You are on page 1of 14

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa,karena dengan
rahmat dan ridhonya lah kami dapat menyelesaikan proposal terapi aktivitas kelompok ini
dengan tepat waktu.
Proposal ini kami buat dengan tujuan melatih psikomotorik dan aktivas pada klien
dengan gangguan kejiwaaan dengan masalah keperawatan prilaku kekerasan yang di banyak
terdapat di ruang cendrawasih Rumah Sakit jiwa Provinsi Lampung,Bandar Lapung..
Diharapkan dalam pelaksanaan nya perawat dapat kompeten melakukan terapi
aktivitas kelompok dengan klien risiko prilaku kekerasan di Ruang Cendrawasih. Tak ada
ganding yang tak retak, begitu pula dalam pembuatan proposal masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat kami harapkan.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung,

Mei 2014

PENULIS

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


RISIKO PERILAKU KEKERASAN

I. TOPIK
Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
II. LANDASAN TEORI
1. Pengertian prilaku kekerasan
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Berkowitz, 1993). Berdasarkan
definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua yaitu perilaku kekerasan secara
verbal dan fisik. (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus.
Marah lebih menunjuak kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu dengan perasaan
marah. (Berkowitz, 1993).
2. Penyebab Prilaku kekerasan
Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif mal adaptif. Rentang
respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut ; (Keliat, 1997, hlm 6)
a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau
tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi
dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat
menimbulkan kemarahan.
c. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat
bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control diri. Pada
keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
3. Proses Marah
Strees, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi
oleh setiap individu. Strees dapat menyebabkan pemicu kemarahan.stressor yang kuat dapat
menyebabkan mekanisme koping seseorang tak adekuat sehingga terjadi penyimpangan
perilaku kekerasan pada seseorang.
4. Gejala Marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan pengrusakan,
tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa.
Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah
diantaranya sebagai berikut :

a. Perubahan Fisioligik : tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat,
pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat, kadangkadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
b. Perubahan Emosional : mudah tersinggung, tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah tampak
tegang, bila mengamuk kehilangan control diri.
c. Perubahan Perilaku : agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada
suara keras dan kasar.
5. Perilaku Marah
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom bereaksi

terhadap

sekresi
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu
dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk
mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa
menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Di samping itu perilaku ini dapat juga
untuk mengembangkan diri klien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku acting out untuk menarik
perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan.
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan strees,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998, hlm 33)
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain
( Maramis, 1998, hlm 83 ) :
a.

Sublimasi : menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu
dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal. Misalnya seseorang yang

sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue,
meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketagangan akibat rasa
marah.
b. Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang

tidak

baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan
seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba
merayu, mencumbunya.
c.

Resepsi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar.
Misalnya : seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan
tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu
ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.

d. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebihlebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan.
Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut
dengan kasar.
e. Displacement : melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan, pada obyek yang
tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi itu. Misalnya
Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
III. TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Klien dapat menyebutkan kemarahannya
Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah)
Klien dapat menyebutkan reksi yang dilakukan saat marah
Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
B.

TUJUAN KHUSUS
Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa di lakukan klien
Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan
Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan

IV. KRITERIA ANGGOTA KELOMPOK


Klien yang sudah tenang dan kooperatif
Klien yang tidak terlalu gelisah
Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas Kelompok.
Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil
Kondisi fisik dalam keadaan baik
Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas kelompok
V. PROSES SELEKSI
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAKPK, meliputi : menjelaskan tujuan
TAKPK pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam kelompok.
VI. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK
1.Tempat Pertemuan
- Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa(RSJ) Provinsi Lampung
2.Waktu
- 45 menit
3.Jam atau waktu
- 08.00-08.10 : Orientasi
4.Jumlah anggota
Adapun jumlah seluruh anggota kelompok adalah 14 orang, yang terdiri dari :
Perawat : 9 orang
Pasien :5 orang
5. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi tanya jawab
3. Bermain peran atau stimulasi
6. Perilaku yang diharapkan dari klien
Klien mampu :

menyebutkan kemarahannya
menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah)
menyebutkan reksi yang dilakukan saat marah
menyebutkan akibat perilaku kekerasan

7. Rencana kegiatan
a. Persiapan
- Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah koorporatif
- Membuat kontrak dengan klien
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada klien
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam dari terapis kepada klien
b. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
c. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
3. Evaluasi/Validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan masalah yang dirasakan
4.
1.
2.

Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Menjelaskan aturan main sebagai berikut
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

c.
1.

2.

Tahap kerja
Mendiskusikan penyebab marah
Tanyakan pengalaman setiap klien
Tulis di papan tulis/flipchart/withboard
Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab marah

sebelum perilaku kekerasan terjadi


Tanyakan perasaan setiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala)
Tulis di papan tulis/flipchart/withboard
3. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah di lakukan klien (verbal, merusak
lingkungan, menciderai/memukul orang lain dan memukul diri sendiri)
Tanayakan perilaku yang dilakukan saat marah
Tulis di papan tulis/flipchart/withboard
4. Membantu klien memilih perilaku kekerasan yang paling sering dilakukan untuk diperagakan
5. Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak berbahaya (terapis
sebagai sumber penyebab dank lien yang melakukankkekerasan)
6. Menanyakan perilaku klien setelah selesai bermain simulasi
7. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
Tanyakan akibat perilaku kekerasan
Tuliskan di papan tulis/flipchart/withtboard
8. Memberikan reinforcemen pada peran serta klien

9. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat


10. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang terjadi, dan akibat dari
perilaku kekerasan
11. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi kemarahan
d. Tahap Terminasi
1. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif
2. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu tanda dan

gejala, perilaku kekerasan yang terjadi serta akibat perilaku kekerasan


Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan dan akibat

yang belum diceritakan


3. Komntrak yang akan datang
Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan
Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya
8.Alat bantu yang digunakan
- Papan tulis /flipcart/witeboard
- Kapur/spidol
- Papan nama
- Buku catatan dan pulpen
- Jadwal kegiatan harian klien

9.Alokasi waktu
WAKTU
08.00-08.10
1.
2.
3.
4.

KEGIATAN
Orientasi
Salam terapeutik
Orientasi
Evaluasi validasi
Kontrak

08.10-08.40

PENANGGUNG JAWAB
CO Leader

Leader, terapis
Kerja
1. Mendiskusikan penyebab marah
2. Mendiskusikan tanda dan gejala
3. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang
telah dilakukan klien
4. Memilih perilaku kekerasan yang pernah
dilakukan klien
5. Mendiskusikan dampak/akibat dari perilaku

kekerasan
6. Memberikan reinforcement pada peran serta
klien
Terminasi
08.40-08.45

1. Evaluasi
2. Tindak lanjut
3. Kontrak yang akan datang

Leader, terapis, co leader

10. Pembagian tugas


a. Leader : Rizki Adi Pranata
b. Co Leader
: Novita Dwi Wahyuni
c. Terapis :
1. I Wachyu Saputra
2. Aldo Pratama
3. Nanang Murdani
4. Praja Ngesti
5. M. Dimas Hidayatulloh
d.
e.
f.
1.
2.
3.
4.
5.

Fasilitator
Observer
Pasien :
Bambang
Baron
Endang
Feriyandi
Surya Dharma

: Tirta Ratna Sakti


: Tira Raih Anggraina

Leader :
Tugas :
1. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan menciptakan situasi dan
kondisi yang memungkinkan klien termotifasi untuk mengekspresikan perasaannya.
2. Auxilergy Ego, yaitu sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi
3. Koordinasi, yaitu mengarahkan proses kegiatan pencapaian tujuan dengan cara memberi
motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
Co Leader:
Tugas :
1. Membuka acara
2. Mendampingi leader
3. Mengambil posisi leader jika leader blocking
4. Menyerahkan posisi kembali kepada leader
5. Menutup acara diskusi
Terapis

Tugas :
1. Mempertahankan kehadiran peserta
2. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
3. Mencegah gangguan dan hambatan terhadap kelompok baik luar maupun dalam kelompok.
4. Memberikan terapis
Fasilitator : Tirta Ratna Sakti
Tugas :
1. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan pesrta
2. Menuntun peserta apabila ada yang kurang jelas
3. Membantu dalam mengantisipasi masalah klien
Observer
Tugas :
1. mengidentifikasi kedalam kegiatan
2. mengidentifikasi strategi yang digunakan leader
3. mengamati dan mencatat :

Jumlah anggota yang hadir

Siapa yang terlambat

Daftar hadir

Siapa yang memberi pendapat atau ide

Toik diskusi

4. Mencatat moddifikasi strategi untuk kelompok yang akan datang


5. memprediksi respon anggota kelompok pada sission berikutnya.
11. Setting tempat

Keterangan :

Leader

Co leader :

Terapis

Fasilitator:

Observer

:
Pasien

12. Tata tertib dan Antisipasi Masalah


a) Tata tertib :
1) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK
2) Berpakaian rapid an bersih
3) Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatan TAK
4) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan selama 5 menit, dan
bila peserta tidak kembali ke ruangan maka peserta tersebut diganti peserta cadangan.

5) Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib dibacakan. Bila peserta
meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator,
maka peserta tersebut tidak dapat diganti oleh peserta cadangan.
6) Paserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
7) Peserta yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat tangan terlebih dahulu dan berbicara
setelah dipersilahkan.
b) Program Antisipasi
1) Usahakan dalam keadaan terapeutik
2) Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok, menahan diri untuk
tertawa atau sikap yang menyinggung.
3) Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh cadangan yang telah
disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu kepada peserta.
4) Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika tidak bisa
diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan penawaran.
5) Bila ada anggota cadangan yang ingin keluar, bicarakan dan dimintai persetujuan dari peserta
TAK yang lain.
6) Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan, leader
memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa, dikeluarkan dari kelompok.
7) Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator.

13. Kriteria evaluasi


Sesi TAK 1
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan psikologis.

NO

NAMA

PENYEBAB

KLIEN

PK

MEMBERI TANGGAPAN TENTANG


Mempraktekkan
Akibat
Tanda &
Prilaku
cara mengontrol
prilaku
gejala
kekerasan
PK dengan nafas
kekerasan
dalam

1
2
3
4
5

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan pasien klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku kekerasan
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku
kekerasan. Beri tandaV jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak mampu

Dokumentasi :
Dokumentasi tentang kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 1. TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya (karena tidak diberi
uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (gregetan dan deg-deg kan), perilaku
kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan di bawa
ke rumah sakit jiwa). Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua di rasakan
selama di rumah sakit.
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
simulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui
penyabab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat
perilaku kekerasan

VII. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat, atas perhatian dan dukungan serta partisipasinya
dalam kegiatan ini kami ucapkan terimakasih.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Keliat Budi Anna.(2004).Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok.Jakarta:EGC
Team pengajar Departemen Jiwa dan Komunitas.(2014).Panduan Praktik Klinik Keperawatan
Jiwa.Bandar Lampung:Panca Bhakti
Diposkan oleh rizky pranata di 22.21
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar

You might also like