Professional Documents
Culture Documents
I.
Pendahuluan
Bencana bisa terjadi dimana saja, baik di dalam Rumah Sakit maupun di luar rumah sakit,
merupakan suatu potensi ataupun suatu resiko yang harus kita terima. Hal ini bisa terjadi karena
faktor alam, yang disebut bencana alam, serta bencana industri, yang disebabkan karena human
error, atau kecelakaan karena sifat bahan / material yang diolah dan sifat pekerjaan yang
mengandung sumber bahaya.
Bencana terjadi setiap saat, dengan rangkaian mata rantai terakhir berupa kerugian moril,
materiil, begitu juga banyaknya korban akibat bencana tersebut. Kehilangan anggota keluarga,
kehilangan sumber pencaharian, kehilangan rumah, mobil, bahkan kehilangan nyawa, belum lagi
gangguan psikologis akibat trauma yang ditimbulkan bencana tersebut. Untuk dapat mengurangi
jumlah korban jiwa manusia akibat bencana ini perlu adanya usaha pertolongan medik darurat
(pra-rumah sakit dan atau di rumah sakit) yang melibatkan berbagai unsur kesehatan dari
berbagai instansi pemerintah maupun swasta secara terpadu dan terintegrasi. Sehingga
diperlukan adanya suatu upaya kesiapsiagaan dan kewaspadaan dalam memberikan pertolongan
medik darurat terutama di rumah sakit (Hospital disaster Planning).
Dalam usaha efektivitas pelaksanaan penanggulangan bencana tersebut maka dengan ini di
susun buku Pedoman Penanggulangan Bencana yang diberlakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Cicik
II.
a.
Tujuan
Sebagai pedoman dalam menanggulangi bencana yang terjadi,baik dari dalam maupun
b.
dari luar rumah sakit yang mengenaipegawai, pasien, pengunjung dan masyarakat sekitar.
Menentukan tanggung jawab dari masing-masing personel dan unit kerja pada saat terjadinya
c.
bencana
Sebagai acuan dalam penyusunan standar prosedur operasional dalam penanggulangan
kegawat daruratan
BAB II
1
BATASAN DISASTER/BENCANA
II.1. PENGERTIAN
Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak atau secara berlanjut yang
menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan yang normal atau kerusakan ekosistem sehingga
diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan manusia beserta
lingkungannya.
Bencana (disaster) pada dasarnya merupakan suatu kejadian dimana terdapat korban
manusia, kerusakan materi, kebutuhan yang melebihi sumber daya lokal, dan terganggunya
mekanisme kehidupan sehari-hari. Korban massal adalah banyaknya korban dengan penyebab
kejadian yang sama, sehingga membutuhkan pertolongan medik yang lebih memadai dalam hal
fasilitas maupun tenaga sehingga dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat.
Sistem Penatalaksanaan korban bencana massal adalah satu kelompok yang terdiri dari
unit-unit, organisasi dan sektor-sektor yang bekerjasama dengan menggunakan tatacara tetap
untuk meminimalkan tingkat kematian dan kecacatan korban bencana massal dengan
menggunakan segala sumber daya yang ada secara efisien.
Sistem penatalaksanaan korban bencana massal didasarkan pada :
1. Tatacara penilaian awal, dipergunakan dalam prosedur kegawatdaruratan rutin yang dapat
diadaptasi untuk kecelakaan-kecelakaan besar.
2. Penggunaan sumber daya secara maksimal.
3. Persiapan dan respon multi sektoral.
4. Koordinasi yang terencana baik dan teruji.
Triase
adalah tindakan pemilihan korban sesuai kondisi kesehatannya untuk mendapat label tertentu dan
kemudian dikelompokkan serta mendapatkan pertolongan / penanganansesuai dengan kebutuhan
Korban akan terbagi dalam lima kondisi kesehatan, sebagai berikut :
a. Label Hijau
2
abdomen berat)
Fraktur disable
Luka bakar luas
Gangguan kesadaran / trauma kepala
c. Label merah
Korban dengan cidera berat yang memerlukan observasi ketat, kalau perlu
tindakan operasi. Dengan kemungkinan harapan hidup yang masih besar dan
memerlukan perawatan rumah sakit atau rujuk ke rumah sakit lain, termasuk
dalam kategori ini :
- Syok oleh berbagai kausa
- Gangguan pernapasan
- Trauma kepala dengan pupil anisokor
- Perdarahan eksternal missal
d. Label hitam
Korban yang sudah meninggal dunia. Ditempatkan di Lobi Tengah
Siaga
Adalah suatu keadaan dimana pada waktu yang bersamaan korban di rumah sakit dalam
jumlah yang besar sehingga memerlukan penanggulangan khusus, dan dapat terjadi di dalam
maupun di luar jam kerja.
Pesan Siaga dari Pusat Komunikasi (dibagian umum) harus disampaikan langsung kepada
IGD (melalui telepon) informasi ini harus diterima langsung oleh perawat atau dokter jaga,
kemudian berkoordinasi dengan direktur, manajer pelayanan dan koordinator perawat
mengaktifkan rencana penanggulangan bencana rumah sakit. Setelah itu operator akan
memanggil/memobilisasi tenaga penolong yang tercantum dalam daftar.
Berdasarkan kondisi dan kemampuan Rumah sakit, maka kondisi siaga dibagi menjadi
dua tingkat :
a. Siaga I (satu) : jumlah korban 5 10 orang
- Jumlah korban melebihi kapasitas IGD RSVI, sehingga harus dibantu dengan
memobilisasi petugas dari unit kerja lain, tapi masih terbatas di dalam lingkungan
rumah sakit.
- Pekerjaan rutin sebagian tertunda, sebagian masih dapat dilakukan tanpa terganggu.
b. Siaga II (dua) : lebih dari 10 orang
- Jumlah korban melebihi kemampuan pelayanan IGD RSVI, sehingga harus
memobilisasi sebagian besar petugas RSVI termasuk karyawan yang sedang tidak
bertugas
2. Ekstern
Bencana bersumber berasal dari luar rumah sakit yang dalam waktu singkat mendatangkan
korban bencana dalam jumlah melebihi rata-rata keadaan biasa sehingga memerlukan
penanganan khusus dan mobilisasi tenaga pendukung lainnya.
Contoh: Korban keracunan massal, korban kecelakaan missal, bencana alam,dll.
II.3. KODE-KODE EMERGENSI
1. Code Red (Merah)
Code Red adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman kebakaran di lingkungan
rumah sakit (api maupun asap), sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit
untuk kasus kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel rumah sakit, yang
masing-masing memiliki peran spesifik yang harus dikerjakan sesuai panduan tanggap
darurat bencana rumah sakit. Misalnya; petugas teknik segera mematikan listrik di area
kebakaran, perawat segera memobilisasi pasien ke titik-titik evakuasi, dan sebagainya.
2. Code Blue (Biru)
Code Blue adalah kode yang mengumumkan adanya pasien,keluarga pasien, pengunjung,
dan karyawan yang mengalami henti jantung dan membutuhkan tindakan resusitasi segera.
Pengumuman ini utamanya adalah untuk memanggil tim medis reaksi cepat atau tim code
blue yang bertugas pada saat tersebut, untuk segera berlari secepat mungkin menuju
ruangan yang diumumkan dan melakukan resusitasi jantung dan paru pada pasien. Tim
medis reaksi cepat (tim code blue) ini merupakan gabungan dari perawat dan dokter yang
terlatih khusus untuk penanganan pasien henti jantung. Karena setiap shift memiliki
anggota tim yang berbeda-beda, dan bertugas pada lokasi yang berbeda-beda pula (pada
lantai yang berbeda atau bangsal/ruang rawatan yang berbeda); diperlukan pengumuman
yang dapat memanggil mereka dengan cepat.
3. Code Pink (Merah muda)
Code Pink adalah kode yang mengumumkan adanya penculikan bayi/ anak atau kehilangan
bayi/ anak di lingkungan rumah sakit.Secara universal, pengumuman ini seharusnya diikuti
dengan lock down (menutup akses keluar-masuk) rumah sakit secara serentak.Bahkan
menghubungi bandar udara, terminal, stasiun dan pelabuhan terdekat untuk kewaspadaan
terhadap bayi korban penculikan.
4. Code Black (Hitam)
Code black adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman orang yang membahayakan
(ancaman orang bersenjata atau tidak bersenjata yang mengancam akan melukai seseorang
atau melukai diri sendiri), ancaman bom atau ditemukan benda yang dicurigai bom di
lingkungan rumah sakit dan ancaman lain.
5. Code Brown (Coklat)
Code Brown adalah kode yang mengumumkan pengaktifan evakuasi pasien, pengunjung
dan karyawan rumah sakit pada titik-titik yang telah ditentukan. Pada intinya, menginisiasi
tim evakuasi untuk melaksanakan tugasnya.
BAB III
STAF DAN PIMPINAN
Kepengurusan
1. Jabatan ketua Tim Penanggulangan Bencana adalah seorang dari profesi medis yang senior dan
mempunyai pengalaman di bidang penanganan bencana serta benar-benar ahli dalam mengelola
operasi penanggulangan bencana
2. Koordinator Tim Penanggulangan Bencana adalah seorang dari pimpinan unit pelanan umum,
pelayanan medik, manajer logistik, manejer keuangan dan humas, yang terampil serta punya
kemampuan, skill dan pengetahuan yang memadai.
Masa Kerja
Masa kerja dari Ketua Tim Penanggulangan Bencana tidak tak terbatas, dan bisa ditetapkan untuk masa
kerja 5 tahun dan dapat dipilih kembali.
BAB IV
ORGANISASI DAN TATA KERJA
KEDUDUKAN TIM PENANGGULANGAN BENCANA
1. Tim penanggulangan bencana adalah wadah non struktural di bawah Kepala Rumah Sakit
2. Tim Penanggulangan Bencana dipimpin oleh Ketua Tim sebagai pemegang komando (Incident
Commander)
3. Keanggotaan Tim Penanggulangan Bencana terdiri dari 5 koordinator, yaitu :\
7
Koordinator Humas
Koordinator Petugas Lapangan
Koordinator Logistik
Koordinator transportasi dan akomodasi
Koordinator Dana
Jabatan Fungsional
Tugas dan Tanggung jawab
Komandan Tim Penanggulangan
- Penentuan kebijakan penanggulangan keadaan darurat
Bencana
-
bencana
Pimpinan tertinggi dalam penanggulangan bencana
Mengkoordinir para koordinator dibawahnya
Melakukan koordinasi dengan pihak internal maupun
eksternal
Bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan personel
penanggulangan insiden, masyarakat, dan penyelesaian
Koordinator
Humas
(Public
Relation Section)
dan
usaha
Koordinator
perencanaan
dan
tertulis
Untuk insiden yang lebih besar skalanya atau lebih komplek,
IAP dibuat dalam bentuk dokumen tertulis dan dibawah
Koordinator Logistik
Koordinator
transportasi
dan
akomodasi
Koordinator Dana
biaya
Membukakan semua biaya untuk operasi penanggulangan
bencana
PENGELOLALAAN SDM
1. Kesiapan sebelum penugasan
2. Prosedur penugasan
3. Prosedur demobilisasi
Kesiapan Sebelum Penugasan
-
Go Kit anda diharapkan terdiri dari barang-barang yang akan diperlukan dalam setiap
insiden:
o
o
o
o
Tanda pengenal
Pena, pensil, spidol
Kertas
Formulir-formulir ICS dan lainnya
9
Prosedur Penugasan
Cari atasan langsung anda untuk mendapatkan informasi penting untuk melakukan pekerjaan
anda:
-
anda seorang Supervisor? Jika ya, berapa orang yang akan anda awasi?
Prosedur apa yang berlaku untuk menghubungi Supervisor anda sehari-hari?
Bagaimana keluarga anda dapat menghubungi anda bila dalam keadaan darurat?
Buat catatan selama briefing, khususnya bila anda memiliki bawahan yang juga perlu
Prosedur Demobilisasi
10
lain.
Pastikan semua catatan dan dokumen anda sudah diperbaharui
Berikan penjelasan pada pengganti anda atau Supervisor anda tentang status dari
semua pekerjaan
Berikan penjelasan pada bawahan anda dan perkenalkan pengganti anda, jika
diperlukan.
Kembalikan atau alihkan semua peralatan yang menjadi tanggung jawab anda.
Ikuti prosedur check out yang berlaku sebelum meninggalkan lokasi
11
BAB V
PERENCANAAN LOGISTIK, KOMUNIKASI, DAN KOORDINASI
PERENCANAAN LOGISTIK
adalah dengan mendirikan Incident Commando Pos (ICP) pada setiap insiden
Lokasi ICP harus diumumkan kepada semua penanggungjawab dan disebarluaskan
sehingga semua personil mengetahui lokasinya.
Staging Areas
- Lokasi-lokasi yang didirikan di daerah insiden dimana sumber daya (orang, peralatan,
-
untuk
Base
- Base memberikan pelayanan utama dan aktivitas pendukung untuk penanggulangan
-
insiden.
Base digunakan untuk menyediakan tempat untuk sumberdaya yang out-of-service.
12
Base adalah tempat dimana Koodinator Logistik /Logistic Section dan barang
Camp
- Camp terpisah dari Incident Base, dilengkapi dengan fasilitas dan tenaga untuk
menyediakan makanan, air, tempat tidur dan sanitasi untuk personil penanggulangan
insiden
PERALATAN
- Set Penanggulangan Bencana Bag
- Alat komunikasi telepon, yang dapat dipergunakan untuk hubungan dengan seluruh
satuan kerja RS dan juga hubungan dengan luar RS Vita Insani.
Bila jam kerja bisa langsung melaporkan kepada TPB (Tim Penanggulangan
Bencana)
Bila diluar jam kerja, penerima berita bisa menyampaikan berita tersebut kepada
EVALUASI
Koordinator humas segera melakukan evaluasi penanganan bencana sebagai berikut :
1. Mengadakan penelitian dan laporan yang telah dilakukan terhadap korban selama proses
penanganan korban bencana.
2. Mengambil langkah dalam usaha memberikan pelayanan kepada pasien pasca bencana.
3. Mengevaluasi proses kegiatan dan kendala kendala yang dihadapi Tim Penanggulangan
Bencana untuk perbaikan apabila terjadi bencana selanjutnya
BAB VI
PROSEDUR PENANGGULANGAN BENCANA DI RUMAH SAKIT
PENATALAKSANAAN KORBAN BENCANA MASSAL RUMAH SAKIT
Proses Penyiagaan
Pesan siaga dari pusat komunikasi harus disampaikan langsung kepada Instalasi Gawat Darurat
(melalui telepon atau radio). Informasi ini harus diterima langsung oleh perawat atau dokter
jaga. Kemudian bekerja sama dengan petugas administrasi (perawat dibagian administrasi,
14
Kepala RS, Direktur Bidang Medis), keputusan mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban
bencana massal di rumah sakit, akan dibuat. Setelah itu operator telepon Rumah Sakit akan mulai
memanggil/memobilisai tenaga penolong yang tercantum dalam daftar
Mobilisasi
1. Tim Siaga Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit
Jika kecelakaan terjadi dalam radius 20 menit dari Rumah Sakit, Tim Siaga
Penanggulangan Bencana di RS akan segera di berangkatkan ke lokasi kejadian.
Jika kecelakaan tersebut terjadi dalam jarak lebih dari 20 menit dari RS, tim tersebut
hanya akan diberangkatkan berdasarkan permintaan Tim Kesehatan Daerah.
2. Petugas Rumah Sakit
a. Petugas Kunci
Bila terjadi bencana massal, rumah sakit harus segera menghubungi tenaga utama
Rumah Sakit tersebut (Direktur Rumah Sakit, Kepala Pelayanan Medik, Kepala
Urusan Rumah Tangga, Petugas Gudang, dan semua anggota tim Hospital Disaster
Plan)
b. Pengerahan Petugas
Mobilisasi Internal Petugas Rumah Sakit Petugas Unit Gawat Darurat yang
diberangkatkan ke lokasi kecelakaan harus segera digantikan dengan petugas dari
keperawatan lain. Petugas dari bagian lain juga harus membantu mempersiapkan
ruangan yang akan dipergunakan untuk menampung korban kecelakaan massal
tersebut.
Palang Merah akan mengirimkan dua tim sukarelawan yang telah dilatih
khusus ke rumah sakit dimana tim pertama akan bekerja di unit gawat
darurat sedangkan tim lainnya dapat ditempatkan dimana saja tenaga
mereka dibutuhkan.
dan telepon, atau telah dipersiapkan untuk pemasangan alat komunikasi tersebut. Ruangan ini
harus mudah ditemukan/dicapai, dan cukup untuk menampung hingga 10 petugas.
Tim inti dari Pos Komando di Rumah Sakit ini beranggotakan :
a.
b.
c.
d.
e.
17
Komando dilapangan sehingga korban dengan status merah dapat dibawa ke fasilitas
kesehatan lainnya jika jumlah korban sudah melampaui kapasitas rumah sakit dalam menerima
korban bencana massal.
PENERIMAAN KORBAN
Lokasi
Tempat penerimaan korban di rumah sakit adalah tempat dimana triase dilakukan. Untuk itu
dibutuhkan :
1.
2.
3.
4.
Jika penatalaksanaan pra-Rumah sakit dilakukan secara efisien, jumlah korban yang
dikirim ke rumah sakit akan terkontrol sehingga setelah triase korban dapat segera dikirim ke
unit perawatan yang sesuai dengan kondisi mereka. Tetapi jika hal ini gagal akan sangat banyak
korban yang dibawa ke rumah sakit, sehingga korban-korban tersebut harus ditampung dulu
dalam satu ruangan sebelum dapat dilakukan triase. Dalam situasi seperti ini daya tampung
rumah sakit akan segera terlampaui.
Tenaga Pelaksana
Petugas triase di rumah sakit akan memeriksa setiap korban untuk konfirmasi triase yang
telah dilakukan sebelumnya, atau untuk melakukan kategorisasi ulang status penderita. Jika
penatalaksanaan pra-rumah sakit cukup adekuat, triase di rumah sakit dapat dilakukan oleh
perawat berpengalaman di unit gawat darurat. Jika penanganan pra-rumah sakit tidak efektif,
sebaiknya triase di rumah sakit dilakukan oleh dokter gawat darurat atau oleh ahli anastesi yang
berpengalaman.
Hubungan dengan Petugas Lapangan
Jika sistem penatalaksanaan korban bencana massal telah berjalan dengan baik akan
dijumpai hubungan komunikasi yang konstan antara pos komando rumah sakit, pos medis
18
lanjutan, dan pos komando lapangan. Dalam lingkungan rumah sakit, perlu adanya aliran
informasi yang konstan antara tempat triase, unit-unit perawatan utama dan pos komando rumah
sakit. Ambulans harus menghubungi tempat triase di rumah sakit lima menit sebelum
ketibaannya di rumah sakit.
20
BAB VII
PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA
DARI LUAR RUMAH SAKIT
METODOLOGI
Bencana dari luar rumah sakit akan mendatangkan korban yang bersifat massal,
karenanya berdasarkan jumlah korban yang datang bencana dengan korban massal dibagi
menjadi 3 tingkat yaitu
1. Siaga 3 : jumlah korban yang datang 3 4 orang saja
2. Siaga 2 : jumlah korban yang datang 5 10 orang
3. Siaga 1 : jumlah korban yang datang lebih dari 10 orang
21
Keadaan siaga ini ditentukan oleh Dokter IGD yang berdinas pada saat itu, yang
selanjutnya dilaporkan kepada Ketua Tim Disaster plan dan Direktur Rumah Sakit. Triage
dipimpin oleh dokter IGD bersama perawat IGD. Penanggulangan awal penderita dilakukan oleh
dokter IGD, perawat IGD, tenaga perawat dari ruangan lain yang dimobilisasikan.
Triase bertujuan untuk menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban.
Penilaian triage saat bencana sedikit berbeda dengan triage pada kondisi normal, disesuaikan
dengan jumlah korban dan kemampuan kapasitas RS dalam melakukan pertolongan korban.
Untuk triase digunakan kartu kode warna setelah diperoleh informasi akurat tentang keadaan
penderita. Kartu warna yang dipergunakan disini adalah :
MERAH (immediate)
Korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan kemungkinan bertahan hidup yang
paling besar jika dilakukan tindakan segera. Butuh tindakan operasi segera atau intervensi lifesaving lainnya, merupakan prioritas utama untuk tim bedah atau evakuasi/transportasi ke fasilitas
yang lebih baik.
KUNING (observation)
Korban dengan kondisi stabil saat datang, perawatan dapat ditunda sementara,tetapi
membutuhkan observasi ketat dan re-triage ulang oleh petugas medis yang berpengalaman.
Dalam kondisi normal, kemungkinan merupakan penderita yang memerlukan tindakan segera.
Termasuk dalam kategori ini :
a. Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma
abdomen berat)
22
b.
c.
d.
d.
e.
Fraktur multipel
Fraktur femur / pelvis
Luka bakar luas
Gangguan kesadaran / trauma kepala
Korban dengan status yang tidak jelas
Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat terhadap timbulnya
komplikasi, dan diberikan perawatan sesegera mungkin.
HIJAU (wait / walking wounded)
Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda,
mencakup korban dengan :
a. Fraktur minor
b. Fraktur minor, luka bakar minor.
BIRU
Korban dengan kemungkinan survive / bertahan hidup nol atau kecil sekali. Tindakan yang
dilakukan hanya observasi atau jika dimungkinkan pemberian analgesik. Termasuk dalam
kategori ini adalah :
a. Korban dengan trauma berat (severe injuries)
b. Uncompensated blood loss
c. Korban dengan pemeriksaan neurologi yang negatif.
HITAM
Korban yang telah meninggal dunia. Pada label dituliskan : nama korban, umur, jenis kelamin,
alamat pasien. Bila korban tidak dikenal ditulis tidak dikenal.
ORGANISASI
Dalam keadaan bencana / disaster plan seperti ini maka secara otomatis pengorganisasian
penanggulangan bencana yang telah ditetapkan menjadi aktif.
PERENCANAAN SDM
23
PERENCANAAN KOMUNIKASI
Komunikasi dalam penanggulangan bencana di rumah sakit merupakan hal yang sangat
penting. Untuk itu ada hal hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :
-
telah dilakukan.
Penerima harus mencatat identitas pelapor, jam menerima berita, isi berita dan
mencari kebenaran berita tersebut, melaporkan ke atasan.
Pagging
Airphone/intercom
Telepon
Faximile
Pesawat HT
Handphone
24
PERENCANAAN LOGISTIK
Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun alat medis sangat
diperlukan saat penanggulangan bencana, hal menjadi peranan penting bagi tim pendukung
logistik untuk merencanakan pelaksanaan sesuai dengan kondisi pada saat itu.
PERENCANAAN TRANSPORTASI
Peranan Transportasi juga tidak kala pentingnya untuk pengangkutan korban, oleh karena
itu pimpinan disaster dapat menggunakan alat transportasi ambulan untuk merujuk korban
kerumah sakit rujukan dan bilamana perlu dapat berkoordinasi dengan Ambulan 118.
PELAPORAN
Informasi cepat tentang jumlah / beratnya korban- korban harus segera di dapat dalam 2 s/d 4
jam. Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh Pimpinan Disaster dan Tim Disaster,
selanjutnya dibuatkan laporannya untuk disampaikan kepada direktur rumah sakit.
25
BAB VIII
PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA
DARI DALAM RUMAH SAKIT
METODOLOGI
Sebagai contoh bencana dari dalam rumah sakit yang banyak menyebabkan kerugian dan korban
adalah kebakaran. Oleh karenanya metodologi ini dititik beratkan pada penganggulangan
kebakaran, selanjutnya bencana lain tinggal mengikutinya.
Kebakaran di Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi :
Kebakaran Ringan : Kebakaran yang melibatkan area yang sempit, dengan api yang
kecil.
Kebakaran Sedang : kebakaran yang melibatkan area lebih luas bersifat lokal dengan
ORGANISASI
Secara otomatis organisasi penaggulangan bencana menjadi aktif sesuai ketentuan yang berlaku.
26
PERENCANAAN SDM
Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi penanggulangan bencana
ditentukan berdasarkan :
-
Golongan Kebakaran.
Jumlah korban yang ada pada saat itu.
Kebakaran Sedang :
Untuk memadamkan api diperlukan 3-5 orang dari pegawai yang dinas dengan APAR
yang jumlahnya lebih banyak, 2-3 orang untuk evakuasi pasien, dokumen, ataupun
barang berharga lainnya yang ada di ruangan / lokasi kejadian.
Kebakaran Berat :
Untuk memadamkan api diperlukan bantuan dari dinas kebakaran, dengan mengerahkan
seluruh pegawai yang berdinas saat itu untuk melakukan evakuasi.
PERENCANAAN LOGISTIK
27
Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun alat medis sangat
diperlukan saat penanggulangan bencana, hal menjadi peranan penting bagi tim pendukung
logistik untuk merencanakan pelaksanaan sesuai dengan kondisi saat itu.
PERENCANAAN KOMUNIKASI
Komunikasi dalam penanggulangan bencana di rumah sakit merupakan hal yang sangat penting.
Untuk itu ada hal hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :
-
telah dilakukan.
Penerima harus mencatat identitas pelapor, jam menerima berita, isi berita dan
mencari kebenaran berita tersebut, melaporkan ke atasan.
Pagging
Airphone/intercom
Telepon
Faximile
Pesawat HT
Handphone
PERENCANAAN TRANSPORTASI
Peranan Transportasi juga tidak kalah pentingnya untuk pengangkutan korban, oleh karena itu
pimpinan disaster dapat menggunakan alat transportasi ambulan untuk merujuk korban ke rumah
sakit rujukan dan bilamana perlu dapat berkoordinasi dengan Ambulan 118.
PELAPORAN
Informasi tentang jumlah / beratnya korban dan kerusakan harus segera didapat dalam 2 s/d 4
jam. Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh Pimpinan Disaster dan Tim Disaster,
selanjutnya dibuatkan laporannya untuk disampaikan kepada direktur rumah sakit.
28