani oleh dokter IGD.
Selebihnya harus dirujuk sebagai kasus darurat dan diserahkan pada ahli
orthopedik. Dalam perawatannya, ada 3 hal prinsip yang perlu diketahui,
sebagai berikut :

Tangan bagian ekstensor memiliki tendensi untuk menyebabkan tarikan


dorsal sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran fragmen

Angulasi normal sendi radiokarpal bervariasi mulai dari 1 sampai 23


derajat di sebelah palmar, sedangkan angulasi dorsal tidak

Angulasi normal sendi radioulnar adalah 15 sampai 30 derajat. Sudut ini


dapat dengan mudah dicapai, tapi sulit dipertahankan untuk waktu yang
lama sampai terjadi proses penyembuhan kecuali difiksasi.
Bila kondisi ini tidak dapat segera dihadapkan pada ahli

orthopedik, maka beberapa hal berikut dapat dilakukan :


1. Lakukan tindakan di bawah anestesi regional
2. Reduksi dengan traksi manipulasi. Jari-jari ditempatkan pada Chinese
finger traps dan siku dielevasi sebanyak 90 derajat dalam keadaan fleksi.
Beban seberat 8-10 pon digantungkan pada siku selama 5-10 menit atau
sampai fragmen disimpaksi.
3. Kemudian lakukan penekanan fragmen distal pada sisi volar dengan
menggunakan ibu jari, dan sisi dorsal tekanan pada segmen proksimal
menggunakan jari-jari lainnya. Bila posisi yang benar telah didapatkan,
maka beban dapat diturunkan.

4. Lengan bawah sebaiknya diimobilisasi dalam posisi supinasi atau


midposisi terhadap pergelangan tangan sebanyak 15 derajat fleksi dan 20
derajat deviasi ulna.
5. Lengan bawah sebaiknya dibalut dengan selapis Webril diikuti dengan
pemasangan anteroposterior long arms splint
6. Lakukan pemeriksaan radiologik pasca reduksi untuk memastikan bahwa
telah tercapai posisi yang benar, dan juga pemeriksaan pada saraf
medianusnya
7. Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat selama 72
jam untuk mengurangi bengkak. Latihan gerak pada jari-jari dan bahu
sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan pemeriksaan radiologik pada
hari ketiga dan dua minggu pasca trauma. Immobilisasi fraktur yang tak
bergeser selama 4-6 minggu, sedangkan untuk fraktur yang bergeser
membutuhkan waktu 6-12 minggu.1,2

Gambar 7. Reduksi pada fraktur Colles

PENATALAKSANAAN DAN REHABILITASI


Manajemen pada trauma tulang dan sendi

4R:
1. Recognized

: look, feel, move, X- ray

2. Reposition

Menyesuaikan fragment distal terhadap fragment

proximal sehingga
mencapai posisi acceptable
3. Retain

: Imobilisasi atau fiksasi luar ,fiksasi dalam

4. Rehabilitation

: Mengembalikan fungsi secepat mungkin dan menghindari

kecacatan.1,2,3

Pertolongan Pertama
1. Rest.
Daerah yang mengalami fraktur harus diposisikan dalam keadaan istirahat.
Beri bantalan dan letakan pada palmar lalu balutkan secara sirkumferensial
dan biarkan ujung jari terbuka, tambahkan papan penahan di bawah
pergelangan untuk mencegah pergerakan.
2. Elevate , tinggikan bagian yang patah,terutama pada 72 jam pertama untuk
mereduksi pembengkakan
3. ICE. Beri es intuk mereduksi pembengkakan dan rasa sakit
4. Segera bawa ke bagian gawat darurat
5. Jangan menggerakkan tangan

Reposisi
Dilakukan apabila terjadi pergeseran yang bermakna. Dilakukan reposisi
manipulatif setelah dilakukan anestesi umum. Dilakukan dengan menekan
fragmen bawah yang bergeser dengan ibu jari operator, pada saat yang sama

dilakukan rotasi pada karpus ke posisi. Lalu dipasang gips selama 6 minggu,
lakukan x- ray setelah 2 minggu untuk memeriksa formasi tulang.
Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi yaitu :

Mempertahankan fungsi otot dan sendi

Mencegah atrophi otot, adhesi, & stiffness

Mencegah komplikasi

Cara rehabilitasi :
1. Latihan dini seperti dengan melakukan kontraksi dan disertai gerakan pada
daerah yang terkena fraktur
2. Penggunaan secara aktif
Menggunakan anggota yang fraktur untuk aktivitas senormal mungkin, segera
setelah nyeri hilang.
Tujuan latihan yaitu :
1. Memperbaiki gerakan sendi (ROM)
2. Strengthening pada otot

2.9 KOMPLIKASI
Penting karena komplikasi ini akan mempengaruhi hasil akhir fungsi yang tidak
memuaskan. Umumnya akan selalu ada komplikasi. Menurut Cooney, hanya ada
2,9% kasus yang tidak mengalami disabiliti dan gangguan fungsi.
Adapun komplikasi yang mungkin terjadi :

A. DINI
1. Kompresi / trauma saraf ulnaris dan medianus
2. Kerusakan tendon
3. Edema paska reposisi
4. Redislokasi
B. LANJUT
1. Arthrosis dan nyeri kronis
2. Shoulder Hand Syndrome
3. Defek kosmetik ( penonjolan styloideus radius )
4. Ruptur tendon
5. Malunion / Non union
6. Stiff hand ( perlengketan antar tendon )
7. Volksman Ischemic Contracture
8. Kompressif Neuropathy
9. Ruptur Tendon
10. Redislokasi
11. Stiff Hands
12. Gangguan gerakan dan fungsi
13. Kontraktur Dupuytrens

BAB III
KESIMPULAN

1. Fraktur colles merupakan Fraktur radius distal


2. Fraktur colles umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan
menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia.
3. Manifestasi klinis fraktur colles berupa : Dinner fork deformity, nyeri
tekan, nyeri ketika bergerak,keterbatasan ROM, swelling
4. Sistem klasifikasi fraktur Colles yang dijelaskan oleh Frykman ada 4 tipe
5. Diagnosa fraktur colles dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan radiologis
6. Penataksanaan terdiri dari (1)pertolongan pertama : rest, elevate, ice,
segera bawa ke bagian gawat darurat ,jangan menggerakkan tangan, (2)
manajemen pada trauma tulang dan sendi: recognized, reposition, retain,
rehabilitation
7. komplikasi dini: kompresi / trauma saraf ulnaris dan medianus,kerusakan
tendon, edema paska reposisi, redislokasi. komplikasi lanjut : arthrosis dan
nyeri kronis, shouldr hand syndrome, defek kosmetik ( penonjolan
styloideus radius ), ruptur tendon, malunion / non union, stiff hand
( perlengketan antar tendon ), volksman ischemic contracture, kompressif
neuropathy, ruptur tendon, redislokasi, stiff hands, gangguan gerakan dan
fungsi, kontraktur dupuytrens

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat.R.. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2. Jakarta. EGC :


2004
2. Apley. Alan Graham ,

Solomon. Louis. Apley's System of

Orthopaedics and Fractures. Butterworth-Heinemann,


3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Malang :
Yarsif Watampone: 2003
4. Nelson. David L .Distal Fractures of the Radius. Access from
www.emedicine.com. On 28 july 2011
5. Dios.RR. Distal Radial Fracture Imaging..

Access

from

www.emedicine.com. On 28 july 2011


6. Mansjoer, A,. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. Media
Aesculapius.Jakarta : 2000
7. Hoynak. Bryan.C. Wrist Fracture in Emergency Medicine. Access
from www.emedicine.com. On 29 july 2011

You might also like