Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagaimana kita ketahui, radiasi dan unsur radioaktif telah banyak
dimanfaatkan dalam berbagai bidang antara lain kesehatan, pertanian, industri,
penelitian. Tetapi jika radiasi yang diterima atau digunakan dalam pemanfaatan
tersebut terlalu besar atau bahkan melebihi batasan yang telah ditetapkan,
akan sangat berbahaya dan memberikan dampak yang tidak diharapkan. Oleh
karenanya perlu dilakukan upaya dalam membatasi paparan atau dosis radiasi
dalam pemanfaatan radiasi dan bahan radioaktif tersebut.
Proteksi Radiasi atau Keselamatan Radiasi adalah suatu cabang ilmu
pengetahuan tentang proteksi yang berhubungan dengan upaya memberikan
perlindungan kepada seseorang ataupun masyarakat dan lingkungan terhadap
kemungkinan memperoleh dampak yang merugikan dari pemanfaatan radiasi
pengion. Pengetahuan ini perlu diberikan kepada mereka yang bekerja dengan
sumber radiasi pengion agar resiko akibat kegiatan penggunaan radiasi
pengion pada mereka dan masyarakat lain minimum, dan agar setiap saat
resiko akibat kegiatan tersebut selalu berada dalam batas-batas yang dapat
diterima.
Dalam melaksanakan upaya proteksi, masalah pembatasan penerimaan dosis
radiasi pada manusia menjadi perhatian utama, baik dosis akibat bekerja
dengan
sumber
radiasi
(penyinaran-kerja),
akibat
pemeriksaan
Pusdiklat Batan
Proteksi Radiasi
dilakukan agar tujuan kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan aman sesuai
dengan yang diharapkan.
Dalam modul ini akan diuraikan
menguraikan tentang besaran dan satuan yang berlaku dalam proteksi radiasi,
efek biologi dari radiasi pengion, sistem proteksi radiasi dan pengawasan
penerimaan dosis. Selain itu juga akan dijelaskan garis besar dari
aplikasi
mempelajari
modul
ini
peserta
diharapkan
dapat
bertambah
masing.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu :
1. Memahami tentang dasar-dasar radiasi dan radioaktivitas
2. Memahami dan menjelaskan besaran dosis serap, dosis tara, dosis tara
terikat, dosis terikat efektif dan dosis kolektif
3. Memahami satuan radiasi dan parameter radiasi yang berlaku dalam
proteksi radiasi
4. Menjelaskan mengenai efek deterministik dan efek stokastik
5. Memahami dan menjelaskan Nilai Batas Dosis yang diperkenankan
6. Memahami dan menerapkan prinsip proteksi radiasi dalam kegiatannya
di fasilitas nuklir, khususnya dalam pengelolaan limbah radioaktif
Pusdiklat Batan
Proteksi Radiasi
BAB II
STRUKTUR DASAR ATOM
A. Atom dan Nukleus
Unit terkecil suatu benda yang dapat diurai adalah atom. Atom dapat berdiri
sendiri (contoh: gas mulia), dapat berbentuk molekul (contoh: air atau udara),
atau bergabung dalam struktur padatan tertentu (contoh: semikonduktor). Atom
dapat dipandang terdiri atas dua bagian utama. Bagian pertama merupakan
pusat inti, yang disebut nukleus (inti atom), hampir seluruh massa atom
terpusat disini. Bagian kedua berupa partikel bermuatan negatif yang sangat
kecil dan ringan disebut elektron yang mengorbit nukleus pada jarak yang jauh
sekali (relatif terhadap ukuran nukleus). Ukuran suatu atom sekitar 10 -10 m
(1/10000 m).
Inti atom terdiri atas gugus yang terikat erat, terdiri dari dua jenis partikel, yakni
proton dan neutron. Kedua jenis partikel ini bermassa hampir sama, tetapi berbeda dengan proton yang bermuatan positif, neutron tidak bermuatan. Struktur
atom tersederhana terdiri atas satu proton pada nukleus, dikelilingi oleh satu
elektron. Muatan proton dan elektron saling meniadakan, sehingga secara
keseluruhan muatan listrik atom bersifat netral.
Pusdiklat Batan
Proteksi Radiasi
B. Unsur
Jumlah proton dalam inti atom menentukan identitas unsurnya. Atom dengan
satu proton adalah atom dari unsur hidrogen. Ada sekitar seratus unsur yang
diketahui, semua ini dapat dilihat dalam Tabel Periodik Unsur (Gambar II.2).
Daftar beberapa unsur penting diberikan pada Tabel II.1.
Daftar tersebut menunjukkan tiap unsur dengan simbol dan nomor atomnya.
Nomor atom adalah jumlah proton dalam nukleus suatu unsur. Jumlah ini sama
dengan banyaknya elektron dalam atom yang netral muatan listriknya.
C. Isotop
Jumlah neutron suatu unsur dapat bervariasi. Perubahan jumlah neutron tidak
mengubah sifat kimia suatu atom. Tetapi massa atomnya berubah karena
massa proton dan neutron kurang lebih sama.
Bila suatu neutron ditambahkan ke dalam nukleus atom yang paling sederhana
yaitu hidrogen (asalnya terdiri atas satu proton dan satu elektron yang
mengorbit), maka akan terbentuk atom baru. Beratnya sekitar dua kali atom
Pusdiklat Batan
Proteksi Radiasi
asal, tapi masih tetap hidrogen, karena protonnya tetap satu. Atom baru ini
disebut suatu isotop hidrogen, dan mempunyai nama khusus deuterium. Bila
satu neutron lagi ditambahkan ke inti tersebut, akan terbentuk isotop hidrogen
yang lain yang disebut tritium. Contoh isotop lain diberikan dalam Tabel II.2
(Jumlah
Simbol
atom Unsur
Simbol
(Jumlah
proton)
proton)
1
Hidrogen
38
Stronsiu
Sr
2
6
7
8
11
14
15
26
Helium
Karbon
Nitrogen
Oksigen
Sodium
Silikon
Fosforus
Besi
He
C
N
O
Na
Si
P
Fe
47
53
55
79
82
88
92
94
m
Perak
Iodin
Caesium
Emas
Timbal
Radium
Uranium
Plutoniu
Ag
I
Cs
Au
Pb
Ra
U
Pu
27
Kobalt
Co
Jumlah
Jumlah
Nomor
proton
neutro
Massa
Unsur
Jumlah
Jumlah
Nomo
proton
Neutro
Mass
n
H
(hidrogen)
H-2
1
1
0
1
Fe-54
26
28
a
54
(besi)
Fe-56
26
30
56
26
31
57
(deuteriu
m)
H-3
(besi)
1
Pusdiklat Batan
Fe-57
Proteksi Radiasi
(tritium)
U-235
(uranium)
U-238
92
143
(besi)
Fe-58
235
26
32
58
(besi)
92
146
238
(uranium)
D. Notasi
Kesepakatan yang digunakan untuk memudahkan mengacu pada suatu isotop
adalah sebagai berikut:
A
Z
dengan:
Xadalah simbol unsur
Zadalah jumlah proton (= nomor atom), dan
Aadalah penjumlahan banyaknya proton dan neutron (disebut
nomor massa).
12
Beberapa contoh adalah: 13 H , 6 C ,
60
27
Co ,
238
92
U.
12
C,
60
Co ,
238
U . Notasi
Pusdiklat Batan
Proteksi Radiasi
Tabel II.3 Prefiks
Faktor pengali
1024
1021
1018
1015
1012
109
106
103
Pusdiklat Batan
Prefiks
yotta
zetta
exa
peta
tera
giga
mega
kilo
Simbol
Y
Z
E
P
T
G
M
k
Faktor pengali
10-3
10-6
10-9
10-12
10-15
10-18
10-21
10-24
Prefiks
milli
mikro
nano
pico
femto
atto
zepto
yocto
Simbol
m
n
p
f
a
z
y
Proteksi Radiasi
BAB III
RADIOAKTIVITAS
Bila dalam suatu atom terdapat terlalu sedikit neutron atau terlalu banyak
neutron dalam nukleus, atom menjadi tidak stabil. Suatu atom tak-stabil akan
mencoba menjadi lebih stabil dengan memancarkan energi dalam bentuk
radiasi, dan atom ini dikatakan sebagai radioaktif.
Radioaktivitas
didefinisikan
sebagai
proses
atom
tak-stabil
berupaya
mengetahui kapan
persisnya suatu atom akan meluruh, yang dapat dikatakan hanyalah atom
radioaktif tersebut pasti akan meluruh pada suatu waktu tertentu. Waktu yang
dibutuhkan oleh suatu atom radioaktif untuk meluruhkan setengah dari jumlah
atomnya bersifat tetap, diketahui, dan dapat diprakirakan sepenuhnya.
Tiap jenis isotop radioaktif memiliki waktu tertentu untuk setengah dari jumlah
atomnya meluruh. Ini disebut dengan waktu paro. Waktu paro mempunyai
rentang yang sangat luas, mulai dari beberapa detik hingga jutaan tahun.
Waktu paro yang panjang memberi arti bahwa atom tersebut meluruh secara
perlahan dan memancarkan radiasi dengan perlahan pula. Bila jumlah atom
suatu isotop radioaktif tertentu digambarkan terhadap waktu, akan diperoleh
kurva sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar III.1
Pusdiklat Batan
Proteksi Radiasi
Pusdiklat Batan
Proteksi Radiasi
BAB IV
RADIASI
Sebagaimana penjelasan terdahulu, inti tak-stabil pada akhirnya akan menjadi
lebih stabil dengan memancarkan partikulat dan/atau radiasi elektromagnetik.
Jenis radiasi yang dipancarkan akan bergantung pada jenis ketakstabilannya.
Bila suatu nukleus memiliki terlalu banyak neutron daripada jumlah protonnya
maka nukleus itu akan cenderung menjadi lebih stabil dengan mengubah
neutron menjadi proton dan memancarkan elektron. Elektron yang dipancarkan
dari nukleus disebut partikel beta (radiasi-). Pada umumnya, energi
elektromagnetik tambahan juga akan dipancarkan. Energi elektromagnetik dari
nukleus disebut radiasi gama (radiasi-).
Bila suatu nukleus memiliki banyak proton dan neutron, maka akan menjadi takstabil, radioaktif, dan cenderung menjadi lebih stabil dengan memancarkan
suatu partikel yang terdiri atas dua neutron dan dua proton. Partikel ini disebut
partikel alfa (radiasi-)
Beberapa bahan radioaktif juga memungkinkan memancarkan neutron. Bila
radionuklida pemancar- dicampur dengan bahan unsur ringan (contoh Beri lium) maka reaksi nuklir partikel dengan inti ringan dapat menyebabkan
pemancaran neutron (radiasi-neutron).
A. Ionisasi
Ada banyak jenis energi radiasi lain yang dapat memapari manusia, yang
meliputi cahaya, panas, gelombang radio, gelombang TV, ultra-violet, infra
merah, dan radiasi microwave. Perbedaan utama radiasi dari inti atom
dibandingkan radiasi ini adalah radiasi dari inti dapat menyebabkan ionisasi.
Ionisasi suatu atom terjadi bila elektronnya keluar dari atom netral sehingga
meninggalkan ion bermuatan positif (Gambar IV.1). Proses ionisasi ini memberikan keuntungan dan kerugian. Proses ini menguntungkan karena memungkinkan radiasi dapat dideteksi. Kerugiannya adalah ionisasi atom pada tubuh
Pusdiklat Batan
10
Proteksi Radiasi
manusia menyebabkan efek biologi yang berbahaya.
Pusdiklat Batan
11
Proteksi Radiasi
Gambar IV.3 Daya tembus radiasi eksternal: alfa, beta, dan gama.
C. Radiasi Beta
Partikel beta, yang terdiri atas elektron, sangat kecil dan ringan dibandingkan
dengan partikel alfa. Oleh karena itu partikel beta mempunyai daya tembus
yang lebih besar tapi laju ionisasinya jauh lebih sedikit daripada partikel alfa.
Rentang penembusan (penetration) partikel beta bergantung pada energinya
dan kerapatan bahan yang dilalui. Energi rata-rata partikel beta tidak akan
menembus lembaran tipis logam, dan hanya akan melintas sekitar 10 mm
dalam jaringan. Maka, radionuklida pemancar-beta berbahaya untuk kulit dan
mata serta sama berbahayanya jika telah masuk dalam tubuh. Kemudahan
mendeteksi radiasi beta bergantung pada energinya. Walaupun demikian,
kecuali energi terendahnya, semuanya dapat dideteksi dengan relatif mudah.
Pusdiklat Batan
12
Proteksi Radiasi
Contoh radionuklida pemancar beta adalah carbon-14, strontium-90.
Sebagai ringkasan (Gambar IV.2), radiasi beta adalah :
berdaya tembus lebih besar daripada partikel alfa, tetapi dapat ditahan
oleh selembar logam,
D. Radiasi Gama
Radiasi gama merupakan radiasi elektromagnetik serupa radiasi radar, radio,
TV, microwave, cahaya, ultra-violet, dan infrared. Tetapi radiasi gama memiliki
energi yang lebih besar, frekuensi yang lebih besar, dan panjang gelombang
yang lebih pendek dibandingkan radiasi yang serupa tersebut. Radiasi gama
juga menyebabkan ionisasi secara tidak langsung sementara radiasi lain
tersebut tidak mengion sama sekali. Sinar-X secara umum dapat dianggap
sebagai sinar gama energi rendah yang merupakan produksi alat dan bukan
berasal dari atom radioaktif.
Radiasi gama berdaya tembus sangat besar bergantung pada energi
radiasinya. Bahan berkerapatan besar, atau bahan yang bervolume besar,
diperlukan untuk menahan (shield) radiasi gama. Dengan kata lain, radiasi
gama relatif sangat mudah untuk menembus tubuh.
Sebagai ringkasan (Gambar IV.7), radiasi gama:
E. Radiasi Neutron
Selain ada di dalam nukleus, neutron bebas juga dapat ditemui dalam bentuk
berkas radiasi. Neutron memiliki kekhasan dibandingkan radiasi lainnya, yakni
hanya berinteraksi dengan inti lainnya (reaksi nuklir). Interaksi ini dapat berupa:
Pusdiklat Batan
13
Proteksi Radiasi
Neutron berdaya tembus sangat besar dan untuk dapat menahan dan mendeteksinya sangat bergantung pada energinya. Neutron dapat menyebabkan
kerusakan sel melalui ionisasi tak-langsung dan proses lainnya ketika mereka
melintasi tubuh.
Sebagai ringkasan, radiasi neutron:
Pusdiklat Batan
14
Proteksi Radiasi
BAB V
BESARAN DAN SATUAN RADIASI
Ada beberapa besaran dan satuan radiasi yang berlaku dalam proteksi radiasi.
Besaran yang diuraikan disini mengacu pada publikasi ICRP (International
Commission of Radiological Protection) dan IAEA (International Atomic Energy
Agency) [ 1 , 2 ]
A. Dosis Serap, D
Adalah jumlah energi yang diserap per satuan massa sebagai hasil dari
interaksi radiasi pengion dengan materi
Satuan dosis serap dalam SI adalah gray (Gy), yang sama dengan energi
deposisi sebesar 1 joule per kilogram (J/kg) dalam materi, yang dalam hal ini
adalah organ / jaringan, atau 1 Gy = 1 J/kg
Satuan lama dari dosis serap adalah erg/gram dengan nama khusus rad. Satu
rad setara dengan 100 erg/gram, dengan demikian 1 Gy = 100 rad.
Besaran dosis serap ini dapat digunakan untuk semua jenis radiasi pengion.
Dalam proteksi radiasi, efek biologi dari dosis serap satu gray dalam suatu
jaringan bergantung pada jenis dan energi radiasi, dan untuk itu digunakan
besaran lain yang disebut dosis terikat (equivalent dose).
B. Faktor bobot radiasi, wR
Untuk menunjukkan mutu radiasi, dalam kaitannya dengan akibat biologi yang
dapat ditimbulkannya, diperkenalkan istilah faktor bobot radiasi , wR.
Sebelumnya digunakan istilah faktor kualitas, Q [3]. Nilai faktor bobot radiasi
dipilih berdasarkan keefektifan relatif dalam menimbulkan akibat biologi yang
bersifat stokastik pada dosis rendah. Contoh efek stokastik adalah induksi
kanker, dengan kemungkinan timbulnya efek tersebut merupakan fungsi dosis
yang diterima.
ICRP [1] menetapkan nilai faktor bobot berdasarkan jenis dan energi radiasi
Pusdiklat Batan
15
Proteksi Radiasi
seperti tercantum dalam Tabel II.1. Jika tidak ada informasi nilai faktor bobot
maka kita masih diperbolehkan menggunakan faktor kualitas.
Tabel V.1 Faktor bobot radiasi, wR, menurut jenis dan energi radiasi [1]
Jenis dan rentang energi radiasi
1. Foton, untuk semua energi
wR
1
10
20
2 MeV
d.
10
e.
> 20 MeV
5. Partikel alfa
20
C. Dosis Tara, HT
Dalam proteksi radiasi, besaran dosimetri yang lebih bermakna adalah dosis
rata-rata dalam organ yang telah dibobot, yang disebut dengan dosis tara
dalam organ T, dan ditentukan melalui persamaan :
HT,R = wR. DT,R
Dengan DT,R adalah dosis serap yang dirata-ratakan untuk daerah organ atau
jaringan T, yang disebabkan oleh radiasi R.
beberapa jenis dan energi radiasi dengan faktor bobot radiasi berbeda-beda,
maka dosis tara total menjadi :
HT = wR. DT,R
R
Karena faktor bobot tidak berdimensi, maka satuan dosis tara sama dengan
satuan dosis serap, yaitu J/kg. Namun demikian untuk membedakan antara
keduanya, diberikan nama khusus untuk satuan dosis tara yaitu sievert (Sv).
Pusdiklat Batan
16
Proteksi Radiasi
Satuan lama untuk dosis tara adalah rem, dan hubungan antara keduanya
adalah satu sievert setara dengan 100 rem, atau 1 Sv = 100 rem.
D. Faktor bobot jaringan dan dosis efektif
Hubungan antara kemungkinan terjadinya akibat stokastik dengan dosis tara
ternyata juga bergantung pada kepekaan organ atau jaringan yang tersinari.
Oleh karena itu, untuk menunjukkan akibat stokastik total yang berasal dari
berbagai dosis pada berbagai organ yang berbeda dianggap perlu untuk
mendefinisikan besaran lain yang diturunkan dari dosis tara, yaitu dengan
memberikan bobot pada dosis tara di setiap organ. Faktor bobot yang
digunakan untuk dosis serap dalam setiap organ T disebut faktor bobot
jaringan, wT. Faktor ini ditunjukkan dalam Tabel V.2
Tabel V.2. Faktor bobot jaringan, wT [1]
Jenis jaringan / organ
Gonad
wT
0,20
0,12
Usus besar
0,12
Paru-paru
0,12
Lambung
0,12
0,05
Payudara
0,05
Hati
0,05
Oesophagus
0,05
0,05
Kulit
0,01
Permukaan Tulang
0,01
Organ sisa
0,05
17
Proteksi Radiasi
(limpa), thymus dan uterus.
Nilai wT yang ditentukan tersebut diatas dipilih agar setiap dosis tara yang
diberikan merata di seluruh tubuh menghasilkan dosis efektif dengan nilai
sama dengan dosis tara yang merata itu. Jumlah faktor bobot jaringan untuk
seluruh tubuh sama dengan satu. Apabila organ T yang mempunyai faktor
bobot jaringan wT diberi dosis tara HT, maka dosis efektifnya adalah
HE = H T wT
Apabila penyinaran terjadi di seluruh tubuh, maka dosis efektif yang diterima
oleh tubuh sama dengan
(HE)ST = HT wT = HST
E. Dosis tara terikat
Dosis tara terikat adalah besaran yang digunakan untuk memperkirakan dosis
yang diterima seseorang dari radiasi yang dipancarkan oleh radionuklida yang
ada dalam tubuh. Jika unsur radioaktif masuk dan terdeposit di dalam tubuh,
maka jaringan tubuh akan menerima sejumlah dosis tertentu. Besarnya dosis
ini merupakan fungsi dari berbagai faktor antara lain jenis radionuklida, waktu
paro dan metabolisme radionuklida tersebut di dalam tubuh. Untuk penentuan
batas masukan tahunan, ICRP menerapkan perhitungannya melalui dosis tara
total pada organ yang akan diterima dalam selama 50 tahun setelah masuknya
radionuklida ke dalam tubuh. Dosis terikat yang dihitung melalui cara ini disebut
sebagai dosis tara terikat, HT(50). Untuk anggota masyarakat, periode waktu
yang digunakan untuk perhitungan dosis adalah 70 tahun.
F. Dosis Efektif Terikat
Jumlah dari dosis tara terikat dalam setiap organ atau jaringan dikalikan dengan
faktor bobot jaringannya akan menghasilkan dosis efektif terikat , atau
E(50) = wT. HT (50)
Pusdiklat Batan
18
Proteksi Radiasi
G. Dosis kolektif
Dosis kolektif diperlukan dalam menyatakan efek radiasi pada sekelompok
orang. Dalam hal ini ICRP dalam publikasinya [1] telah menetapkan besaran
dosis tara kolektif, ST, dan dosis efektif kolektif, S.
Dosis tara kolektif
yang diterima oleh sekelompok orang, sedangkan dalam dosis efektif kolektif
yang dijumlahkan adalah dosis efektif.
Satuan untuk kedua jenis besaran tersebut adalah
orang-sievert (person-
sievert)
Pusdiklat Batan
19
Proteksi Radiasi
BAB VI
EFEK BIOLOGI RADIASI
A. Radiasi alamiah
Semua makhluk hidup di bumi ini mendapat paparan radiasi pengion secara
terus menerus dari alam. Sumber paparan ini antara lain sinar kosmik,
radionuklida terestrial yang ada dalam lapisan kerak bumi, dalam bahan
bangunan dan dalam udara, air dan makanan serta dalam tubuh manusia itu
sendiri. Beberapa dari paparan ini besarnya konstan dan sama untuk semua
orang dimanapun, misalnya dosis dari ingesi K-40 dalam makanan. Lainnya
bervariasi bergantung pada lokasi. Sinar kosmik misalnya, jauh lebih besar
pada tempat yang lebih tinggi, dan konsentrasi uranium dan thorium dalam
tanah menjadi tinggi pada area tertentu. Paparan radiasi juga dapat bervariasi
sebagai akibat dari kegiatan dan pekerjaan manusia. Contohnya bahan
bangunan dan sistem ventilasi sangat mempengaruhi tingkat radiasi gas radon
radioaktif beserta turunannya di dalam gedung, yang dapat menambah
penerimaan dosis akibat inhalasi.
Tabel VI.1 menunjukkan dosis radiasi latar alamiah tahunan yang dikutip dari
IAEA [4]. Besarnya dosis efektif pada suatu lokasi sangat bervariasi bergantung
pada konsentrasi radionuklida di lingkungan dan di dalam tubuh, posisi dan
ketinggian
faktor
lainnya.
Dosis efektif per kapita tahunan ditentukan melalui penjumlahan beberapa
komponen, sebagaimana terlihat dalam Tabel VI.1. Secara global, dosis efektif
tahunan per kapita dari sumber radiasi alamiah adalah 2,4 mSv. Tetapi rentang
dosis individual nya sangat luas. Dalam suatu populasi, sekitar 65%
diperkirakan akan menerima dosis efektif tahunan antara 1mSv sampai 3 mSv,
25% dari populasi akan menerima dosis efektif tahunan < 1mSv dan 10% akan
menerima dosis efektif tahunan > 3 mSv.
Pusdiklat Batan
20
Proteksi Radiasi
Tabel VI.1 Dosis Efektif Tahunan dari Radiasi Latar Alamiah [ 4]
External
Sinar kosmik
Internal
0,5
1,2
0,3 0,6 b
0,2 10 c
Ingesi (K-40)
0,3
2,4
0,2 0,8 d
1 - 10
TOTAL
Catatan :
a
bangunan
c
d
minum
B. Radiasi latar buatan
Selain radiasi alamiah, manusia juga akan menerima radiasi latar dari berbagai
sumber radiasi buatan. Kontribusi yang paling besar dari radiasi buatan ini
adalah dari bidang medis, misalnya penggunaan radiasi untuk diagnosis. Data
UNSCEAR (United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic
Radiation)
21
Proteksi Radiasi
dengan cara sekaligus pada laju dosis tinggi atau dengan cara sedikit demi
sedikit pada laju dosis rendah. Dosis yang diterima dengan cara sekaligus
tinggi disebut dengan dosis penyinaran akut (acute), sedangkan yang diterima
dengan cara sedikit demi sedikit disebut dosis penyinaran kronis (chronic).
Dosis penyinaran akut dapat mengakibatkan sel jaringan yang terkena menjadi
rusak dan tidak lagi berfungsi, selain itu juga dapat menyebabkan perubahan
sifat sel. Efek dari dosis akut timbul dalam waktu yang singkat sedangkan efek
dari dosis kronis timbul dalam selang waktu yang cukup lama setelah
penyinaran.
Jika dilihat dari segi kerusakan sel, maka akibat yang ditimbulkan dapat dibagi
menjadi akibat somatik dan akibat genetik. Akibat somatik dialami hanya
oleh mereka yang menerima penyinaran sedangkan akibat genetik dialami oleh
keturunan dari mereka yang mengalami penyinaran.
Ditinjau dari
langsung dialami oleh mereka yang terkena penyinaran, sedangkan efek biologi
tertunda muncul dalam waktu yang lama setelah penyinaran dan dialami baik
oleh yang bersangkutan ataupun keturunannya.
D. Efek biologi jangka pendek ( Sesaat )
Efek biologi radiasi sangat bervariasi bergantung pada berbagai faktor, antara
lain jumlah paparan, laju paparan, daerah yang teriradiasi, jenis radiasi dan
keragaman sifat biologi individu.
Efek biologi sesaat dapat terjadi jika dosis radiasi yang diterima cukup besar.
Pada laju dosis tinggi, besaran dosis yang paling berperan adalah dosis serap
(satuan : Gy). Faktor bobot radiasi,w R, dan faktor bobot jaringan , w T, akan
berperan dalam dosis rendah.
Ketika sel tubuh terkena radiasi pengion, maka akan terlihat gejala klinis. Gejala
dan efek ini dapat diklasifikasikan sebagai deterministik atau non-stokastik.
Pusdiklat Batan
22
Proteksi Radiasi
Efek deterministik adalah efek radiasi yang tingkat keparahannya merupakan
fungsi dari dosis dan untuk terjadinya efek ini ada dosis ambangnya. Jika dosis
yang diterima lebih kecil dari dosis ambang maka efek tidak akan terjadi.
Gambar VI.1 menunjukkan hubungan antara efek deterministik dengan dosis.
Kurva dalam gambar tersebut menunjukkan bahwa sampai batas dosis tertentu
efek nya dapat diabaikan. Tetapi dengan naiknya dosis, maka efek meningkat
sampai satu titik tertentu yang merupakan efek maksimum.
muntah, mual, lesu, kurang darah, infeksi dan puncaknya adalah kematian.
Tabel VI.2 menunjukkan tingkat dosis untuk terjadinya efek jangka pendek
akibat irradiasi seluruh tubuh selama periode waktu singkat. Jika hanya
sebagian tubuh yang terirradiasi, maka perlu dosis yang lebih besar untuk
menghasilkan efek yang sama.
Dengan demikian, efek deterministik dapat dicirikan melalui tiga hal, yaitu :
1. Adanya dosis ambang yang menyebabkan suatu efek deterministik
tertentu dapat terlihat
2. Tingkat keparahan efek ini akan bertambah dengan meningkatnya dosis
diatas dosis ambang
3. Umumnya timbul tidak begitu lama setelah radiasi (paparan) dan ada
keterkaitan yang jelas antara penyebab dan akibat
Pusdiklat Batan
23
Proteksi Radiasi
Dosis serap ( Gy )
0,25
1,00
2,00
sampai
100%
dari
yang 10,00
terirradiasi
Contoh dari efek somatik deterministik adalah katarak pada lensa mata,
terhambatnya produksi sel pada sumsum tulang yang menyebabkan kelainan
haematologi, kerusakan sel gonad yang dapat menyebabkan kemandulan.
Pencegahan terjadinya efek deterministik dapat dilaksanakan dengan cara
menetapkan batas dosis tara pada tingkat yang cukup rendah sehingga tidak
ada dosis ambang yang dicapai meskipun penyinaran diterima seumur hidup
atau selama masa tugas.
E. Efek Biologi Jangka Panjang ( Tertunda )
Efek biologi jangka panjang yang utama dari dosis yang diterima dalam periode
waktu yang lebih panjang adalah meningkatnya resiko kanker dan keparahan
efek bawaan pada keturunan (efek genetik)
Induksi
kanker
merupakan
efek
stokastik,
yaitu
efek
biologi
yang
Pusdiklat Batan
24
Proteksi Radiasi
ia
tidak
mengalami
penyinaran
radiasi.
Namun
demikian,
dan
efek genetik
Pusdiklat Batan
25
Proteksi Radiasi
BAB VII
APLIKASI PROTEKSI RADIASI
Tujuan dari proteksi radiasi adalah memberikan perlindungan kepada
seseorang ataupun masyarakat dan lingkungan terhadap kemungkinan
memperoleh dampak yang merugikan dari pemanfaatan radiasi pengion. Agar
dapat mencapai tujuan tersebut maka segala kegiatan yang melibatkan sumber
radiasi harus didasarkan oleh beberapa pertimbangan antara lain
manfaat,
resiko termasuk biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang akan diperoleh
dari suatu kegiatan tersebut.
A. Prinsip Proteksi Radiasi
Dengan didasarkan pada azas umum tersebut diatas, ICRP telah menyusun
prinsip proteksi radiasi yang terdiri dari tiga unsur [ 2 ], yaitu :
1. JUSTIFIKASI yaitu semua kegiatan yang melibatkan penyinaran radiasi
hanya dilakukan apabila menghasilkan nilai lebih atau memberikan manfaat
yang nyata (azas manfaat).
Justifikasi dari suatu rencana kegiatan atau operasi yang melibatkan
penyinaran
radiasi
dapat
ditentukan
dengan
mempertimbangkan
26
Proteksi Radiasi
acuan bagi tindakan yang akan dilakukan.
3. LIMITASI yaitu semua dosis tara yang diterima oleh seseorang tidak boleh
melampaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan.
Pembatasan ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa tidak ada seorangpun
menghadapi resiko radiasi yang tidak dapat diterima, baik efek deterministik
ataupun stokastik, akibat dari upaya pemakaian dalam keadaan normal.
B.Pembatasan Dosis
Salah satu prinsip proteksi radiasi adalah pembatasan dosis yang diterima
seseorang. Dalam hal ini telah ditetapkan suatu nilai batas yang disebut
sebagai Nilai Batas Dosis (NBD).
mendefinisikan NBD sebagai suatu nilai dosis efektif atau dosis tara yang
diterima seseorang dari kegiatan kerjanya dengan radiasi, yang tidak boleh
dilampaui
NBD yang diterapkan di Indonesia ditetapkan berdasarkan SK Dirjen BATAN
No. PN 03/160/DJ/89 yang kemudian diganti menjadi SK Ka. BAPETEN No.
01/Ka-BAPETEN/V-1999 : Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi,
yang mengacu pada rekomendasi ICRP No. 26 tahun 1977 dan Safety Series
IAEA No. 9 tahun 1983. Besarnya NBD tersebut dicantumkan dalam Tabel
VII.1
Tabel VII.1 Nilai Batas Dosis Tahunan
Dosis Efektif
Pekerja radiasi
Masyarakat
5 mSv
Anggota
50 mSv
500 mSv
50 mSv
2. Lensa mata
150 mSv
15 mSv
3. Kulit
500 mSv
50 mSv
500 mSv
50 mSv
Pusdiklat Batan
27
Proteksi Radiasi
Catatan :
a
faktor resiko untuk efek stokastik ternyata lebih tinggi dari yang
diperhitungkan semula
NBD yang direkomendasikan oleh ICRP tersebut tercantum dalam Tabel VII.2
Penetuan penerapan NBD ini tidak hanya ditentukan oleh masalah sains saja.
Pusdiklat Batan
28
Proteksi Radiasi
Keputusan akhir pada dasarnya dipengaruhi oleh pertimbangan politis dan
ekonomi yang merupakan bagian dari suatu proses penetapan peraturan yang
berlaku secara nasional.
Tabel VII.2 NBD menurut rekomendasi ICRP NO. 60 / 1990
Pekerja radiasi
Siswa
& Masyarakat
Magang
Dosis efektif
20mSv/tahun
rata-rata
5 tahun a
efektif 50 mSv c
Dosis
(16 18 tahun )
6 mSv dalam 1 mSv dalam
satu tahun b
50 mSv
15 mSv
untuk
mata
500 mSv
150 mSv
50 mSv
untuk kulit
500 mSv
150 mSv
kaki
Catatan :
a
berikutnya
C. Proteksi Radiasi Eksterna
Salah satu upaya proteksi radiasi untuk membatasi penerimaan dosis
perorangan adalah dengan melakukan pengawasan terhadap penerimaan
dosis. Hal ini dapat dilakukan melalui proteksi terhadap radiasi (eksterna) dan
Pusdiklat Batan
29
Proteksi Radiasi
proteksi terhadap kontaminasi (eksterna dan interna)
Faktor utama dalam melindungi tubuh manusia dari radiasi eksterna, yaitu
radiasi yang sumbernya berada di luar tubuh manusia, adalah waktu
penyinaran,
jarak
antara
sumber
dan
manusia
serta
digunakannya
30
Proteksi Radiasi
D. Proteksi Kontaminasi dan Radiasi Interna
Sebelum membahas lebih lanjut, perlu adanya pemahaman yang jelas tentang
perbedaan radiasi dan kontaminasi. Radiasi adalah partikel atau energi yang
dipancarkan dari bahan radioaktif (atau dari alat pembangkit misalnya pesawat
Sinar-X).
Kontaminasi
adalah
bahan
radioaktif
yang
tidak
diinginkan
31
Proteksi Radiasi
1. membatasi jumlah bahan radioaktif yang akan ditangani sekecil mungkin
atau secukupnya, pada suatu waktu tertentu
2. mencegah tersebarnya bahan radioaktif di sumbernya, yaitu dengan cara
mewadahi dan mengungkungnya
3. pengawasan terhadap lingkungan dengan cara pengaturan ventilasi dan
kebersihan tempat kerja serta memisahkan daerah bersih dan daerah
kontaminasi
4. pengawasan
terhadap
pekerja
yaitu
dengan
cara
menyediakan
32
Proteksi Radiasi
radiasi yang terlibat, pemantauan terhadap laju dosis dan kontaminasi di
daerah kerja maupun lingkungan, serta program pelatihan pada personel yang
terlibat Semua data dari setiap kegiatan tersebut harus disimpan dalam suatu
dokumen atau rekaman data yang teratur dan sistematis.
G. Pengelolaan Limbah Radioaktif
Pengelolaan limbah radioaktif meliputi beberapa tahapan kegiatan yaitu
pengumpulan dan pengelompokan limbah, pengangkutan, pegolahan dan
penyimpanan.
proteksi radiasi
adalah :
-
Wadah limbah harus diberi label yang berisi informasi tentang jenis
limbah, jenis radionuklida dan radiasinya, asal/sumber limbah, aktivitas
dan laju dosis
Jika terdapat potensi bahaya lainnya (misal explosive, iritasi, dll) harus
dicantumkan pula dalam label, sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Pusdiklat Batan
33
Proteksi Radiasi
-
Petugas
pengangkut
limbah
radioaktif
harus
dilengkapi
dengan
sarung
tangan,
masker,
pelindung
kepala,
dosimeter
Dosis yang diterima petugas pengangkut limbah tidak boleh melebihi 0,3
NBD yang diijinkan
3. Pengolahan limbah
Pengolahan limbah radioaktif terdiri dari beberapa metode, antara lain
evaporasi, insenerasi, kompaksi, sementasi.
diperhatikan :
-
Prinsip waktu, jarak dan penahan radiasi untuk proteksi radiasi eksterna
serta upaya pencegahan kontaminasi interna harus selalu diingat dan
diterapkan
menerapkan
dalam
pelaksanaan
sistem
kelompok
kegiatan,
yang
antara
bertugas
lain
dengan
bergiliran
untuk
pelindung
Pusdiklat Batan
34
Proteksi Radiasi
-
4. Penyimpanan limbah
Limbah yang telah diolah akan disimpan di gudang penyimpanan (interim
storage) dalam kurun waktu tertentu, bergantung pada jenis limbah, unsur yang
terdapat didalamnya serta waktu paro unsur tersebut,
mencapai puluhan bahkan ratusan tahun.
olah, dicantumkan label yang berisi informasi tentang waktu pengolahan limbah
(tanggal, bulan dan tahun), jenis limbah, unsur yang ada dalam limbah, aktivitas
serta laju dosis.
Tidak sembarang orang boleh memasuki gudang penyimpanan ini, dan setiap
mereka yang memasuki daerah ini harus sepengetahuan penanggung jawab
gudang dan dilengkapi dengan alat pelindung diri, misalnya shoe cover,
masker, sarung tangan serta dosimeter perorangan.
Gudang penyimpanan limbah dipantau secara periodik, umumnya 3 bulan
sekali, maupun sewaktu-waktu jika diperlukan. Informasi yang diperoleh dari
hasil pemantauan dicantumkan dalam papan informasi radiasi yang dipasang
di koridor gudang, antara lain : tanggal pemantauan, nama ruangan, zona
daerah kerja, laju dosis berikut batasannya (Sv/jam) , besar kontaminasi
permukaan (, , ) dan batasannya (Bq/cm2).
Pusdiklat Batan
35
Proteksi Radiasi
DAFTAR PUSTAKA
1. INTERNATIONAL COMMISSION ON RADIOLOGICAL PROTECTION,
Recommendations of the International Commission on Radiological
Protection, Publication No. 60, Pergammon Press, Oxford and New York,
1990
2. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, International Basic Sefety
Standards for Protection against Ionizing Radiation and for the Safety of
Radiation Sources, Safety Series No. 115, IAEA, Vienna, 1996
3. INTERNATIONAL COMMISSION ON RADIOLOGICAL PROTECTION,
Recommendations of the International Commission on Radiological
Protection, Publication No. 26, Pergammon Press, Oxford, 1977
4. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Safe Transport of Radioactive Material, Training Course Series No. 1, 4th Edition, IAEA, Vienna (2006).
5. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Regulation for the Safe
Transport of Radioactive Material, Safety Standard Series, Safety
Requirements No. TS-R-1, IAEA, Vienna (2005).
6. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Advisory Materialfor the
IAEA Regulations for the Safe Transport of Radioactive Material (1996
Edition), Safety Standard Series No. TS-G-1.1, IAEA, Vienna (2002).
7. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Perkembangan Proteksi Radiasi
Dalam Pemanfaatn Tenaga Nuklir, Materi Rekualifikasi Petugas Proteksi
Radiasi Bidang Instalasi Nuklir, Jakarta (2005)
8. S. Wiryosimin, Mengenal Asas Proteksi Radiasi, Penerbit ITB, Bandung,
1995
9. KETENTUAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP RADIASI, Kepala
Bapeten, Keputusan Kepala Bapeten No. 01/Ka. Bapeten/V-1999.
Pusdiklat Batan
36