You are on page 1of 36

Proteksi Radiasi

BAB I
PENDAHULUAN
Sebagaimana kita ketahui, radiasi dan unsur radioaktif telah banyak
dimanfaatkan dalam berbagai bidang antara lain kesehatan, pertanian, industri,
penelitian. Tetapi jika radiasi yang diterima atau digunakan dalam pemanfaatan
tersebut terlalu besar atau bahkan melebihi batasan yang telah ditetapkan,
akan sangat berbahaya dan memberikan dampak yang tidak diharapkan. Oleh
karenanya perlu dilakukan upaya dalam membatasi paparan atau dosis radiasi
dalam pemanfaatan radiasi dan bahan radioaktif tersebut.
Proteksi Radiasi atau Keselamatan Radiasi adalah suatu cabang ilmu
pengetahuan tentang proteksi yang berhubungan dengan upaya memberikan
perlindungan kepada seseorang ataupun masyarakat dan lingkungan terhadap
kemungkinan memperoleh dampak yang merugikan dari pemanfaatan radiasi
pengion. Pengetahuan ini perlu diberikan kepada mereka yang bekerja dengan
sumber radiasi pengion agar resiko akibat kegiatan penggunaan radiasi
pengion pada mereka dan masyarakat lain minimum, dan agar setiap saat
resiko akibat kegiatan tersebut selalu berada dalam batas-batas yang dapat
diterima.
Dalam melaksanakan upaya proteksi, masalah pembatasan penerimaan dosis
radiasi pada manusia menjadi perhatian utama, baik dosis akibat bekerja
dengan

sumber

radiasi

(penyinaran-kerja),

akibat

pemeriksaan

kesehatan/pengobatan (penyinaran-medik) ataupun dalam mengelola limbah


radioaktif yang dihasilkan dari pemanfaatan unsur radioaktif itu sendiri.
Berdasarkan hal tersebut, maka para pelaksana kegiatan yang menggunakan
sumber radiasi pengion perlu mengetahui dan memahami tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan radiasi pengion, antara lain dasar-dasar radiasi dan
radioaktivitas, sifat radiasi pengion, besaran dan satuan radiasi serta dampak
yang dapat ditimbulkannya, serta bagaimana tindakan proteksi yang harus

Pusdiklat Batan

Proteksi Radiasi
dilakukan agar tujuan kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan aman sesuai
dengan yang diharapkan.
Dalam modul ini akan diuraikan

mengenai prinsip dasar radiasi dan

radioaktivitas, yaitu mengenai struktur atom, radioaktivitas dan jenis radiasi.


Kemudian penjelasan mengenai prinsip proteksi radiasi,

yang antara lain

menguraikan tentang besaran dan satuan yang berlaku dalam proteksi radiasi,
efek biologi dari radiasi pengion, sistem proteksi radiasi dan pengawasan
penerimaan dosis. Selain itu juga akan dijelaskan garis besar dari

aplikasi

proteksi radiasi dalam pengelolaan limbah radioaktif.


Tujuan Instruksional Umum
Setelah

mempelajari

modul

ini

peserta

diharapkan

dapat

bertambah

pengetahuan dan pemahamannya tentang pentingnya keselamatan terhadap


radiasi dan

dapat menerapkannya dalam kegiatan di fasilitasnya masing-

masing.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu :
1. Memahami tentang dasar-dasar radiasi dan radioaktivitas
2. Memahami dan menjelaskan besaran dosis serap, dosis tara, dosis tara
terikat, dosis terikat efektif dan dosis kolektif
3. Memahami satuan radiasi dan parameter radiasi yang berlaku dalam
proteksi radiasi
4. Menjelaskan mengenai efek deterministik dan efek stokastik
5. Memahami dan menjelaskan Nilai Batas Dosis yang diperkenankan
6. Memahami dan menerapkan prinsip proteksi radiasi dalam kegiatannya
di fasilitas nuklir, khususnya dalam pengelolaan limbah radioaktif

Pusdiklat Batan

Proteksi Radiasi

BAB II
STRUKTUR DASAR ATOM
A. Atom dan Nukleus
Unit terkecil suatu benda yang dapat diurai adalah atom. Atom dapat berdiri
sendiri (contoh: gas mulia), dapat berbentuk molekul (contoh: air atau udara),
atau bergabung dalam struktur padatan tertentu (contoh: semikonduktor). Atom
dapat dipandang terdiri atas dua bagian utama. Bagian pertama merupakan
pusat inti, yang disebut nukleus (inti atom), hampir seluruh massa atom
terpusat disini. Bagian kedua berupa partikel bermuatan negatif yang sangat
kecil dan ringan disebut elektron yang mengorbit nukleus pada jarak yang jauh
sekali (relatif terhadap ukuran nukleus). Ukuran suatu atom sekitar 10 -10 m
(1/10000 m).
Inti atom terdiri atas gugus yang terikat erat, terdiri dari dua jenis partikel, yakni
proton dan neutron. Kedua jenis partikel ini bermassa hampir sama, tetapi berbeda dengan proton yang bermuatan positif, neutron tidak bermuatan. Struktur
atom tersederhana terdiri atas satu proton pada nukleus, dikelilingi oleh satu
elektron. Muatan proton dan elektron saling meniadakan, sehingga secara
keseluruhan muatan listrik atom bersifat netral.

Gambar II.1 Struktur atom.

Pusdiklat Batan

Proteksi Radiasi
B. Unsur
Jumlah proton dalam inti atom menentukan identitas unsurnya. Atom dengan
satu proton adalah atom dari unsur hidrogen. Ada sekitar seratus unsur yang
diketahui, semua ini dapat dilihat dalam Tabel Periodik Unsur (Gambar II.2).
Daftar beberapa unsur penting diberikan pada Tabel II.1.
Daftar tersebut menunjukkan tiap unsur dengan simbol dan nomor atomnya.
Nomor atom adalah jumlah proton dalam nukleus suatu unsur. Jumlah ini sama
dengan banyaknya elektron dalam atom yang netral muatan listriknya.

C. Isotop

Gambar II.2 Tabel Periodik Unsur.

Jumlah neutron suatu unsur dapat bervariasi. Perubahan jumlah neutron tidak
mengubah sifat kimia suatu atom. Tetapi massa atomnya berubah karena
massa proton dan neutron kurang lebih sama.
Bila suatu neutron ditambahkan ke dalam nukleus atom yang paling sederhana
yaitu hidrogen (asalnya terdiri atas satu proton dan satu elektron yang
mengorbit), maka akan terbentuk atom baru. Beratnya sekitar dua kali atom
Pusdiklat Batan

Proteksi Radiasi
asal, tapi masih tetap hidrogen, karena protonnya tetap satu. Atom baru ini
disebut suatu isotop hidrogen, dan mempunyai nama khusus deuterium. Bila
satu neutron lagi ditambahkan ke inti tersebut, akan terbentuk isotop hidrogen
yang lain yang disebut tritium. Contoh isotop lain diberikan dalam Tabel II.2

Tabel II.1 Beberapa unsur penting


Nomor
Nomor atom
Unsur

(Jumlah

Simbol

atom Unsur

Simbol

(Jumlah
proton)

proton)
1

Hidrogen

38

Stronsiu

Sr

2
6
7
8
11
14
15
26

Helium
Karbon
Nitrogen
Oksigen
Sodium
Silikon
Fosforus
Besi

He
C
N
O
Na
Si
P
Fe

47
53
55
79
82
88
92
94

m
Perak
Iodin
Caesium
Emas
Timbal
Radium
Uranium
Plutoniu

Ag
I
Cs
Au
Pb
Ra
U
Pu

27

Kobalt

Co

Tabel II.2 Beberapa contoh Isotop


Unsur

Jumlah

Jumlah

Nomor

proton

neutro

Massa

Unsur

Jumlah

Jumlah

Nomo

proton

Neutro

Mass

n
H
(hidrogen)
H-2

1
1

0
1

Fe-54

26

28

a
54

(besi)
Fe-56

26

30

56

26

31

57

(deuteriu
m)
H-3

(besi)
1

Pusdiklat Batan

Fe-57

Proteksi Radiasi
(tritium)
U-235
(uranium)
U-238

92

143

(besi)
Fe-58

235

26

32

58

(besi)
92

146

238

(uranium)
D. Notasi
Kesepakatan yang digunakan untuk memudahkan mengacu pada suatu isotop
adalah sebagai berikut:
A
Z

dengan:
Xadalah simbol unsur
Zadalah jumlah proton (= nomor atom), dan
Aadalah penjumlahan banyaknya proton dan neutron (disebut
nomor massa).
12
Beberapa contoh adalah: 13 H , 6 C ,

60
27

Co ,

238
92

U.

Mengingat nomor atom dan simbolnya memberikan informasi yang sama,


nomor atom sering dihilangkan, sebagai contoh, 3 H ,

12

C,

60

Co ,

238

U . Notasi

alternatif yang umum digunakan untuk isotop tersebuat adalah H- 3, C-12,


Co-60, dan U-238.
E. Prefiks
Dalam fisika nuklir, sering kali diperlukan menyatakan bilangan yang sangat
besar dan sangat kecil. Untuk itu penting mengenal prefiks yang diberikan pada
Tabel II.3.

Pusdiklat Batan

Proteksi Radiasi
Tabel II.3 Prefiks

Faktor pengali
1024
1021
1018
1015
1012
109
106
103

Pusdiklat Batan

Prefiks
yotta
zetta
exa
peta
tera
giga
mega
kilo

Simbol
Y
Z
E
P
T
G
M
k

Faktor pengali
10-3
10-6
10-9
10-12
10-15
10-18
10-21
10-24

Prefiks
milli
mikro
nano
pico
femto
atto
zepto
yocto

Simbol
m

n
p
f
a
z
y

Proteksi Radiasi

BAB III
RADIOAKTIVITAS
Bila dalam suatu atom terdapat terlalu sedikit neutron atau terlalu banyak
neutron dalam nukleus, atom menjadi tidak stabil. Suatu atom tak-stabil akan
mencoba menjadi lebih stabil dengan memancarkan energi dalam bentuk
radiasi, dan atom ini dikatakan sebagai radioaktif.
Radioaktivitas

didefinisikan

sebagai

proses

atom

tak-stabil

berupaya

menstabilkan dirinya dengan memancarkan radiasi.


Sebagai contoh yaitu hidrogen, bila nukleusnya terdiri atas dua neutron dan
satu proton (isotop tritium), atom ini tidak stabil dan oleh karenanya menjadi
radioaktif.
A. Peluruhan Radioaktif dan Waktu Paro
Atom radioaktif yang memancarkan radiasi untuk menjadi stabil dikatakan
disintegrate atau meluruh (decay). Kita tidak dapat

mengetahui kapan

persisnya suatu atom akan meluruh, yang dapat dikatakan hanyalah atom
radioaktif tersebut pasti akan meluruh pada suatu waktu tertentu. Waktu yang
dibutuhkan oleh suatu atom radioaktif untuk meluruhkan setengah dari jumlah
atomnya bersifat tetap, diketahui, dan dapat diprakirakan sepenuhnya.
Tiap jenis isotop radioaktif memiliki waktu tertentu untuk setengah dari jumlah
atomnya meluruh. Ini disebut dengan waktu paro. Waktu paro mempunyai
rentang yang sangat luas, mulai dari beberapa detik hingga jutaan tahun.
Waktu paro yang panjang memberi arti bahwa atom tersebut meluruh secara
perlahan dan memancarkan radiasi dengan perlahan pula. Bila jumlah atom
suatu isotop radioaktif tertentu digambarkan terhadap waktu, akan diperoleh
kurva sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar III.1

Pusdiklat Batan

Proteksi Radiasi

Gambar III.1 Kurva peluruhan radioaktif


B. Besaran dan Satuan
Ada beberapa besaran untuk menandakan suatu bahan radioaktif:
1. Waktu paro adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu bahan radioaktif
untuk berkurang jumlah inti radioaktif nya menjadi setengahnya melalui
peluruhan. Satuan waktu paro biasanya dinyatakan dalam tahun, hari, jam,
menit, atau detik.
2. Aktivitas bahan radioaktif adalah

jumlah peluruhan per satuan waktu.

Satuannya adalah becquerel (Bq). Satu becquerel setara dengan peluruhan


satu atom atau satu disintegrasi per detik. Satuan lama dari aktivitas
adalah curie (Ci) dan konversi dari curie ke satuan Becquerel adalah : 1 Ci
= 37 GBq
Mengingat beberapa radioisotop meluruh lebih cepat daripada yang lain, yaitu
isotop dengan

waktu paro yang lebih pendek, massa yang sama dari

radioisotop yang berbeda dapat memiliki aktivitas yang sangat berbeda.


Aktivitas per satuan massa disebut aktivitas spesifik. Satuan yang paling umum
digunakan adalah Bq/g. Aktivitas spesifik untuk satu jenis radionuklida adalah
konstan.

Pusdiklat Batan

Proteksi Radiasi

BAB IV
RADIASI
Sebagaimana penjelasan terdahulu, inti tak-stabil pada akhirnya akan menjadi
lebih stabil dengan memancarkan partikulat dan/atau radiasi elektromagnetik.
Jenis radiasi yang dipancarkan akan bergantung pada jenis ketakstabilannya.
Bila suatu nukleus memiliki terlalu banyak neutron daripada jumlah protonnya
maka nukleus itu akan cenderung menjadi lebih stabil dengan mengubah
neutron menjadi proton dan memancarkan elektron. Elektron yang dipancarkan
dari nukleus disebut partikel beta (radiasi-). Pada umumnya, energi
elektromagnetik tambahan juga akan dipancarkan. Energi elektromagnetik dari
nukleus disebut radiasi gama (radiasi-).
Bila suatu nukleus memiliki banyak proton dan neutron, maka akan menjadi takstabil, radioaktif, dan cenderung menjadi lebih stabil dengan memancarkan
suatu partikel yang terdiri atas dua neutron dan dua proton. Partikel ini disebut
partikel alfa (radiasi-)
Beberapa bahan radioaktif juga memungkinkan memancarkan neutron. Bila
radionuklida pemancar- dicampur dengan bahan unsur ringan (contoh Beri lium) maka reaksi nuklir partikel dengan inti ringan dapat menyebabkan
pemancaran neutron (radiasi-neutron).
A. Ionisasi
Ada banyak jenis energi radiasi lain yang dapat memapari manusia, yang
meliputi cahaya, panas, gelombang radio, gelombang TV, ultra-violet, infra
merah, dan radiasi microwave. Perbedaan utama radiasi dari inti atom
dibandingkan radiasi ini adalah radiasi dari inti dapat menyebabkan ionisasi.
Ionisasi suatu atom terjadi bila elektronnya keluar dari atom netral sehingga
meninggalkan ion bermuatan positif (Gambar IV.1). Proses ionisasi ini memberikan keuntungan dan kerugian. Proses ini menguntungkan karena memungkinkan radiasi dapat dideteksi. Kerugiannya adalah ionisasi atom pada tubuh
Pusdiklat Batan

10

Proteksi Radiasi
manusia menyebabkan efek biologi yang berbahaya.

Gambar IV.1 Proses ionisasi.


B. Radiasi Alfa
Partikel alfa pada dasarnya adalah nukleus atom helium karena mempunyai
dua proton. Karena tergolong partikel berat dan memiliki muatan +2, partikel
alfa akan mengeluarkan energinya dalam jarak yang singkat terutama melalui
ionisasi. Pengertian dari hal ini adalah radiasi alfa berdaya tembus rendah, dan
dengan demikian juga mudah ditahan (shielded). Partikel alfa tidak dapat
menembus lapisan mati sel permukaan kulit dan oleh karena itu tidak
membahayakan selama radionuklida pemancar alfa tersebut berada diluar
tubuh. Tetapi bila bahan tersebut masuk ke dalam tubuh (melalui saluran
pencernaan atau pernapasan) maka partikel alfa dapat mengionisasi atomatom dalam sel hidup. Dengan demikian radionuklida pemancar alfa sangat
berbahaya jika telah masuk ke dalam tubuh. Pengertian lain dari kurangnya
daya tembus adalah radiasi alfa sulit untuk dideteksi, sehingga diperlukan
Instrumen khusus untuk mendeteksinya. Contoh radionuklida pemancar alfa
adalah uranium-238, uranium-235, thorium-232.
Sebagai ringkasan, radiasi alfa adalah :

berdaya tembus rendah, dan bahkan dapat ditahan dengan selembar


kertas,

mempunyai bahaya radiasi internal yang signifikan

Pusdiklat Batan

11

Proteksi Radiasi

hanya dapat dideteksi dengan instrumen khusus.

Gambar IV.3 Daya tembus radiasi eksternal: alfa, beta, dan gama.

C. Radiasi Beta
Partikel beta, yang terdiri atas elektron, sangat kecil dan ringan dibandingkan
dengan partikel alfa. Oleh karena itu partikel beta mempunyai daya tembus
yang lebih besar tapi laju ionisasinya jauh lebih sedikit daripada partikel alfa.
Rentang penembusan (penetration) partikel beta bergantung pada energinya
dan kerapatan bahan yang dilalui. Energi rata-rata partikel beta tidak akan
menembus lembaran tipis logam, dan hanya akan melintas sekitar 10 mm
dalam jaringan. Maka, radionuklida pemancar-beta berbahaya untuk kulit dan
mata serta sama berbahayanya jika telah masuk dalam tubuh. Kemudahan
mendeteksi radiasi beta bergantung pada energinya. Walaupun demikian,
kecuali energi terendahnya, semuanya dapat dideteksi dengan relatif mudah.
Pusdiklat Batan

12

Proteksi Radiasi
Contoh radionuklida pemancar beta adalah carbon-14, strontium-90.
Sebagai ringkasan (Gambar IV.2), radiasi beta adalah :

berdaya tembus lebih besar daripada partikel alfa, tetapi dapat ditahan
oleh selembar logam,

berbahaya eksternal pada kulit dan mata,

berbahaya internal, dan

pendeteksiannya bergantung pada energi radiasinya.

D. Radiasi Gama
Radiasi gama merupakan radiasi elektromagnetik serupa radiasi radar, radio,
TV, microwave, cahaya, ultra-violet, dan infrared. Tetapi radiasi gama memiliki
energi yang lebih besar, frekuensi yang lebih besar, dan panjang gelombang
yang lebih pendek dibandingkan radiasi yang serupa tersebut. Radiasi gama
juga menyebabkan ionisasi secara tidak langsung sementara radiasi lain
tersebut tidak mengion sama sekali. Sinar-X secara umum dapat dianggap
sebagai sinar gama energi rendah yang merupakan produksi alat dan bukan
berasal dari atom radioaktif.
Radiasi gama berdaya tembus sangat besar bergantung pada energi
radiasinya. Bahan berkerapatan besar, atau bahan yang bervolume besar,
diperlukan untuk menahan (shield) radiasi gama. Dengan kata lain, radiasi
gama relatif sangat mudah untuk menembus tubuh.
Sebagai ringkasan (Gambar IV.7), radiasi gama:

berdaya tembus sangat besar,

berbahaya eksternal dan internal, dan

mudah dideteksi pada tingkatan yang rendah.

E. Radiasi Neutron
Selain ada di dalam nukleus, neutron bebas juga dapat ditemui dalam bentuk
berkas radiasi. Neutron memiliki kekhasan dibandingkan radiasi lainnya, yakni
hanya berinteraksi dengan inti lainnya (reaksi nuklir). Interaksi ini dapat berupa:

Pusdiklat Batan

13

Proteksi Radiasi

Hamburan elastik. Sebagai contoh, bila neutron menabrak atom


hidrogen (bahkan dalam air) neutron yang bergerak dan proton yang
diam berlaku seperti bola bilyar. Karena neutron dan proton bermassa
hampir sama, neutron akan dihentikan sepenuhnya pada tumbukan
berhadapan (central) dan proton akan menerima seluruh energi kinetik
neutron tersebut. Pada tumbukan menyamping (non-central), neutron
dan proton berbagi energi kinetik. Gerakan neutron melamban.

Hamburan inelastik. Sebagian energi kinetik neutron diserap oleh


nukleus sasaran yang diikuti pemancaran radiasi .

Penangkapan neutron. Neutron ditangkap oleh suatu nukleus dan


membentuk isotop baru sebagai reaksinya dengan nukleus tersebut.
Reaksi nuklir ini disebut aktivasi neutron, karena inti baru yang dihasilkan
bersifat radioaktif dan memancarkan radiasi karakteristik.

Jenis reaksi nuklir lainnya, termasuk fisi.

Neutron berdaya tembus sangat besar dan untuk dapat menahan dan mendeteksinya sangat bergantung pada energinya. Neutron dapat menyebabkan
kerusakan sel melalui ionisasi tak-langsung dan proses lainnya ketika mereka
melintasi tubuh.
Sebagai ringkasan, radiasi neutron:

berdaya tembus sangat besar, tetapi dapat ditahan oleh bahan


berhidrogen untuk neutron cepat, dan oleh kadmium atau boron untuk
neutron termal,

berbahya eksternal dan internal, dan

hanya dapat dideteksi dengan instrumen khusus.

Pusdiklat Batan

14

Proteksi Radiasi

BAB V
BESARAN DAN SATUAN RADIASI
Ada beberapa besaran dan satuan radiasi yang berlaku dalam proteksi radiasi.
Besaran yang diuraikan disini mengacu pada publikasi ICRP (International
Commission of Radiological Protection) dan IAEA (International Atomic Energy
Agency) [ 1 , 2 ]
A. Dosis Serap, D
Adalah jumlah energi yang diserap per satuan massa sebagai hasil dari
interaksi radiasi pengion dengan materi
Satuan dosis serap dalam SI adalah gray (Gy), yang sama dengan energi
deposisi sebesar 1 joule per kilogram (J/kg) dalam materi, yang dalam hal ini
adalah organ / jaringan, atau 1 Gy = 1 J/kg
Satuan lama dari dosis serap adalah erg/gram dengan nama khusus rad. Satu
rad setara dengan 100 erg/gram, dengan demikian 1 Gy = 100 rad.
Besaran dosis serap ini dapat digunakan untuk semua jenis radiasi pengion.
Dalam proteksi radiasi, efek biologi dari dosis serap satu gray dalam suatu
jaringan bergantung pada jenis dan energi radiasi, dan untuk itu digunakan
besaran lain yang disebut dosis terikat (equivalent dose).
B. Faktor bobot radiasi, wR
Untuk menunjukkan mutu radiasi, dalam kaitannya dengan akibat biologi yang
dapat ditimbulkannya, diperkenalkan istilah faktor bobot radiasi , wR.
Sebelumnya digunakan istilah faktor kualitas, Q [3]. Nilai faktor bobot radiasi
dipilih berdasarkan keefektifan relatif dalam menimbulkan akibat biologi yang
bersifat stokastik pada dosis rendah. Contoh efek stokastik adalah induksi
kanker, dengan kemungkinan timbulnya efek tersebut merupakan fungsi dosis
yang diterima.
ICRP [1] menetapkan nilai faktor bobot berdasarkan jenis dan energi radiasi

Pusdiklat Batan

15

Proteksi Radiasi
seperti tercantum dalam Tabel II.1. Jika tidak ada informasi nilai faktor bobot
maka kita masih diperbolehkan menggunakan faktor kualitas.
Tabel V.1 Faktor bobot radiasi, wR, menurut jenis dan energi radiasi [1]
Jenis dan rentang energi radiasi
1. Foton, untuk semua energi

wR
1

2. Elektron dan Muon, semua energi

3. Neutron, dengan energi


a. < 10 keV

b. 10 keV < energi 100 keV

10

c. 100 keV < energi

20

2 MeV

d.

2 MeV < energi 20 MeV

10

e.

> 20 MeV

4. Proton, selain proton rekoil, dengan


energi > 2 MeV

5. Partikel alfa

20

C. Dosis Tara, HT
Dalam proteksi radiasi, besaran dosimetri yang lebih bermakna adalah dosis
rata-rata dalam organ yang telah dibobot, yang disebut dengan dosis tara
dalam organ T, dan ditentukan melalui persamaan :
HT,R = wR. DT,R
Dengan DT,R adalah dosis serap yang dirata-ratakan untuk daerah organ atau
jaringan T, yang disebabkan oleh radiasi R.

Jika medan radiasi terdiri dari

beberapa jenis dan energi radiasi dengan faktor bobot radiasi berbeda-beda,
maka dosis tara total menjadi :
HT = wR. DT,R
R

Karena faktor bobot tidak berdimensi, maka satuan dosis tara sama dengan
satuan dosis serap, yaitu J/kg. Namun demikian untuk membedakan antara
keduanya, diberikan nama khusus untuk satuan dosis tara yaitu sievert (Sv).
Pusdiklat Batan

16

Proteksi Radiasi
Satuan lama untuk dosis tara adalah rem, dan hubungan antara keduanya
adalah satu sievert setara dengan 100 rem, atau 1 Sv = 100 rem.
D. Faktor bobot jaringan dan dosis efektif
Hubungan antara kemungkinan terjadinya akibat stokastik dengan dosis tara
ternyata juga bergantung pada kepekaan organ atau jaringan yang tersinari.
Oleh karena itu, untuk menunjukkan akibat stokastik total yang berasal dari
berbagai dosis pada berbagai organ yang berbeda dianggap perlu untuk
mendefinisikan besaran lain yang diturunkan dari dosis tara, yaitu dengan
memberikan bobot pada dosis tara di setiap organ. Faktor bobot yang
digunakan untuk dosis serap dalam setiap organ T disebut faktor bobot
jaringan, wT. Faktor ini ditunjukkan dalam Tabel V.2
Tabel V.2. Faktor bobot jaringan, wT [1]
Jenis jaringan / organ
Gonad

wT
0,20

Sumsum merah tulang

0,12

Usus besar

0,12

Paru-paru

0,12

Lambung

0,12

Bladder (kandung kemih)

0,05

Payudara

0,05

Hati

0,05

Oesophagus

0,05

Thyroid (kelenjar gondok)

0,05

Kulit

0,01

Permukaan Tulang

0,01

Organ sisa

0,05

Nilai wT dalam Tabel V.2 dikembangkan menggunakan manusia acuan dengan


jumlah populasi yang sama untuk pria dan wanita, dan meliputi rentang umur
yang lebar. Untuk keperluan perhitungan, yang dimaksud dengan organ sisa
adalah adrenal, otak, usus besar atas, usus kecil, ginjal, otot, pankreas, spleen
Pusdiklat Batan

17

Proteksi Radiasi
(limpa), thymus dan uterus.
Nilai wT yang ditentukan tersebut diatas dipilih agar setiap dosis tara yang
diberikan merata di seluruh tubuh menghasilkan dosis efektif dengan nilai
sama dengan dosis tara yang merata itu. Jumlah faktor bobot jaringan untuk
seluruh tubuh sama dengan satu. Apabila organ T yang mempunyai faktor
bobot jaringan wT diberi dosis tara HT, maka dosis efektifnya adalah
HE = H T wT
Apabila penyinaran terjadi di seluruh tubuh, maka dosis efektif yang diterima
oleh tubuh sama dengan
(HE)ST = HT wT = HST
E. Dosis tara terikat
Dosis tara terikat adalah besaran yang digunakan untuk memperkirakan dosis
yang diterima seseorang dari radiasi yang dipancarkan oleh radionuklida yang
ada dalam tubuh. Jika unsur radioaktif masuk dan terdeposit di dalam tubuh,
maka jaringan tubuh akan menerima sejumlah dosis tertentu. Besarnya dosis
ini merupakan fungsi dari berbagai faktor antara lain jenis radionuklida, waktu
paro dan metabolisme radionuklida tersebut di dalam tubuh. Untuk penentuan
batas masukan tahunan, ICRP menerapkan perhitungannya melalui dosis tara
total pada organ yang akan diterima dalam selama 50 tahun setelah masuknya
radionuklida ke dalam tubuh. Dosis terikat yang dihitung melalui cara ini disebut
sebagai dosis tara terikat, HT(50). Untuk anggota masyarakat, periode waktu
yang digunakan untuk perhitungan dosis adalah 70 tahun.
F. Dosis Efektif Terikat
Jumlah dari dosis tara terikat dalam setiap organ atau jaringan dikalikan dengan
faktor bobot jaringannya akan menghasilkan dosis efektif terikat , atau
E(50) = wT. HT (50)

Pusdiklat Batan

18

Proteksi Radiasi
G. Dosis kolektif
Dosis kolektif diperlukan dalam menyatakan efek radiasi pada sekelompok
orang. Dalam hal ini ICRP dalam publikasinya [1] telah menetapkan besaran
dosis tara kolektif, ST, dan dosis efektif kolektif, S.
Dosis tara kolektif

merupakan hasil penjumlahan dari dosis tara perorangan

yang diterima oleh sekelompok orang, sedangkan dalam dosis efektif kolektif
yang dijumlahkan adalah dosis efektif.
Satuan untuk kedua jenis besaran tersebut adalah

orang-sievert (person-

sievert)

Pusdiklat Batan

19

Proteksi Radiasi

BAB VI
EFEK BIOLOGI RADIASI
A. Radiasi alamiah
Semua makhluk hidup di bumi ini mendapat paparan radiasi pengion secara
terus menerus dari alam. Sumber paparan ini antara lain sinar kosmik,
radionuklida terestrial yang ada dalam lapisan kerak bumi, dalam bahan
bangunan dan dalam udara, air dan makanan serta dalam tubuh manusia itu
sendiri. Beberapa dari paparan ini besarnya konstan dan sama untuk semua
orang dimanapun, misalnya dosis dari ingesi K-40 dalam makanan. Lainnya
bervariasi bergantung pada lokasi. Sinar kosmik misalnya, jauh lebih besar
pada tempat yang lebih tinggi, dan konsentrasi uranium dan thorium dalam
tanah menjadi tinggi pada area tertentu. Paparan radiasi juga dapat bervariasi
sebagai akibat dari kegiatan dan pekerjaan manusia. Contohnya bahan
bangunan dan sistem ventilasi sangat mempengaruhi tingkat radiasi gas radon
radioaktif beserta turunannya di dalam gedung, yang dapat menambah
penerimaan dosis akibat inhalasi.
Tabel VI.1 menunjukkan dosis radiasi latar alamiah tahunan yang dikutip dari
IAEA [4]. Besarnya dosis efektif pada suatu lokasi sangat bervariasi bergantung
pada konsentrasi radionuklida di lingkungan dan di dalam tubuh, posisi dan
ketinggian

(latitude and altitude) lokasi tersebut, dan banyak lagi

faktor

lainnya.
Dosis efektif per kapita tahunan ditentukan melalui penjumlahan beberapa
komponen, sebagaimana terlihat dalam Tabel VI.1. Secara global, dosis efektif
tahunan per kapita dari sumber radiasi alamiah adalah 2,4 mSv. Tetapi rentang
dosis individual nya sangat luas. Dalam suatu populasi, sekitar 65%
diperkirakan akan menerima dosis efektif tahunan antara 1mSv sampai 3 mSv,
25% dari populasi akan menerima dosis efektif tahunan < 1mSv dan 10% akan
menerima dosis efektif tahunan > 3 mSv.

Pusdiklat Batan

20

Proteksi Radiasi
Tabel VI.1 Dosis Efektif Tahunan dari Radiasi Latar Alamiah [ 4]

External

Sinar kosmik

Dosis Efektif (mSv/tahun)


Rerata
Rentang
0,4
0,3 1,0 a

Internal

Sinar gamma terestrial


Inhalasi (radon)

0,5
1,2

0,3 0,6 b
0,2 10 c

Ingesi (K-40)

0,3
2,4

0,2 0,8 d
1 - 10

TOTAL
Catatan :
a

: rentang dari sea level to ground elevation

: bergantung pada komposisi radionuklida dari tanah dan bahan

bangunan
c
d

: bergantunga pada akumulasi gas radon dalam ruang


: Bergantung pada komposis radionuklida dalam makanan dan air

minum
B. Radiasi latar buatan
Selain radiasi alamiah, manusia juga akan menerima radiasi latar dari berbagai
sumber radiasi buatan. Kontribusi yang paling besar dari radiasi buatan ini
adalah dari bidang medis, misalnya penggunaan radiasi untuk diagnosis. Data
UNSCEAR (United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic
Radiation)

menunjukkan radiasi rerata dari sumber radiasi buatan adalah

sekitar 0,3 mSv/tahun. Di negara industri yang sedang berkembang,


rentangnya sekitar 1 2 mSv/tahun.
Untuk kontribusi dosis dari unsur lain sulit ditentukan reratanya, karena
walaupun signifikan tapi hanya dapat diaplikasikan untuk populasi tertentu,
misalnya dosis dari penerbangan, radioterapi, bahan bangunan tertentu, gas
alam. Reaktor nuklir diperkirakan akan memberikan kontribusi pada dosis
efektif sebesar 100 sampai 200 Sv/tahun untuk populasi yang paling dekat
dengan fasilitas.
C.Efek Somatik dan Genetik
Dosis radiasi dapat diterima oleh seseorang atau organ / jaringan tertentu
Pusdiklat Batan

21

Proteksi Radiasi
dengan cara sekaligus pada laju dosis tinggi atau dengan cara sedikit demi
sedikit pada laju dosis rendah. Dosis yang diterima dengan cara sekaligus
tinggi disebut dengan dosis penyinaran akut (acute), sedangkan yang diterima
dengan cara sedikit demi sedikit disebut dosis penyinaran kronis (chronic).
Dosis penyinaran akut dapat mengakibatkan sel jaringan yang terkena menjadi
rusak dan tidak lagi berfungsi, selain itu juga dapat menyebabkan perubahan
sifat sel. Efek dari dosis akut timbul dalam waktu yang singkat sedangkan efek
dari dosis kronis timbul dalam selang waktu yang cukup lama setelah
penyinaran.
Jika dilihat dari segi kerusakan sel, maka akibat yang ditimbulkan dapat dibagi
menjadi akibat somatik dan akibat genetik. Akibat somatik dialami hanya
oleh mereka yang menerima penyinaran sedangkan akibat genetik dialami oleh
keturunan dari mereka yang mengalami penyinaran.
Ditinjau dari

waktu munculnya efek biologi akibat penyinaran, dapat dibagi

menjadi efek biologi jangka pendek atau sesaat

dan efek biologi jangka

panjang atau efek tertunda. Efek biologi sesaat

adalah efek biologi yang

langsung dialami oleh mereka yang terkena penyinaran, sedangkan efek biologi
tertunda muncul dalam waktu yang lama setelah penyinaran dan dialami baik
oleh yang bersangkutan ataupun keturunannya.
D. Efek biologi jangka pendek ( Sesaat )
Efek biologi radiasi sangat bervariasi bergantung pada berbagai faktor, antara
lain jumlah paparan, laju paparan, daerah yang teriradiasi, jenis radiasi dan
keragaman sifat biologi individu.
Efek biologi sesaat dapat terjadi jika dosis radiasi yang diterima cukup besar.
Pada laju dosis tinggi, besaran dosis yang paling berperan adalah dosis serap
(satuan : Gy). Faktor bobot radiasi,w R, dan faktor bobot jaringan , w T, akan
berperan dalam dosis rendah.
Ketika sel tubuh terkena radiasi pengion, maka akan terlihat gejala klinis. Gejala
dan efek ini dapat diklasifikasikan sebagai deterministik atau non-stokastik.
Pusdiklat Batan

22

Proteksi Radiasi
Efek deterministik adalah efek radiasi yang tingkat keparahannya merupakan
fungsi dari dosis dan untuk terjadinya efek ini ada dosis ambangnya. Jika dosis
yang diterima lebih kecil dari dosis ambang maka efek tidak akan terjadi.
Gambar VI.1 menunjukkan hubungan antara efek deterministik dengan dosis.
Kurva dalam gambar tersebut menunjukkan bahwa sampai batas dosis tertentu
efek nya dapat diabaikan. Tetapi dengan naiknya dosis, maka efek meningkat
sampai satu titik tertentu yang merupakan efek maksimum.

Gambar VI.1 Efek deterministik


Penyakit akibat radiasi dicirikan

melalui sejumlah gejala klinis yaitu diare,

muntah, mual, lesu, kurang darah, infeksi dan puncaknya adalah kematian.
Tabel VI.2 menunjukkan tingkat dosis untuk terjadinya efek jangka pendek
akibat irradiasi seluruh tubuh selama periode waktu singkat. Jika hanya
sebagian tubuh yang terirradiasi, maka perlu dosis yang lebih besar untuk
menghasilkan efek yang sama.
Dengan demikian, efek deterministik dapat dicirikan melalui tiga hal, yaitu :
1. Adanya dosis ambang yang menyebabkan suatu efek deterministik
tertentu dapat terlihat
2. Tingkat keparahan efek ini akan bertambah dengan meningkatnya dosis
diatas dosis ambang
3. Umumnya timbul tidak begitu lama setelah radiasi (paparan) dan ada
keterkaitan yang jelas antara penyebab dan akibat

Pusdiklat Batan

23

Proteksi Radiasi

Tabel VI.2 Dosis untuk Efek Biologi Akut [4]


Efek akibat radiasi
Tidak ada efek yang terlihat

Dosis serap ( Gy )
0,25

Perubahan sel darah, tidak ada penyakit

1,00

Penyakit akibat radiasi, tidak ada kematian

2,00

Kematian sampai 50% dari yang terirradiasi 4,50


Kematian

sampai

100%

dari

yang 10,00

terirradiasi
Contoh dari efek somatik deterministik adalah katarak pada lensa mata,
terhambatnya produksi sel pada sumsum tulang yang menyebabkan kelainan
haematologi, kerusakan sel gonad yang dapat menyebabkan kemandulan.
Pencegahan terjadinya efek deterministik dapat dilaksanakan dengan cara
menetapkan batas dosis tara pada tingkat yang cukup rendah sehingga tidak
ada dosis ambang yang dicapai meskipun penyinaran diterima seumur hidup
atau selama masa tugas.
E. Efek Biologi Jangka Panjang ( Tertunda )
Efek biologi jangka panjang yang utama dari dosis yang diterima dalam periode
waktu yang lebih panjang adalah meningkatnya resiko kanker dan keparahan
efek bawaan pada keturunan (efek genetik)
Induksi

kanker

merupakan

efek

stokastik,

yaitu

efek

biologi

yang

kebolehjadian terjadinya merupakan fungsi dosis, tanpa batas ambang. Jadi


kemungkinan seseorang mengalami efek stokastik tertentu menjadi lebih besar
bila dosis penyinaran yang diterimanya bertambah besar pula. Bentuk
dari fungsi respon dosis tidak tetap, bisa berbentuk sigmoidal, ataupun linier
dan digambarkan pada Gambar VI.2

Pusdiklat Batan

24

Proteksi Radiasi

Gambar VI.2 Efek Stokastik


Beberapa organ mempunyai kepekaan yang cukup tinggi terhadap kanker
sementara yang lain tidak. Tingkat kepekaan organ ini digambarkan melalui
faktor bobot jaringan, wT. Semua kanker akibat radiasi mempunyai periode
laten yang panjang sebelum kemunculannya.
Seseorang dalam masyarakat mempunyai kemungkinan memperoleh kanker
meskipun

ia

tidak

mengalami

penyinaran

radiasi.

Namun

demikian,

bertambahnya dosis penyinaran memperbesar kebolehjadian munculnya


kanker dalam masyarakat. Dalam proteksi radiasi, karsinogenesis dianggap
sebagai resiko somatik utama yang bersifat stokastik

dan

efek genetik

dianggap bersifat stokastik.


Secara ringkas, efek stokastik dapat dicirikan melalui beberapa hal yaitu :
1. Tidak mempunyai dosis ambang
2. Timbul setelah melalui masa tenang yang cukup lama
3. Tingkat keparahan tidak dipengaruhi oleh dosis radiasi
4. Peluang atau kemungkinan terjadinya bergantung pada besarnya dosis
radiasi yang diterima
Mengingat semua hal diatas, maka proteksi radiasi harus ditujukan untuk dapat
sekaligus :
1. Mencegah terjadinya efek deterministik yang membahayakan kesehatan
seseorang dan
2. Mengurangi frekuensi terjadinya efek stokastik ke tingkat yang cukup
rendah sehingga dapat diterima oleh setiap anggota masyarakat.

Pusdiklat Batan

25

Proteksi Radiasi

BAB VII
APLIKASI PROTEKSI RADIASI
Tujuan dari proteksi radiasi adalah memberikan perlindungan kepada
seseorang ataupun masyarakat dan lingkungan terhadap kemungkinan
memperoleh dampak yang merugikan dari pemanfaatan radiasi pengion. Agar
dapat mencapai tujuan tersebut maka segala kegiatan yang melibatkan sumber
radiasi harus didasarkan oleh beberapa pertimbangan antara lain

manfaat,

resiko termasuk biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang akan diperoleh
dari suatu kegiatan tersebut.
A. Prinsip Proteksi Radiasi
Dengan didasarkan pada azas umum tersebut diatas, ICRP telah menyusun
prinsip proteksi radiasi yang terdiri dari tiga unsur [ 2 ], yaitu :
1. JUSTIFIKASI yaitu semua kegiatan yang melibatkan penyinaran radiasi
hanya dilakukan apabila menghasilkan nilai lebih atau memberikan manfaat
yang nyata (azas manfaat).
Justifikasi dari suatu rencana kegiatan atau operasi yang melibatkan
penyinaran

radiasi

dapat

ditentukan

dengan

mempertimbangkan

keuntungan dan kerugian dengan menggunakan analisa untung-rugi untuk


meyakinkan bahwa akan terdapat keuntungan lebih dari dilakukannya
kegiatan tersebut.
2. OPTIMASI yaitu semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya
yang dapat dicapai (As Low As Reasonably Achievable : ALARA) dengan
mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial
Syarat ini menyatakan bahwa kerugian/kerusakan dari suatu kegiatan yang
melibatkan radisi harus ditekan serendah mungkin dengan menerapkan
peraturan proteksi. Dalam pelaksanaannya, syarat ini dapat dipenuhi
misalnya dengan pemilihan kriteria disain atau penentuan nilai batas/tingkat
Pusdiklat Batan

26

Proteksi Radiasi
acuan bagi tindakan yang akan dilakukan.
3. LIMITASI yaitu semua dosis tara yang diterima oleh seseorang tidak boleh
melampaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan.
Pembatasan ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa tidak ada seorangpun
menghadapi resiko radiasi yang tidak dapat diterima, baik efek deterministik
ataupun stokastik, akibat dari upaya pemakaian dalam keadaan normal.
B.Pembatasan Dosis
Salah satu prinsip proteksi radiasi adalah pembatasan dosis yang diterima
seseorang. Dalam hal ini telah ditetapkan suatu nilai batas yang disebut
sebagai Nilai Batas Dosis (NBD).

IAEA dalam Basic Safety Standard [

mendefinisikan NBD sebagai suatu nilai dosis efektif atau dosis tara yang
diterima seseorang dari kegiatan kerjanya dengan radiasi, yang tidak boleh
dilampaui
NBD yang diterapkan di Indonesia ditetapkan berdasarkan SK Dirjen BATAN
No. PN 03/160/DJ/89 yang kemudian diganti menjadi SK Ka. BAPETEN No.
01/Ka-BAPETEN/V-1999 : Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi,
yang mengacu pada rekomendasi ICRP No. 26 tahun 1977 dan Safety Series
IAEA No. 9 tahun 1983. Besarnya NBD tersebut dicantumkan dalam Tabel
VII.1
Tabel VII.1 Nilai Batas Dosis Tahunan
Dosis Efektif

Pekerja radiasi

Masyarakat
5 mSv

Penyinaran seluruh tubuh:


1. untuk pekerja radiasi

Anggota

50 mSv

2. untuk wanita hamil / 10 mSv a


janin
Penyinaran lokal :
1. Rata-rata untuk setiap organ

500 mSv

50 mSv

2. Lensa mata

150 mSv

15 mSv

3. Kulit

500 mSv

50 mSv

4. Tangan, lengan, kaki

500 mSv

50 mSv

Pusdiklat Batan

27

Proteksi Radiasi
Catatan :
a

: terhitung sejak dinyatakan mengandung hingga saat kelahiran

Selain pembatasan dosis dalam Tabel VII.1, juga diatur pembatasan


penerimaan dosis untuk para Siswa dan Magang serta untuk penyinaran
khusus yang direncanakan, yaitu :
1. Untuk para Siswa dan Magang :
-

50 mSv/tahun untuk usia > 18 tahun

15 mSv/tahun untuk usia antara 16 -18 tahun

5 mSv/tahun untuk usia < 16 tahun

2. Untuk penyinaran khusus direncanakan :


- 2 kali NBD per kegiatan atau
- 5 kali NBD untuk seumur hidup,
dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
a. dosis yang diterima pada tahun sebelumnya harus < NBD
b. belum pernah mengalami kecelakaan atau kedaruratan yang
mengakibatkan penerimaan dosis total > 5 NBD
c. bukan wanita usia subur
d. pekerja radiasi mengetahui resiko yang akan dihadapi
e. pekerja radiasi tidak menolak tugas tersebut
Seiring dengan berkembangnya ilmu proteksi radiasi, ICRP telah melakukan
peninjauan ulang terhadap NBD. Dalam rekomendasi ICRP No. 60 tahun 1990,
pembatasan dosis lebih diperketat dengan didasarkan pada beberapa
pertimbangan, antara lain :
-

faktor resiko untuk efek stokastik ternyata lebih tinggi dari yang
diperhitungkan semula

penerimaan dosis total selama masa kerja juga diperhitungkan

NBD yang direkomendasikan oleh ICRP tersebut tercantum dalam Tabel VII.2
Penetuan penerapan NBD ini tidak hanya ditentukan oleh masalah sains saja.
Pusdiklat Batan

28

Proteksi Radiasi
Keputusan akhir pada dasarnya dipengaruhi oleh pertimbangan politis dan
ekonomi yang merupakan bagian dari suatu proses penetapan peraturan yang
berlaku secara nasional.
Tabel VII.2 NBD menurut rekomendasi ICRP NO. 60 / 1990
Pekerja radiasi

Siswa

& Masyarakat

Magang
Dosis efektif

20mSv/tahun
rata-rata

selama satu tahun

5 tahun a
efektif 50 mSv c

Dosis

(16 18 tahun )
6 mSv dalam 1 mSv dalam
satu tahun b

50 mSv

15 mSv

maksimum dalam satu


tahun
Dosis tara tahunan :
-

untuk

lensa 150 mSv

mata

500 mSv

150 mSv

50 mSv

untuk kulit

500 mSv

150 mSv

untuk tangan &

kaki
Catatan :
a

: untuk pekerja radiasi yang hamil perlu peraturan tambahan

: pada kondisi khusus, diperkenankan untuk menerima 5 mSv dalam


satu tahun, dengan memperhitungkan dosis rerata selama 5 tahun
tidak melebihi 1 mSv per tahun
c

: dengan memperhitungkan penerimaan dosis di tahun-tahun

berikutnya
C. Proteksi Radiasi Eksterna
Salah satu upaya proteksi radiasi untuk membatasi penerimaan dosis
perorangan adalah dengan melakukan pengawasan terhadap penerimaan
dosis. Hal ini dapat dilakukan melalui proteksi terhadap radiasi (eksterna) dan
Pusdiklat Batan

29

Proteksi Radiasi
proteksi terhadap kontaminasi (eksterna dan interna)
Faktor utama dalam melindungi tubuh manusia dari radiasi eksterna, yaitu
radiasi yang sumbernya berada di luar tubuh manusia, adalah waktu
penyinaran,

jarak

antara

sumber

dan

manusia

serta

digunakannya

penahan/perisai terhadap radiasi pengion.


1. Waktu
Besarnya dosis yang diterima seseorang berbanding lurus dengan lama waktu
orang tersebut berada di medan radiasi tersebut, atau
Dosis = Laju dosis x waktu penyinaran
Ini berarti bahwa apabila seseorang ingin agar dosis radiasi yang diterimanya
serendah mungkin, maka waktu yang digunakan (untuk mengerjakan sesuatu)
harus sesingkat mungkin.
2. Jarak
Laju paparan radiasi berkurang dengan bertambahnya jarak dari sumber
radiasi, dengan demikian dosis total yang diterimapun akan berkurang dengan
bertambahnya jarak. Untuk sumber radisi pemancar gamma berdimensi kecil,
dosis berbanding terbalik dengan kuadrat jarak.
Pada umumnya disain jarak dari bungkusan bahan radioaktif mempunyai fungsi
untuk menambah jarak agar dapat mengurangi laju dosis pada permukaan
bungkusan.
3. Perisai radiasi
Pemakaian bahan perisai diantara sumber dengan manusia juga akan
mengurangi dosis yang diterima dan biasanya cara ini lebih banyak digunakan
karena lebih mudah dan kondisi keselamatan lebih terjamin.
Jumlah atau ketebalan perisai yang dibutuhkan bergantung pada jenis radiasi,
aktivitas sumber dan laju dosis yang dikehendaki diluar atau dibalik bahan
pelindung. Pengurangan laju dosis berbanding secara eksponensial dengan
ketebalan bahan perisai. Untuk radiasi gamma, bahan padat seperti timbal dan
baja adalah yang paling efektif, dan oleh karena itu, bahan ini banyak
digunakan dalam disain bungkusan.
Pusdiklat Batan

30

Proteksi Radiasi
D. Proteksi Kontaminasi dan Radiasi Interna
Sebelum membahas lebih lanjut, perlu adanya pemahaman yang jelas tentang
perbedaan radiasi dan kontaminasi. Radiasi adalah partikel atau energi yang
dipancarkan dari bahan radioaktif (atau dari alat pembangkit misalnya pesawat
Sinar-X).

Kontaminasi

adalah

bahan

radioaktif

yang

tidak

diinginkan

keberadaannya. Kontaminan dapat berupa serbuk, cairan atau gas.


1. Wadah
Pada umumnya bahan radioaktif disimpan dalam suatu wadah. Wadah ini dapat
bermacam-macam, dari vial gelas hingga kapsul stainless-steel. Kontaminasi
umumnya terjadi jika wadah tersebut rusak atau hancur dikarenakan suatu
sebab. Jika kontaminasi telah terjadi di luar wadah maka kontaminan tersebut
akan menyebar dengan cepat dan mudahnya. Oleh karenanya, metode utama
untuk pengawasannya adalah dengan menjaga bahan radioaktif tersebut tetap
berada ditempatnya.
2. Kontaminasi eksterna dan interna pada personel
Jika kontaminasi telah berada diluar daerah kendali, maka kemungkinan kontak
dengan personel menjadi sangat besar. Selama bahan radioaktif tersebut
berada di luar tubuh, sifatnya hanya merupakan kontaminasi eksterna, tapi
tetap perlu dilokalisasi dan dibersihkan. Keadaan akan menjadi lebih berbahaya
jika kontaminan telah masuk ke dalam tubuh.
Jika kontaminan telah di dalam tubuh, maka prinsip waktu, jarak dan penahan
radiasi tidak berlaku lagi disini. Biasanya, tubuh akan terus terpapari oleh dosis
tertentu sampai kontaminan tersebut keluar atau berkurang melalui peluruhan
radioaktif. Dalam hal tingkat bahaya, maka sumber pemancar alpha dan atau
beta, yang mempunyai daya tembus lemah tapi daya ionisasi tinggi, lebih
berbahaya di dalam tubuh dibandingkan dengan unsur pemancar gamma,
Oleh karena itu sangat penting untuk mencegah masuknya bahan radioaktif ke
dalam tubuh. Pencegahan dapat dilakukan melalui 3 (tiga) jalur masuk yaitu
mulut atau ingesi, hidung atau inhalasi dan luka yang terbuka di kulit. Contoh
dari upaya pencegahan antara lain :
Pusdiklat Batan

31

Proteksi Radiasi
1. membatasi jumlah bahan radioaktif yang akan ditangani sekecil mungkin
atau secukupnya, pada suatu waktu tertentu
2. mencegah tersebarnya bahan radioaktif di sumbernya, yaitu dengan cara
mewadahi dan mengungkungnya
3. pengawasan terhadap lingkungan dengan cara pengaturan ventilasi dan
kebersihan tempat kerja serta memisahkan daerah bersih dan daerah
kontaminasi
4. pengawasan

terhadap

pekerja

yaitu

dengan

cara

menyediakan

perlengkapan proteksi diri atau pakaian pelindung dan pelindung


pernafasan misalnya jas lab, sarung tangan, masker penutup mulut dan
atau hidung, serta menyediakan fasilitas untuk membersihkan diri dan
fasilitas pemonitoran
5. menerapkan prosedur kerja dengan benar dan ketat.
E. Pengendalian daerah kerja
Pembatasan akses masuk ke daerah kerja tertentu merupakan metode dasar
dari penerapan pengawasan terhadap radiasi dan kontaminasi. Metode ini
sangat diperlukan terutama dalam suatu kejadian kecelakaan. Untuk radiasi,
dalam daerah pengendalian orang dijauhkan dari sumber radiasi, dan dengan
demikian pengendalian bahaya radiasi dilakukan melalui jarak dan waktu.
Untuk kontaminasi, dalam daerah ini orang dijauhkan dari sumber radioaktif
terbuka. Mereka yang masuk ke dalam daerah inipun harus dilengkapi dengan
pakaian pelindung.
F. Program Proteksi Radiasi
Program proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang diterapkan untuk
menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja radiasi dan masyarakat dari
radiasi dan bahan radioaktif, serta meminimalisir dampak lingkungan. Program
proteksi radiasi harus ada dalam semua kegiatan yang memanfaatkan bahan
radioaktif. Program proteksi radiasi meliputi dosimetri perorangan bagi pekerja
Pusdiklat Batan

32

Proteksi Radiasi
radiasi yang terlibat, pemantauan terhadap laju dosis dan kontaminasi di
daerah kerja maupun lingkungan, serta program pelatihan pada personel yang
terlibat Semua data dari setiap kegiatan tersebut harus disimpan dalam suatu
dokumen atau rekaman data yang teratur dan sistematis.
G. Pengelolaan Limbah Radioaktif
Pengelolaan limbah radioaktif meliputi beberapa tahapan kegiatan yaitu
pengumpulan dan pengelompokan limbah, pengangkutan, pegolahan dan
penyimpanan.

Proteksi radiasi diterapkan dalam setiap tahapan kegiatan

tersebut, yang dilaksanakan oleh petugas proteksi radiasi (PPR) sebagai


bentuk pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan dari segi keselamatan
radiasi.
1. Pengumpulan dan pengelompokan limbah radioaktif
Limbah radioaktif dikumpulkan dan dikelompokan berdasarkan bentuk fisik
(cair, padat, gas) dan aktivitas limbah (rendah, sedang, tinggi). Dalam setiap
wadah limbah kemudian dicantumkan label yang berisi informasi tentang jenis
limbah, asal limbah, aktivitas atau laju dosis pada permukaan dan jarak 1 m
dari wadah. Proses pemilahan dilakukan dengan memperhatikan faktor waktu,
jarak dan penahan (proteksi radiasi eksterna) serta mencegah terjadinya
kontaminasi eksterna dan interna pada personel.
2. Pengangkutan limbah
Tahap kegiatan ini merupakan proses pemindahan limbah yang meliputi
kegiatan

pengepakan, pengiriman, penyimpanan (transit) dan penyerahan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terutama dalam hal

proteksi radiasi

adalah :
-

Wadah limbah harus diberi label yang berisi informasi tentang jenis
limbah, jenis radionuklida dan radiasinya, asal/sumber limbah, aktivitas
dan laju dosis

Jika terdapat potensi bahaya lainnya (misal explosive, iritasi, dll) harus
dicantumkan pula dalam label, sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Pusdiklat Batan

33

Proteksi Radiasi
-

Sarana dan prasarana pengangkutan limbah harus lengkap dan sesuai


dengan limbah yang diangkut, misal

mobil/truk pengangkut limbah,

penahan radiasi (shielding) bentuk rantang, lembaran atau apron,


kelengkapan kondisi darurat, dll
-

Petugas

pengangkut

limbah

radioaktif

harus

dilengkapi

dengan

perlengkapan proteksi dan pelindung diri yang sesuai dan lengkap,


misalnya

sarung

tangan,

masker,

pelindung

kepala,

dosimeter

perorangan dan alat ukur radiasi


-

Dosis yang diterima petugas pengangkut limbah tidak boleh melebihi 0,3
NBD yang diijinkan

Dokumen pengangkutan harus disiapkan dengan lengkap dan sesuai


dengan persyaratan pengangkutan yang berlaku

3. Pengolahan limbah
Pengolahan limbah radioaktif terdiri dari beberapa metode, antara lain
evaporasi, insenerasi, kompaksi, sementasi.

Beberapa hal yang perlu

diperhatikan :
-

Prinsip waktu, jarak dan penahan radiasi untuk proteksi radiasi eksterna
serta upaya pencegahan kontaminasi interna harus selalu diingat dan
diterapkan
menerapkan

dalam

pelaksanaan

sistem

kelompok

kegiatan,
yang

antara

bertugas

lain

dengan

bergiliran

untuk

penanganan limbah dengan potensi bahaya radiasi cukup tinggi,


pengecekan sistem ventilasi atau tekanan udara daerah kerja sebelum
dimulainya kegiatan, penggunaan perlegkapan pelindung diri.
-

semua petugas yang melaksanakan pengolahan limbah radioaktif harus


dilengkapi dengan alat pelindung diri yang sesuai dan lengkap, misalnya
baju kerja (coverall, jas lab), apron timbal, sepatu kerja,

pelindung

sepatu (shoe cover), sarung tangan, masker (kain, cembung, berfilter),


penutup kepala (kain, helm), dosimeter perorangan (pendose, TLD)

Pusdiklat Batan

34

Proteksi Radiasi
-

Semua data dan informasi yang berhubungan dengan keselamatan


radiasi harus dicatat dan didokumentasikan dengan rapi, antara lain
data laju dosis di daerah kerja, data pemantauan udara daerah kerja baik
sebelum, selama dan sesudah kegiatan, data limbah yang ditangani,
petugas pelaksana dan PPR yang bertanggung jawab.

4. Penyimpanan limbah
Limbah yang telah diolah akan disimpan di gudang penyimpanan (interim
storage) dalam kurun waktu tertentu, bergantung pada jenis limbah, unsur yang
terdapat didalamnya serta waktu paro unsur tersebut,
mencapai puluhan bahkan ratusan tahun.

yang lamanya bisa

Pada setiap wadah limbah hasil

olah, dicantumkan label yang berisi informasi tentang waktu pengolahan limbah
(tanggal, bulan dan tahun), jenis limbah, unsur yang ada dalam limbah, aktivitas
serta laju dosis.
Tidak sembarang orang boleh memasuki gudang penyimpanan ini, dan setiap
mereka yang memasuki daerah ini harus sepengetahuan penanggung jawab
gudang dan dilengkapi dengan alat pelindung diri, misalnya shoe cover,
masker, sarung tangan serta dosimeter perorangan.
Gudang penyimpanan limbah dipantau secara periodik, umumnya 3 bulan
sekali, maupun sewaktu-waktu jika diperlukan. Informasi yang diperoleh dari
hasil pemantauan dicantumkan dalam papan informasi radiasi yang dipasang
di koridor gudang, antara lain : tanggal pemantauan, nama ruangan, zona
daerah kerja, laju dosis berikut batasannya (Sv/jam) , besar kontaminasi
permukaan (, , ) dan batasannya (Bq/cm2).

Pusdiklat Batan

35

Proteksi Radiasi

DAFTAR PUSTAKA
1. INTERNATIONAL COMMISSION ON RADIOLOGICAL PROTECTION,
Recommendations of the International Commission on Radiological
Protection, Publication No. 60, Pergammon Press, Oxford and New York,
1990
2. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, International Basic Sefety
Standards for Protection against Ionizing Radiation and for the Safety of
Radiation Sources, Safety Series No. 115, IAEA, Vienna, 1996
3. INTERNATIONAL COMMISSION ON RADIOLOGICAL PROTECTION,
Recommendations of the International Commission on Radiological
Protection, Publication No. 26, Pergammon Press, Oxford, 1977
4. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Safe Transport of Radioactive Material, Training Course Series No. 1, 4th Edition, IAEA, Vienna (2006).
5. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Regulation for the Safe
Transport of Radioactive Material, Safety Standard Series, Safety
Requirements No. TS-R-1, IAEA, Vienna (2005).
6. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Advisory Materialfor the
IAEA Regulations for the Safe Transport of Radioactive Material (1996
Edition), Safety Standard Series No. TS-G-1.1, IAEA, Vienna (2002).
7. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Perkembangan Proteksi Radiasi
Dalam Pemanfaatn Tenaga Nuklir, Materi Rekualifikasi Petugas Proteksi
Radiasi Bidang Instalasi Nuklir, Jakarta (2005)
8. S. Wiryosimin, Mengenal Asas Proteksi Radiasi, Penerbit ITB, Bandung,
1995
9. KETENTUAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP RADIASI, Kepala
Bapeten, Keputusan Kepala Bapeten No. 01/Ka. Bapeten/V-1999.

Pusdiklat Batan

36

You might also like