You are on page 1of 13

PENGAMATAN BINTANG DENGAN SOFTWARE

STELLARIUM

Tita Rohmawati 1147030050


Jurusan fisika
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. A.H Nasution 105 Bandung 40614
Email: Titarahmawati95@gmail.com

Abstrak
Eksperimen pengamatan bintang dengan software stelarium dilakukan
untuk Menentukan posisi suatu objek benda langit berupa bintang,
Mengetahui kecepatan dan jarak bintang, dan Menentukan tingkatan
terangnya suatu bintang. Pada percobaan ini diukur. Pada percobaan ini
dicari nilai RA dan Dec untuk mengetahui kecepatan dari perubahan
waktu, magnitudo, dan paralaks pada beberapa bintang. Bintang
merupakan salah satu benda langit yang memancarkan cahayanya
sendiri akibat reaksi berlangsungnya reksi inti di dalam tubuhnya.
Bintang-bintang sebenarnya tersebar dengan jarak tertentu dari sudut
tiga dimensi, namun yang tampak dibumi hanyalah deretan bintang yang
berbaris itu disebabkan karena bumi berputar. Untuk mengetahui jarak
dan kecepatan suatu bintang di gunakan suatu software yang dinamakan
stelarium. Stellarium adalah software komputer berlisensi GPL yang
dapat menampilkan angkasa yang realistis secara real time
menggunakan OpenGL. Dengan Stellarium, pengamat dapat melihat apa
yang dapat dilihat dengan mata, teropong atau teleskop kecil. langkah
awal cara menggunakan software stelarium yaitu dengan mengatur
bahasa yang diinginkan, mengatur lokasi dan waktu yang diinginkan
untuk menganalisis suatu bintang, dan memilih bintang yang akan diteliti
dengan klik pada bintang tersebut. Bintang yang diamati pada
eksperimen ini yaitu mimosa, shaula, dan antares. Hasil dari eksperimen
ini yaitu tingkat terang bintang dari yang paling terang sampai yang
redup pada ketiga bintang ini yaitu shaula, mimosa, dan antares.

Kata kunci: bintang, stellarium, magnitudo, paralaks, kecepatan.

PENDAHULUAN

Sejak beribu-ribu tahun yang lalu,


ruang angkasa telah menjadi daya tarik
tersendiri bagi manusia di bumi. Dipicu
rasa keingintahuan yang besar manusia
tentang langit, menyebabkan pengetahuan
tentang ruang angkasa berkembang hingga
mampu diaplikasikan secara praktis.
Bahkan, pada level yang lebih dalam, bisa
memprediksi masa depan manusia.
Di masa kini, langit nan luas masih
menjadi daya tarik sebagian besar manusia
di bumi. Di Indonesia, hal ini terlihat
dengan begitu antusiasnya masyarakat
untuk melihat berbagai fenomena langit
yang terjadi. Yang paling dekat adalah
gerhana bulan yang terjadi pada 16 Juni
2011 lalu. Jutaan orang di Indonesia rela
tidak tidur semalaman hanya untuk
menyaksikan fenomena terhalangnya
bulan oleh bayang-bayang bumi. Untuk
melihat ribuan bintang yang gemerlap di
angkasa kita harus menunggu malam
datang, belum lagi harus bergantung pada
cuaca jika cuaca mendung otomatis
bintang bintang yang indah itu tidak
terlihat.Cara lain untuk melihat bintang
dan objek langit lainnya dengan cara pergi
ke planetarium atau observatorium, namun
itu hanya ada di beberapa kota kota besar
di indonesia. Jadi jika dikota atau
daerahnya tidak ada observatorium sangat

sulit untuk mengamati bintang dan objek


langit lainnya.
Semakin berkembangnya jaman
saat ini sudah tersedia suatu aplikasi yang
berguna untuk melihat keadaan langit
secara utuh dan realistis yang bisa kita
lihat melalui komputer atau laptop yang
kita miliki, jadi kita tidak perlu repot
repot lagi untuk datang ke observatorium.
aplikasi atau software yang bisa digunakan
untuk melihat keadaan langit adalah
stellarium.
Stellarium
adalah
sebuah
Planetarium (wahana simulasi langit) open
source gratis untuk komputer anda.
Software ini dapat memperlihatkan langit
secara realistik dalam bentuk 3D, seperti
layaknya ketika anda melihatnya dengan
mata telanjang, binocular atau dengan
sebuah teleskop.
Stellarium sendiri dikembangkan
oleh programmer Prancis bernama Fabien
Chereau. Dia meluncurkan projek ini pada
musim panas 2001. Stellarium ini
dikembangkan di bawah lisensi GNU
General Public License. Hal ini membuat
perangkat lunak ini memiliki kode sumber
(source code) yang terbuka. (open source)
dan bebas (free) digunakan oleh siapa pun

untuk berbagai tujuan. Tidak hanya untuk


pengguna Linux, perangkat lunak ini juga
bisa dijalankan di Windows dan Mac OS.
TUJUAN
Eksperimen ini bertujuan untuk
menentukan posisi suatu objek benda
langit berupa bintang , Mengetahui
kecepatan bintang,dan Mengetahui jarak
bintang, serta untuk menentukan tingkatan
terangnya suatu bintang.
TINJAUAN PUSTAKA
Bintang adalah benda langit luar
angkasa yang memiliki ukuran besar dan
memancarkan cahaya sebagai sumber
cahaya.
Bintang yang terdekat dengan bumi
adalah matahari, sedangkan Matahari
sendiri dikelilingi oleh planet-planet
anggota tata surya seperti pelanet bumi,
merkurius, venus, mars, jupiter, saturnus,
uranus, neptunus dan jupiter. Matahari
adalah jenis bintang yang terdekat dengan
bumi, dimana Matahari memiliki jarak
dengan
bumi
sekitar
149,680,000
kilometer serta diikuti oleh Proxima
Centauri dalam rasi bintang Centaurus
yang berjarak kurang lebih empat tahun
cahaya.
Bintang tercipta di dalam awan
molekul, dimana molekul tersebut adalah
sebuah daerah medium antarbintang yang
luas dengan kerapatan yang tinggi
(walaupun masih kurang rapat jika
dibandingkan dengan sebuah vacuum
chamber yang ada di Bumi). Pada
umumnya awan ini terdiri dari hidrogen
dengan sekitar 2328% helium dan
beberapa persen elemen berat. Gravitasi
didaerah ini memiliki peranan sangat
penting dalam proses pembentukan
bintang. Pembentukan bintang dimulai

dengan ketidakstabilan gravitasi di dalam


awan molekul yang dapat memiliki massa
ribuan kali matahari. Ketidakstabilan ini
seringkali dipicu oleh gelombang kejut
dari supernova atau tumbukan antara dua
galaksi. Sekali sebuah wilayah mencapai
kerapatan materi yang cukup memenuhi
syarat terjadinya instabilitas Jeans, awan
tersebut mulai runtuh di bawah gaya
gravitasinya sendiri.
Berdasarkan syarat instabilitas
Jeans, bintang tidak terbentuk sendirisendiri, melainkan dalam kelompok yang
berasal dari suatu keruntuhan di suatu
awan molekul yang besar, kemudian
terpecah menjadi konglomerasi individual.
Hal ini didukung oleh pengamatan dimana
banyak bintang berusia sama tergabung
dalam gugus atau asosiasi bintang.
Fotometri Bintang menjelaskan
Keadaan fisis bintang dapat ditelaah baik
dari spektrumnya maupun dari kuat
cahayanya. Pengukuran kuat cahaya
bintang ini disebut juga fotometri bintang.
Magnitudo adalah satuan untuk Terang
suatu bintang dalam astronomi yang
dinyatakan dalam M. Magnitudo terbagi
menjadi dua, Magnitude semu yang
merupakan ukuran terang bintang yang
kita lihat atau terang semu (ada faktor
jarak dan penyerapan yang harus
diperhitungkan) dinyatakan dalam (m) dan
Magnitude mutlak yang merupakan terang
sebenarnya dinyatakan dalam (M). Skala
magnitudo berbanding terbalik dengan
kecemerlangan bintang, artinya makin
terang suatu bintang makin kecil skala
magnitudonya. bintang yang paling terang
diberikan magnitudo 1 dan yang
cahayanya paling lemah yang masih dapat
dilihat oleh mata diberi magnitudo 6.
Untuk mengukur magnitudo, jarak,
dan kecepatan bintang di gunakan aplikasi

stelarium. Stellarium adalah sebuah


Planetarium (wahana simulasi langit) open
source gratis untuk komputer anda.
Software ini dapat memperlihatkan langit
secara realistik dalam bentuk 3D, seperti
layaknya ketika anda melihatnya dengan
mata telanjang, binocular atau dengan
sebuah teleskop.

kemudian di double klik bahasa yang akan


digunakan.
Pengaturan Lokasi
Untuk mengatur lokasi pada software
stellarium yaitu dengan cara mengarahkan
pointer ke bagian pojok kiri bawah dan di
klik simbol mata angin, dituliskan lokasi
yang diinginkan,dan di double klik pada
tempat yang di pilih.
Pengaturan waktu
Untuk mengatur lokasi pada software
stellarium yaitu dengan cara mengarahkan
pointer ke bagian pojok kiri bawah dan di
klik simbol jam, kemudian diatur waktu
dan tanggalnya secara manual.

Stellarium dikembangkan oleh


programmer Prancis bernama Fabien
Chereau. Dia meluncurkan projek ini pada
musim panas 2001. Stellarium ini
dikembangkan di bawah lisensi GNU
General Public License. Hal ini membuat
perangkat lunak ini memiliki kode sumber
(source code) yang terbuka. (open source)
dan bebas (free) digunakan oleh siapa pun
untuk berbagai tujuan. Tidak hanya untuk
pengguna Linux, perangkat lunak ini juga
bisa dijalankan di Windows dan Mac OS.

2.Cara memperoleh data objek


Dipilih salah satu objek bintang
dengan cara klik objek bintang yang
diinginkan, dan di pojok kiri atas terdapat
data objek yang diamati, RA dan Dec di
tulis nilainya sebagai posisi objek, waktu
pengamatan di atur untuk melihat
perubahan posisi terhadap perubahan
waktu objek tersebut, kemudian
Dihitung kecepatan dari perubahan waktu
terhadap perubahan posisi RA dan
terhadap perubahan posisi Dec Objek .
Install software
stellarium

Di atur bahasa
pada stellarium

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Cara menggunakan software
stellarium

Pengaturan bahasa
Untuk mengatur bahasa pada software
stellarium sesuai yang diinginkan dengan
cara mengarahkan pointer ke bagian pojok
kiri bawah dan klik simbol kunci inngris,
muncul jendela konfigurasi dan di
tentukan bahasa yang ingin digunakan,

Di atur lokasi
yang diinginkan

Di atur waktu
pada
saatpengambila
n objek

Di pilih salah
satu objek
bintang

Dihitung
magnitudo dan
paralaksnya

DATA HASIL EKSPERIMEN


1. Bintang Shaula
Magnitudo
no

Ms

ms

Ps

1
2
3
4
5

dp

-5.07

1.6

0.00464

702.9
2

702.58620
69

-5.07

1.6

0.00464

702.9
2

702.58620
69

-5.07

1.6

0.00464

702.9
2

702.58620
69
702.58620
69
702.58620
69

-5.07

1.6

0.00464

702.9
2

-5.07

1.6

0.00464

702.9
2

Kecepatan
no

ds

RA
Dec
t
263.34
58
49
1996
263.51
67
72
2006
263.68
75
95
2016
263.85
83
58
2026
264.02
5
79
2036

Mp
7.63
35
7.63
35
7.63
35
7.63
35
7.63
35

mp
1.6
1.6
1.6
1.6
1.6

Grafik RA terhadap t
264.2
264

f(x) = 0.02x + 229.41

263.8

RA 263.6
263.4
263.2
263
1990

2000

2010

2020

2030

2040

Grafik Dec terhadap t


100
80

f(x) = 0.46x - 856.76

60

Dec

40
20
0
1990 1995 2000 2005 2010 201520202025 2030 2035 2040

2. Bintang Antares
Magnitudo
no

Ms
1
2
3

ms
-5.29
-5.29
-5.29

1.05
1.05
1.05

Ps

ds
0.0054
0.0054
0.0054

dp

603.99

603.7037
037

603.99
603.99

603.7037
037
603.7037

Mp
7.854
12
7.854
12
-

mp
1.05
1.05
1.05

037
4

-5.29

1.05

0.0054

603.99

603.7037
037

-5.29

1.05

0.0054

603.99

603.7037
037

Kecepatan
no
1
2
3
4
5

RA
243.0541
67
247.4541
67
247.6083
33
247.7625
247.9166
67

Dec

81

1996

99

2006

58
75

2016
2026

92

2036

Grafik RA terhadap t
250
f(x) = 0.1x + 44.49

RA 245
240
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040

t
Grafik RA terhadap t
Linear (Grafik RA terhadap t)

7.854
12
7.854
12
7.854
12

1.05
1.05

Grafik Dec terhadap t


150
100

Dec

f(x) = - 0.02x + 121.32

50

0
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040

t
Grafik Dec terhadap t
Linear (Grafik Dec terhadap t)

3. Bintang Mimosa
Magnitudo
no

Ms
1

ms
-3.92

Ps

1.25

ds
0.00925

dp

352.6

352.43243
24

-3.92

1.25

0.00925

352.6

352.43243
24

-3.92

1.25

0.00925

352.6

352.43243
24

-3.92

1.25

0.00925

352.6

352.43243
24

-3.92

1.25

0.00925

352.6

352.43243
24

Kecepatan
n
o
1
2
3

RA
191.88
33
192.02
92
192.17

Dec

115

1996

134
152

2006
2016

Mp
6.4853
8
6.4853
8
6.4853
8
6.4853
8
6.4853
8

mp
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25

4
5

92
192.32
5
192.47
5

112

2026

130

2036

Grafik RA terhadap t
193
192.5

RA

192

f(x) = 0.01x + 162.36

191.5
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040

t
Grafik RA terhadap t
Linear (Grafik RA terhadap t)

Grafik Dec terhadap t


200
150

Dec 100

f(x) = 0.08x - 32.68

50
0
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040

t
Grafik Dec terhadap t
Linear (Grafik Dec terhadap t)

PEMBAHASAN

eksperimen
ini
bertujuan
untuk
menentukan posisi suatu objek terhadap

benda langit berupa bintang dan


mengetahui jarak, kecepatan, dan tingkatan
terangnya
suatu
bintang.
Bintang
merupakan salah satu benda langit yang
memancarkan cahayanya sendiri akibat
reaksi berlangsungnya reaksi inti di dalam
tubuhnya. Bintang-bintang sebenarnya
tersebar dengan jarak tertentu dari sudut
tiga dimensi, namun yang tampak dibumi
hanyalah deretan bintang yang berbaris itu
disebabkan karena bumi berputar. Untuk
mengamati bagaimana jarak, kecepatan
dan tingkatan terangnya suatu bintang
tidak bisa dengan mata telanjang saja
melainkan dibutuhkan alat atau suatu
softwae yang dapat menganalisis bintang
terebut, maka dari itu pada eksperimen ini
di gunakan suatu software yang di sebut
dengan software stellarium yang berfungsi
untuk mengetahui karakter-karakter dari
bintang atau benda-benda langit lainnya.
Pada percobaan ini yaitu menganalisis
sebanyak tiga bintang dengan analisis
jarak, kecepatan, dan magnitudo pada
bintang-bintang
tersebut,
untuk
menganalisis bintang-bintang tersebut
pada software stellarium yaitu dengan
mengklik pada salah satu bintang sehingga
akan muncul karakteristik dari bintang
tersebut yakni muncul data jarak,
magnitudo,RA/Dec, paralaks, dan lain
sebagainya. Dalam percobaan ini di
variasikan waktu (tahun) dengan lima
variasi tahun dengan rentang lima tahun
dan di mulai dari tahun 1996 sampai tahun
2036. Dan lokasinya diatur yaitu di kota
bandung sehingga muncul bintang-bintang
yang terdapat di lokasi tersebut.
Adapun bintang yang dianalisis pada
software stellarium yakni bintang shaula,
bintang antares , dan bintang mimosa.
Bintang bintang yang di analisis tersebut
merupakan bintang yang mempunyai jenis
star yang berarti bintang itu satu dan tidak

berganda atau bergabung (berdekatan)


dengan bintang lainnya.
Untuk eksperimen ini diambil data yaitu
paralaks bintang, magnitudo semu dan
mutlak, jarak pada software stellarium,
dan jarak, magnitudo semu dan mutlak ,
pada percobaan (perhitungan ). Jarak
diambil dalam satuan detik busur dan
tahun cahaya (ly)

Dari data hasil eksperimen dapat di ketahui


perbandingan jarak objek perhitungan dan
jarak objek di stellarium . pada bintang
shaula jarak objek dari perhitungan yaitu
702,58 sedangkan
jarak objek di
stellarium
702,92 perbandingan kedua
jarak tersebut tidak berbeda jauh atau
hampir mendekati. Kemudian pada bintang
antares jarak objek dari perhitungan adalah
603,70 sedangkan jarak objek di stellarium
yaitu 603, 99 kedua jarak pada bintang ini
juga tidak berbeda jauh atau hampir
mendekati . Dan pada bintang mimosa
jarak objek pada hasil perhitungan yaitu
352,43 sedangkan
jarak objek di
stellarium yaitu
352,6. Perbandingan
Kedua jarak pada bintang ini pun tidak
berbeda jauh atau hampir sama . ini berarti
jarak objek pada stellarium dari ketiga
bintang yang dianalisis
benar, yang
dibuktikan dengan jarak objek melalui
perhitungan manual.
Dari data tabel kecepatan pada masingmasing dari tiga bintang yang dianalisis
didapatkan nilai kecepatan bintang pada
gradien dari grafik. Nilai a pada grafik
merupakan kecepatan bintang. Adapun
pada bintang shaula kecepatan yang di
hasilkan dari grafik adalah 0,017m/s. Pada
bintang antares kecepatan dari grafik yaitu
0,1003m/s. Dan pada bintang mimosa
kecepatan dari grafik di dapatkan 0,0148
m/s. Dari grafik-grafik hasil eksperimen
bahwa pada grafik RA terhadp t dan grafik

Dec terhadap t yaitu berbanding lurus atau


tegak lurus. Jadi RA berbanding lurus
dengan waktu (tahun ) dan Dec juga
berbanding lurus dengan waktu (tahun).
Pada data tabel magnitudo dpat di ketahui
bagimana tingkat terangnya dari ketiga
bintang yang kita analisis.
Magnitudo
adalah satuan untuk Terang suatu bintang
dalam astronomi yang dinyatakan dalam
M.
Magnitudo terbagi menjadi dua,
yaitu magnitudo semu dan magnitudo
mutlak
.
magnitudo semu yaitu
magnitudo
yang
menunjukkan
kecerlangan bintang yang dilihat dari
Bumi, tidak peduli seberapa jauh jaraknya.
Jadi, sebuah bintang bisa terlihat terang
karena jaraknya dekat atau jaraknya jauh
tapi
berukuran
besar.
Sedangkan
magnitudo mutlak adalah magnitudo yang
menunjukkan sebuah bintang bisa terlihat
redup karena jaraknya jauh atau jaraknya
dekat tapi berukuran kecil. Sistem ini
membuat kecerlangan bintang yang kita
lihat bukan kecerlangan bintang yang
sesungguhnya. Dari data dapat diketahui
magnitudo semu dan magnitudo mutlak
pada software stellarium dan magnitudo
semu dan mutlak pada percobaan dengan
melakukan
perhitungan.
Adapun
magnitudo semu dari bintang shaula pada
stellarium yaitu 1,6 dan magnitudo pada
percobaan 1,6 .sedangkan magnitudo
mutlak dalam stellarium yaitu -5,07 dan
mgnitudo mutlak pada percobaan adalah
-7,63. Pada bintang antares magnitudo
semu pada stellarium yaitu 1,05 dan
magnitudo semu pada percobaan yaitu
1,05. Sedangkan magnitudo mutlak pada
stellarium yaitu -5,29 dan magnitudo
mutlak pada percobaan yaitu -7,85. Pada
bintang mimosa, magnitudo semu pada
stellarium yaitu 1,25 dan magnitudo semu
pada percobaan yaitu 1,25.sedangkan
magnitudo mutlak pada stellarium yaitu
-3,92 dan magnitudo mutlak
pada
percobaan yaitu -6,48. Magnitudo semu

pada stellarium dan magnitudo


semu
pada percobaan hasilnya sama berarti ini
membuktikan bahwa data pada software
stellarium
keakuratannya
tinggi.
Sedangkan magnitudo
mutlak pada
stellarium dan percobaan berbeda hal ini
menunjukan bahwa keakuratannya kurang.

Dari analisis magnitudo tersebut dapat di


ketahui bahwa urutan tingkat keterangan
bintang yaitu, tingkat terang bintang yang
paling terang yaitu bintang
shaula,
kemudian bintang mimosa dan bintang
antares. Tingkat terang tersebut dilihat dari
nilai magnitudonya apabila magnitudo
semu semakin besar maka tingkat terang
bintang pun semakin tinggi. Sebaliknya
apabila nilai magnitudo mutlak semakin
naik maka tingkat kecerahannya semakin
redup.
KESIMPULAN
Dari eksperimen ini dapat
disimpulkan bahwa benda langit atau
bintang tidak dapat dianalisis dengan
menggunakan mata telanjang saja
melainkan dengan alat ataupun
software yaitu dengan menggunakan
software
stelarium,
software
stellarium adalah software komputer
yang dapat menampilkan ankasa
yang realistis secara real time. dari
software ini dapat di ketahui jarak,
magnitudo , paralaks , Ra/Dec. Untuk
mengetahui
tingkat
keterangan
bintang yaitu dilihat dari nilai
magnitudo semu dan magnitudo
mutlak pada bintang yang diamati.
Daftar pustaka
[1] Crowther, P. A. 2001, in Astrophysics

and Space Science Library, Vol. 264, The


Influence of Binaries on Stellar Population
Studies, ed. D. Vanbeveren (Dordrecht:
Kluwer Academic Publishers)

[2] Crowther, P. A. 2006, in Astronomical


Society of the Pacific Conference Series,
Vol. 353, Stellar Evolution at Low
Metallicity: Mass Loss, Explosions,
Cosmology, ed. H. J. G. L. M. Lamers, N.
Langer, T. Nugis, & K. Annuk (San
Francisco: ASP)
[3] Melati, Asih. 2015. Pengembangan
Modul Praktikum Astrofisika Seri Alat
Solarscope Berbasis Integrasi Interkoneksi.
Indonesian Journal of Aplied physics. Vol.
5 No. 1 Hal. 47
[4] Sutantyo, Winardi. 2010. Pengantar
Astrofisika : Bintangbintang di Alam
Semesta Bandung : Penerbit ITB
[5] Aerts, C. 2008, in IAU Symposium,
Vol. 250, Massive Stars as cosmic
Engines, ed. F. Bresolin, P. A. Crowther, &
J. Puls (Cambridge: CUP),

You might also like