You are on page 1of 26

ASUHAN KEPERAWATAN SELULITIS

Disusun oleh : (S.1 REG. VB Kelompok 4)


1.
2.
3.
4.
5.

Leicha Lintaryanti
Mustika Dwi Nurani
Pipit Rahmawati
Tasha Permatasari
Tia Ngesti Rahayu

11121074
11121080
11121086
11121099
11121100

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pertamina Bina Medika


Jakarta,2014

SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayat-Nya penulisan dan penyusunan makalah yang berjudul Selulitis dapat
terselesaikan.
Makalah

ini merupakan salah satu tugas mata ajar perkuliahan bidang mata

pelajaran Sistem Integumen II di STIKes PERTAMEDIKA.


Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada:
1. Ibu Wasijati selaku dosen mata ajar Integumen II yang telah memberikan tugas dan
petunjuk dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik dalam bentuk materi
dan non materi.
3. Teman-teman yang sudah bersedia membantu.
4. Dan semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini penulis harapkan dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana
Selulitis bagi pembacanya.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan di
banyak bagian, untuk itu penulis sangat berterimakasih bila ada pihak-pihak yang
mengkoreksi makalah ini dan memberikan kritik dan saran supaya penulis dapat
memperbaikinya.

Jakarta,April 2014
Tim Penulis
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................................4
C. Metode Penulisan............................................................................................................4
D. Sistematika Penulisan......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
A. Tinjauan teoritis...............................................................................................................6
1.

Definisi........................................................................................................................6

2.

Etiologi........................................................................................................................6

3.

Klasifikasi....................................................................................................................7

4.

Manifestasi klinis.........................................................................................................8

5.

Patofisiologi.................................................................................................................9

6.

Pathway.....................................................................................................................11

7.

Komplikasi................................................................................................................12

8.

Pemeriksaan penunjang.............................................................................................12

9.

Penatalaksanaan Medis..............................................................................................12

BAB III Asuhan Keperawatan Pada Selulitis..........................................................................14


1.

Pengkajian.....................................................................................................................14

2.

Diagnosa........................................................................................................................15

3.

Intervensi.......................................................................................................................15

BAB IV Penutup......................................................................................................................23
Kesimpulan..............................................................................................................................23
Daftar pustaka..........................................................................................................................24

SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
a) Insiden
Selulitis dapat mengenai semua bagian dari tubuh, tapi umumnya mengenai
ekstremitas atau kepala.
Usia predominan:
1. Perianal cellulitis: menyerang anak-anak.
2. Facial cellulitis: menyerang orang dewasa, biasanya usia <45 tahun, pada ankanak usia <3 tahun.
Sex predominan: laki-laki = Perempuan (perianal selulitis umumnya terjadi pada lakilaki).

Insiden terdapat 24,6 kasus per 1000 orang setiap tahun, prevalensinya tidak
diketahui.
1. Umumnya selulitis terkena pada anak-anak infeksi yang berasal dari
Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes, yang mana develops
secondary to local trauma of the integument.
2. Community-acquired methicillin-resistant S. aureus (CA-MRSA)

infeksi

berlanjut tapi tidak terlihat tapi umumnya dengan selulitis yang abses purulent.
3. Prevalensi dari CA-MRSA among kulit yang berpurulent dan jaringan lunak
yang terinfeksi >60% pada beberapa komunitas.
4. Kegagalan klinis dengan resisten terhadap penicillin s. pneumonia belum
menjadi komplikasi masalah pada kasus selulitis.
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

5. Penyakit bacteremia umumnya tidak owing to the tremendous efficacy of


vaccines against both haemophilus influenza type b (HIB) dan streptococcus
pneumonia.

b) Tingkatan Kegawatan
a) Periorbital :
a. Biasanya terjadi trauma local (scratch,impetigo,eczema, excoriated
varicella,dll).
b. Hematogenous spread pada umumnya tidak ada.
c. Rarely associated dengan infeksi konjugtiva.
b) Orbital :
a. Umumnya dengan sinusitis.
b. Less commonly: abses gigi, trauma, hematogeneous spread.
c) Peritonsillar :
a. Umumnya secondary to GAHBS pharyngitis.
b. Progress selulitis menuju abses peritonsillar.
d) Perianal :
a. Terlihat pda bayi dan anak-anak
b. Penyebabnya kaena GBHS.
c. Nyeri pada perianal, pruritus, dan eritema, terkadang muncul hematemesis.
Selulitis-karena syndrome adenitis:
a. Umumnya tidak menyerang janin dan bayi.
b. Penyebabnya: GBS, s. aureus, GNRs.
c. Bacteremia/meningitis umumnya ada.
c) Peran Perawat
a) Promotif
sasaran yaitu kelompok orang sehat atau yang belum terjangkit selulitis,
Bahwa penyakit infeksi selulitis yang terjadi pada bagian-bagian tubuh harus
dihindari agar menghindari komplikasi berlanjut dari selulitis.

SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

b) Preventiv
Pencegahan umum :
-

Hindari trauma, berenang dengan abrasi kulit, dan gigtan manusia dan
hewan.

Memakai dukungan stocking untuk mngurangi edema perifer.

Menjaga kebersihan kulit yang baik.

Mencapai dan mempertahankan kontrol glikemik ketat.

Vaksin pneumokokus.

c) Kuratif
Pengobatan ini pertama dari selulitis harus mencakup :
-

Pengkajian pasien sakit.

Pemberian analgesia.

Elevasi ekstremitas tungkai sangat berpengaruh.

Untuk kaki bagian bawah harus dilakukan dorsifleksi untuk meningkatkan


vena balik.

d) Rehabilitatif

SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

Selulitis adalah istilah yang diberikan untuk infeksi dari lapisan kulit dermis dan
subkutan yang menimbulkan kulit merah, bengkak dan nyeri. Selulitis dapat
berbahaya jika tidak diperlakukan bisa segera penyebaran lebih lanjut jauh dan
bahkan menyebabkan septikemia, infeksi berat darah. Patologi dan penyebab
selulitis Kulit adalah organ terbesar dalam tubuh dan terdiri dari tiga lapisan yang
meliputi:
1) Epidermis atau lapisan luar kulit.
2) Lapisan dermis atau tengah kulit mana kelenjar keringat, folikel rambut dan
pembuluh darah yang terkandung.
Subkutis atau bawah lapisan kulit yang mengandung lemak dan kolagen, yang
memberikan perlindungan dan mengatur suhu tubuh.Selulitis berkembang ketika
bakteri dan kadang-kadang jamur masuk permukaan kulit melalui abrasi seperti
memotong atau memar. Bakteri paling umum untuk menyebabkan infeksi yaitu
Streptococcus atau Staphylococcus aureus, dan juga sebagai bakteri yang
membentuk bagian dari kulit alami flora.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan umum makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi pembaca.
C. Metode Penulisan
Sebagai tugas mata kuliah Sistem Integumen II di STIkes PERTAMEDIKA.
D. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
Bab II : Pembahasan
A. Tinjauan Teoritis
1. Definisi.
2. Etiologi.
3. Manifestasi Klinis.
4. Patofisiologi.
5. Pathway.
6. Komplikasi.
7. Pemeriksaan Penunjang.
8. Penatalaksanaan Medis.
Bab III : Asuhan keperawatan pada Selulitis
1. Pengkajian
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

2. Diagnosa
3. Intervensi
Bab IV: Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka

BAB II
PEMBAHASAN
1. Tinjauan teoritis
1. Definisi
Menurut Robin Graham Brown, (2005:19-20) Selulitis merupakan infeksi bakteri
pada jaringan subkutan yang pada orang-orang dengan imunitas normal, biasanya
disebabkan oleh Streptococcus pyrogenes. Erisipelas adalah istilah untuk selulitis
streptokokus yang superficial dimana tepinya berbatas tegas. Kadang-kadang,
bakteri lain ikut terlibat Haemophilus influenza merupakan penyebab yang
penting dari selulitis fasial pada anak-anak, yang sering berhubungan dengan otitis
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

media

ipsilateral.

Pada

orang-orang

dengan

imunokompromasi

immunocompromised ), berbagai macam bakteri mungkin menyebabkan


selulitis.Selulitis yang terjadi pada tungkai, walaupun bisa terdapat pada bagian
lain tubuh erisipelas biasanya terjadi didaerah muka. Organisme penyebab bisa
masuk kedalam kulit melalui lecet-lecet ringan atau retakan kulit pada jari kaki
yang terkena tinea pedis, dan pada banyak kasus, ulkus pada tungkai merupakan
pintu masuk bakteri.
Selulitis adalah inflamasi akut dari jaringan yang terinfeksi dan ditandai oleh
eritema, hangat, bengkak dan nyeri tekan. seperti pada setiap infeksi, demam
dapat dijumpai. (Eliastam Michael,dkk, 1994).Selulitis adalah infeksi bakteri kulit
dan jaringan di bawah kulit. Tidak seperti impetigo, yang merupakan infeksi kulit
sangat dangkal, selulitis adalah infeksi yang juga melibatkan lapisan kulit yang
lebih dalam: dermis dan jaringan subkutan. Bakteri yang berperan utama untuk
selulitis adalah Streptococcus dan Staphylococcus ("staph"), bakteri yang dapat
menyebabkan impetigo. MRSA (tahan methicillin Staph aureus) juga dapat
menyebabkan selulitis. Kadang-kadang, bakteri lain (misalnya, Hemophilus
influenzae, pneumokokus dan Clostridium spesies) dapat menyebabkan selulitis
juga.

2. Etiologi
a. Disebabkan oleh Streptococcus pyrogenes.
b. Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus.
c. Pada bayi yang terkena penyakit ini disebabkan oleh Streptococcus grup B.
d. Infeksi dari jamur, tapi infeksi yang diakibatkan jamur termasuk jarang
Aeromonas Hydrophila.
e. S. Pneumoniae ( Pneumococcus ).
f. Haemophilus influenza berhubungan otitis media ipsilateral.
g. Paling sering, terjadi pada luka tusukan kecil, atau gigitan serangga. Dalam
beberapa kasus ketika selulitis berkembang tanpa cedera kulit jelas, itu
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

mungkin karena celah-celah mikroskopik kulit yang meradang. Mungkin juga


muncul di kulit dekat bisul atau luka bedah.
h. Dalam keadaan lain, selulitis terjadi seperti dengan kaki kronis pembengkakan
(edema). Infeksi kulit yang sudah ada, seperti kaki atlet (tinea pedis) atau
impetigo dapat mempengaruhi perkembangan selulitis. Demikian juga,
inflamasi kondisi kulit seperti eksim, psoriasis, atau kerusakan kulit yang
disebabkan oleh terapi radiasi dapat menyebabkan selulitis.
i. Orang yang memiliki diabetes atau kondisi yang membahayakan fungsi sistem
kekebalan

tubuh

(misalnya,

HIV/AIDS

atau

orang-orang

menerima

kemoterapi atau obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh) sangat


rentan untuk mengembangkan selulitis.
j. Kondisi yang mengurangi sirkulasi darah dalam pembuluh darah atau yang
mengurangi sirkulasi cairan limfatik (seperti insufisiensi vena, kegemukan,
kehamilan, atau operasi) juga meningkatkan risiko mengembangkan selulitis.
Menurut Elizabeth J. Corwin (2009:122) Selulitis biasanya terjadi setelah luka,
gigitan di kulit atau karbunkel atau furunkel yang tidak teratasi.
faktor prediposisi yang sering adalah edema tungkai, dan selulitis banyak
didapatkan pada orangtua yang sering mengalami edema tungkai yang berasal dari
jantung, vena, dan limfe (Robin Graham Brown,2005).

3.

Klasifikasi
Menurut Berini, et al (1999) selulitis dapat digolongkan menjadi:
a. Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial,
yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya
sangat lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau
spasia yang terlibat.
b. Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya
infeksi bakteri tersebut juga mengandung supurasi yang purulen. Penamaan
berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika terbentuk eksudat yang purulen,

SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

10

mengindikasikan tubuh bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan


mekanisme resistensi lokal tubuh dalam mengontrol infeksi.
c. Selulitis Difus Akut dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
1) Ludwigs Angina.
2) Selulitis yang berasal dari inframylohyoid.
3) Selulitis Senators Difus Peripharingeal.
4) Selulitis Fasialis Difus.
5) Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya.
d. Selulitis Kronis.
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena
terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi
pada pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan
yang adekuat atau tanpa drainase.
e. Selulitis Difus yang Sering Dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina
Ludwigs . Angina Ludwigs merupakan suatu selulitis difus yang mengenai
spasia sublingual, submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang
sampai mengenai spasia pharingeal (Berini, Bresco & Gray, 1999 ; Topazian,
2002).
Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila hanya
mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.
4. Manifestasi klinis
Menurut Cecily Lynn Betz (2009:66) sebagai berikut:
Reaksi Lokal
1) Lesi dengan batas tidak jelas.
2) Area selulit biasanya nyeri, merah dan hangat.
3) Jaringan mengeras.
Reaksi sistemik
a. Demam.
b. Malaise.
c. Menggigil.
d. Garis merah sepanjang jalur drainase limfatik.
e. Kelenjar getah bening membesar dan nyeri.
Daerah yang terkena menjadi eritema, terasa panas dan bengkak, serta terdapat
lepuhan-lepuhan dan daerah nekrosis. pasien menjadi demam dan merasa tidak
enak badan, bisa terjadi kekakuan, dan pada orangtua dapat terjadi penurunan
kesadaran (Robin Graham Brown,2005).
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

11

Selulitis biasanya dimulai sebagian area kecil, pembengkakan, dan kemerahan


yang menyebar berdekatan kulit. Sebagian daerah mulai merah untuk membesar,
orang yang terkena mungkin mengalami demam, kadang-kadang dengan
menggigil dan berkeringat, nyeri, dan bengkak kelenjar getah bening di dekat
daerah kulit yang terinfeksi.
5. Patofisiologi
Selulitis adalah suatu infeksi yang menyerang kulit dan jaringan subkutan. tempat
yang paling sering terkena adalah ekstremitas, tetapi selulitis juga dapat terjadi
dikulit kepala, kepala dan leher. organisme penyebab selulitis adalah
Staphylococcus aureus, streptokokus grup A, dan streptococcus pneumonia.
Infeksi invasif disebabkan oleh Haemophilus influenza tipe B yang sekarang juga
dijumpai karena imunisasi pada masa anak. Pada anak yang masih kecil seringkali
dilaporkan adanya riwayat trauma atau infeksi saluran pernafasan atau sinusitis.
Tempat infeksi ditandai dengan pembengkakan dengan batas tegas disertai nyeri
tekan dan hangat. infeksi dapat meluas ke jaringan yang lebih dalam atau
menyebar secara sistemik (Cecily Lynn Betz,2009:65).
Selulitis disebabkan oleh bakteri patogen yang menembus lapisan luar
menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan,
penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau
orang tua pikun dan pada orang kencing manis yang pengobatannya tidak adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena dan limfatik pada kedua
ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang
karakteristik hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia. Selulitis yang tidak
berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A, streptokokus
lain atau staphilokokus aureus, kecuali jika luka yang terkait berkembang
bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata
yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi
diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini
kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih
kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme
campuran. Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan
berindurasi dan dapat mengalami super infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

12

mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis, dan


infeksi derajat rendah (Isselbacher,1999:634).

6. Pathway
BAKTERI (Staphylococcus
aureus), VIRUS (Haemophilus
influenza tipe B) JAMUR
(Aeromonas
Hydrophila)PATOGEN
MASUK KE AREA KULIT
YANG RETAK (PUSTULA)

MASUK SAMPAI KE
LAPISAN
SUBKUTAN
INFEKSI ATAU INFLAMASI
MENGAKTIFKAN MEDIATOR
INFLAMASI
(HISTAMIN DAN

ERITEMA
LOKAL PADA
AREA KULIT
LESI
DENGAN
BATAS
YANG
KERUSAKAN
KULIT

EDEMA
PADA
EKSTREMIT
AS BAWAH
DAN ATAS

NYERI
TEKAN

FUNGSIOLESA
(PADA
EKSTREMITAS
BAWAH)

KELEMAHA
N UMUM

DEMAM
PENINGKATAN
SUHU TUBUH
MK: HIPERTERMI

MK:
PENURUNAN
GANGGUAN
AKTIVITAS
RASA AMAN
NYERI INTEGUMEN II -SELULITIS
SISTEM

13

TRAUMA
JARINGAN
LUNAK

MK:
INTOLERANSI

MK :
GANGGUAN
INTEGRITAS

MK: RESIKO
TINGGI INFEKSI

7. Komplikasi
Menurut Cecily Lynn Betz (2009:66-67) sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Gangguan sistemik, septicemia.


Osteomielitis.
Arthritis septic.
Meningitis.
Hilangnya ketajaman penglihatan ( selulitis orbital ).
Potensial abses otak ( selulitis orbital, periorbital ).
Bakteremia.
Nanah atau local Abses.
Superinfeksi oleh bakteri gram negatif.
Lymphangitis.
Trombophlebitis.
Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis
sebesar 8%.

8. Pemeriksaan penunjang
Menurut Cecily Lynn Betz (2009:67) sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Hitung darah lengkap ( CBC ) leukosit meningkat.


Kultur darah positif.
Kultur aspirat jaringan positif.
Pemeriksaan radiografi sinus-sinus paranasal ( selulitis periorbital ) opasifikasi

sinus.
e. Pemindaian

CT (

CT scan

orbita

dan

sinus

paranasal

untuk

mengesampingkan terkenanya orbita.


9. Penatalaksanaan Medis
Menurut Cecily Lynn Betz (2009:67) Anak-anak dengan selulitis dapat diobati
dengan antibiotik oral sebagian pasien rawat jalan jika gejalanya terlokalisasi
tanpa demam. Bila ada gejala sistemik, anak itu harus dirawat untuk mendapatkan
antibiotic intravena (IV). Kompres hangat diberikan didaerah itu. lokasi ini
ditinggikan dan diimobilisasi bila mungkin. asetaminofen diberikan seperlunya
untuk mengatasi demam dan nyeri. selama 24 sampai 36 jam pertama setelah
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

14

pemberian antibiotik, umumnya selulitis akan tampak membaik. pemberian


antibiotik dapat diganti dari IV menjadi oral bila gelaja kemerahan, hangat, dan
pembengkakan berkurang secara nyata. total lamanya pemberian antibiotic kirakira 10 sampai 14 hari. insisi dan drainase dapat dilakukan itu menjadi supuratif.
Rendam hangat dalam medium antibacterial atau larutan Burrow dapat digunakan
dan pemberian antibiotik sistemik. (Elizabeth J. Corwin,2009).
Untuk selulitis yang disebabkan oleh streptokokus biasanya diberikan penisilin
per oral. Pada kasus yang berat, penisilin diberikan secara IV, dan bisa
ditambahkan klindamisin. Selulitis yang disebabkan oleh stafilokokkus bisa
diobati dengan dikloksasilin, untuk kasus yang berat diberikan oksasilin atau
nafsilin. Gejala-gela selulitis biasanya menghilang beberapa hari setelah
pemberian antibiotic. Kepada penderita selulitis berulang diberikan suntikan
penisilin setiap bulan atau penisilin per oral selama 1 minggu setiap bulan.
Pilihan antibiotic yang dapat diberikan antara lain :
a. Penisilin : Penicillin, Amoxicillin, Oxacillin,

Dicioxcillin,

Nafcillin,

Amoxicillin-Clavulanic Acid, Pipercillin Tazobactam, Ampicillin Sulbactam.


b. Sefalosporin : Cephalexin, Cefazolin, Ceftriaxone, Cefuroxime, Cefadroxil,
Cefepime, Ceftazidime, Ceftaroline.
c. Makrolid : Imipinem, Meropenem, Ertapenem.
d. Kuinolon : Levofloxacin, Ciprofloxacin.
e. Golongan lain : Clindamycin , Linezolid, Tigecycline, Vancomysin,
Daptomycin,

Trimethoprim-Sulfamethoxazole,

Metronidazole,

Chloramphenicol.

BAB III
Asuhan Keperawatan Pada Selulitis
1. Pengkajian
a. Anamnesa meliputi identitas klien, data biografi.
b. Keluhan utama
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

15

1) Area selulit biasanya nyeri, merah dan hangat (pada reaksi local).
Pada reaksi sistemik :
2) Demam
3) Malaise
4) Menggigil.
5) Garis merah sepanjang jalur drainase limfatik.
6) Kelenjar getah bening membesar dan nyeri.
c. Riwayat kesehatan meliputi
1) Kaji adanya lesi, bisa jadi berasal dari virus atau bakteri.
2) Kaji apakah pasien memperhatikan adanya perubahan warna kulit.
3) Kaji apakah pasien banyak bekerja atau menghabiskan waktu berlebihan diluar.
4) Kaji apakah pasien memiliki kondisi psikososial dengan gangguan kulit, dan
bagaimana mekanisme koping yang digunakan.
5) Kaji pola kepercayaan yang digunakan klien dengan masalah yang sedang
dirasakan.
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi (karakteristik kulit) :
a) Warna kulit (kemerahan, dengan batas lesi yang tidak jelas, bengkak serta
terdapat lepuhan-lepuhan dan daerah nekrosis).
b) Penyebaran atau kontribusi warna kulit (tidak merata dan batas lesi yang
tidak tegas dan jelas).
c) Kelainan pada kulit (berupa pustula, area kulit berwarna kemerahan dan
edema).
2) Palpasi
a) Tekstur kulit (kulit kencang karena edema, berisi cairan kuning atau purulent
dan serosa atau cairan bening).
b) Suhu kulit ( saat dipalpasi pada area kulit terasa hangat).
c) Kelembapan (kulit kering).
e. Tes diagnostik
Menurut Cecily Lynn Betz (2009:67) sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)

Hitung darah lengkap ( CBC ).


Kultur darah positif.
Kultur aspirat jaringan positif.
Pemeriksaan radiografi sinus-sinus paranasal ( selulitis periorbital ) opasifikasi

sinus.
5) Pemindaian CT ( CT scan ) orbita dan sinus paranasal untuk mengesampingkan
terkenanya orbita.
2. Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi akut ditandai dengan edema ekstremitas atas
dan bawah.
b. Hipertermi berhubungan dengan penyakit.
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

16

c. Kerusakkan integritas kulit berhubungan dengan eritema lokal dan lesi yang tidak
d.
e.
f.
g.

merata.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan lunak.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Ansietas berhubungan dengan perawatan penyakit.
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang familier dengan sumbersumber informasi.

3. Intervensi
No

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri

berhubungan

INTERVENSI

dengan

Mandiri:

inflamasi akut ditandai dengan

Mengatur posisi pasien yang nyaman.

edema ekstremitas atas dan

Rasional

bawah.

Meringankan atau mengurangi nyeri sampai


pada tingkat kenyamanan yang diterima

Tujuan:
Setelah

oleh pasien.
dilakukan

tindakan

keperawatan dalam waktu


jam

gangguan

rasa

nyeri

Gunakan tekhnik distraksi dan relaksasi.


Rasional

berkurang.

Untuk mengurangi rasa nyeri pasien.

Kriteria hasil :

Kolaborasi:

a. Pasien
menunjukan

dapat
tingkat

Berikan analgesik sesuai indikasi.


Rasional

keparahan nyeri dengan

Untuk mengurangi

menggunakan indikator

meningkatkan kenyamanan pasien.

nyeri.
b. Pasien dapat mencapai
kenyamanan

setelah

diberikan pengetahuan
tentang

tehnik

relaksasi.
c. Pasien mengungkapkan
persepsi

positif

terhadapan kemudahan

rasa nyeri pasien dan

Observasi:
Minta pasien untuk menilai nyeri atau
ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10
(0= tidak ada nyeri, 10= nyeri hebat).
Rasional
Untuk mengetahui pengurangan rasa nyeri
pasien

setelah

dilakukan

tindakan

SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

17

fisik dan psikologis.


d. Pasien
dapat
mengendalikan

nyeri

yang dirasakannya.
e. Pasien
dapat
melaporkan

tingkat

keperawatan.
Health education :
Informasikan

kepada

pasien/keluarga

tentang prosedur yang dapat meningkatkan


nyeri dan tawarkan koping yang disarankan.

keparahan nyeri.

Rasional
Mengurangi ansietas klien dan keluarga
terhadap

tindakan

keperawatan

yang

dilakukan.

2. Hipertermi berhubungan

dengan penyakit.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam
peningkatan suhu tubuh klien
berkurang.
Kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital klien:
nilai suhu, denyut nadi,
frekuensi pernapasan, dan
tekanan darah dalam
rentang normal.
b. Pasien akan menunjukkan
termoregulasi yang
dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (gangguan
ekstrem berat, sedang,
ringan atau tidak ada
gangguan):
Berkeringat saat panas.

Mandiri:
Pemantauan tanda-tanda vital pasien.
Rasional
Mengumpulkan dan menganalisis data
kardiovaskular, pernapasan, dan suhu tubuh
untuk
menentukkan
serta
mencegah
komplikasi.
Regulasi
suhu:
mencapai
atau
mempertahankan suhu tubuh dalam rentang
normal.
Rasional
Suhu yang tinggi atau tidak dalam rentang
normal menandakkan adanya reaksi inflamasi.
Kolaborasi:
Berikan antipiretik,jika perlu.
Rasional
Pencegahan peningkatan suhu yang berulang
atau berkelanjutan.
Observasi:
Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan
frekuensi pernapasan.
Rasional
Mengetahui perkembangan tanda-tanda vital
pasien
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan.

SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

18

Pantau hidrasi (misalnya; turgor kulit,


kelembapan, membran mukosa).
Rasional
Hidrasi
yang
baik
menandakkan
termoregulasi tubuh pasien mulai membaik.
Health education:
Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur
suhu untuk mencegah dan mengenali secara
dini hipertermia.
Rasional
Memberikan tindakan mandiri kepada pasien
dan keluarga untuk mengenali tanda-tanda
hipertermia.
3. Kerusakkan integritas kulit
Mandiri:
Lakukan perawatan luka.
berhubungan dengan eritema
Rasional
lokal dan lesi yang tidak
Untuk mencegah komplikasi luka dan
merata.
tingkatkan penyembuhan luka.
Tujuan:
Observasi :
Setelah dilakukan tindakan
Monitor adanya tanda-tanda infeksi luka
keperawatan
2x24
jam
setempat.
kerusakkan integritas kulit
(misalnya nyeri saat palpasi, edema,
mengalami perbaikan.

pruritus, edema, indurasi, dan sebagainya).

Kriteria hasil:

Rasional
Memantau perkembangan karakteristik ada

a. Pasien menunjukkan
penyembuhan luka dan
dibuktikan oleh indikator.
b. Tidak ada lepuh atau
maserasi pada kulit.
c. Tidak adanya nekrosis.
d. Eritema disekitar luka tidak
ada.

tidaknya tanda-tanda infeksi.


Health education:
Anjurkan kepada anggota keluarga untuk
mengamati tanda kerusakan kulit yang lebih
lanjut.
Rasional
Memberikan tindakan mandiri untuk pasien
dan keluarga.
Kolaborasi:
Konsultasikan

pada

ahli

gizi

tentang

makanan tinggi protein, mineral, kalori dan


vitamin.
Rasional
Makanan tinggi protein,mineral kalori dan
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

19

vitamin untuk mempercepat penyembuhan


luka dan membentuk antibody yang kuat.
Konsultasikan

pada

dokter

mengenai

pemberian makanan , dan dengan nutrisi


enteral atau parenteral.
Rasional
Nutrisi yang adekuat akan meningkatkan
potensi penyembuhan.
4. Resiko
tinggi
infeksi Mandiri:
Pengendalian infeksi.
berhubungan dengan trauma
Rasional
jaringan lunak.
Meminimalkan penyebaran dan penularan
Tujuan: Setelah dilakukan agens infeksius.
tindakan keperawatan 1x24
jam resiko tinggi infeksi dapat
diminimalisir.
Kriteria hasil:
Klien terbebas dari
tanda dan gejala infeksi.
b.
Klien memperlihatkan
hygiene personal yang
adekuat.
a.

Kolaborasi:
Pengendalian infeksi : berikan terapi
antibiotik, bila diperlukan.
Rasional
Mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
Observasi:
Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya,
suhu tubuh,denyut jantung, drainase,
penampilan luka, sekresi, penampilan urine,
suhu kulit, lesi kulit,keletihan, dan malaise).
Rasional
Memantau perkembangan pasien setelah
dilakukan tindakan kepeawatan.

Health education:
Pengendalian infeksi: ajarkan pasien dan
keluarga teknik mencuci tangan yang benar.
Rasional
Meminimalisir terjadinya penyebaran infeksi
melalui tangan.
5. Intoleransi

berhubungan
kelemahan umum.

aktivitas Mandiri:
Manajemen energi.
dengan
Rasional
Mengatur pengguanaan energi untuk
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

20

mengatasi atau mencegah kelelahan.


Tujuan:
Setelah

dilakukan

Bantuan perawatan diri.


tindakan Rasional

keperawatan 3x24 jam klien Membantu individu untuk melakukan AKS


mengalami
peningkatan dan AKSI.
aktivitas.

Observasi:
Monitor tingkat kemampuan pasien untuk
berpindah dari tempat tidur,berdiri,ambulasi
Kriteria hasil:
dan melakukan AKS (aktivitas kehidupan
Pasien akan mengidentifikasi sehari-hari) dan AKSI (aktivitas kehidupan
sehari-hari instrumental).
aktivitas atau situasi yang
Rasional
menimbulkan kecemasan yang
Memantau perkembangan toleransi aktivitas
dapat mengakibatkan intoleran pasien.
aktivitas.

Monitor penyebab keletihan (misalnya,


perawatan, nyeri, dan pengobatan).
Rasional
Memantau perkembangan toleransi aktivitas
pasien.
Pantau asupan nutrisi.
Rasional
Untuk memastikan sumber-sumber energi
yang adekuat.
Kolaborasi:
Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas,
apabila nyeri merupakan salah satu faktor
penyebab.
Rasional
Mengurangi rasa nyeri selama aktivitas.
Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk
perencanaan diet guna meningkatkan asupan
makanan yang kaya energi.
Rasional
Nutrisi atau asupan yang adekuat
memungkinkan peningkatan energi untuk
aktivitas pasien.
Health education:
Anjurkan tentang pengaturan aktivitas dan
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

21

teknik manajemen waktu untuk mencegah


kelelahan.
Rasional
Meminimalisir kelelahan pasien akibat
aktivitas yang tidak terorganisir dengan baik.
Anjurkan teknik napas terkontrol selama
aktivitas, jika perlu.
Rasional
Meminimalisir kelelahan berat selama
aktivitas pasien.
6. Ansietas berhubungan dengan Mandiri :
perawatan penyakit.

Mengantisipasi kekhawatiran, ketakutan atau

Tujuan:

perasaan

Setelah

dilakukan

tidak

tenang

pasien

yang

tindakan berhubungan dengan perawatan penyakit.

keperawatan dalam waktu 2 Rasional


jam ansietas klien berkurang.

Memberikan rasa percaya pasien dalam


tindakan yang dilakukan ahli medis.

Kriteria hasil:
a. Pasien

dapat

memenuhi Kolaborasi:

aktifitasnya sendiri tanpa Lakukan kolaborasi farmakologi.


dibantu.
b. Menunjukan
untuk

Rasional
kemampuan

berfokus

pengetahuan

Untuk menurunkan ansietas jika diperlukan.

pada
dan

Observasi:

keterampilan yang baru.


Lakukan observasi dengan menentukan
c. Pasien dapat memaparkan
kemampuan pengambilan keputusan pasien.
perasaan
negatif
atau
Rasional
keluhan yang dirasakan.
c. TTV dalam batas normal.
Pasien dan keluarga dapat melakukan koping
yang baik terhadap tindakan keperawatan
yang dilakukan pasien.
Health education:
Ajarkan anggota keluarga untuk membedakan
antara serangan panik dan gejala penyakit
fisik.
SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

22

Rasional
Mengurangi ansietas pasien yang tidak bisa
kooperatif terhadap tindakan keperawatan.

7. Defisiensi

pengetahuan Mandiri:

berhubungan dengan kurang

Edukasi kesehatan.

familier

Rasional

dengan

sumber-

sumber informasi.

Mengembangkan dan memberi bimbingan


dan pengalaman belajar untuk memfasilitasi

Tujuan:
Setelah

adaptasi secara sadar perilaku yang kondusif


dilakukan

tindakan

keperawatan

1x24

jam

pengetahuan

klien

dan

keluarga

untuk

kesehatan

individu,

keluarga,

kelompok, atau komunitas.

mengalami Observasi:

peningkatan.

Tentukan kemampuan pasien.


Rasional

Kriteria hasil:

Untuk

a. Mengidentifikasi

(misalnya, tingkat perkembangan , status

kebutuhan
kemampuan

mempelajari

terhadap

psikologis,

informasi

kebutuhan

orientasi,
dasar

yang

informasi

khusus

nyeri,

keletihan,

tidak

terpenuhi,

tambahan tentang program

keadaan emosional, dan adaptasi terhadap

terapi (misalnya,informasi

penyakit).

tentang diet).
b. Memperlihatkan
kemampuan

Health education:
Beri penyuluhan sesuai tingkat pemahaman
pasien, ulangi informasi bila diperlukan.
Rasional
Memberikan pendidikan kesehatan terhadap
pasien dan keluarga agar memahami tindakan
keperawatn yang dilakukan terhadap pasien.

SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

23

BAB IV
Penutup
Kesimpulan
Selulitis adalah istilah yang diberikan untuk infeksi dari lapisan kulit dermis dan subkutan
yang menimbulkan kulit merah, bengkak dan nyeri. Selulitis merupakan infeksi bakteri pada
jaringan subkutan yang pada orang-orang dengan imunitas normal, biasanya disebabkan oleh
Streptococcus pyrogenes.

SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

24

Daftar pustaka
Berini, et al, 1997, Medica Oral: Buccal and Cervicofacial Cellulitis. Volume 4.
Cecily, Lynn Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi:5. Jakarta:EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku saku. Edisi:3. Jakarta:EGC.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan:Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta:EGC.

Eliastam, Michael. 1998. Penuntun Kedaruratan Medis. Edisi:5. Jakarta:EGC.

Isselbacher, (1997), A Synopsis of Minor Oral Surgery, Wright, Oxford.

Robin, Graham Brown. 2005. Dermatologi: Catatan kuliah. Edisi:8. Jakarta:Erlangga.

Wilkinson, Judith M.

2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan:Diagnosis NANDA,

Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi:9. Jakarta:EGC.

SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

25

http://www.medicinenet.com/cellulitis/article.htm (Diunduh hari senin 17-03-2014 pada


pukul 13.00).
http://medicastore.com/penyakit/192/Selulitis.html (Diunduh hari senin, 17-03-2014 pada
pukul 16:43).
http://www.news-medical.net/health/Cellulitis-What-is-Cellulitis.aspx (Diunduh hari rabu,1903-2014 pukul 16:28).

SISTEM INTEGUMEN II -SELULITIS

26

You might also like