You are on page 1of 51

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN NY.U DENGAN: HIPERTENSI


DI RUANG GEDUNG D LANTAI 3

Disusun oleh:
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim,
Puji syukur kehadirat allah SWT. Atas karunia dan nikmatnya sehingga makalah yang
berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.U DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULAR: HIPERTENSI DI RUANG MELATI YARSI dapat
diselesaikan.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok praktek kerja lapangan
pada program keahlian ilmu keperawatan.
Dalam kesempatan ini, penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Eddi supriadi, SIP., SKM., M.Mkes., selaku ketua yayasan SMK BHAKTI
KENCANA Ciawi;
2. Drs. Dadang Somantri, selaku kepala sekolah SMK BHAKTI KENCANA Ciawi;
3. Ibu Juanita F.Z, S.kep.Ners., selaku kepala program pendidikan (KAPRODI)
keperawatan SMK KESEHATAN BHAKTI KENCANA Ciawi;
4. Bapak Deden Muhamad A.MD,Kep., selaku pembimbing akademis dari SMK
KESEHATAN BHAKTI KENCANA Ciawi;
5. Bapak E. Permana selaku pembimbing lapangan YARSI;
6. Ibu Mimin Mintarsih, AMK., selaku kepala ruangan melati YARSI Tasikmalaya;
7. Seluruh rekan-rekan siswa program keahlian ilmu keperawatan SMK KESEHATAN
BHAKTI KENCANA C
iawi yang telah memberikan bantuan dan masukannya
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karena itu, kritik dan saran kami harapkan demi perbaikan selanjutnya.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Ciawi, 8 April 2011
Penyusun,

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN.

1. Latar Belakang..
2. Ruang Lingkup
3. Tujuan Penulisan.
4. Metode Penulisan
5. Sistematika Penulisan..
BAB II

TINJAUAN TEORITIS.

1. Pengertian
2. Anatomi dan Fisiologi.
3. Klasifikasi
4. Etiologi
5. Patofisiologi.
6. Factor predisposisi
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan

9. Konsep dasar asuhan keperawatan


10. Analisa data..
11. Diagnose keperawatan
12. Perencanaan
13. Implementasi
14. Evaluasi
BAB III

TINJAUA KASUS

1. Pengakajian..
2. Pemeriksaan fisik.
3. Pola aktivitas.
4. Pemeriksaan penunjang
5. Analisa data
6. Diagnose keperawatan.
7. Perencanaan..
8. Implementasi
9. Evaluasi

BAB IV

PEMBAHASAN

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan.
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. A.

Latar Belakang

Hipertensi adalah faktor risiko utama penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan


penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Data penelitian Departemen Kesehatan RI
menunjukkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan bahkan
cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan
sehat, mahalnya biaya pengobatan hipertensi, disertai kurangnya sarana dan prasarana
penanggulangan hipertensi.
Stroke, hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian,
dimana stroke menjadi penyebab kematian terbanyak 15,4%, kedua hipertensi 6,8%, penyakit
jantung iskemik 5,1%, dan penyakit jantung 4,6% (Hasil Riskesdas 2007). Data Riskesdas
2007 juga disebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden
komplikasi penyakit kardiovaskular lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan lakilaki (48%).
Demikian pernyataan Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia atau Indonesian Society of
Hipertension (InaSH) Dr. Adre Mayza, Sp.S(K) saat Pers Conference The 3rd Scientific
Meeting on Hypertension, Sabtu, 28 Februari 2009, Hotel Ritz Carlton Jakarta. Prevalensi
hipertensi yang tinggi terdapat baik pada populasi laki-laki maupun perempuan, di perkotaan
ataupun di pedesaan, dimana semakin tinggi usia semakin tinggi pula prevalensinya atau
bertambahnya usia kemungkinan terkena hipertensi juga menjadi lebih besar. Dr. Adre Mayza
mengatakan, untuk menanggulangi masalah hipertensi yang semakin meningkat,
Perhimpunan Hipertensi Indonesia (InaSH) yang terdiri dari para dokter spesialis
mengadakan pertemuan rutin tahunan untuk membuat Konsensus (berupa buku saku)
Penanggulangan Hipertensi dan meningkatkan kemampuan dokter umum dalam
penanggulangan hipertensi. Pertemuan kali ini merupakan ketiga kalinya yang dihadiri oleh
sekitar 1700 orang dari seluruh Indonesia. Tema pertemuan ini adalah Menurunkan angka
kematian dan kesakitan akibat penyakit kardiovaskular dan meningkatkan kualitas hidup
sebagai sasaran utama pengelolaan hipertensi, tambah Dr. Adre Mayza. Menurut Dr. Adre
Mayza, InaSH telah bekerjasama dengan Departemen Kesehatan RI untuk membangun
sistem penanggulangan hipertensi yang terintegrasi secara holistik dari berbagai tingkat
pelayanan dan berbagai bidang spesialisasi. Selain itu, InaSH juga akan membuat pelatihan
bagi dokter umum dalam mendiagnosis hipertensi yang benar, membuat laporan, melakukan
penelitian-penelitian dalam skala kecil maupun besar yang akan menjadi kredit poin untuk
meningkatkan karir atau melanjutkan pendidikan.
Berdasarkan laar belakang dan data tersebut si atas, penulis berpendapat bahwa hipertensi
masih memerlukan berbagai penanganan secara konprehensif dan keikutsertaan klien dan
keluarga sangat membantu dalam upaya memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Untuk
itu, penulis ingin mengetahui dan memahami lebih lanjut tentang penanganan/asuhan
terhadap klien dengan hipertensi yang tersusun sebagai karya tulis/makalah dengan judul
Asuhan keperawatan pada klien Ny. U dengan gangguan sistem kardiovaskular :
hipertensi di Ruangan Melati YARSI Daerah Kabupaten Tasikmalaya.
1. B.

Ruang Lingkup Penulisan

Ruang lingkup penulisan makalah ini terbatas pada pemberian asuhan keperawatan pada
klien Ny. U dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi di Ruang Melati YARSI
tasikmalaya meliputi tahap pengkajian, perencanaan, diagnosa, implementasi, dan evaluasi.
1. C. Tujuan Penulisan
2. 1.

Tujuan umum

Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular : hipertensi, secara komprehensipf meliputi aspek biopsikososio spiritual
1. 2.

Tujuan khusus

Melalui pendekatan proses keperawatan aspek biopsikososio spiritual diharapkan siswa


mampu:
1. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular: hipertensi
2. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah.
3. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai dengan
masalah yang diprioritaskan.
4. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang
telah diprioritaskan.
5. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan pada
klien hipertensi.
6. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
7. Mampu membahas kesenjangan yang terjadi antara teori yang diperoleh dengan studi
kasus/ penerapan di lapangan.
1. D.

Metode Penulisan

Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus, yaitu metode yang
memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang sedang berlangsung
melalui proses keperawatan. Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk memperoleh data
dan informasi dengan cara:
1. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan petugas kesehatan lain untuk
mendapatkan data subjektif dari klien.
1. Studi Dokumentasi

Data-data yang dudapatkan dari rekam medis klien di ruangan, seperti catatan keperawatan,
catatan dokter, dan tim kesehatan lain.
1. Studi Kepustakaan
Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis, baik mengenai konsep dasar penyakit
maupun konsep asuhan keperawatan.
1. Observasi
Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dan mengamati langsung
perubahan-perubahan yang terjadi untuk memperoleh data serat mencatat hal-hal penting
termasuk pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik meliputi:

Inspeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat apakah terdapat
luka, ada tidaknya hematom, dan lain-lain.

Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba, yaitu apakah ada
masa atau tidak.

Perkusi adalah pemeiksaan fisik dilakukan dengan cara mengetuk dengan


menggunakan reflek hammer.

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan mendengarkan dengan


menggunakan stetoskop.

1. E.

Sistematika Penulisan

Penulis membangi penulisan makalah ini dalam 5 Bab, yang terdiri dari:
Bab I
: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan teknik pengumpulan data, serta sistematika penulisan.
Bab II
: Tinjauan teoritis, yang terdiri dari konsep dasar yang terdiri dari definisi,
anatomi dan fisiologi, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, penatalaksanaan medis, dan
konsep dasar asuhan keperawatan.
Bab III
: Tinjauan kasus, yang terdiri dari 5 tahapan proses keperawatan mulai dari
pengakajian, dignosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Bab IV
: Pembahasan, yaitu berisi tentang kesenjanagn dari hasil yang didapatkan di
lapangan dengan teori yang ada, meliputi pengakajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
Bab V
: Penutup, berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap hasil asuhan
keperawatan pada klien Ny. U dengan gangguansistem kardiovaskular : hipertensi.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. A.

Definisi

Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan
tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan
darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140
mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997)
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat
bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan
tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hipertensi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih.

1. B.

Anatomi dan Fisiologi hipertensi

2. 1.

Anatomi
1. Jantung

Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat
pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea
midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
Atas- : pembuluh darah besar
Bawah- : diafragma
Setiap sisi : paruBelakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
1. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari
lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabangcabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya

Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia
lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.


Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika:

Aktivitas memompa jantung berkurang

Arteri mengalami pelebaran

Banyak cairan keluar dari sirkulasi

Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.


Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi
ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh
secara otomatis).
Perubahan fungsi ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air,
yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan
darah ke normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.

Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang
disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.
1. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol
dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila
kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi
umum, tekanan darah akan meningkat
1. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol
ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah
utama.
1. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali
lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada
tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran
tidak terjadi melalui ruang jaringan
1. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan
venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.
1. 2.

Fisiologi

Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen dalam sistem
arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah
yang kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk
reoksigenasi (Black, 1997)
1. C.

Klasifikasi Dan Manifestasi Klinis

Klasifikasi Hipertensi hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia


Kategori
Systole (mmHg)

Dan/atau

Diastole(mmHg)

<120

dan

<80

Normal

Prehipertensi
120-139

Atau

80-89

140-159

Atau

90-99

>=160

Atau

>=100

>=140

Atau

<90

Hipertensi tahap 1

Hipertensi tahap 2

Hipertensi sistol
terisolasi

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian,


gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain
yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat
ditengkuk, sulit tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.
Selain itu manifestasi klinik pada penderita hipertensi adalah sebagia berikut:

Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg

Sakit kepala

Epistaksis

Pusing / migrain

Rasa berat ditengkuk

Sukar tidur

Mata berkunang kunang

Lemah dan lelah

Muka pucat

Suhu tubuh rendah

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera.

1. D.

Etiologi

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
o Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport
Na.
o Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan
darah meningkat.
o Stress Lingkungan.
Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh
darah
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Hipertensi Esensial/Hipertensi Primer: yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na. Peningkatan Na dan Ca
intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti: obesitas, alkohol,
merokok serta polisitemia.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada
jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya
tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah
kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar
adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau
garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki
kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk
sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
1. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal. Hiperaldosteronisme primer dan sindrom cushing, feokromusitoma,
koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:


1. Penyakit Ginjal
o Stenosis arteri renalis
o Pielonefritis
o Glomerulonefritis
o Tumor-tumor ginjal
o Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
o Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
o Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
o Hiperaldosteronisme
o Sindroma Cushing
o Feokromositoma
3. Obat-obatan
o Pil KB
o Kortikosteroid
o Siklosporin
o Eritropoietin
o Kokain
o Penyalahgunaan alkohol
o Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
o Koartasio aorta
o Preeklamsi pada kehamilan

o Porfiria intermiten akut


o Keracunan timbal akut.

1. E.

Patofisiologi

1. F.

Faktor Predisposisi

2. Factor yang tidak dapat diubah

Usia, jenis kelmin, RAS, riwayat TIA dan stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi
atrium, heterozygote atau homozygote untuk homositinuria.

1. Factor yang dapat diubah

Hipertensi, Dm, hiperurisemia, merokok, pnyalahgunaan alcohol dan obat,


kontrasepsi oral, Ht meningakat, bruit karotis asimtomatis dan displidemia.

1. G.

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laborat
1.

i.
Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.

2.

ii.
BUN / kreatinin : memberikan informasi
tentang perfusi / fungsi ginjal.

3.

iii.
Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah
pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar
ketokolamin.

4.

iv. Urinalisa : darah, protein, glukosa,


mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.

5. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati


6. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal,perbaikan ginjal.
8. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup,pembesaran jantung.

1. H.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Non Farmakologis


o DietPembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.

o Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging,bersepeda atau berenang.
o Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

Mempunyai efektivitas yang tinggi.

Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.

Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

Tidak menimbulakn intoleransi.

Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.

Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi
rennin angitensin.

1. I.

Konsep dasar asuhan keperawatan

2. 1.

Proses keperawatan

Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal
ini disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan
keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien baik sebagai
individu, keluarga maupun mayarakat (Nursalam, 2001). Iyer et all (1996) mengemukakan
dalam proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
1)

Biodata

Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat,
no. medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.

2)

Riwayat kesehatan

a)

Keluhan Utama

Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing yang hebat.
b)

Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari
keluhan utama dengan menggunakan PQRST, yaitu:
P = paliative/provokatif; hal-hal yang menyebabkan bertambah/bekurannya keluhan utama.
Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing. Keluhan dirasakan semakin berat bila
melakukan aktivitas yang berat.
Q

= Quality/Quantity; tingkat keluhan utama.

= region; yaitu lokasi keluhan utama.

Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan di seluruh bagian
kepala
S
= savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai mengganggu aktivitas
atau tidak, seperti bargantug pada derajat beratnya.
T

= timing; yaitu kapan mulai muncul dan berapa lama berlangsungnya.

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan
dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
c)

Riwayat Kesehatan Dahulu

Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit jantung koroner, merokok,
penyalahgunaan obat, tingkat stress yang tinggi, dan gaya hidup yang kurang beraktivitas.
d)

Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat penyakit kronis/generative keluarga yang ada hubungannya dengan adanya penyakit
jantung, stroke, dan lain-lain.
e)

Aspek psikologis

Pada aspek psikologis, ditemukan adanya tingkat stress yang tinggi pada klien, emosi yang
labil.

f)

Aspek Sosial

Pada aspek social tidak ditemukan hubungan ketergantungan karena klien masih bisa
melakukan aktifitasnya namun agak sedikit terganggu.
g)

Aspek spiritual

Pada aspek ini, ditemukan adanya keterbatasan melakukan aktivitas keagamaan.

1. 2.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi:


1. Keadaan umum

Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (Nevrus IXII )gangguan penlihatan, gangguan ingatan

Mengkaji tanda-tanda vital

Kesadaran bisa compos mentis sampai mengalami penurunan keadaran kehilangan sensasi,
susunan saraf dikaji (I-XII) gangguan penglihatan, gangguan ingatan, tonus otot menurun dan
kehilangan reflek tonus, BB biasanya mengalami penurunan, tanda-tanda vital biasanya
melebihi batas normal.
Batas normal TTV menurut Hidayat, 2000 adalah sebagai berikut:

Umur

Suhu

Nadi

Pernafasan

TD

18th/lebih

37,0oC

70-75x/mnt

15-20x/mnt

120/80 mmHg

65th /lebih

36,0oC

70-75x/mnt

15-20x/mnt

140/90 mmHg

GCS (glaslow coma scale):


Respon membuka:

Spontan

Berdasarkan perintah verbal

Berdasarka rangsangan nyeri

Tidak member respon

Respon motorik:

Menurut perintah

Melikalisir rangsangan nyeri

Menarik/berlawanan rangsangan nyeri

Fleksi abnormal (terhadap nyeri)

Ekstensi (terhadap nyeri)

Tidak member respon

Respon verbal:

Orientasi baik

Konversi kacau (bicara bingung)

Kata-kata kacau (tidak sesuai)

Bersuara inkomprehensif (suara tidak ada kata) 2

Tidak memberikan respon

NILAI:
15

: Compos mentis

12-14 : Somnolen
8-11

: Soporus

3-7

: Coma

1. System pengindraan (penglihatan)


Pada kasus hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti penglihatan menurun, buta total,
kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan monokuler), penglihatan ganda,
(diplopia)/gangguan yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk melihat
objek, warna dan wajah yang pernah dikenali dengan baik.
1. System penciuman

Terdapat gangguan pada system penciuman, terdapat hambatan jalan nafas.


1. System pernafasan
Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki ( aspirasi sekresi)
1. System kardiovaskular
Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung atau kondisi jantung),
perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard infark, rematik atau penyakit jantung
vaskuler.
1. System pencernaan
Ketidakmampua menelan, mengunyah, tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri.
1. System urinaria
Terdapat perubahan system berkemih seperti inkontinensia.
1. System persarafan

Nevrus 1 Olfaktori (penciuman)

Nevrus II Optic (penglihatan)

Nevrus III Okulomotor ( gerak ekstraokuler mata, kontriksi dilatasi pupil)

Nevrus IV Trokhlear (gerak bola mata ke atas ke bawah)

Nevrus V Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot rahang)

Nevrus VI Abdusen (gerak bola mata menyamping)

Nevrus VII Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan)

Nevrus VIII Oditori (pendengaran)

Nevrus IX Glosovaringeal (gangguan pengecapan, kemampuan menelan, gerak lidah)

Nevrus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara)

Nevrus Asesori (gerakan kepala dan bahu)

Nevrus XII Hipoglosal (posisi lidah)

1. System musculoskeletal

Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi didapat klien merasa kesulitan
untuk melakuakn aktvitas karena kelemahan, kesemuatan atau kebas.
1. System integument
Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut.
1. J.

Analisa data

No.
Data focus
1.

Etiologi

Masalah

Medulla

Peningkatan
tekanan darah

DS:

Riwayat
hipertensi

Ateroskelosis

Penyakit jantung
koroner/katup dan
penyakit serebrovaskular

Epsodepalpitasi

Perpirasi

Saraf simpatis
Ganglia simpatis
Tekanan darah
Kontriksi
Peningkatan tekanan darah

DO:

2.

Kenaikan TD

DS:
Peningkatan CO

Kelemahan

Letih

Nafas pendek

Peningkatan afterload
Frekuensi jantung meningkat
Kelelahan

Gaya hidup
monoton
DO:

Aktivitas terhambat

Frekuensi jantung
meningkat

Tachipnea

Perubahan irama

Intoleransi
aktivitas

jantung

3.

Takipnea

DS:
Saraf simpatis

Keluhan
pusing/pening, berdenyut

Sakit kepala
suboksipital

Gangguan rasa
nyaman:
nyeri(sakit) kepala

Ach
Saraf pasca ganglion
Aorepinefrine

Gangguan
penglihatan

Konriksi

DO:

Sakit kepala

Perubahan
keterjagaan

4.

Afek

Orientasi

Proses piker

DS:
Ginjal/rennin

Gangguan ginjal
(infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit gnjal
sebelumnnya)

Potensial
perubahan perfusi
jaringan

Angiotention I
Angiotension II

DO:

Aldosteron

Gangguan pola
eliminasi

Retersi Na dan H2O


Intravascular
Perubahan perfusi jaringan

1. K.

Diagnosa keperawatan

2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan


afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi
1. L.

Perencanaan

1. Diagnosa Keperawatan 1. :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah /
beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang
dapatditerima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam
rentangnormal pasien.
Intervensi :
o Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
o Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
o Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
o Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
o Catat edema umum.
o Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
o Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
o Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
o Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher
o Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
o Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
o Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
o Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.

Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2.
Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan /
diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :
o Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter
:frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatanTD,
dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,pusig
atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasienterhadap stress,
aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung).
o Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan /
kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian padaaktivitas dan
perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahatpenting untuk memajukan
tingkat aktivitas individual).
o Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsioksigen
miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang
ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba pada kerja
jantung).
o Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan
energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen).
o Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.(Seperti
jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas danmencegah
kelemahan).
Diagnosa Keperawatan 3. :
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :
o Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
o Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
o Batasi aktivitas.
o Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
o Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.

o Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi
nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.
Diagnosa keperawatan 4. :
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi.
Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria Hasil : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti
ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala,
pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Intervensi :
o Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.
o Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia.
o Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
o Amati adanya hipotensi mendadak.
o Ukur masukan dan pengeluaran.
o Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
o Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.

1. M. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari aapa yang sudah direncanakan dari setiap diagnose
yang muncul.

1. N.

Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang continue yang penting
untuk menjamin kualitas dan ketetapan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan
meninjau respon pasien untuk menentukan keaktifan rencana perawatan dan memenuhi
kebutuhan pasien.

BAB III
TINJAUAN KASUS

1. A.

Pengkajian

2. a.

Identitas klien

Nama

: Ny. U

Umur

: 60 tahun

Jenis kelamin

: perempuan

Agama

: islam

Pekerjaan

: ibu rumah tangga

Alamat

: Desa P kecamatan C Tasikmalaya

No. medrek

: 055347

Ruangan

: cempaka

Dx. Medis

: hipertensi

Tanggal masuk

: 08 April 2011 jam 12.00 WIB

Tanggal pengkajian

: 08 April 2011 jam 14.00 WIB

1. b.

Identitas penanggung jawab

Nama

: Tn. E

Umur

: 40 tahun

Jenis kelamin

: laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: desa pakemitan kidul kec. Ciawi Tasikmalaya

Hubungan dengan klien

1. c.

: anak

Keluhan utama

Pusing / sakit kepala

1. d.

Riwayat kesehatan sekarang

Pada tanggal 07 April 2011 jam 11.00 WIB klien sedang beraktivitas seperti biasa, beberapa
saat kemudian klien merasakan sakit kepala, pada saat yang bersamaan klien sedang flu.
Kemudian sakit kepala yang dirasakan semakin berat setelah klien mandi dengan
mengguanakan air dingin. Kemudia pada tanggal 08 April 2011 jam 08.30 WIB oleh keluarga
klien dibawa ke UGD YARSI Tasikmalaya dan dirawat di Ruang melati jam 09.00 WIB, pada
saat dikaji jam 10.00 WIB keluarga klien mengatakan pada malam harinya klien tidak bias
tidur karena sakit kepala yang dirasakannya, ditambah juga klien merasa sakit perut. Selama
dirawat klien agak terbatas memenuhi ADL sehingga untuk memenuhinya dibantu sebagian
oleh keluarga.

1. e.

Riwayat kesehatan dahulu

Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat hiperteni 5 tahun yang lalu sejak usia
klien 55 tahun, klien rutin mengontrol tekanan darahnya karena klien mempumyai alat
pengukur tekanan darah sendiri dirumahnya, terakhir sebelum dibawa ke rumah sakit tekanan
darahnya 170/100 mmHg. Klien juga mempunyai penyakit maag karena pola makan yang
tidak teratur.
1. f.

Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien mengatakan di keluarga hanay klien yang mempunyai riwayat hipertensi, dan
di keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit kronis lainnya, seperti TBC, DM, asma
dan lain-lain.
1. g.

Aspek psikologis

keluarga klien mengatakan klien mudah panic dan gelisah jika mendengar sesuatu yang
mengejutkan dan setelah itu tekanan darahnya akan naik.
1. h.

Aspek social

Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti anaknya bergantian menjaganya
selama di Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti banyak
yang menjenguknya,
1. i.

Aspek spiritual

Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin beribadah,
begitu juga selama dirawat di rumah sakit.

1. B.

Pemeriksaan fisik

2. a.

Pemeriksaan umum

Keadaan umum

: lemah

Kesadaran

: compos mentis

Nilai GCS

: 15

Respon membuka

:4

Respon motorik

:6

Repon verbal

:5

TD

: 180/100 mmHg

: 25x/menit

: 85x/menit

: 36oC

1. b.
1)

System pengindraan

Sistem penglihatan

Inspeksi
: bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada
rangsangan cahaya miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata
baik.
Palpasi

2)

: tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.

System pendengaran

Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien
mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan.

3)

System penciuman

Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai
dengan tulisan alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan.

4)

System pengecapan

Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai tulisan
garam dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.

5)

System integument

Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik
karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit
bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.

6)

System pencernaan

Bentuk mulut simetris, gigi tidak utuh beberapa sudah tanggal, jumlah gigi sudah tanggal,
jumlah gigi susu dan gigi taring 4, geraham premolar 2, gerakan motor 12, jumlah gigi 26,
mukosa bibir kering, reflek menelan ada, auskultasi pada bising usus 10x/menit.

7)

System pernafasan

Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan cuping hidung, retraksi dada
negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara
sonor pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.

8)

System kardiovaskuler

Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena
juularis, tidak ada bunyi tambahan.

9)

System perkemihan

Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada aderah
supra pubis, blas tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.

10) System persarafan


N1 (olfaktorius)

: klien dapat membedakan bau minyak kayu putih

N2 (optikus)
penuaan,

: lapang pandang klien agak berkurang behubungan dengan

N3 (okulomotorius)
terkena cahaya)

: normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila tidak

N4 (trakelis)

: mata masih terkoordinasi sesuai perintah.

N5 (trigeminus)
secara simetris

: reflek mengunyah ada, kelopak mata(+), rahang dapat mengatup

N6 (abdusen)

: klien dapat menggerakan bola mata ke kiri dan ke kanan.

N7 (fasialis)

: klien dapat menggerakan muka.

N8 (cochlealis)

: pendengaran baik.

N9 (glosopharingeus)

: ada reflek menelan.

N10 (vagus)

: kemampuan menelan baik.

N11 (accesorius)

: kedua bahu masih mampu mengatasi tahanan dengan cukup baik.

N12 (hipoglosus)

: pergerakan lidah normal.

11) System musculoskeletal


Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh, tidak ada nyeri dan tidak ada
luka.

1. C.

No.

Kebiasaan sehari-hari

ADL(Activity Daily
Living)

Sebelum Masuk RS

Di RS

Nutrisi
1.

3x/hari

Kalori

1. Makan
Nasi dan lauk-pauk (sayur, ikan, Diet rendah garam
tempe, dll)
1.500 kall/hari

Frekuensi

Jenis

Tidak Ada

Porsi/Jumlah

6-7 gls/hari

Makanan
pantangan

1.500 1.750 ml/hari

1. Minum

Frekuensi

Jumlah

Eliminasi
2.

1-2 x/hari

1 x/hari

Lembek

Lembek

/2 -1 cc/kg berat badan/jam

Tidak tentu

900 1.000 ml/hari

900 1.000
ml/hari

1. BAB

Frekuensi
1

Konsistensi
1. BAK
Jernih

Frekuensi

Jernih
Tidak

Jumlah urine
output

Ya

Warna

Terpasang kateter

Istirahat Tidur
3.

Waktu Tidur :
Malam
Siang

Lama Tidur
Malam

21.00 05.00 WIB

21.00 05.00 WIB

12.00 13.00 WIB

11.30 13.30 WIB

8 jam

8 jam

1 jam

2 jam

Tidak

Tidak

Siang

Masalah tidur

Personal Hygiene
4.

2x sehari

2x sehari

Ya

Ya

Sendiri

Sendiri

2x sehari

Tidak

Ya

Tidak

1. Oral Hygiene

Sendiri

Frekuensi

2x Seminggu

Belum cuci rambut

gigi

Penggunaan pasta

Ya

Sendiri

Tidak tentu

Tidak tentu

sendiri

Klien mengatakan mulai


beraktivitas pada jam 05.30
16.30 WIB sebagai Petani

Klien melakukan
aktivitasnya
Sendiri

1. Mandi

Frekuensi

Penggunaan
Sabun

Cara

Cara melakukan
1. Pemeliharaan
Rambut

Frekuensi

Penggunaan
shampoo

Cara melakukan
1. Pemeliharaan
Kuku

Frekuensi

Cara melakukan

Aktivitas
5.

1. D.

Pemeriksaan penunjang

2. a.

Laboratorium 08-04-2011

Hb

= 11,5 gr/dl

= 5.900/mm3

= 155.000/mm3

Ht

= 30 %

(40 48 %)

GD puasa

= 105 mg/dl

(75 105 mg/dl)

Kalium

= 4,05

Natrium

1. b.

= 146

(150.000 400.000/mm3)

(3,5 5,1 mmol/l)

Terapi 08-04-2011
21

Ctm

31

Antasida doen

31

Pct

31

B1

31

No.

(4.500 10.000/mm3)

(135 148 mmol/l)

Clorotiazid

1. E.

(13,5 18 gr/dl)

Analisa data

Data fokus

Etiologi

DS:
1.

Peningkatan TD
Medulla

Keluarga klien
mengatakan klien
mempunyai riwayat
hipertensi
DO:

masalah

Saraf simpatis
Ganglia simpatis
Tekanan darah


TD klien
meningkat

Kontriksi
Peningkatan tekanan darah

DS:
2.

Sakit kepala
Saraf simpatis

Keluarga klien
mengatakan klien merasa
sakit kepala yang sangat
hebat

Ach
Saraf pasca ganglion

DO:

Klien meringis
sampai menangis
menahan sakit kepala
yang dirasakan

Aorepinefrine
Konriksi
Sakit kepala

TD: 170/100
mmHg

ADL klien sedikit


terhambat

DS:
3.

Keluarga klien
mengatakan klien tidak
tidur semalaman dan
terus merasakan sakit
kepala nya.
DO:

TD: 170/100
mmHg

Gangguan pola
Peningkatan tekanan vaskular istirahat
serebral
Saraf simpatis
Tidak mampu mengatasi nyeri
Gangguan pola istirahat

insomnia

Mata klien tampak


cekung
DS:
4.

Keluarga klien
mengatakan klien merasa
sakit perut karena klien
tidak makan apapun dan

Nyeri
Tidak ada makanan masuk ke abdomenalis
lambung
Tidak ada proses pencernaan

hanya minum saja sejak


sakit kepala dirasakan.

Peningakatan asam lambung


Peningkatan peristaltik usus

DO:
Nyeri abdomenalis

Peristaltik usus
12x/menit

Terpasang infus

1. F.

Diagnose keperawatan berdasarkan prioritas masalah

2. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung


3. Nyeri/sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vascular serebral
4. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
5. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi

1. G.

N
o.

Dx

Perencanaan

Tujuan

Peningakatan Setelah
dilakukan
1. TD
berhubunagn tindakan
dengan
keperawat
penurunan an selama
curah jantung 124 jam
TD klien
dapat
DS:
kembali
normal

Keluarga
klien
mengatakan
klien
Tupan:
mempunyai
riwayat
Berpartisip
asi dalam

Intervensi

Rasional

1. Pantau TD klien

1. Adanya
pucat,
dingin, kulit
lembab, dan
masa
pengisian
kapiler
lambat
mungkin

hipertensi
DO:
TD klien
meningkat

aktivitas
yang
menurunk
an
TD/beban
kerja
jantung

Tupen:

1. Amati warna kulit,


kelembaban , suhu, dan
masa pengisian.

berkaitan
dengan
vasokontrik
si atau
mencermin
kan
deskompens
asi /
penurunan
CO.

Keluarga
klien
mengataka
n sakit
kepala
yang
dirasakna
klien
berkurang

1. Membantu
untuk
menurunka
n
rangsangan
simpatis;
meningkatk
an relaksasi.

1. Berikan lingkungan
tenang, nyaman, kurangi
aktivitas/ keributan
lingkungan. Batasi
jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal.

1. Pertahankan pembatasan
aktivitas, spt. Istirahat di
tempat tidur/kursi; jadwal
periode istirahat tanpa
gangguan; bantu klien
melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai
kebutuhan.

1. Lakukan tindakantindakan yang nyaman


seperti pijatan punggung
dan leher, meninggikan
kepla tempat tidur

1. Menurunka
n stresss
dan
ketegangan
yang
mempengar
uhi tekanan
darah dan
perjalanan
penyakit
hipertensi

1. Kolaborasi dalam
pemberian tiazid, mis.
Klorotiazid (diuril);
hidroklorotiazi(esidrix/hi
droDIURIL)
2. Perbandingan dari
tekanan memberikan
gambaran yang lebih
lengkap tentang
keterlibatan/ bidang
masalah vascular

1. Mengurangi
ketidaknya
manan dan
dapat
menurunka
n
rangsangan
simpatis.

1. Tiazid
mungkin
digunakan
sendiri atau
dicampur
dengan obat
lain untuk
menurunka
n TD pada
pasien
dengan
fungsi
ginjal
relative
normal.
Nyeri/ sakit
2. kepala
berhubungan
dengan
peningkatan
vascular
serebral

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawat
an selama
124 jam
dengan
criteria:

DS:

Keluarga
klien
mengatakan
klien merasa
sakit kepala
yang sangat
hebat

Tupan:
Klen dapat
kembali
beraktifita
s dengan
normal

DO:

Klien Tupen:
meringis
sampai

1. Mempertahankan tirah
baring selama fase akut

1. Berikan tindakan
nonfarmakologis untuk
menghilangkan sakit
kepala, mis. Kompres
dingin pada dahi pijat
punggung bdan leher,
redupkan lampu kamar,
teknik relaksasi, dan
aktivitas di waktu
senggang

1. Kolaborasi dalam
pemberian analgesic
2. Meminimalkan
stimulasi/meningakatkan

1. Tindakan
yang
menurunka
n tekanan
vascular
serebral dan
yang
memperlam
bat/
memblok
respon
simpatis
efektif
dalam
menghilang
kan sakit
kepala dan
komplikasin
ya.

menangis
menahan
sakit kepala
yang
dirasakan

TD:
170/100
mmHg

Keluarga
klien
mengataka
n sakit
kepala
yang
dirasakan
klien
berkurang.

relaksasi

ADL
klien sedikit
terhambat
1. Menurunka
n/
mengontrol
nyeri dan
menurunka
n rangsang
system saraf
simpatis
Insomnia
Setelah
3. berhubungan dilakukan
dengan
tindakan
ketidakmamp keperawat
uan
an selam
mengatasi
124 jam,
nyeri
dengan
criteria:
DS:

Keluarga
klien
mengatakan
klien tidak
tidur
semalaman
dan terus
merasakan
sakit kepala
nya.
DO:

1. Kolaborasi dalam
pemberian antihistamin

1. Vasodilatasi
pada system
saraf
simpatis

Tupan:
Tidak
mengalami
lagi
gangguan
pola
aktifitas

Tupen:
TD:

1. Batasi jumlah
pengunjung dan lamanya
tinggal

1. Membacakan aya suci alquran sebelum waktu


tidur
2. Agar klien dapat istirahat

1. Memberika
n
ketenangan
batin pada
klien dan
memperkua
t keimanan
klien
sebagai

170/100
mmHg
Mata klien
tampak
cekung

Nyeri
4. abdomenalis
berhubungan
dengan tidak
terpenuhinya
kebutuhan
nutrisi.
DS:

Keluarga
klien
mengataka
n klien
tidak
terbangun
lagi pada
malam
hari.
Setelah
klien
diberikan
tindakan
keperawat
an selama
124 jam,
dengan
criteria:

Keluarga
klien
Tupan:
mengatakan
klien merasa Nutrisi
sakit perut terpenuhu
karena klien sehingga
tidak makan metabolis
apapun dan m tubuh
hanya minum kembali
saja sejak
normal
sakit kepala
dirasakan.
DO:

Tupen:

Peristaltik
usus
12x/menit

Keluarga
klien
mengataka
n klien
sudah mau
makan
kembali
sesuai diet
yang

Terpasang
infuse

umat islam.

1. Kolaborasi dalam
Pemberian antasida dan
antimual

1. Memberikan ko,pres
hangat di nagian perut
klien

1. Berikan makanan sesuai


dengan diet yang
disarankan
2. Menirmalkan kadar asam
lambung sehingga dapat
mengurangi kembung
dan mual

1. Merangsang
peristaltic
usus
sehingga
gerakan
peristaltikn
ya kembali
normal

1. Memenuhi
kebutuhan
nutrisi klien

disarankan

1. H.

Implementasi

No.

Hari/tgl/jam

Dx

1.

Senin,

Implementasi
T = mengakaji TTV,
TD:170/100 mmHg

08-04-2011
R = klien kooperatif
07.30 WIB
T = mengamati warna kulit (sedikit
pucat),
kelembaban(berkeringat
sehingga lembab), dan suhu (36oC)
R = klien kooperatif

08.00 WIB

T = memberikan kompres hangat di perut


III klien
R = klien mau dikompres
T = memberikan antasida dan antimual
jam sebelum makan
R = klien mau minum obat
T = menyajikan dan memberikan makana
rendah garam

08.30 WIB

R = klien mau makan


T = memberikan obat oral klorotiazid 21
08.45 WIB

I
R = klien mau minum obat
T = memberikan obat oral pct 31
II
R = klien mau minum obat

Paraf

T = memberikan obat oral Ctm 31


IV
R = klien mau minum obat

11.30 WIB

T = meninggikan kepala tempat tidur dan


menganjurkan klien untuk ROM
R = klien kooperatif dan mau melakukan
apa yang disuruh

T = melakukan pijitan di punggung dan


leher klien
R = klien mau dipijit dan merasa nyaman
sampai tertidur

12.00 WIB

T = menyajikan dan membari makanan


III rendah garam dan menyajikan obat sesuai
resep
R = klien kooperatif
T = mengaji TTV klien

13.00 WIB

I
TD: 150/95 mmHg
R = klien kooperatif

16.00 WIB

T = menyarankan pada klien untuk


membatasi jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal
R = klien kooperatif
T = mengkaji TTV klien

18.30 WIB

I
TD: 140/90 mmHg
R = klien kooperatif

20.00 WIB

T = menganjurkan keluarga untuk


IV membacakan ayat suci al-quran kepada
klien

R = keluarga kooperatif
T = mengkaji TTV klien
2.

Selasa,

I
TD: 140/80 mmHg

09-04-2011
R = klien kooperatif
07.30 WIB
T = menyaajikan dan memberikan makanan
III rendah garam dan menyiapkan obat sesuai
resep
R = klien kooperatif

10.00 WIB

T = memberikan penyuluhan kepada klien


dan keluarga sebelum pulang
R + klien dan keluarga kooperatif

1. I.

No.

1.

Evaluasi

Hari/tgl/jam

Selasa,

Dx

Catatan perkembangan
S : keluarga klien mengatakan TD klien
sudah normal

09-04-2011

O : TD: 140/90 mmHg

10.30 WIB

A : masalah teratasi
P:
I:
E : terapi cukup berhasil dan klien pulang
S : keluarga klien mengatakan klien tidak
II mengeluj sakit kepala lagi
O : TD: 140/90 mmHg

Paraf

A : masalah teratasi
P:
I:
E : terapi cukup berhasil dan klien pulang
S : keluarga klien mengatakan kliem tidak
III lagi susah tidur
O : TD: 140/90 mmHg
Mata klien tidak cekumg.
A : masalah teratasi
P:
I:
E : terapi cukup berhasil dan klien pulang
S :keluarga klien mengatakan klien tidak
IV mengeluh sakit perut lagi
O : perut tidak kembung
Peristaltic usus 8x/menit]
A : masalah teratasi
P:
I:
E : terapi cukup berhasil dank lien pulang.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pemabhasan makalah mengenai asuhan keperawatan pada klien Ny. U dengan
gangguan sisem kardiovaskular: hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya pada tanggal
8-9 April 2011 melalui pendekatan studi kasus didapatkan kesenjangan antara teori dan
kenyataan di lapangan, pembahasan dibahas melalui langkah-langkah keperawatan sebagai
berikut:
1. A.

Pengkajian

Pada waktu pengkajian pada kenyataannya lebih mudah melaksanakan pengkajian secara
head tu-toe daripada melakukan pengkajian per sistem. Pada saat mengakaji riwayat
kesehatan klien, peran keluarga klien lebih dominan daripada klien sendiri, perankeluarga
sangatkooperatif dalam memberikan berbagai informasi yang dibutuhka untuk menegakkan
diagnosa, disamping itu berbagai dukungan penulis dikatakan baik dari perawat ruangan,
dokter, maupun petugas kesehatan yang lainya yang bekerja di Ruang Melati.
1. B.

Diagnosa Keperawatan

Diagnose keperawatan menurut Doenges, 1999 tentang cardiovascular/ hipertensi adalah


sebagai berikut:
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi

Dari diagnose penulis didapatkan berdasarkan pengakajian adalah sebagai berikut:


1. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung
2. Nyeri/sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vascular serebral
3. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri

4. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi


Sedangkan beberapa diagnose yang ada di lapangan tetapi tidak terdapat di buku acuan
penulis antara lain:
1. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
2. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi

1. C.

Perencanaan

Patokan penulis dalam tahap perencananan adalah sesuai teori Doenges pada tahun 1999.
1. D.

Implementasi

Setelah perencanaan penulis mengacu pada tahap implementasi. Pada tahap ini penulis
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
sebelumnya.
Banyak faktor yang mendukung terlaksananya implementasi keperawatan dianatranya: peran
keluarga yang mendukung, tersedianya alat-alat serta adanya bimbingan dari perawat
ruangan, CI ruangan, pembimbing dari akademik, serta adanay peran dokter yang
menentukan diagnosa menurut medis.
1. E.

Evaluasi

Dari hasil diagosa didapatkan ternyata ada kesenjangan antara teori dan kenyataan di
lapangan, hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara diagnosa teori dan diagnosa yang ada
di lapangan.

BAB V
PENUTUP

1. A.

Kesimpulan

Dalam pelaksanaan asuhan keperawaan yang penulis laksanakan pada Ny, U dengan
gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya diperoleh
kesimpulan bahwa dalam proses asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskular
: hipertensi dibutuhkan suatu koordinasi yang tepat serta menunjang ke arah tercapainya
tujuan. Salah satu koordinasi ini merupakan bentuk kerjasama tim antara perawat, dokter, staf
ruangan, demi peningakatan status kesehatan klien disertai dengan dukungan penuh dari
keluarga.
1. B.

Saran

2. Untuk Klien dan Keluarga

Diharapkan klien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang menuju ke
arah berulangnya hipertensi, misalnya hinadri konsumsi garam berlebih, hindari
stress, jangan banyak pikiran, dan olah raga teratur. Anjurkan untuk selalu cek status
kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.

Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi peningakat
status kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada terhadap resiko pada
keluarga klien sendiri.

1. Untuk Siswa

Diharapkan siswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi teori, skill, amupun
mental dalam menghadapi klien agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal
bagi peningkatan status kesehatan klien.

Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan melihat aspek
bio-psiko-sosio-spiritual

1. Untuk Rumah Sakit

Diharapkan adanya penambahan personil perawat di Ruangan Melati demi


meningakatkan kinerja dan pelayanan yang lebih maksimal.

Diharapkan pemeriksaan laboratorium pada klien hipertensi dapat lebih dilengakapi.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit
Hipokrates, 1999
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta,
Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit
Arcan, 1996
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh
Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit
Arcan, 1995

Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan
evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

You might also like