You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Penganggaran modal adalah istilah yang sering kita dengar pada saat berhubungan dengan

uang. Tapi seringkali istilah penganggaran modal disalah tafsirkan sebagai alat untuk menghitung
keuntungan saja, padahal penganggaran modal (capital budgeting) bukan hanya sekedar itu saja.
Maka dari itu kita harus memahami betul pengertian dari penganggaran modal (capital budgeting)
agar penafsiran tidak hanya terbatas pada mencari keuntungan saja tetapi melakukan keputusan
investasi yang akan berdampak bagus pada jangka panjang maupun jangka pendek bagi perusahaan.
Di suatu perusahaan, seorang manajer keuangan harus paham betul dengan capital budgeting ini
sebab seorang manajerlah yang akan memutuskan investasi atau penanam modal ini dapat
diinvestasikan agar berdampak baik pada perusahaan.
Di sebagian besar perusahaan, capital budgeting adalah salah satu sumber utama keuntungan
perusahaan tersebut. Karena dengan adanya capital budgeting mereka dapat menghitung tingkat
keuntungan yang akan mereka dapatkan pada jangka panjangnya

1.2

Rumusan Masalah

1.3

Apa arti dan tujuan dari Penganggaran Modal?


Mengapa Penganggaran Modal penting?
Apasaja jenis-jenis pengelompokan investasi?
Bagaimana kriteria ideal dalam Penganggaran Modal?
Apa yang di maksud aliran kas?
Apasaja metode-metode dalam Penganggaran Modal?
Perbandingan antara metode NPV dan IRR?
Bagaimana penilaian investasi dengan umur ekonomis berbeda?
Bagaimana keadaan biaya modal dalam keadaan inflasi?

Tujuan Perumusan Masalah

Mengetahui arti dan tujuan dari Penganggaran Modal.

Mengetahui mengapa Penganggaran Modal dianggap penting.


Mengetahui jenis pengelompokan investasi.
Mengetahui kriteria ideal dalam Penganggaran Modal.
Mengetahui aliran kas.
Mengetahui metode-metode dalam Penganggaran Modal.
Mengetahui perbandingan antara NPV dan IRR.
Mengetahui penilaian investasi dengan umur ekonomis yang berbeda.
Mengetahui keadaan biaya modal dalam keadaan inflasi.
BAB II
PEMBAHASSAN

2.1

Arti dan Tujuan Penganggaran Modal


Penganggaran modal (Capital Budgeting) adalah proses kegiatan yang mencakup seluruh

aktivitas perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) pada
waktu yang akan datang. Penganggaran modal berkaitan dengan penilaian aktivitas investasi yang
diusulkan. Aktivitas suatu investasi ditujukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan selama
periode tertentu di waktu yang akan datang, yang mempunyai titik awal (kapan investasi
dilaksanakan) dan titik akhir (kapan investasi akan berakhir).

Penganggaran modal meliputi seluruh periode investasi yang mencakup pengeluaranpengeluaran (cost) dan manfaat (benefit) yang dikuantifikasi, sehingga memungkinkan untuk
diadakan penilaian dan membandingkannya dengan alternatif investasi lainnya.
Penganggaran modal dalam prakteknya dimaksudkan untuk mengadakan analisis investasi dari
beberapa alternatif investasi yang tersedia, untuk kemudian menetapkan atau memilih investasi
yang paling menguntungkan. Ketidaktepatan dalam menetapkan pilihan investasi akan
menimbulkan kerugian-kerugian baik kerugian ril ataupun kerugian karena kehilangan kesempatan
untuk memperoleh manfaat yang lebih menguntungkan (opportunity cost) yang sebenarnya dapat
diwujudkan. Analisis investasi akan menyeleksi kesempatan-kesempatan investasi yang ada,
sehingga dapat dipilih investasi yang memberikan manfaat terbesar dari setiap rupiah dana yang
diinvestasikan.

2.2

Pentingnya Penganggaran Modal


Terdapatnya beberapa aspek menyebabkan penganggaran modal mempunyai posisi strategis

didalam perencanaan suatu investasi. Aspek-aspek tersebut diantaranya :


1.

Pengaruh jangka panjang

2.

Waktu tersedianya aktiva modal

3.

Pengumpulan dana

2.3

Pengelompokkan Usulan Investasi


Berdasarkan manfaat yang dapat dihasilkan oleh investasi maka usulan investasi dapat

dikelompokkan menjadi :
Investasi yang memberikan manfaat langsung (Direct Benefit). Manfaat langsung investasi
dapat berupa kenaikan nilai output ataupun penurunan biaya produksi.
Investasi dalam kelompok ini terdiri dari :
1.

Investasi penggantian (replacement)

Untuk mengganti aktiva lama yang telah aus karena penggunaan, ataupun aktiva yang dirasakan
telah tidak sesuai lagi untuk digunakan karena terdapat aktiva lain yang lebih efisien.

2.

Investasi perluasan (ekspantion)


Investasi perluasan dimaksudkan untuk menambah kemampuan kapasitas yang telah ada

guna memenuhi permintaan yang cenderung meningkat.

3.

Menghasilkan produk baru (new product aktivities)


Resiko usaha dapat dikurangi secara relaitf, jika perusahaan yang bersangkutan melakukan

diversifikasi dari produk yang dihasilkan.

Diversifikasi produk menyebabkan perusahaan akan beroperasi di berbagai segmen pasar.


Sehingga jika terjadi kekurangberhasilan pemasaran suatu produk pada segmen pasar tertentu,
secara relatif dapat dikomvensasikan oleh keberhasilan pemasaran produk lain pada segmen pasar
lainnya.

Investasi yang memberikan manfaat tidak langsung (Indirect Benefit), adalah investasi yang
tidak secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh pendapatan (profit).

2.4

Kriteria keputusan penganggaran modal :

a. Payback period adalah jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal. atau
suatu kriteria penganggaran modal yang digambarkan sebagai jumlah tahun yang diperlukan untuk
mengembalikan investasi kas awal.
Keuntungan :
Menggunakan arus kas bebas, bukan accounting profit
Mudah dihitung dan dipahami
dapat digunakan sebagai alat penyaring kasar
Sering digunakan sebagai alat penyaring kasar untuk menghilangkan proyek dengan tingkat
pengembalian yang tidak nyata hingga tahuntahun akhir.
Menekankan pada pengembalian yang lebih awal yang lebih pasti dan memberikan kebutuhan
likuiditas bagi perusahaan.
Kerugian :
Tidak memperhitungkan Aksioma 2
Semua arus kas yang terjadi setelah periode pembayaran kembali diabaikan.
mengabaikan nilai waktu uang
pemilihan periode pengembalian maksimum bersifat arbitrer
Untuk menanggulangi kelemahan 1 muncullah Discounted payback period. Namun masih
mempunyai kelemahan, yaitu accept-reject kriteria bersifat arbiter
b. periode pengembalian diskonto : variasi dari kriteria keputusan masa pengembalian yang
digambarkan sebagai jumlah tahun yang diperklukan untuk mengembalikan pengeluaran kas awal
dari arus kas bersih yang didiskonto
keunggulan : menggunakan arus kas bebas, mudah dihitung&dipahami, dan mempertimbangkan
nilai waktu uang

kekurangan : mengabaikan arus kas bebas yang terjadi setelah periode pengembalian diskonto dan
pemilihan periode pengembalian diskonto maksimum bersifat arbitrer

2. Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang free cash flow setelah pajak dikurangi
pengeluaran awal proyek. Perbedaan nilai sekarang arus kas dengan pengeluaran awal menetukan
nilai bersih atas penerimaan investasi dalam nilai uang masa sekarang.
Kriteria : NPV 0 Terima
NPV < 0 Tolak
NPV = 0 Terima, karena proyek tersebut memberikan pengembalian yang sama dengan tingkat
pengembalian yang disyaratkan.
Keuntungan :
Menggunakan arus kas bebas
memperhitungkan nilai waktu uang
konsisten dengan tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham
Menggunakan perbandingan yang logis antara keuntungan dan biaya
Penerimaan proyek akan meningkatkan nilai perusahaan konsisten dengan tujuan perusahaan

Kerugiannya membutuhkan peramalan jangka panjang atas penambahan arus kas yang
diterima, membutuhkan perkiraan jangka panjang terinci dari arus kas bebas proyek dan sensitivitas
terhadap pilihan tingkat diskonto

3. Profitability index atau benefit/cost ratio adalah rasio nilai sekarang dari free cash flow
terhadap pengeluaran awalnya.
Kriteria : PI 1 Terima
PI < 1 Tolak

Antara NPV dan PI akan selalu menghasilkan keputusan terima dan tolak yang sama
walaupun tidak dalam urutan yang sama.
Keuntungan dan Kerugian sama dengan NPV

4. Internal rate of return, tingkat pengembalian yang menyeimbangkan nilai sekarang dari
arus kas masa depan dengan peneluaran awal proyek.
Kriteria : IRR Required rate of Retun Terima
IRR < Required rate of Retun Tolak

Jika IRR = Required rate of Retun, maka proyek tersebut diterima karena perusahaan
mendapatkan Required rate of Retun seperti yang disyaratkan pemegang saham. IRR juga akan
menghasilkan keputusan terima tolak yang sama dengan NPV dan PI
Keuntungan dan Kerugian sama dengan NPV dan PI
Kerugian tambahan :
sulit dihitung jika tidak menggunakan kalkulator keuangan.
Asumsi tingkat reinvestasi NPV mengasumsikan bahwa arus kas yang diterima akan
diinvestasikan kembali dengan required rate of return sedangkan reinvestment rate IRR
menggunakan tingkat IRR.

NPV lebih baik karena arus kasnya :


dikembalikan ke pemegang saham yang menghendaki required rate of return
diinvestasikan kembali dimana investor luar juga menuntut required rate of return

5. IRR yang telah dimodifikasi : tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus kas
proyek dengan njilai sekarang nilai akhir proyek (MIRR). Dengan kelemahan tersebut muncullah
MIRR yang menggunakan asumsi bahwa semua arus kas masuk sepoanjang usi proyek akan
diinvestasikan kembali pada required rate of return samapi usia nproyek yang disebut Terminal
Value (nilai akhir proyek). MIRR adalah tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus kas
keluar (Initial Outlay dengan Terminal Value proyek.
KEUNGGULAN : Menggunakan arus kaS BEBAS, memperhitungkan nilai waktu uang, konsisten
dengan tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham,
kelemahan : membutuhkan perkiraan jangka panjang terinci dari arus kas bebas proyek
2.5

Aliran Kas
Di dalam melakuan analisa capital budgeting diperlukan estimasi arus kas. Dimulai dari

investasi awal hingga proyek itu berjalan. Pada tahap awal kas perusahaan masih negatif karena
perusahaan hanya mengeluarkan dana untuk pelaksanaan proyek tersebut, setelah proyek tersebut
selesai dan arus kas akan menjadi positif akibatnya adanya penghasilan yang dihasilkan dari
investasi tersebut.

Masalah Dalam Menghitung Aliran Kas


Perusahaan mengharapkan akan menghasilkan arus kas yang lebih besar daripada sebelum
melakukan suatu investasi. Di dalam capital budgeting ini disebut sebagai arus kas tambahan
(incremental cash flow). Incremental cash flow ini yang digunakan untuk menghitung atau
menganalisa kelayakan suatu proyek dengan metode net present value.

Empat (4) hal yang harus diperhatikan di dalam menentukan arus kas tambahan yaitu (Ross, 2008) :
1.

Sunk Cost Pengeluaran yang telah terjadi di masa lalu, yang tidak terpengaruh oleh keputusan

menerima atau menolak suatu proyek.


2.

Opportunity Cost Biaya yang timbul karena perusahaan kehilangan kesempatan menerima

suatu pendapatan karena aset perusahaan digunakan pada proyek yang lain.

3.

Side Effect Dapat diklasifikan sebagai erosion atau synergy. Erosion terjadi ketika produk

baru menurukan cash flow sedangkan synergy terjadi sebaliknya


4.

Allocated Cost Dilihat sebagai pengeluaran kas jika terjadi kenaikan cost pada proyek.

Arus kas dalam suatu proyek terdiri atas beberapa komponen yaitu:
a.

Initial investment (Investasi awal)

: Semua pengeluaran yang digunakan untuk membiayai

proyek tersebut.
b.

Free Cash Flow Arus kas bersih yang dapat dihasilkan selama proyek tersebut berlangsung.

Yang diperhitungkan disini adalah selisih arus kas masuk dan keluar (pendapatan dan biaya) setelah
dikurangi pajak dan tidak memperhitungkan bunga dan depresiasi.
c.

Terminal Value Arus kas yang dihasilkan jika pada akhir periode, investasi tersebut dijual.

Nilai ini adalah nilai bersih dari penjualan tersebut

2.6

1.

Metode Analisis Penganggaran Modal dan Penerapannya

Payback periode

Jangka waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali jumlah modal yang ditanam, semakin
cepat modal dapat diperoleh kembali berarti semakin kecil resiko yang harus diambil/ dihadapi
(Periode waktu yang menunjukkan berapa lama dana yang diinvestasikan akan bisa kembali)

Kebaikan : sangat mudah diterapkan

Kelemahan :

a.

tidak memperhatikan time of money value

b.

tidak memperhatikan cash in flow setelah masa payback sehingga tidak bisa digunakan

sebagai alat ukur.

Rumus:
Payback periode = jumlah investasi * 1 tahun
Proceed

jika payback periode > umur ekonomis, investasi ditolak


jika payback periode < umur ekonomis, investasi diterima

2.

Net Present Value (NPV)


Metode penilaian investasi yg menggunakan discounted cash flow. (mempertimbangkan

nilai waktu uang pada aliran kas yg terjadi sekarang dengan arus kas keluar yang akan diterima
pada masa yang akan datang).

Kebaikan :

a.

memperhitungkan time value of money

b.

memperhitungkan seluruh cash flow selama usia investasi

Kelemahan :

dalam membandingkan dua investasi yang sama modalnya, nilai tunai netto tidak dapat digunakan
sebagai pedoman.
Rumus :
NPV = PVNCF PVNOL

Langkah langkah :
a.

Tentukan discount rate yang digunakan berdasarkan biaya modal atau Required Rate Of

Return.

b.

Menghitung present value dari net cash flow.

c.

Menghitung present value dar net outlay.

d.

Menghitung present value dengan mengurangkan PVNCF dengan PVNOL.

e.

Kriteria :

Jika NPV (+), investasi diterima.


Jika NPV (-), investasi ditolak.

3.

Internal Rates Of Return (IRR)


Tingkat pengembalian yang dihasilkan atas suatu investasi atau discount rate yang

menunjukkan present value cash flow = present value outlay. IRR yang didapat dibandingkan
dengan biaya modal yang ditanggung peruusahaan.

IR

= I2

+ NPV2

(i2
i1)

NPV1 - NPV2

Di

mana

I1

= tingkat bunga 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1)

I2

= tingkat bunga 2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2)

NPV1
NPV2

=
= net present value 2

Jika IRR > I, investasi diterima


Jika IRR < I, Investasi ditolak

net

present

value

4.

ProfitabilityIndex

Membagi nilai antara sekarang arus kas masuk yang akan datang diterima diwaktu yang
akan datang dengan arus kas keluar.

Rumus :
Profitability Index

= PV. Proceed
PV.outlay

Jika PI > 1, investasi diterima


Jika PI < 1, investasi ditolak

2.7 Perbandingan Antara Metode NPV dan IRR

Secara matematis, metode NPV, IRR, dan PI selalu memberikan rekomendasi yang sama untuk
menerima atau menolak proyek-proyek yang independent (bukan mutually exclusive). Dua proyek
disebut independent jika keputusan terima / tolak proyek satu tidak mempengaruhi keputusan
terima/tolak proyek lainnya.
JIka suatu proyek memiliki NPV = 0, maka IRR = biaya modal dan PI = 1. Oleh karena itu, jika
NPV IRR biaya modal dan PI 1.
Contoh :
Tahun Perkiraan Arus kas Proyek X
0 (1.000.000,-)
1 500.000,2 400.000,-

3 300.000,4 100.000,-

Biaya modal proyek adalah 10 %


NPV proyek = 79.820
IRR proyek = 14,5 %
PI proyek = 1,079
Menurut ke 3 metode tersebut, proyek harus diterima karena : NPV positif, IRR lebih besar dari
biaya modal proyek dan PI lebih besar dari 1.

2.8

Penilaian Investasi dengan Umur (Usia) Ekonomis Berbeda

Untuk memilih usulan investasi yang memiliki umur ekonomis berbeda dapat dilakukan

dengan dua pendekatan: Chain method atau Replacement method dan Equivalent annual cost.

Langkah-langkah

chain

method:

1. Mencari angka kelipatan persekutuan terkecil yang dapat dibagi oleh kedua umur usulan
investasi.
2. Menghitung present value biaya dari masing-masing usulan investasi

Langkah-langkah

equivalent

annual

cost

1. Menghitung present value dari biaya usulan investasi dengan discount rate tertentu.
2. Mencari annuity factor dari discounted rate yang digunakan untuk menghitung present
value

investasi

yang

bersangkutan.

3. Membagi present value masing-masing usulan investasi (poin 1) dengan (poin 2).
4. Usulan investasi yang memiliki biaya ekuivalen tahunan terkecil merupakan usulan yang dipilih.

Pengaruh Inflasi pd Capital Budgeting


Apabila laju inflasi cukup signifikan, maka perlu diperimbangkan dalam keputusan capital
budgeting.
Ada dua komponen yang terpengaruh oleh inflasi, yaitu aliran kas masuk dan tingkat penghasilan
(rate of return) atau cost of capital yang diinginkan. Oleh karena itu kedua komponen tersebut perlu
disesuaikan. Pedoman penyesuaiannya adalah sbb:
1. Kalikan indeks harga dengan aliran kas yang diukur berdasarkan nilai rupiah riil untuk
mendapatkan

arus

kas

dengan

nilai

nominal.

2. Hitung tingkat penghasilan nominal :


(1 + tingkat inflasi ) ( 1 + tingkat penghasilan ) 1

2.9

Biaya modal dan inflasi


Dalam akhir artikel mereka, Bailey dan Jensen menyatakan, Hal ini telah diargumentasikan

bahwa tingkat suku bunga pasar menambah pengaruh tingkat harga dan bahwa tingkat akan menjadi
unik (menekankan mereka). Tapi ini jauh dari jelas bahwa masih ada teknik yang menyediakan
pengukuran unik dari tingkat tersebut. Dalam beberapa kasus, malakah ini tidak mensyaratkan
resolusi atas isu-isu ini. Hal ini hanya menyatakan bahwa keberadaan perubahan tingkat harga
umum mempengaruhi evaluasi proposal investasi. [1, h al. 30-31].
Pernyataan ini sendiri tidak biasa, karena argumen mengenai tingkat suku bunga nominal
dan oleh sebab itu biaya modal nominal mengandung ketentuan inflasi premium Fisher Effect dan
secara umum diterima. Sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Van Horne, arus kas nominal
harus diperlakukan dengan biaya modal nominal atau bias lain yang diperkenalkan dalam prosedur.
Ketika tingkat diskon adalah determinan umum dari keputusan investasi, ini menghubungkan inflasi
lebih dari sekedar melalui suku bunga dalam menentukan keseluruhan pengaruh inflasi terhadap
belanja modal.
Hubungan spesifik antara inflasi dan biaya modal masih dalam proses yang ditetapkan
secara tegas dan dalam ketiadaan model penuh untuk menjelaskan hubungan ini, maka dalam
bagian makalah ini akan memfokuskan pada hubungan antara perubahan inflasi dan perubahan yang

berikutnya dalam tingkat suku bunga. Secara khusus kita akan menyepakati perbedaan antara
tingkat suku bunga riil dan nominal, hubungan antara inflasi dan pergerakan tingkat suku bunga
serta hubungan antara tingkat suku bunga dan biaya modal.
Dalam dunia non inflasioner, dana pinjaman dengan tingkat suku bunga pengembalian pada
tingkat yang setara untuk tingkat suku bunga ditetapkan dan nominal. Jika inflasi diperkenalkan
dalam sistem, pengembalian sebagaimana yang ditetapkan secara nomminal akan berbeda dari
pengembalian riil, ketika arus kas masa yang akan datang memiliki daya beli lebih rendah. Ini bisa
diperdebatkan apakah tingkat suku bunga akan naik dengan cepat atau tidak dalam jumlah tertentu
dari penggantian kerugian inflasi, dan argumen pada setiap sisi telah disimpulkan oleh Bernstein
[2], tapi apakah ini jelas bahwa pengenalan inflasi menempatkan tekanan ke atas pada tingkat suku
bunga. Alasan ini adalah bahwa (1) peminjam akan meningkatkan permintaan mereka atas dana
selama inflasi untuk memberikan biaya transaksi yang lebih tinggi dan untuk memindahkan dari
aktiva finansial menjadi aktiva non finansial sebagai penghambat terhadap inflasi, dan (2) kebijakan
pihak berwenang akan bergerak untuk mengurangi tingkat pertumbuhan pasokan dana ketika inflasi
melawan alat kebijakan.
Perbedaan antara tingkat nominal dan tingkat riil dinamakan dengan inflasi premium dan banyak
teks saat ini menyatakan premium sebagai tambahan terhadap tingkat suku bunga riil [9, hal 76-77]
seperti contoh berikut :
Persamaan 1
i=k+p
Dimana
i = tingkat suku bunga yang ditetapkan atau tingkat nominal
k = tingkat suku bunga riil
p = tingkat inflasi
Hubungan aktual adalah perkalian dan bukan penambahan. Hal dapat ditunjukkan jika kita
mengambil arus kas dan inflasi pada periode t yang sama di masa yang akan datang :
Persamaan 2
C* = C(1 + p)t

Dimana :
C* = arus kas nominal atau terinflasi
t = periode waktu relatif pada tahun dasar
dan kemudian hitung C* nilai saat ini dengan menggunakan tingkat suku bunga nominal dari
persamaan (1), kami telah menyusunnya menjadi :
Persamaan 3
PV = C*/(1 + p)t
Kita dapat menyempurnakan pengaruh yang sama dengan mendeflasi C* melalui indeks harga dan
kemudian potong dengan menggunakan tingkat suku bunga riil : sehingga menjadi :
Persamaan 4
PV = (C*/(1 + p)t/(1 + k) t
Ketika persamaan (3) dan (4) diselesaikan dengan hasil sama, mereka dapat ditetapkan setara satu
sama lain, sehingga :
Persamaan 5
C*/(1 + p)t C*
(1 + k)

(1+ i)t

Sehingga menghasilkan :
Persamaan 6
(1 + p)t(1 + k)t =(1 + i)t
Demikian hubungan perkaliant ersebut. Rumus penambahan adalah perkiraan pertama yang
masuk akal, tapi tidak harhus digunakan dalam kasus anggaran modal yang sesungguhnya karena
hal ini akan menimbulkan bias ke atas.
Hubungan antara tingkat suku bunga dan inflasi dalam dunia nyata adalah lebih sulit untuk
dijelaskan dibandingkan dengan hubungan teoritis seperti yang dijelaskan diatas. Pengalaman
menunjukan bahwa penurunan beberapa seri tingkat suku bunga selama beberapa saat dengan

beberapa indeks harga populer tidak memberikan hasil tingkat suku bunga riil yang relatif konstan.
Bagaimanapun juga, hal ini seharusnya diterjemahkan sebagaimana yang dikatakan pada kita bahwa
tingkat suku bunga saat ini disesuaikan secara memadai untuk tingkat inflasi aktual, tapi hanya akan
mengandung beberapa tingkat inflasi yang diharapkan. Lebih jauh lagi, kemampuan peramalan
secara akurat atas tingkat inflasi sangat jarang.
Sebagaimana dapat kita lihat dari tabel 1, seseorang dapat berharap untuk menghitung
tingkat suku bunga riil pada basis ex post dengan mengurangi tingkat suku bunga nominal dengan
indeks harga. Bagaimanapun juga, hal ini tidak berarti bahwa seseorang tidak dapat menggunakan
tingkat suku bunga saat ini sebagai ex ante ukuran tingkat riil ditambah tingkat inflasi yang
diharapkan. Analisis ex post akan gagal karena tingkat inflasi saat ini tidak diperlukan tingkat masa
depan yang diharapkan dan karena kebijakan moneter bisa mengubah tingkat suku bunga dengan
baik untuk periode waktu pendek.
Teori ekonomi yang diterima secara umum mendukung kesimpulan bahwa tingkat suku
bunga seharusnya bergerak dalam arah yang sama seperti tingkat inflasi yang diharapkan. Suatu
pendekatan teori kuantitas murni akan berargumen untuk pergerakan yang hampir-hampir tepat.
Dalam teori dana yang bisa dipinjam, permintaan uang seharusnya meningkat karena (1)
permintaan transaksi meningkat dan (2) permintaan tindakan pencegahan meningkat sementara
pasokan dana yang bisa dipinjamkan akan turun ketika unit belanja surplus dikurangi keseimbangan
yang berlebihan. Kedua tindakan ini akan memaksa naiknya biaya uang.
Dalam teori preferensi likuiditas, permintaan untuk dana akan meningkat demi alasan diatas,
dan untuk alasan dimana investor akan berharap suatu kegagalan dalam harga obligasi sebagai
akibat dari inflasi dan cendering akan menginginkan untuk mempertahankan keseimbangan uang.
Kemuian tori akan memprediksi naiknya tingkat suku bunga ketika harapan inflasi yang lebih tinggi
terjadi. Pada beberapa jenis pendekatan teori harapan, tingkat suku bunga seharusnya naik dengan
naiknya tingkat inflasi yang diharapkan.
Bukti empiris dengan memperhatikan apakah ada atau tidaknya tingkat suku bunga yang
mencerminkan harapan secara sempurna inflasi adalah kuat tapi juga kontroversial. Fama
mendemonstrasikan bahwa tingkat syarat jangka pendek secara akurat mencerminkan harapan
tingkat inflasi di masa yang akan datang [7], tapi metodologi dan kesimpulannya telah
diperdebatkan dengan beberapa bantahan [5,8,13]. Cagan dan Goldofi telah mencapai hasil yang
sama untuk tingkat jangka panjang [4]. Walaupun mereka berargumentasi bahwa hasilnya mungkin
tidak dapat dipakai pada tingkat syarat jangka pendek.

Akhirnya, pertanyaan muncul karena pergerakan biaya modal ketika terjadi inflasi. Kami
telah menunjukkan bahwa masuk akal untuk mengharapkan bahwa tingkat suku bunga akan naik
ketika ada harapan inflasi yang lebih tinggi, tapi nampaknya ada sedikit bukti atas pengukuran
biaya modal dalam harapan inflasioner. Ini bisa dipahami, memberikan kesulitan dalam pengukuran
biaya modal dalam arti statis.
Asumsi kami dalam analisis berikut adalah bahwa biaya modal pada basis ex ante naik
dengan proporsi sama seperti tingkat inflasi yang diharapkan; yaitu, mekanisme sama yang
menyebabkan tingkat suku bunga naik selama inflasi juga akan menyebabkan biaya modal naik.
Lebih jauh lagi, mereka yang menyediakan modal ekuitas kemungkinan besar untuk berperilaku
sama seperti mereka yang menyediakan modal hutang.
Fenomena jangka pendek bisa mencegah biaya modal dari perilaku yang sama tepat dalam
model ini. Satu tindakan bisnis untuk mengganti struktur modal, bergerak ke arah jumlah yang lebih
besar dari hutang dan menurunlan biaya modal setelah pajak. Bagaimanapun juga, koreksi ini bukan
jangka panjang dan dalam kasus meningkatnya biaya hutang seharusnya memiliki sedikit pengaruh
pada pergerakan secara keseluruhan atas biaya modal dari kenaikan secara proporsional dengan
inflasi yang diharapkan, tapi hal ini seharusnya tidak terlalu mencegah untuk asumsi jangka panjang
dimana biaya modal naik ketika tingkat inflasi yang diharapkan naik.

BAB III
KESIMPULAN

Penganggaran modal (Capital Budgeting) adalah proses kegiatan yang mencakup seluruh
aktivitas perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) pada
waktu yang akan datang. Metode dalam penganggaran modal ini dapat membantu manajer untuk
pengambilan keputusan seperti metode Payback periode, Net Present Value (NPV), Internal, Rates
Of Return (IRR) dan Profitability Index. Pengagran modal memiliki kriteria dalam stiap metodenya
dan dalam pengangaran modal dapat terpengaruh oleh keadaan ekonomi suatu negara seperti inflasi
salahsatunya.

DAFTAR PUSTAKA

http://aschjasc000.blogspot.co.id/2014/05/makalah-penganggaran-modal.html

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan metode analisis deskripif, yaitu suatu
metode penelitian dan penggambaran data-data relevan yang diperoleh secara sistematis baik
melalui survei ataupun observasi (studi kasus), serta menganalisis data tersebut sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan. Metode yang digunakan dalam melakukan perhitungan
penganggaran modal untuk menilai kelayakan suatu investasi adalah Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Accounting Rate of Return (ARR), Payback Period dan Profitability
Index. Data yang ditampilkan berupa hasil wawancara dan observasi dokumen yang dilakukan di
PT Krakatau Steel (Persero) Cilegon, Banten. PT Krakatau Steel (Persero) perusahaan baja
terbesar di Indonesia yang berhubungan langsung dengan perusahaan baja terkemuka lainnya di
dunia dalam rangka meningkatkan produktivitas perusahaan baja kelas dunia. Produk yang
dihasilkan oleh PT Krakatau Steel ini ialah Wire Rod (Batang Kawat), Cold Rolling (Baja
Lembaran Dingin), Hot Strip (Baja Lembaran Panas), dan sebagainya. Sampel penelitian mi
adalah usulan investasi yang dilakukan oleh salah satu divisi di PT Krakatau Steel berupa
bangunan X untuk memperluas produksi perusahaan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
untuk menilai kelayakan suatu keputusan investasi dengan melakukan prosedur penganggaran
modal, sehingga dapat diputuskan apakah usulan yang diajukan oleh salah satu divisi tersebut
layak dilaksanakan atau tidak. Setelah dilakukan prosedur penganggaran modal untuk menilai
kelayakan suatu usulan investasi maka diperoleh keputusan untuk melakukan pembangunan X lebih
lanjut.

You might also like