Professional Documents
Culture Documents
Leicha Lintaryanti
Mustika Dwi Nurani
Pipit Rahmawati
Tasha Permatasari
Tia Ngesti Rahayu
11121074
11121080
11121086
11121099
11121100
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayat-Nya penulisan dan penyusunan makalah yang berjudul Selulitis dapat
terselesaikan.
Makalah
ini merupakan salah satu tugas mata ajar perkuliahan bidang mata
Jakarta,April 2014
Tim Penulis
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................................4
C. Metode Penulisan............................................................................................................4
D. Sistematika Penulisan......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
A. Tinjauan teoritis...............................................................................................................6
1.
Definisi........................................................................................................................6
2.
Etiologi........................................................................................................................6
3.
Klasifikasi....................................................................................................................7
4.
Manifestasi klinis.........................................................................................................8
5.
Patofisiologi.................................................................................................................9
6.
Pathway.....................................................................................................................11
7.
Komplikasi................................................................................................................12
8.
Pemeriksaan penunjang.............................................................................................12
9.
Penatalaksanaan Medis..............................................................................................12
Pengkajian.....................................................................................................................14
2.
Diagnosa........................................................................................................................15
3.
Intervensi.......................................................................................................................15
BAB IV Penutup......................................................................................................................23
Kesimpulan..............................................................................................................................23
Daftar pustaka..........................................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
a) Insiden
Selulitis dapat mengenai semua bagian dari tubuh, tapi umumnya mengenai
ekstremitas atau kepala.
Usia predominan:
1. Perianal cellulitis: menyerang anak-anak.
2. Facial cellulitis: menyerang orang dewasa, biasanya usia <45 tahun, pada ankanak usia <3 tahun.
Sex predominan: laki-laki = Perempuan (perianal selulitis umumnya terjadi pada lakilaki).
Insiden terdapat 24,6 kasus per 1000 orang setiap tahun, prevalensinya tidak
diketahui.
1. Umumnya selulitis terkena pada anak-anak infeksi yang berasal dari
Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes, yang mana develops
secondary to local trauma of the integument.
2. Community-acquired methicillin-resistant S. aureus (CA-MRSA)
infeksi
berlanjut tapi tidak terlihat tapi umumnya dengan selulitis yang abses purulent.
3. Prevalensi dari CA-MRSA among kulit yang berpurulent dan jaringan lunak
yang terinfeksi >60% pada beberapa komunitas.
4. Kegagalan klinis dengan resisten terhadap penicillin s. pneumonia belum
menjadi komplikasi masalah pada kasus selulitis.
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS
b) Tingkatan Kegawatan
a) Periorbital :
a. Biasanya terjadi trauma local (scratch,impetigo,eczema, excoriated
varicella,dll).
b. Hematogenous spread pada umumnya tidak ada.
c. Rarely associated dengan infeksi konjugtiva.
b) Orbital :
a. Umumnya dengan sinusitis.
b. Less commonly: abses gigi, trauma, hematogeneous spread.
c) Peritonsillar :
a. Umumnya secondary to GAHBS pharyngitis.
b. Progress selulitis menuju abses peritonsillar.
d) Perianal :
a. Terlihat pda bayi dan anak-anak
b. Penyebabnya kaena GBHS.
c. Nyeri pada perianal, pruritus, dan eritema, terkadang muncul hematemesis.
Selulitis-karena syndrome adenitis:
a. Umumnya tidak menyerang janin dan bayi.
b. Penyebabnya: GBS, s. aureus, GNRs.
c. Bacteremia/meningitis umumnya ada.
c) Peran Perawat
a) Promotif
sasaran yaitu kelompok orang sehat atau yang belum terjangkit selulitis,
Bahwa penyakit infeksi selulitis yang terjadi pada bagian-bagian tubuh harus
dihindari agar menghindari komplikasi berlanjut dari selulitis.
b) Preventiv
Pencegahan umum :
-
Hindari trauma, berenang dengan abrasi kulit, dan gigtan manusia dan
hewan.
Vaksin pneumokokus.
c) Kuratif
Pengobatan ini pertama dari selulitis harus mencakup :
-
Pemberian analgesia.
d) Rehabilitatif
Selulitis adalah istilah yang diberikan untuk infeksi dari lapisan kulit dermis dan
subkutan yang menimbulkan kulit merah, bengkak dan nyeri. Selulitis dapat
berbahaya jika tidak diperlakukan bisa segera penyebaran lebih lanjut jauh dan
bahkan menyebabkan septikemia, infeksi berat darah. Patologi dan penyebab
selulitis Kulit adalah organ terbesar dalam tubuh dan terdiri dari tiga lapisan yang
meliputi:
1) Epidermis atau lapisan luar kulit.
2) Lapisan dermis atau tengah kulit mana kelenjar keringat, folikel rambut dan
pembuluh darah yang terkandung.
Subkutis atau bawah lapisan kulit yang mengandung lemak dan kolagen, yang
memberikan perlindungan dan mengatur suhu tubuh.Selulitis berkembang ketika
bakteri dan kadang-kadang jamur masuk permukaan kulit melalui abrasi seperti
memotong atau memar. Bakteri paling umum untuk menyebabkan infeksi yaitu
Streptococcus atau Staphylococcus aureus, dan juga sebagai bakteri yang
membentuk bagian dari kulit alami flora.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan umum makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi pembaca.
C. Metode Penulisan
Sebagai tugas mata kuliah Sistem Integumen II di STIkes PERTAMEDIKA.
D. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
Bab II : Pembahasan
A. Tinjauan Teoritis
1. Definisi.
2. Etiologi.
3. Manifestasi Klinis.
4. Patofisiologi.
5. Pathway.
6. Komplikasi.
7. Pemeriksaan Penunjang.
8. Penatalaksanaan Medis.
Bab III : Asuhan keperawatan pada Selulitis
1. Pengkajian
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS
2. Diagnosa
3. Intervensi
Bab IV: Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tinjauan teoritis
1. Definisi
Menurut Robin Graham Brown, (2005:19-20) Selulitis merupakan infeksi bakteri
pada jaringan subkutan yang pada orang-orang dengan imunitas normal, biasanya
disebabkan oleh Streptococcus pyrogenes. Erisipelas adalah istilah untuk selulitis
streptokokus yang superficial dimana tepinya berbatas tegas. Kadang-kadang,
bakteri lain ikut terlibat Haemophilus influenza merupakan penyebab yang
penting dari selulitis fasial pada anak-anak, yang sering berhubungan dengan otitis
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS
media
ipsilateral.
Pada
orang-orang
dengan
imunokompromasi
2. Etiologi
a. Disebabkan oleh Streptococcus pyrogenes.
b. Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus.
c. Pada bayi yang terkena penyakit ini disebabkan oleh Streptococcus grup B.
d. Infeksi dari jamur, tapi infeksi yang diakibatkan jamur termasuk jarang
Aeromonas Hydrophila.
e. S. Pneumoniae ( Pneumococcus ).
f. Haemophilus influenza berhubungan otitis media ipsilateral.
g. Paling sering, terjadi pada luka tusukan kecil, atau gigitan serangga. Dalam
beberapa kasus ketika selulitis berkembang tanpa cedera kulit jelas, itu
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS
tubuh
(misalnya,
HIV/AIDS
atau
orang-orang
menerima
3.
Klasifikasi
Menurut Berini, et al (1999) selulitis dapat digolongkan menjadi:
a. Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial,
yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya
sangat lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau
spasia yang terlibat.
b. Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya
infeksi bakteri tersebut juga mengandung supurasi yang purulen. Penamaan
berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika terbentuk eksudat yang purulen,
10
11
12
6. Pathway
BAKTERI (Staphylococcus
aureus), VIRUS (Haemophilus
influenza tipe B) JAMUR
(Aeromonas
Hydrophila)PATOGEN
MASUK KE AREA KULIT
YANG RETAK (PUSTULA)
MASUK SAMPAI KE
LAPISAN
SUBKUTAN
INFEKSI ATAU INFLAMASI
MENGAKTIFKAN MEDIATOR
INFLAMASI
(HISTAMIN DAN
ERITEMA
LOKAL PADA
AREA KULIT
LESI
DENGAN
BATAS
YANG
KERUSAKAN
KULIT
EDEMA
PADA
EKSTREMIT
AS BAWAH
DAN ATAS
NYERI
TEKAN
FUNGSIOLESA
(PADA
EKSTREMITAS
BAWAH)
KELEMAHA
N UMUM
DEMAM
PENINGKATAN
SUHU TUBUH
MK: HIPERTERMI
MK:
PENURUNAN
GANGGUAN
AKTIVITAS
RASA AMAN
NYERI INTEGUMEN II -SELULITIS
SISTEM
13
TRAUMA
JARINGAN
LUNAK
MK:
INTOLERANSI
MK :
GANGGUAN
INTEGRITAS
MK: RESIKO
TINGGI INFEKSI
7. Komplikasi
Menurut Cecily Lynn Betz (2009:66-67) sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
8. Pemeriksaan penunjang
Menurut Cecily Lynn Betz (2009:67) sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
sinus.
e. Pemindaian
CT (
CT scan
orbita
dan
sinus
paranasal
untuk
14
Dicioxcillin,
Nafcillin,
Trimethoprim-Sulfamethoxazole,
Metronidazole,
Chloramphenicol.
BAB III
Asuhan Keperawatan Pada Selulitis
1. Pengkajian
a. Anamnesa meliputi identitas klien, data biografi.
b. Keluhan utama
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS
15
1) Area selulit biasanya nyeri, merah dan hangat (pada reaksi local).
Pada reaksi sistemik :
2) Demam
3) Malaise
4) Menggigil.
5) Garis merah sepanjang jalur drainase limfatik.
6) Kelenjar getah bening membesar dan nyeri.
c. Riwayat kesehatan meliputi
1) Kaji adanya lesi, bisa jadi berasal dari virus atau bakteri.
2) Kaji apakah pasien memperhatikan adanya perubahan warna kulit.
3) Kaji apakah pasien banyak bekerja atau menghabiskan waktu berlebihan diluar.
4) Kaji apakah pasien memiliki kondisi psikososial dengan gangguan kulit, dan
bagaimana mekanisme koping yang digunakan.
5) Kaji pola kepercayaan yang digunakan klien dengan masalah yang sedang
dirasakan.
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi (karakteristik kulit) :
a) Warna kulit (kemerahan, dengan batas lesi yang tidak jelas, bengkak serta
terdapat lepuhan-lepuhan dan daerah nekrosis).
b) Penyebaran atau kontribusi warna kulit (tidak merata dan batas lesi yang
tidak tegas dan jelas).
c) Kelainan pada kulit (berupa pustula, area kulit berwarna kemerahan dan
edema).
2) Palpasi
a) Tekstur kulit (kulit kencang karena edema, berisi cairan kuning atau purulent
dan serosa atau cairan bening).
b) Suhu kulit ( saat dipalpasi pada area kulit terasa hangat).
c) Kelembapan (kulit kering).
e. Tes diagnostik
Menurut Cecily Lynn Betz (2009:67) sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
sinus.
5) Pemindaian CT ( CT scan ) orbita dan sinus paranasal untuk mengesampingkan
terkenanya orbita.
2. Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi akut ditandai dengan edema ekstremitas atas
dan bawah.
b. Hipertermi berhubungan dengan penyakit.
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS
16
c. Kerusakkan integritas kulit berhubungan dengan eritema lokal dan lesi yang tidak
d.
e.
f.
g.
merata.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan lunak.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Ansietas berhubungan dengan perawatan penyakit.
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang familier dengan sumbersumber informasi.
3. Intervensi
No
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri
berhubungan
INTERVENSI
dengan
Mandiri:
Rasional
bawah.
Tujuan:
Setelah
oleh pasien.
dilakukan
tindakan
gangguan
rasa
nyeri
berkurang.
Kriteria hasil :
Kolaborasi:
a. Pasien
menunjukan
dapat
tingkat
Untuk mengurangi
menggunakan indikator
nyeri.
b. Pasien dapat mencapai
kenyamanan
setelah
diberikan pengetahuan
tentang
tehnik
relaksasi.
c. Pasien mengungkapkan
persepsi
positif
terhadapan kemudahan
Observasi:
Minta pasien untuk menilai nyeri atau
ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10
(0= tidak ada nyeri, 10= nyeri hebat).
Rasional
Untuk mengetahui pengurangan rasa nyeri
pasien
setelah
dilakukan
tindakan
17
nyeri
yang dirasakannya.
e. Pasien
dapat
melaporkan
tingkat
keperawatan.
Health education :
Informasikan
kepada
pasien/keluarga
keparahan nyeri.
Rasional
Mengurangi ansietas klien dan keluarga
terhadap
tindakan
keperawatan
yang
dilakukan.
2. Hipertermi berhubungan
dengan penyakit.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam
peningkatan suhu tubuh klien
berkurang.
Kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital klien:
nilai suhu, denyut nadi,
frekuensi pernapasan, dan
tekanan darah dalam
rentang normal.
b. Pasien akan menunjukkan
termoregulasi yang
dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (gangguan
ekstrem berat, sedang,
ringan atau tidak ada
gangguan):
Berkeringat saat panas.
Mandiri:
Pemantauan tanda-tanda vital pasien.
Rasional
Mengumpulkan dan menganalisis data
kardiovaskular, pernapasan, dan suhu tubuh
untuk
menentukkan
serta
mencegah
komplikasi.
Regulasi
suhu:
mencapai
atau
mempertahankan suhu tubuh dalam rentang
normal.
Rasional
Suhu yang tinggi atau tidak dalam rentang
normal menandakkan adanya reaksi inflamasi.
Kolaborasi:
Berikan antipiretik,jika perlu.
Rasional
Pencegahan peningkatan suhu yang berulang
atau berkelanjutan.
Observasi:
Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan
frekuensi pernapasan.
Rasional
Mengetahui perkembangan tanda-tanda vital
pasien
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan.
18
Kriteria hasil:
Rasional
Memantau perkembangan karakteristik ada
a. Pasien menunjukkan
penyembuhan luka dan
dibuktikan oleh indikator.
b. Tidak ada lepuh atau
maserasi pada kulit.
c. Tidak adanya nekrosis.
d. Eritema disekitar luka tidak
ada.
pada
ahli
gizi
tentang
19
pada
dokter
mengenai
Kolaborasi:
Pengendalian infeksi : berikan terapi
antibiotik, bila diperlukan.
Rasional
Mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
Observasi:
Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya,
suhu tubuh,denyut jantung, drainase,
penampilan luka, sekresi, penampilan urine,
suhu kulit, lesi kulit,keletihan, dan malaise).
Rasional
Memantau perkembangan pasien setelah
dilakukan tindakan kepeawatan.
Health education:
Pengendalian infeksi: ajarkan pasien dan
keluarga teknik mencuci tangan yang benar.
Rasional
Meminimalisir terjadinya penyebaran infeksi
melalui tangan.
5. Intoleransi
berhubungan
kelemahan umum.
aktivitas Mandiri:
Manajemen energi.
dengan
Rasional
Mengatur pengguanaan energi untuk
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS
20
dilakukan
Observasi:
Monitor tingkat kemampuan pasien untuk
berpindah dari tempat tidur,berdiri,ambulasi
Kriteria hasil:
dan melakukan AKS (aktivitas kehidupan
Pasien akan mengidentifikasi sehari-hari) dan AKSI (aktivitas kehidupan
sehari-hari instrumental).
aktivitas atau situasi yang
Rasional
menimbulkan kecemasan yang
Memantau perkembangan toleransi aktivitas
dapat mengakibatkan intoleran pasien.
aktivitas.
21
Tujuan:
perasaan
Setelah
dilakukan
tidak
tenang
pasien
yang
Kriteria hasil:
a. Pasien
dapat
memenuhi Kolaborasi:
Rasional
kemampuan
berfokus
pengetahuan
pada
dan
Observasi:
22
Rasional
Mengurangi ansietas pasien yang tidak bisa
kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
7. Defisiensi
pengetahuan Mandiri:
Edukasi kesehatan.
familier
Rasional
dengan
sumber-
sumber informasi.
Tujuan:
Setelah
tindakan
keperawatan
1x24
jam
pengetahuan
klien
dan
keluarga
untuk
kesehatan
individu,
keluarga,
mengalami Observasi:
peningkatan.
Kriteria hasil:
Untuk
a. Mengidentifikasi
kebutuhan
kemampuan
mempelajari
terhadap
psikologis,
informasi
kebutuhan
orientasi,
dasar
yang
informasi
khusus
nyeri,
keletihan,
tidak
terpenuhi,
terapi (misalnya,informasi
penyakit).
tentang diet).
b. Memperlihatkan
kemampuan
Health education:
Beri penyuluhan sesuai tingkat pemahaman
pasien, ulangi informasi bila diperlukan.
Rasional
Memberikan pendidikan kesehatan terhadap
pasien dan keluarga agar memahami tindakan
keperawatn yang dilakukan terhadap pasien.
23
BAB IV
Penutup
Kesimpulan
Selulitis adalah istilah yang diberikan untuk infeksi dari lapisan kulit dermis dan subkutan
yang menimbulkan kulit merah, bengkak dan nyeri. Selulitis merupakan infeksi bakteri pada
jaringan subkutan yang pada orang-orang dengan imunitas normal, biasanya disebabkan oleh
Streptococcus pyrogenes.
24
Daftar pustaka
Berini, et al, 1997, Medica Oral: Buccal and Cervicofacial Cellulitis. Volume 4.
Cecily, Lynn Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi:5. Jakarta:EGC.
Wilkinson, Judith M.
25
26