You are on page 1of 4

Abu Bakar ash-Shiddiq adalah sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang paling

mulia, bahkan dikatakan ia adalah manusia termulia setelah para nabi dan rasul. Keutamannya
adalah sesuatu yang melegenda, hal itu diketahui oleh kalangan awam sekalipun. Membaca kisah
perjalanan hidupnya seakan-akan kita merasa hidup di dunia hayal, apa benar ada orang seperti
ini pernah menginjakkan kaki di bumi? Apalagi di zaman kita saat ini, memang manusia teladan
sudah sulit terlestari.

Namun seiring pergantian masa dan perjalanan hidup manusia, ada segelintir orang atau
kelompok yang mulai mencoba mengkritik perjalanan hidup Abu Bakar ash-Shiddiq setelah
Allah dan Rasul-Nya memuji pribadinya. Allah meridhainya dan menjanjikan surga untuknya,
radhiallahu anhu.






Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin
dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan
merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang
besar. (QS. At-Taubah: 100)
Kritik tersebut mulai berpengaruh pada jiwa-jiwa yang mudah tertipu, kepada hati yang lalai, dan
kepada pribadi-pribadi yang memiliki hasad kepada generasi pertama.

Kali ini kita tidak sedang menceritakan kepribadian Abu Bakar secara utuh, karena hal itu sulit
diceritakan di tulisan yang singkat ini. Tulisan ini akan menyuplikkan sebagian teks-teks syariat
yang menjelaskan tentang kemuliaan Abu Bakar.
Nasab dan Karakter Fisiknya
Nama Abu Bakar adalah Abdullah bin Utsman at-Taimi, namun kun-yahnya (Abu Bakar) lebih
populer dari nama aslinya sendiri. Ia adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Kaab
bin Saad bin Ta-im bin Murrah bin Kaab bin Luai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasyi at-Taimi.
Bertemu nasabnya dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam pada kakeknya Murrah bin Kaab
bin Luai.
Ibunya adalah Ummu al-Khair, Salma binti Shakhr bin Amir bin Kaab bin Saad bin Ta-im.
Dengan demikian ayah dan ibu Abu Bakar berasal dari bani Ta-im.
Ummul mukminin, Aisyah radhiallahu anhu menuturkan sifat fisik ayahnya, Ia seorang yang
berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggangnya, wajahnya selalu berkeringat,
hitam matanya, dahinya lebar, tidak bisa bersaja, dan selalu mewarnai jenggotnya dengan
memakai inai atau katam (Thabaqat Ibnu Saad, 1: 188).
Adapun akhlak Abu Bakar, ia adalah seorang yang terkenal dengan kebaikan, keberanian, sangat
kuat pendiriannya, mampu berpikir tenang dalam keadaan genting sekalipun, penyabar yang
memiliki tekad yang kuat, dalam pemahamannya, paling mengerti garis keturunan Arab, orang
yang bertawakal dengan janji-janji Allah, wara dan jauh dari kerancuan pemikiran, zuhud, dan
lemah lembut. Ia juga tidak pernah melakukan akhlak-akhlak tercela pada masa jahiliyah,
semoga Allah meridhainya.
Sebagaimana yang telah masyhur, ia adalah termasuk orang yang pertama memeluk Islam.
Keutamaan Abu Bakar
Orang yang Rasulullah Percaya Untuk Menemaninya Berhijrah ke Madinah




Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya
(yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia
salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada
temannya: Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita. (QS. At-Taubah:
40)
Dalam perjalanan hijrah ini, Abu Bakar menjaga, melayani, dan memuliakan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam. Ia mempersilahkan Rasul untuk beristirahat sementara dirinya
menjaganya seolah-olah tidak merasakan letih dan butuh untuk istirahat.

Anas bin Malik meriwayatkan dari Abu Bakar, Abu Bakar mengatakan, Ketika berada di dalam
gua, aku berkata kepada Rasulullah, Sekiranya orang-orang musyrik ini melihat ke bawah kaki
mereka pastilah kita akan terlihat. Rasulullah menjawab, Bagaimana pendapatmu wahai Abu
Bakar dengan dua orang manusia sementara Allah menjadi yang ketiga (maksudnya Allah
bersama dua orang tersebut). Rasulullah menenangkan hati Abu Bakar di saat-saat mereka
dikepung oleh orang-orang musyrikin Mekah yang ingin menangkap mereka.
Sebagai Sahabat Nabi yang Paling Dalam Ilmunya
Abu Said al-Khudri mengatakan, Suatu ketika, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
berkhutbah di hadapan para sahabatnya dengan mengatakan, Sesungguhnya Allah telah
menyuruh seorang hamba untuk memilih dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa yang ada
di sisi-Nya, dan hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah.
Kata Abu Said, (Mendengar hal itu) Abu Bakar menangis, kami heran mengapa ia menangis
padahal Rasulullah hanya menceritakan seorang hamba yang memilih kebaikan. Akhirnya kami
ketahui bahwa hamba tersebut tidak lain adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sendiri.
Abu Bakar-lah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami. Kemudian Rasulullah
melanjutkan khutbahnya,
Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan
hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan memilih kekasih selain Rabbku, pasti
aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan
kecintaan karenanya.
Kedudukan Abu Bakar di Sisi Rasulullah
Dari Amr bin Ash, Rasulullah pernah mengutusku dalam Perang Dzatu as-Salasil, saat itu aku
menemui Rasulullah dan bertanya kepadanya, Siapakah orang yang paling Anda cintai?
Rasulullah menjawab, Aisyah. Kemudian kutanyakan lagi, Dari kalangan laki-laki?
Rasulullah menjawab, Bapaknya (Abu Bakar).
Saat Masih Hidup di Dunia, Abu Bakar Sudah Dipastikan Masuk Surga
Abu Musa al-Asyari mengisahkan, suatu hari dia berwudhu di rumahnya lalu keluar menemani
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Abu Musa berangkat ke masjid dan bertanya dimana
Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dijawab bahwa Nabi keluar untuk suatu keperluan. Kata Abu
Musa, Aku pun segera pergi berusaha menysulunya sambil bertanya-tanya, hingga akhirnya
beliau masuk ke sebuah kebun yang teradapat sumur yang dinamai sumur Aris. Aku duduk di
depan pintu kebun, hingga beliau menunaikan keperluannya.
Setelah itu aku masuk ke kebun dan beliau sedang duduk-duduk di atas sumur tersebut sambil
menyingkap kedua betisnya dan menjulur-julurkan kedua kakinya ke dalam sumur. Aku
mengucapkan salam kepada beliau, lalu kembali berjaga di depan pintu sambil bergumam Hari
ini aku harus menjadi penjaga pintu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tak lama
kemudian datanglah seseorang ingin masuk ke kebun, kutanyakan, Siapa itu? Dia menjawab,

Abu Bakar. Lalu kujawab, Tunggu sebentar. Aku datang menemui Rasulullah dan bertanya
padanya, Wahai Rasulullah, ada Abu Bakar datang dan meminta izin masuk. Rasulullah
menjawab, Persilahkan dia masuk dan beritahukan padanya bahwa dia adalah penghuni surga.
Penutup
Demikianlah Abu Bakar ash-Shiddiq dengan keutamaan-keutamaan yang ada padanya. Sebuah
keistimewaan yang mungkin tidak pernah terlintas di benak kita, kita dijamin surga, menjadi
kekasih Rasul, orang kecintaan Rasulullah, dan sahabat dekatnya. Lalu bagaimana bisa di hari ini
ada orang yang merendahkan kedudukan beliau, setelah Allah dan Rasul-Nya memuliakan dia?
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Taala menjauhkan kita dari sifat buruk yang
merendahkan wali-Nya, menjadi musuh orang yang Dia cintai. Semoga Allah meridhai Abu
Bakar ash-Shiddiq.
Sumber: al-Bidayah wa an-Nihayah
Ditulis oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KisahMuslim.com

Read more https://kisahmuslim.com/4058-keutamaan-abu-bakar-ash-shiddiq.html


https://kisahmuslim.com/4058-keutamaan-abu-bakar-ash-shiddiq.html

You might also like