You are on page 1of 76

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM ENDOKRIN: HIPERTIROID


MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Klinik II

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK I
TINGKAT I A ILMU KEPERAWATAN NONREGULER
1. SITI RAHMAWATI ISMUHU
2. TIKA MAULIDIA LESTARI
3. DWI NUGRAENI AHLI SUDIRA
4. ARINI BUDI ENDANG SUYATI
5. INSAN KAMIL
6. JULFIKAR FAJAR ROMADAN
7. TINA WAHYU SUHESTI
8. RENI RAENIPAH
9. ADE SUMINTRA
10. SITI SUGIH HARTATI
11. SUTRIYANA RIYANI
12. GANDA JUANDA
13. FAJAR NURHIDAYAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACMAD YANI CIMAHI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

213215016
213215020
213215033
213215013
213215001
213215015
213215012
213215024
213215020
213215025
213215014
213215021
213215036

Segala puji dan syukur selalu dipanjatkan kepada Allah SWT. Tuhan
Semesta Alam yang telah memberikan kesempatan kepada kami
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Endokrin:
Hipertiroid. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw. yang telah membawa umat manusia dari dimensi
kebodohan ke dimensi yang penuh dengan khasanah ilmu.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas Keperawatan Klinik II.
Dalam penyusunan
kekurangan

yang

kesempurnaan. Kami

makalah ini, kami


menyebabkan

menyadari masih banyak

makalah

ini

masih

jauh

dari

juga menyadari dalam penyusunan makalah ini

banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi. Namun, dengan semangat


dan kesabaran serta bantuan dari semua pihak dan atas Ridho Allah SWT,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Untuk itu, dengan penuh rasa kerendahan dan ketulusan hati serta
rasa hormat, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT. Amin...

Cimahi, April 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................2
C. Manfaat..............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................4
A. Konsep Penyakit................................................................................4
1. Definisi............................................................................................4
2. Klasifikasi........................................................................................4
3. Etiologi............................................................................................5
4. Patofisiologi.....................................................................................6
5. Manifestasi Klinis............................................................................7
6. Pemeriksaan Penunjang.................................................................8
7. Prinsip Penatalaksanaan................................................................8
B. Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................10
1. Pengkajian Keperawatan..............................................................10
2. Diagnosa Keperawatan................................................................12
3. Intervensi Keperawatan................................................................14
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................20
A. Pengkajian Keperawatan.................................................................20
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................37

C. Intervensi Keperawatan...................................................................38
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan........................................43
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................48
BAB V PENUTUP......................................................................................50
A. Kesimpulan.......................................................................................50
B. Saran................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................52

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


endokrin: hipertiroid....................................................................................14
Tabel 2 Intervensi keperawatan pada kasus hipertiroid Ny. B...................38
Tabel 3 Implementasi dan evaluasi keperawatan pada kasus hipertiroid
Ny. B...........................................................................................................43

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit hipertiroid merupakan bentuk tirotoksikosis yang
paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Dapat terjadi pada
semua umur dan sering ditemukan pada perempuan dari pada lakilaki. Tanda dan gejala penyakit hipertiroid yang paling mudah dikenali
ialah adanya struma (hipertrofi dan hiperplasia difus), tirotoksikosis
(hipersekresi

kelenjar

tiroid/hipertiroidisme),

sering

disertai

oftalmopati, dan disertai dermopati, meskipun jarang.


Penyakit hipertiroid merupakan 60-90% dari semua penyebab
tirotoksikosis di berbagai daerah di dunia. Insidensi pada wanita di
inggris telah dilaporkan 80 kasus tiap 100.000 orang per tahun. Pada
populasi umum prevalensi gangguan fungsi hormon tiroid diperkirakan
6%. Prevalensi tirotoksikosis pada ibu adalah sekitar 1 kasus per 500
orang. Diantara penyebab tirotoksikosis spontan penyakit Graves
adalah yang paling umum.
Diduga faktor genetik dan lingkungan ikut berperan dalam
mekanismenya. 3,4 Hormon tiroid mempengaruhi hampir seluruh
sistem pada tubuh, termasuk pada pertumbuhan dan perkembangan,
fungsi otot, fungsi sistem syaraf simpatik, sistem kardiovaskular dan
metabolisme karbohidrat.
Hormon tiroid dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat
karena penyerapan karbohidrat dari usus dipercepat. Pemberian
beban glukosa oral cepat meningkatkan konsentrasi glukosa darah
dalam waktu 30-60 menit (mungkin lebih dari 200 mg/dl) dan menurun
cepat, sehingga konsentrasi glukosa dalam dua jam mendekati
normal. Puncak awalnya berhubungan dengan glukosuria.

Hipertiroid meningkatkan kebutuhan insulin mungkin dengan


mempercepat metabolismenya. Variabel intoleransi glukosa dapat
terjadi hingga 50% dari pasien tirotoksikosis dengan kejadian diabetes
terjadi pada 2-3% ketika hipertiroidisme terjadi pada individu normal.
Perubahan

metabolik

mungkin

terjadi

sebagai

akibat

dari

hipertiroidisme dan berkontribusi terhadap penurunan kontrol glikemik.


Oleh karena itu kami tertarik untuk membahas tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem endokrin:
hipertiroidisme.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem endokrin: hipertiroidisme.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk dapat mengetahui definisi hipertiroidisme.
b. Untuk dapat mengetahui klasifikasi hipertiroidisme.
c. Untuk dapat mengetahui etiologi hipertiroidisme.
d. Untuk dapat mengetahui patofisiologi hipertiroidisme.
e. Untuk dapat mengetahui manifestasi klinis hipertiroidisme.
f. Untuk
dapat
mengetahui
pemeriksaan
diagnostik
hipertiroidisme.
g. Untuk dapat mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien
hipertiroidisme.
h. Untuk dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
hipertiroidisme.
i. Untuk dapat menyusun intervensi keperawatan pada pasien
hipertiroidisme.
j. Untuk dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada
pasien hipertiroidisme.
k. Untuk dapat melaksanakan evaluasi keperawatan pada
pasien hipertiroidisme.
C. Manfaat
1. Teoritis

Sebagai

bahan

bacaan

bidang

kesehatan

dalam

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang asuhan


keperawatan serta dapat menerapkan teori-teori yang sudah
didapat, menambah wawasan dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada pasien dengan gangguan sistem endokrin:
hipertiroidisme.
2. Praktis
a. Bagi Penulis
1) Dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama
dibangku kuliah.
2) Dapat memperoleh pengalaman dalam melaksanakan
asuhan keperawatan secara langsung kepada pasien
dengan

gangguan

sistem

endokrin:

hipertiroidisme,

sehingga dapat digunakan sebagai bekal penulis dalam


melaksanakan tugas sebagai perawat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Hipertiroid (tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di
mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan
dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan
bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebagai
akibat dari produksi tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid
yang berlebihan.
Hipertiroidisme

(Hyperthyrodism)

adalah

keadaan

disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan


sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam
darah. Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme
yang paling berat mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul
pada pasien dengan dasar penyakit Graves atau Struma
multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus:
infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia,
partus, stress emosi, penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis
diabetikum, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskular/strok,
palpasi tiroid terlalu kuat.
2. Klasifikasi
Thamrin (2007) mengklasifikasikan hipertiroidisme menjadi
empat bagian:
a. Goiter Toksik Difusa (Graves Disease)
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem
kekebalan tubuh dimana zat antibodi menyerang kelenjar

tiroid,

sehingga

menstimulasi

kelenjar

tiroid

untuk

memproduksi hormon tiroid terus menerus. Graves disease


lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya
dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 40
tahun. Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi terjadinya
gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana zat
antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.
b. Penyakit Tiroid Nodular (Nodular Thyroid Disease)
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid
membesar dan tidak disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya
pasti belum diketahui. Tetapi umumnya timbul seiring dengan
bertambahnya usia.
c. Subakut Tiroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan
inflamasi, dan mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam
jumlah besar ke dalam darah. Umumnya gejala menghilang
setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa
orang.
d. Postpartum Tiroiditis
Timbul pada 5 10% wanita pada 3 6 bulan pertama
setelah melahirkan dan terjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya
kelenjar akan kembali normal secara perlahan-lahan.
3. Etiologi
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit
graves,

suatu

penyakit

tiroid

autoimun

yang

antibodinya

merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormon yang berlebihan.


Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid,
hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi
kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena
umpan balik negatif hormon tiroid terhadap pelepasan keduanya.

Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran


kadar hormon tiroid dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah
karena uinpan balik negatif dari hormon tiroid dan TSH.
Hipertiroidisme

akibat

malfungsi

hipotalamus

akan

memperlihatkan hormon tiroid yang finggi disertai TSH dan TRH


yang berlebihan.
4. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves,
goiter toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme,
kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normal,
disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel
folikel ke salam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat
beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga,
setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada
normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun,
karena ada sesuatu yang menyerupai TSH, Biasanya bahanbahan ini adalah antibody immunoglobulin yang disebut TSI
(Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan

dengan

reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang


aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi
TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang
panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda
dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya
sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga
menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada

hipertiroidisme,

kelenjar

tiroid

dipaksa

mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk


memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid

membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka


hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang
kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang
diatas

normal.

Bahkan

akibat

proses

metabolisme

yang

menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami


kesulitan

tidur.

Efek

pada

kepekaan

sinaps

saraf

yang

mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini


menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi
10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar
tangan yang abnormal. Nadi yang takikardia atau diatas normal
juga merupakan salah satu efek hormone tiroid pada system
kardiovaskular. Eksopthalamus yang terjadi merupakan reaksi
inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan
otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2001), manifestasi klinis yang
timbul pada pasien dengan hipertiroidiseme antara lain:
a. Tirotoksitosis.
kegelisahan,

Gejala
secara

yang

ditemukan

emosional

sering

mudah

berupa

terangsang

(hipereksitabel), iritabel dan terus menerus merasa khawatir


(tidak dapat duduk diam, palpitasi dan denyut nadi abnormal
cepat ditemukan pada saat melakukan aktivitas/beristirahat),
tidak tahan panas dan terus berkeringat secara tidak lazim
(kulit sering kemerahan (flushing) dengan warna salmon yang
khas dan cenderung terasa hangat, lunak serta basah. Pada
lansia dapat terjadi kulit yang kering, pruritus yang menyebar,
tremor pada tangan, dan eksoftalmos (mata yang menonjol).
b. Peningkatan selera makan dan konsumsi makanan,
penurunan berat badan yang progresif, kelelahan otot yang

abnormal,

amenore,

dan

perubahan

defekasi

dengan

konstipasi atau diare.


c. Frekuensi denyut nadi berkisar secara konstan 90-160
kali/menit; tekanan darah sistolik, dan secara khas bukan
tekanan diastolik, akan meningkat; fibrilasi atrium dapat
terjadi; dan dekompensasi jantung dalam bentuk kegagalan
kongestif (terutama pada lansia), osteoporosis dan fraktur iga.
d. Efek pada jantung mencakup sinus takikardia/aritmia jantung,
peningkatan tekanan nadi dan palpitasi. Hipertrofi dan gagal
jantung dapat terjadi bila hipertiroidisme berat dan tidak
diobati.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4),
TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan
lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar
tiroid.
a.
b.
c.
d.

TSH(Tiroid Stimulating Hormone)


Bebas T4 (tiroksin)
Bebas T3 (triiodotironin)
Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrabunyi untuk

memastikan pembesaran kelenjar tiroid.


e. Tiroid scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid
f. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum.
g. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat
menyebabkan hiperglikemia
7. Prinsip Penatalaksanaan
Terdapat 3 (tiga) bentuk terapi yang tersedia untuk
mengobati hipertiroidisme dan mengendalikan aktivitas tiroid yang
berlebihan, yaitu:
a. Farmakoterapi

dengan

menggunakan

obat-obatan

yang

mempengaruhi sintesis hormon tiroid serta preparat yang


mengendalikan

manifestasi

hipertiroidisme.

Tujuan

farmakoterapi adalah untuk menghambat satu atau beberapa


stadium sintesis atau pelepasan hormon, mengurangi jumlah
jaringan tiroid yang mengakibatkan penurunan produksi
hormon tiroid. Sedangkan preparat antitiroid secara efektif
akan menghalangi penggunaan idiom dengan mempengaruhi
iodinasi tiroid dan pembentukan iodotirosin dalam sintesis
hormon tiroid. Obat yang paling sering digunakan adalah
propiltiourasil (Propacil, PTU)/metimazol (Tapazole). Senyawa
seperti kalium iodida, larutan Lugol dan larutan jenuh kalium
iodida (SSKI; Saturated Solution of potassium iodide) dapar
digunakan bersama-sama preparat antitiroid/ penyekat BetaAdrenergik

untuk

mempersiapkan

penderita

dalam

menghadapi pembedahan.
b. Penyinaran atau radiasi yang meliputi penggunaan radioisotop
I atau I untuk menimbulkan efek destruktif pada kelenjar tiroid.
Tujuan terapi preparat Iodium Radioaktif (I) adalah untuk
mengahaancurkan sel-sel tiroid yang berelebihan. Terapi ini
merupakan bentuk terapi yang sering digunakan oleh pasien
lansia. Pemberian preparat dilakukan per-oral berdasarkan
pada berat tiroid yang diperkirakan 80-160 Ci/g. Iodium
radioaktif

digunakan

toksik/penyakit

goiter

dalam

pengobatan

multinoduler

dan

adenoma

tirotoksikosis,

dilakukan pada pasien wanita pascareproduktif dengan


penyakit

goiter

toksik

yang

menyebar.

Sedangkan

kontraindikasi pada kehamilan dan ibu menyususi.


c. Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar
tiroid. Pembedahan hanya dilakukan pada situasi khusus,
misalnya pada wanita hamil yang mengalami alergi terhadap
preparat antitiroid, pasien dengan goiter yang besar atau
pasien yang tidak mampu menelan preparat antitiroid.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Konsep asuhan keperawatan pada klien hipertiroidisme merujuk
pada konsep yang dikutip dari Doenges (2000), seperti dibawah ini:
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan
koordinasi, kelelahan berat
Tanda

: Atrofi otot

b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur,
peningkatan tekanan darah dengan tekanan nadi yang
berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi kolaps, syok
(krisis tirotoksikosis)
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), rasa
nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), infeksi
saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, diare,
urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia
berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus
lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
d. Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
Tanda

yang berhubungan dengan kondisi.


: Ansietas peka rangsang

e. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti
diet : peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat,
penurunan berat badan lebih dari periode beberapa
hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid)

Tanda

: Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid


(peningkatan

kebutuhan

metabolisme

dengan

pengingkatan gula darah), bau halitosis atau manis, bau


buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas,
Tanda

kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan


: Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap
lanjut), gangguan memori (baru masa lalu) kacau mental.
Refleks tendon dalam (RTD menurun; koma). Aktivitas

kejang (tahap lanjut dari DKA)


g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah
meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa
Tanda

sputum purulent (tergantung adanya infeksi atau tidak)


: Sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen

(infeksi), frekuensi pernapasan meningkat


i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi,
menurunnya kekuatan umum/rentang gerak, parastesia
atau paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j. Seksualitas
Gejala : Rabas wanita (cenderung infeksi), masalah impotent
pada pria; kesulitan orgasme pada wanita
Tanda

: Glukosa darah; meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih.


Aseton plasma; positif secara menjolok. Asam lemak
bebas; kadar lipid dengan kolosterol meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang
mengalami hipertiroidisme adalah sebagai berikut :

a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan


hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan
beban kerja jantung; perubahan dalam arus balik vena dan tahanan
vaskuler sistemik; perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung.
b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energi; peka rangsang dari saraf sehubungan dengan
gangguan kimia tubuh.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan
dengan penurunan berat badan); maual, muntah, dan diare;
kekurangan insulin yang relatif; hiperglikemia.
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan
dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan
penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
e. Ansietas
berhubungan
dengan
faktor

fisiologis;

status

hipermetabolik.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
g. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan
fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental,
perubahan pola tidur.

3. Intervensi Keperawatan
Tabel 1 Intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem endokrin: hipertiroid
No.
1.

Diagnosa
Keperawatan
Risiko tinggi terhadap
penurunan curah
jantung berhubungan
dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan
hipermetabolisme,
peningkatan beban
kerja jantung;
perubahan dalam arus
balik vena dan tahanan
vaskuler sistemik;
perubahan frekuensi,
irama dan konduksi
jantung.

Rencana Keperawatan
Intervensi
Rasional
1. Pantau tekanan darah pada Hipotensi umum atau ortostatik dapat
posisi baring, duduk dan terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi
berdiri jika memungkinkan. perifer yang berlebihan dan penurunan
Perhatikan
besarnya volume sirkulasi.
tekanan nadi.

Tujuan
Klien akan
mempertahankan
curah jantung yang
adekuat sesuai
dengan
kebutuhan tubuh,
2. Periksa
kemungkinan
dengan kriteria :
adanya nyeri dada atau
1. Nadi perifer dapat
angina yang dikeluhkan
teraba normal.
pasien.
2. Vital sign dalam
batas normal.
3. Pengisian kapiler
3. Auskultasi
suara
nafas.
normal.
Perhatikan adanya suara
4. Status mental baik.
yang tidak normal (seperti
5. Tidak ada
krekels).
disritmia.

Merupakan tanda adanya peningkatan


kebutuhan oksigen oleh otot jantung
atau iskemia.

S1 dan murmur yang menonjol


berhubungan dengan curah jantung
meningkat
pada
keadaan
hipermetabolik.

4. Observasi tanda dan gejala


haus yang hebat, mukosa Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang
membran
kering,
nadi akan menurunkan volume sirkulasi dan

lemah, penurunan produksi menurunkan curah jantung.


urine dan hipotensi.
5. Catat
masukan
haluaran.
2.

Kelelahan
berhubungan dengan
hipermetabolik dengan
peningkatan kebutuhan
Energi.

Klien akan
mengungkapkan
secara verbal tentang
peningkatan tingkat
Energi.

dan

Kehilangan cairan yang terlalu banyak


dapat menimbulkan dehidrasi berat.
1. Pantau tanda vital dan catat Nadi secara luas meningkat dan
nadi baik istirahat maupun bahkan istirahat, takikardia mungkin
saat aktivitas.
ditemukan.
2. Ciptakan lingkungan yang Menurunkan
tenang agitasi, hiperaktif, kemungkinan
dan imsomnia.
menimbulkan.

stimulasi
besar

3. Sarankan
pasien
untuk Membantu melawan pengaruh
mengurangi aktivitas.
peningkatan metabolisme.
4. Berikan
tindakan
yang Meningkatkan relaksasi.
membuat pasien merasa
nyaman seperti massage.

yang
dapat

dari

3.

4.

Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan
peningkatan
metabolisme
(peningkatan nafsu
makan/pemasukan
dengan penurunan
berat badan); maual,
muntah, dan diare;
kekurangan insulin
yang relatif;
hiperglikemia.

Klien akan
menunjukkan berat
badan stabil dengan
kriteria :
1. Nafsu makan baik.
2. Berat badan
normal.
3. Tidak ada tandatanda malnutrisi.

1. Catat adanya anoreksia, Peningkatan aktivitas adrenergic dapat


mual dan muntah.
menyebabkan
gangguan
sekresi
insulin/terjadi
resisten
yang
mengakibatkan hiperglikemia.

Risiko tinggi terhadap


kerusakan integritas
jaringan berhubungan
dengan
perubahan mekanisme
perlindungan dari mata;
kerusakan penutupan
kelopak
mata/eksoftalmus

Klien akan
mempertahankan
kelembaban membran
mukosa mata,
terbebas
dari ulkus.

1. Observasi adanya edema Stimulasi


umum
dari
periorbital.
adrenergik yang berlebihan.

2. Pantau masukan makanan


Penurunan berat badan terus menerus
setiap hari, timbang berat
dalam keadaan masukan kalori yang
badan setiap hari.
cukup merupakan indikasi kegagalan
terhadap terapi antitiroid.
3. Kolaborasi untuk pemberian
diet tinggi kalori, protein, Mungkin memerlukan bantuan untuk
menjamin pemasukan zat-zat makanan
karbohidrat dan vitamin.
yang adekuat dan mengidentifikasi
makanan pengganti yang sesuai.

2. Evaluasi ketajaman mata.


3. Anjurkan
menggunakan
gelap.

Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari


peningkatan jaringan retroorbita.

pasien
Melindungi kerusakan kornea.
kaca mata

4. Bagian kepala tempat tidur

stimulasi

ditinggikan.

5.

Ansietas berhubungan Klien akan


dengan faktor fisiologis; melaporkan ansietas
status hipermetabolik
berkurang sampai
tingkat dapat diatasi
dengan kriteria :
Pasien tampak rileks

Menurunkan edema jaringan bila ada


komplikasi.

1. Observasi tingkah laku yang Ansietas ringan dapat ditunjukkan


menunjukkan
tingkat dengan peka rangsang dan imsomnis.
ansietas.
Rentang perhatian mungkin menjadi
2. Bicara singkat dengan kata pendek, konsentrasi.
yang sederhana berkurang,
yang
membatasi
kemampuan
untuk
mengasimilasi informasi.
3. Jelaskan prosedur tindakan.

4. Kurangi stimulasi dari luar.

Memberikan informasi yang


yang dapat menurunkan
kesalahan interpretasi.
Menciptakan
terapeutik.

lingkungan

akurat

yang

6.

Kurang pengetahuan
mengenai kondisi,
prognosis dan
kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan
tidak mengenal sumber
informasi

Klien akan
melaporkan
pemahaman tentang
penyakitnya dengan
kriteria :
Mengungkapkan
pemahaman tentang
penyakitnya

1. Tinjau ulang proses penyakit Memberikan


pengetahuan
dasar
dan harapan masa depan.
dimana pasien dapat menentukan
pilihan berdasarkana informasi .
2. Berikan
informasi
yang
tepat.
Berat ringannya keadaan, penyebab,
usia dan komplikasi yang
muncul akan menentukan tindakan
3. Identifikasi sumber stress.
pengobatan.
Faktor psikogenik seringkali sangat
penting
dalam
memunculkan/eksaserbasi
dari
4. Tekankan
pentingnya penyakit ini.
perencanaan waktu istirahat.
Mencegah munculnya kelelahan.
5. Berikan informasi tanda dan
gejala dari hipotiroid.
Pasien yang mendapat pengobatan
hipertiroid besar kemungkinan
mengalami hipotiroid yang dapat terjadi
segera setelah pengobatan selama 5
tahun kedepan.

7.

Risiko tinggi perubahan


proses pikir
berhubungan dengan
perubahan fisiologik,
peningkatan stimulasi
SSP/mempercepat
aktifitas mental,
perubahan pola tidur.

Mempertahankan
orientasi realitas
umumnya, mengenali
perubahan dalam
berpikir/berprilaku dan
faktor penyebab.

1. Kaji proses pikir pasien Menentukan adanya


seperti memori, rentang proses sensoris.
perhatian, orientasi terhadap
tempat, waktu dan orang.
2. Catat adanya
tingkah laku.

kelainan

pada

perubahan
Kemungkinan terlalu waspada, tidak
dapat
beristirahat,
sensitifitas
meningkat atau menangis atau mungkin
berkembang menjadi psikotik yang
sesungguhnya

3. Kaji tingkat ansietas.


4. Ciptakan lingkungan yang
tenang, turunkan stimulasi Ansietas dapat merubah proses pikir
lingkungan.
Penurunan stimulasi eksternal dapat
menurunkan hiperaktifitas/refleks, peka
rangsang
saraf,
halusinaso
5. Orientasikan pasien pada
pendengara.
tempat dan waktu.
Membantu untuk mengembangkan dan
kesadaran
pada
6. Anjurkan
keluarga
atau mempertahankan
orang terdekat lainnya untuk realita/lingkungan
mengunjungi klien.
Membantu dalam mempertahankan
7. Kolaborasi pemberian obat sosialisasi dan orientasi pasien.
sesuai
indikasi
seperti

sedatif/tranquilizer, atau obat


anti psikotik.
Meningkatkan relaksasi, menurunkan
hipersensitifitas
saraf/agitasi
untuk
meningkatkan proses pikir.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
Tgl masuk rumah sakit

: 12 April 2016

Tgl pengkajian

: 13 April 2016

Nomor register

: 0912121

Ruangan / rumah sakit

: melati/RSHS

Diagnosa medis

: hipertiroidisme

1.

Biodata

a. Identitas Pasien

Nama Lengkap

: Ny B

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur / Tanggal Lahir

: 30 Tahun

Kawin / Belum Kawin

: Sudah kawin

Agama

: Islam

Suku / Bangsa

: Bugis

Pendidikan

: S1

Pendapatan

: Tidak menentu

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Nomor Askes

: -

Alamat

: Jl. Perintis Kemerdekaan 6 no 24

b. Identitas Penaggung

Nama Lengkap

: Tn A

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur / Tanggal Lahir

: 38 tahun

Kawin / Belum Kawin

: Sudah KAwin

Agama

: Islam

Suku / Bangsa

: Bugis

Pendidikan

: SMA

Pendapatan

: Tidak menentu

2.

Pekerjaan

: Wiraswasta

Nomor Askes

: -

Alamat

: Jl. Perintis Kemerdekaan 6 no 24

Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan tubuhnya terasa lemas
2) Riwayat keluhan utama (dengan pendekatan P,Q,R,S,T )

Provocative/palliative

Yang menyebabkan keluhan tubuh terasa lemas adalah


terjadinya peningkatan suhu tubuh akibat peningkatan
laju

metabolisme

tubuh

di

atas

normal.

Yang

membuatnya keluhan bertambah baik /ringan jika klien


berada pada tempat yang dingin atau bertambah berat
jika melakukan aktivitas yang menambah peningkatan
laju metabolisme

Quality/quantity

Rasa lemas dirasakan di seluruh tubuh seiring dengan


peningkatan laju metabolism tubuh. Rasa lemas yang di
rasakan membuat klien tidak bisa menjalankan aktivitas
seperti biasa.

Region/radiation

Rasa lemas di rasakan di seluruh tubuh

Severity scale

Dengan peningkatan laju metabolisme tubuh, pasien


kehilangan
peningkatan

energi
suhu

yang

berlebihan

tubuh

sehingga

serta

terjadi

menyebabkan

terjadinya kelelahan dan rasa lemas yang dapat


mempengaruhi aktivitas. Kelelahan dan rasa lemas
yang dirasakan klien berada pada tingkat yang sedang.

Timing

Keluhan dirasakan klien 2 bulan yang lalu. Keluhan


sering dirasakan klien sekitar 2 minggu yang lalu.
Keluhan dirasakan klien secara perlahan-lahan

b. Riwayat kesehatan masa lalu

1) Sebelumnya klien belum pernah merasakan penyakit ini.


Klien pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya karena
demam tinggi.

2) Klien alergi terhadap ikan asin, tindakan yang dilakukan


untuk mengatasinya dengan tidak menghindari penyebab
alergi.

3) Kebiasaan kLien tidak merokok serta tidak mengonsumsi


minuman beralkohol, klien minum kopi 2 kali sehari sejak
5 tahun terakhir

c. Riwayat kesehatan keluarga (genogram 3 generasi):

Keterangan:

Laki-laki

perempuan

meninggal

Klien

garis pernikahan

3.

garis keturunan

orang tua dari ayah klien

orang tua dari ibu klien

saudara dari ayah klien

saudara dari ibu klien

Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum: Lemah

b. Tingkat kesadaran: apatis

c. Tanda-tanda vital

Tekanan darah

: 130/80 mmHg

Denyut nadi

: 110x/menit

Suhu badan

: 37,5oC

Pernafasan

: 26x/ menit

d. Berat Badan

: 55 Kg

e. Tinggi Badan

: 157 cm

f. Kulit

Inspeksi

1) Tidak terdapat lesi,lecet,jaringan parut

2) kulit tampak bersih

3) Tidak terdapat kelainan kelainan pada kulit mis; mokula,


papula, ulcus, eritema, fistula, eksoreasi.

Palpasi

1)

Kulit

2)

Kelembaban kulit : kurang

3)

Tekstur kulit

: halus

4)

Oedema

: tidak ada

g. Keadaan kepala

: dingin

Inspeksi

1)

Bentuk muka dan tengkorak kepala simetrisan

2)

Penyebaran rambut jarang serta halus

3)

Tidak ada luka pada kulit kepala

4)

Rambut tampak bersih

Palpasi

1)

Tidak ada pembengkakan/ benjolan

2)

Tidak ada nyeri tekan

3)

Massa tidak ada

h. Muka

Inspeksi

1) Simertis/tidak

: Simetris

2) Bentuk wajah

: Lonjong/oval

3) Gerakan abnormal

: Tidak ada

4) Ekspresi wajah

Datar

Palpasi

1) Nyeri tekan/tidak

: Tidak ada nyeri tekan

2) Data lain

: -

i. Keadaan mata

Inspeksi

1) Palpebrae

: Tidak ada edema dan radang

2) Sclera

: Berwarna kemerahan

3) Conjuctiva

: Tidak radang/tidak Anemis

4) Pupil

: Isokor

5) Posisi mata

: Simetris kiri dan kanan

6) Gerakan bola mata :


sulit

menggerakkan

Pasien
matanya

karena nyeri saat menggerakan


mata

7) Penutupan kelopak mata : Pasien sulit menutup mata

8) Keadaan visus

: 15/20

9) Penglihatan

: Kabur

Palpasi

1) Nyeri Tekan

: (+)

2) Tekanan Intra Okuler (TIO) : 24,4 mmHg

j. Keadaan hidung

Inspeksi

1)

Simetris

2)

Tidak terdapat pembengkakan dan sekresi

3)

tulang hidung tidak mengalami pembengkokan

4)

Tidak mengalami pembengkakan pada sselaput lendir

Palpasi

1) Tidak terdapat nyeri tekan

2) Tidak ada benjolan/tumor

k. Keadaan telinga

Inspeksi

1)

telinga bagian luar simetris

2)

Tidak ada serumen/cairan, nanah

l. Mulut

Inspeksi

1) Gigi

Keadaan gigi

gigi tampak bersih

Karang gigi/karies

Pemakaian gigi palsu :

2) Gusi: tidak mengalami peradangan

3) Lidah: tampak kotor

4) Bibir: pucat, kering pecah, mulut tidak berbau

m. Tenggorokan

Warna mukosa pucat, terdapat nyeri tekan, terdapat nyeri saat


menelan.

n. Leher

Inspeksi

1) Kelenjar thyroid : membesar

2) Ada pembengkakan/benjolan pada leher

3) Tidak ada distensi vena jugularis

Palpasi

1) Kelenjar Thyroid

Teraba

2) Kaku kuduk/tidak

3) Kelenjar limfe

tidak

4) Terdapat benjolan

5) Mobilisasi leher normal

o. Thorax dan pernafasan

Inspeksi

1) Bentuk dada

normal

2) Pernafasan

Inspirasi=ekspirasi,
frekuensi

pernafasan

permenit,

80

kali

irama pernafasan

regular.

3) Pengembangan paru

Simetris kiri dan kanan, terdapat retraksi dinding dada

Palpasi

1) Tidak adanya nyeri tekan

2) Tidak ada massa adanya massa

3) Vokal fremitus : adanya getaran dinding dada

Perkusi

1) Bunyi sonor

suara perkusi jaringan paru yang

normal

Askultasi

1) Suara nafas

Vesikuler dan

tidak terdapat wheezing.

p. Jantung

Inspeksi

1) Ictus cordis terlihat ditemukan pada ICS 5 linea medio


clavicularis kiri.

Palpasi

1) Saat melakukan palpasi iktus teraba

2) Frekuensi jantung meningkat

Perkusi

1) Saat dilakukan perkusi, jantung dalam batas normal

Auskultasi

1) Irama jantung tidak teratur/ distritmia

2) Bising jantung : murmur ada

q. Pengkajian payudara dan ketiak

Inspeksi

1) Payudara melingkar dan agak simetris dan ukuran sedang

2) Tidak terdapat udema, tidak terdapat kemerahan atau lesi


serta vaskularisasi normal

3) Areola mamma agak kecoklatan

4) Tidak adanya penonjolan atau retraksi akibat adanya skar


atau lesi.

5) Tidak

ada

keluaran,

ulkus,

pergerakan

atau

pembengkakan. Posisi kedua puting susu mempunyai


arah yang sama.

6) Ketiak dan klavikula tidak ada pembengkakan atau tanda


kemerah-merahan.

Palpasi

1) Tidak adanya keluaran serta nyeri tekan.

r. Abdomen

Inspeksi

1) Umbilikus tidak menonjol

2) Tidak ada pembendungan pembuluh darah vena

3) Tidak ada benjolan

4) Warna kulit normal

Palpasi

1) Tidak ada rasa nyeri

2) Tidak ada benjolan/ massa

3) Tidak ada pembesaran pada organ hepar

Perkusi

Tympani

Auskultasi

Peristaltik keras dan panjang

s. Genetalia dan Anus

Inspeksi

1) Tidak ada prolapsus uteri, benjolan kelenjar bartolini,

2) Sekret vagina jernih

3) Keadaan anus normal

Palpasi

1) Tidak ada nyeri tekan

2) Tidak ada haemoroid, fissura, fistula.

t. Ekstremitas

1) Ekstremitas atas

Motorik

Pergerakan kanan/kiri :
lemah

Pergerakan : tidak seimbangnya pergerakan


antara kanan dan kiri.

Kekuatan otot kiri/kanan :

kekuatan otot kanan

dan kiri lemah

Koordinasi gerak : ada gangguan

Refleks

Biceps kanan/kiri

: Normal

Triceps kana/kiri

: Normal

Sensori

Nyeri

: +

Rangsang suhu

: +

Rasa raba

: +

2) Ekstremitas bawah

Motorik

Gaya berjalan

: normal

Kekuatan kanan/kiri

: kekuatan kanan 4/kiri 4

Tonus otot kanan/kiri

: menurun

Refleks

KPR kanan/kiri

: -/-

APR kanan/kiri

: -/-

Bebinski kanan/kiri

: +/+

Sensori

Nyeri

: +

Rangsang suhu

: +

Rasa raba

: +

u. Status Neurologi

1) Saraf-saraf cranial

N I (Olfaktorius)

Klien mampu membedakan bau minyak kayu putih dan


alcohol.

N II (Optikus)

Klien tidak dapat melihat tulisan atau objek dari jarak


yang jauh.

N III,IV,VI (Okulomotorius, Cochlearis, Abdusen)

Mata dapat berkontraksi, pupil isokor, klien tidak


mampu menggerakkan bola mata kesegala arah dan
sulit mengangkat mata.

N V (Trigeminus)

Fungsi sensorik : Klien mengedipkan matanya bila ada


rangsangan.

Fungsi motorik : Klien dapat menahan tarikan pulpen


dengan gigitannya.

N VII (Fasialis)

Klien dapat mengerutkan dahinya, tersenyum dan


dapat mengangkat alis.

N VIII (Akustikus)

Klien dapat mendengar dan berkomunikasi dengan


baik, tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.

N IX (Glosofaringeus)

Klien dapat merasakan rasa manis, pahit, pedas.

N X (Fagus)

Klien tidak ada kesulitan mengunyah, klien tidak ada


kesulitan menelan.

N XI (Assessoris)

Klien dapat mengangkat kedua bahu, tidak ada atropi


otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

N XII (Hipoglosus)

Gerakan lidah simetris, dapat bergerak kesegala arah,


tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi,
indra pengecapan normal.

2) Tanda-tanda perangsangan selaput otak

4.

Kaku kuduk

: -

Kerning sign

: -

Refleks Brudzinski

: -

Refleks Lasegu

: -

Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) TSH serum (biasanya menurun)

2) T3 danT4 serum : meningkat

3) Tiroglobulin : meningkat

4) Pemberian TRH

5) Ambilan tiroid 131 : meningkat

6) Ikatan protein sodium : meningkat

7) Gula darah : meningkat ( kerusakan adrenal)

8) Kortisol plasma : turun ( menurunnya pengeluaran oleh


adrenal)

9) Pemerksaan fungsi hepar : abnormal

10)Elektrolit : hiponatremi akibat respon adrenal atau efek


delusi terapi cairan, hipokalemia akibat dari deuresis dan
kehilangan dari GI.

11) Kateklamin serum : menurun

12)Kreatinin urin : meningkat

13)EKG

fibrilasi

kardiomegali

b. Radiologi

USG

c. Pemeriksaan canggih

MRI

5.

Pola Kegiatan Sehari-hari

a. Nutrisi

1) Kebiasaan

atrium,

waktu

sistolik

memendek

Frekwensi makan/hari

: 3x/ hari

Nafsu makan

: sedang

Makanan pantang

: ikan asin

Makanan yang disukai

: ayam goreng

Banyak minuman dlm sehari

: 7-8 gelas

2) Perubahan selama sakit

Klien mengatakan nafsu makan meningkat, sebelum sakit


makan klien 3x/hari habis satu porsi, sejak sakit makan
klien > 3x/hari dan menghabiskan > satu porsi, intake
cairan sebelum sakit 7 - 8 gelas/hari, sejak sakit > 8
gelas/hari, klien alergi dengan ikan asin, klien mengatakan
BB badan turun sejak 1 bulan terakhir dari 57 kg menjadi
45kg.

b. Eliminasi

1) Buang air kecil

Kebiasaan

Frekuensi/hari

: Frekuensi bak klien 2-3x/hari

Warna

: Karakter urin kuning jerih

Perubahan selama sakit

: Tidak ada masalah dalam

miksi

2) Buang air besar

Kebiasaan

Fekuensi/hari

: klien 1 - 2x/hari

Warna

: Kuning

Konsistensi

: padat/ normal

Perubahan setelah sakit :

Sejak sakit defekasi klien 2-3 x/hari bahkanlebih tapi


dengan konsistensi encer/cair. Klien tidak pernah
menggunakan obat pencahar.

c. Olaraga dan Aktivitas

1) Klien mengatakan kurang suka olaraga

2) Jenis olaraga yang disukai adalah olaraga renang

3) Olaraga tersebut tidak dilaksanakan secara teratur

d. Tidur

1) Kebiasaan

Tidur malam jam

: 10

bangun jam 6

Tidur siang jam

: 3

bangun jam 4

Jumlah jam tidur 7-8 jam per hari

2) Perubahan selama sakit : selama sakit klien susah tidur, tidur 5


jam/hari.

e. Hygine

1) Kebiasaan

Mandi

: 2 kali/hari

Penyakit gigi : tidak ada

Rambut

: Bersih

2) Perubahan selama sakit :

Selama

sakit

klien

mengalami

kelelahan

sehingga

pemenuhan kebutuhan sehari-hari terganggu termasuk


personal hygiene, selama sakit klien hanya mandi 1
kali/hari.

6.

Pola Interaksi Sosial

Klien mengatakan sejak sakit klien agak tertutup, orang yang


terdekat dengan klien adalah orang tua

dan suaminya,

sebelumnya sakit klien aktif dengan kegiatan masyarakat/


organisasi, tapi semenjak sakit klien lebih banyak di rumah.

7.

Kesehatan Sosial

Menurut klien kebersihan rumah sangat penting, klien tinggal di


daerah yang bising dan klien tinggal 5 orang dalam rumah.

8.

Keadaan Pskologis Selama Sakit

Klien mengatakan perubahan yang dirasakanter utama ketika


berinteraksi

dengan

mengungkapkan

apa

orang
yang

lain,

klien

difikirkannya,

kesulitan
klien

lebih

dalam
suka

menyendiri dan banyak diam, klien lebih sering cemas, klien tidak
menggunakan obat tertentu.

9.

Kegiatan Keagamaan

Klien beranggapan bahwa penyakit yang diderita sekarang


merupakan cobaab untuknya dan pasti terdapat hikmah untuknya,
klien menganut agama islam klien taat dan melakukan sholat 5
waktu selama sakit.
10.

Perawatan/Pengobatan
1. Perawatan
Tindakan keperawatan yang diberikan selama di rumah sakit
disesuaikan dengan diagnosa yang dialami oleh pasien.
2. Pengobatan
1) Sebelum masuk rumah sakit : Tidak ada tindakan
pengobatan yang diberikan
2) Setelah masuk rumah sakit :

- Obat antitiroid
- Pengobatan dengan yodium radioaktif.
- Obat propanolol
6. Analisa Data

N
O
1.

SYMTOM

DS:
Klien
mengatakan
jantungnya
berdebardebar
Klien
lelah

mengatakan

ETIOLOGI

PROBLEM

Produksi hormone
tiroid meningkat

Penurunan
curah

Peningkatan metabolic
tubuh

Jantung

Peningkatan beban
kerja jantung
Takikardi

DO:
TD: 130/80 mmHg
N: 110 x / menit

2.

Klien cemas dan


tegang

DS:

Klien mengatakan
badannya lemah

Perubahan
denyut/irama jantung

Penurunan curah
Jantung

Produksi hormon tiroid


meningkat
Hipermetabolik

Kelelahan

N: 110 x / menit

Meningkatnya
kebutahan energi
Kelelahan

DO:

3.

Klien
tampak
lemas dan pucat

DS :

Klien mengatakan
terkadang mual

Klien mengatakan
badannya lemah

Produksi hormone
tiroid meningkat

Proses glikogenesis
meningkat
DO :

Berat badan klien


turun dari 55 Kg
menjadi 52 Kg
meskipun nafsu
makan bertambah
Klien tampak
lemah

Proses pembakaran
lemak meningkat

Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh

Peningkatan
metabolisme

Suplai nutrisi yang


tidak adekuat

Pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

4.

DS:

Klien mengatakan
Penglihatannya
kabur

Klien mengatakan
sulit menutup
matanya

hipertiroidisme.

peningkatan produksi
T3 dan T4

Risiko tinggi
terhadap
kerusakan
integritas
jaringan

DO:

Klien tampak
gelisah

Klien tampak
tegang

Klien tampak
sering
menonjolkan mata

TIO 24,4 mmHg

Visus 15/20

peningkatan
pembentukan limfosit

edema jaringan retro


orbita

Perubahan mekanisme
perlindunan dari mata

eksoftalmus.

protusi bola mata


menarik saraf optik

Gangguan penglihatan

Risiko tinggi terhadap


kerusakan integritas
jaringan

5.

DS :
Klien
mengatakan
kurang
mengerti
tentang penyakitnya

Peningkatan produksi
hormone tiroid
Hipermetabolik

tidak mengenal
sumber informasi
DO:

Klien
tampak
bingung
saat
ditanya
tentang
penyakitnya

Klien
banyak
bertanya tentang
penyakitnya

Kurang pengetahuan

Kurang
pengetahuan

Klien
bingung.

tampak

B. Diagnosa Keperawatan
1.

Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan


beban jantung.

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


peningkatan metabolisme.

3.

Kelelahan

berhubungan

dengan

hipermetabolik

dengan

peningkatan kebutuhan energi

4.

Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan


dengan

perubahan

mekanisme

perlindungan

dari

mata;

eksoftalmus.

5.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan
informasi.

tidak mengenal sumber

C. Intervensi Keperawatan
Tabel 2 Intervensi keperawatan pada kasus hipertiroid Ny. B
No.
1.

Diagnosa
Keperawatan
Penurunan
curah
jantung berhubungan
dengan peningkatan
beban kerja jantung,
ditandai dengan :
DS:
Klien
mengatakan
jantungnya
berdebardebar
Klien
mengatakan
lelah

Rencana Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Setelah
dilakukan 1. Pantau tekanan darah pada Hipotensi umum atau ortostatik dapat
tindakan keperawatan
posisi baring, duduk dan terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi
selama
3x24
jam
berdiri jika memungkinkan. perifer yang berlebihan dan penurunan
diharapkan klien akan
Perhatikan
besarnya volume sirkulasi.
mempertahankan
tekanan nadi.
curah jantung yang
kemungkinan
adekuat
sesuai 2. Periksa
adanya nyeri dada atau Merupakan tanda adanya peningkatan
dengan
kebutuhan
angina yang dikeluhkan kebutuhan oksigen oleh otot jantung
tubuh, dengan kriteria:
pasien.
1. TD dalam batas
atau iskemia.
normal
2. Nadi dalam batas 3. Auskultasi bunyi jantung.
Perhatikan adanya suara S1 dan murmur yang menonjol
normal
DO:
3. Klien tampak tidak
yang tidak normal (seperti berhubungan dengan curah jantung
TD: 130/80 mmHg
kelelahan
murmur).
meningkat
pada
keadaan
N: 110 x / menit
4. Klien
tidak
hipermetabolik.
Klien
cemas
dan
mengeluh
4. Observasi tanda dan gejala
tegang
jantungnya
haus yang hebat, mukosa Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang
berdebar-debar
membran
kering,
nadi akan menurunkan volume sirkulasi dan

lemah, penurunan produksi menurunkan curah jantung.


urine dan hipotensi.
5. Kolaborasi: Berikan obat
sesuai indikasi; penyekat Diberikan
untuk
mengendalikan
beta seperti propranolol, pengaruh tirotoksik terhadap takikardia,
atenolol, dan nodolol.
tremor, dan gugup serta merupakan
obat pilihan pertama pada kasus tiroid
akut.
2.

Perubahan
nutrisi
kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan
peningkatan
metabolisme, ditandai
dengan:
DS :
Klien mengatakan
terkadang mual
Klien mengatakan
badannya lemah
DO :
Berat badan klien

Setelah
dilakukan 1. Catat adanya anoreksia,
tindakan keperawatan
mual dan muntah.
selama
3x24
jam
diharapkan kebutuhan
nutrisi klien dapat
2. Pantau masukan makanan
terpenuhi,
dengan
setiap hari, timbang berat
kriteria:
badan setiap hari.
1. Berat badan klien
stabil
2. Klien tidak tampak
3. Kolaborasi untuk pemberian
lemah
diet tinggi kalori, protein,
3. Klien mengatakan
karbohidrat dan vitamin.
tidak mual

Peningkatan aktivitas adrenergic dapat


menyebabkan
gangguan
sekresi
insulin/terjadi
resisten
yang
mengakibatkan hiperglikemia.
Penurunan berat badan terus menerus
dalam keadaan masukan kalori yang
cukup merupakan indikasi kegagalan
terhadap terapi antitiroid.
Mungkin memerlukan bantuan untuk
menjamin pemasukan zat-zat makanan
yang adekuat dan mengidentifikasi
makanan pengganti yang sesuai.


3.

turun dari 55 Kg
menjadi 52 Kg
meskipun nafsu
makan bertambah
Klien tampak lemah

Kelelahan
berhubungan dengan
hipermetabolik dengan
peningkatan
kebutuhan
Energi,
ditandai dengan:
DO:
Klien tampak lemas
dan pucat
N: 110 x / menit

4. Anjurkan klien makan


makanan dalam keadaan
hangat

Setelah dilakukan
1. Pantau tanda vital dan catat
tindakan keperawatan
nadi baik istirahat maupun
selama 2x24 jam
saat aktivitas.
pasien
untuk
diharapkan klien akan 2. Sarankan
mengurangi aktivitas.
mengungkapkan
secara verbal tentang
3. Berikan
tindakan
yang
peningkatan tingkat
membuat pasien merasa
Energi, dengan kriteria
nyaman seperti massage.
:
1. Klien tidak tampak
lemas dan pucat
2. Kekuatan otot 5/5
DS:
5/5
Klien mengatakan
badannya lemas

Meningkatkan selera makan


mengurangi rangsang mual

dan

Nadi secara luas meningkat dan bahkan


istirahat, takikardia mungkin ditemukan.
Membantu melawan pengaruh dari
peningkatan metabolisme.
Meningkatkan relaksasi.

4.

Risiko tinggi terhadap


kerusakan
integritas
jaringan berhubungan
dengan
perubahan
mekanisme
perlindungan
dari
mata;
eksoftalmus,
ditandai dengan:
DS:
Klien mengatakan
Penglihatannya
kabur
Klien mengatakan
sulit
menutup
matanya
DO:
Klien
tampak
gelisah
Klien
tampak
tegang
Klien tampak sering
menonjolkan mata
TIO 24,4 mmHg
Visus 15/20

Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama
2x24
jam
diharapkan klien dapat
mempertahankan
kelembaban membran
mukosa
mata,
terbebas
dari ulkus, dengan
kriteria:
1. Klien
tampak
tenang
2. Mata tampak tidak
terlalu menonjol
3. Klien
dapat
membuka
dan
menutup matanya

1. Observasi adanya edema


periorbital.

Stimulasi umum dari stimulasi


adrenergik yang berlebihan.

2. Evaluasi ketajaman mata.

Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari


peningkatan jaringan retroorbita.

3. Anjurkan pasien
menggunakan kaca mata
gelap.
4. Tinggikan bagian kepala
tempat tidur klien.

Melindungi kerusakan kornea.

Menurunkan edema jaringan bila ada


komplikasi.

5.

Kurang pengetahuan
mengenai
kondisi,
prognosis
dan
kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan
tidak
mengenal
sumber
informasi,
ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan
kurang
mengerti
tentang
penyakitnya
DO:
Klien
bingung
ditanya

tampak
saat
tentang

Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama
1x24
jam
diharapkan klien dapat
mengungkapkan
pemahaman tentang
penyakitnya, dengan
kriteria hasil:
2. Klien tidak tampak
bingung
3. Klien mengatakan
sudah
paham
tentang
penyakitnya

1. Tinjau ulang proses penyakit


dan harapan masa depan.

Memberikan pengetahuan dasar dimana


pasien dapat menentukan pilihan
berdasarkana informasi.

2. Berikan informasi yang tepat.

3. Identifikasi sumber stress.

4. Tekankan pentingnya
perencanaan waktu istirahat.

Berat ringannya keadaan, penyebab,


usia dan komplikasi yang muncul akan
menentukan tindakan pengobatan.
Faktor psikogenik seringkali sangat
penting
dalam
memunculkan/eksaserbasi dari penyakit
ini.
Mencegah munculnya kelelahan.

5. Berikan informasi tanda dan


gejala dari hipotiroid.
Pasien yang mendapat pengobatan
hipertiroid
besar
kemungkinan

penyakitnya
Klien
banyak
bertanya
tentang
penyakitnya
Klien
tampak
bingung.

mengalami hipotiroid yang dapat terjadi


segera setelah pengobatan selama 5
tahun kedepan.

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Tabel 3 Implementasi dan evaluasi keperawatan pada kasus hipertiroid Ny. B
No.
1.

Diagnosa Keperawatan
Penurunan curah jantung
berhubungan
dengan
peningkatan beban kerja
jantung, ditandai dengan:
DS:
Klien
mengatakan
jantungnya berdebar
debar
Klien mengatakan lelah

Waktu
Implementasi
Respon Klien
Kamis, 14
April 2016
07.00 WIB 1. Memantau
tekanan Hasil: TD 130/90, N
darah
pada
posisi 105 x/menit, palpasi
baring.
Perhatikan nadi kuat.
besarnya tekanan nadi.
07.15 WIB

2. Memeriksa kemungkinan
adanya nyeri dada atau Hasil: Klien

Evaluasi
Kamis, 14 April 2016
Jam 14.00 WIB
S: - Klien tidak mengeluh
jantungnya
berdebar-debar
- Klien mengatakan
lelahnya berkurang
O: TD 130/80
Nadi 115 x/menit

DO:
TD: 130/80 mmHg
N: 110 x / menit
Klien
cemas
tegang

07.16 WIB
dan

09.00 WIB

12.00 WIB

angina yang dikeluhkan mengatakan tidak


pasien.
ada keluahan nyeri
dada.
3. Mengauskultasi
bunyi
jantung.
Perhatikan
adanya suara yang tidak Hasil: Bunyi jantung
normal (seperti murmur). S1 S2 normal.

Klien tampak cemas


A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1, 3,
4, dan 5

4. Mengobservasi
tanda
dan gejala haus yang
hebat, mukosa membran
kering,
nadi
lemah,
penurunan
produksi
urine dan hipotensi.

Hasil: tidak ada


tanda dan gejala
kehausan yang
hebat, mukosa
membran lembab,
5. Memberikan obat sesuai palpasi nadi kuat.
indikasi: penyekat beta
seperti propranolol
Hasil: klien telah
diberikan obat
propranolol.

2.

Perubahan nutrisi kurang Kamis, 14


dari
kebutuhan April 2016
berhubungan
dengan 07.20 WIB 1. Memantau
masukan Hasil: BB 52,7 Kg
peningkatan
makanan setiap hari,

Kamis, 14 April 2016


Jam 14.00 WIB
S: - Klien mengatakan
nafsu makan baik.

metabolisme,
ditandai
dengan:
DS :
08.00 WIB
Klien mengatakan
terkadang mual
08.00 WIB
Klien mengatakan
badannya lemah
DO :
Berat badan klien turun
dari 55 Kg menjadi 52
Kg meskipun nafsu
makan bertambah
Klien tampak lemah

3.

Kelelahan berhubungan
dengan hipermetabolik
dengan peningkatan
kebutuhan
Energi, ditandai dengan:
DO:
Klien tampak lemas
dan pucat

08.00 WIB

timbang berat
setiap hari.
2. Mencatat
anoreksia,
muntah.

badan

adanya Hasil: tidak ada


mual dan anorexia, mual dan
muntah tidak ada.

3. Berkolaborasi
untuk
pemberian diet tinggi
kalori,
protein,
karbohidrat dan vitamin.

Hasil: pemberian diet


tinggi kalori, protein,
karbohidrat dan
vitamin sesuai
instruksi.

Klien mengatakan tidak


ada mual
- Klien mengatakan
badannya tidak lemah
O: - BB 52,7 Kg
- Klien tidak tampak
lemah
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1, 2,
dan 3

4. Menganjurkan
klien
makan makanan dalam Hasil: Klien makan
keadaan hangat
makanan dalam
keadaan hangat.
Kamis, 14
April 2016
07.00 WIB 1. Memantau tanda vital
dan catat nadi baik
istirahat maupun saat
aktivitas.

Hasil: TD: 130/90,


Nadi: 105 x/menit, R:
27x/menit, S: 37,0.
Palpasi nadi kuat.

07.05 WIB

Hasil: klien mampu

Kamis, 14 April 2016


Jam 14.00 WIB
S: - Klien mengatakan
badannyamasih terasa
lemas
O: - Klien tampak lemas
dan pucat.
- TD 130/80, Nadi 115

4.

N: 110 x / menit

DS:
Klien mengatakan
badannya lemas

10.00 WIB

Risiko tinggi terhadap


kerusakan
integritas
jaringan
berhubungan
dengan
perubahan
mekanisme perlindungan
dari mata; eksoftalmus,
ditandai dengan :
DS:
Klien
mengatakan
Penglihatannya kabur
Klien mengatakan sulit
menutup matanya

Kamis, 14
April 2016
07.00 WIB

DO:
Klien tampak gelisah
Klien tampak tegang

2. Menyarankan pasien
untuk mengurangi
aktivitas.
3. Memberikan tindakan
yang membuat pasien
merasa nyaman seperti
massage.

07.20 WIB
07.20 WIB

08.30 WIB

mengurangi
kativitasnya
Hasil: klien tampak
rileks

1. Mengobservasi adanya
edema periorbital.

Hasil: tidak tampak


edema periorbital

2. Evaluasi ketajaman
mata.
3. Menganjurkan pasien
menggunakan kaca mata
gelap.

Hasil: Visus 15/20,


TIO 24,4 mmHg
Hasil: Klien paham
yang dijelaskan
perawat.

4. Meninggikan bagian
kepala tempat tidur klien.

Hasil: bagian kepala


tempat tidur klien
telah di tinggikan.

x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1
dan 2

Kamis, 14 April 2016


Jam 14.30 WIB
S: - Klien mengatakan
penglihatannya kabur.
- Klien mengatakan masih
sulit menutup matanya.
O: - Klien tampak sedikit
gelisah dan
tegang.
- Klien tampak
menonjolkan mata
- TIO 24,4 mmHg, Visus
15/20
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan interevensi 1,
2, dan 4

5.

Klien tampak sering


menonjolkan mata
TIO 24,4 mmHg
Visus 15/20

Kurang
pengetahuan
mengenai
kondisi,
prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal
sumber informasi, ditandai
dengan :
DS :
Klien
mengatakan
kurang
mengerti
tentang penyakitnya

Kamis, 14
April 2016
13.00 WIB

13.05 WIB
13.05 WIB

13.10 WIB
DO:
Klien tampak bingung
saat ditanya tentang
penyakitnya
Klien banyak bertanya
13.10 WIB
tentang penyakitnya
Klien tampak bingung.

1. Meninjau ulang proses Hasil:


klien
penyakit dan harapan memahami
proses
masa depan.
penyakit
dan
mengungkapkan
harapan
untuk
sembuh.
2. Memberikan
informasi
Hasil:
yang tepat.
3. Mengidentifikasi sumber mendapatkan
informasi.
stress.
Hasil:
tidak
faktor stress
mendukung.

klien

ada
yang

4. Memberikan
informasi
klien
tanda dan gejala dari Hasil:
mengatakan paham
hipotiroid.
tentang penyakitnya.

Kamis, 14 April 2016


Jam 14.30 WIB
S: - Klien mengatakan
paham tentang
penyakitnya
O: - Klien tidak tampak
bingung
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

5. Menekankan pentingnya Hasil: klien paham


perencanaan
waktu tentang
pentingya
istirahat.
waktu istirahat.

BAB IV PEMBAHASAN

Hipertiroid (tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan dimana


didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu
kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan
memberikan hormon tiroid berlebihan.

Dalam konsep teori asuhan keperawatan, terdapat 7 (tujuh)


diagnosa yang dapat muncul pada pasien hipertiroidisme, yaitu:

1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan


hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban
kerja jantung; perubahan dalam arus balik vena dan tahanan vaskuler
sistemik; perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung.

2. Kelelahan

berhubungan

dengan

hipermetabolik

dengan

peningkatan

kebutuhan energi; peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan


kimia tubuh.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan


metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat
badan); maual, muntah, dan diare; kekurangan insulin yang relatif;
hiperglikemia.

4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan


perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus.

5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

7. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan


fisiologik,

peningkatan

stimulasi

SSP/mempercepat

aktifitas

mental,

perubahan pola tidur.

Sedangkan pada kasus dengan hipertiroid pada Ny. B, diagnosa


keperawatan yang muncul ada 5 (lima) yaitu:

1.

Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan beban


jantung.

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


peningkatan metabolisme.

3.

Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan


kebutuhan energi

4.

Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan


dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata; eksoftalmus.

5.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

Terdapat 2 (dua) diagnosa yang tidak diangkat pada Ny. M yaitu:

1.

Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan


fisiologik,

peningkatan

stimulasi

SSP/mempercepat

aktifitas

mental,

perubahan pola tidur.

2.

Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik. Hal ini


dikarenakan tidak ada data yang menunjang dalam pengkajian.

Untuk intervensi dari setiap diagnosa pada kasus Hipertiroidisme Ny. B,


mengacu pada intervensi teori. Setelah dilakukan tindakan keperawatan,
didapatkan hasil 1 diagnosa keperawatan yang dapat teratasi yaitu kurang
pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, 2 diagnosa
keperawatan yang teratasi sebagian yaitu penurunan curah jantung
berhubungan dengan peningkatan beban jantung dan perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme.
Dan 2 diagnosa keperawatan yang belum teratasi yaitu kelelahan
berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energi,

dan

risiko

tinggi

terhadap

kerusakan

integritas

jaringan

berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata;


eksoftalmus.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hipertiroid (tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana
didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan
dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan
bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
2. Thamrin (2007) mengklasifikasikan hipertiroidisme menjadi empat
bagian: goiter toksik difusa (graves disease), penyakit tiroid,
nodular

(nodular

thyroid

disease),

subakut

tiroiditis,

dan

postpartum tiroiditis.
3. Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves,
suatu penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang selsel untuk menghasilkan hormon yang berlebihan.
4. Menurut Brunner & Suddart (2001), manifestasi klinis yang timbul
pada pasien dengan hipertiroidiseme antara lain: Tirotoksitosis;
Peningkatan selera makan dan konsumsi makanan, penurunan
berat badan yang progresif, kelelahan otot yang abnormal,
amenore, dan perubahan defekasi dengan konstipasi atau diare;
Frekuensi denyut nadi berkisar secara konstan 90-160 kali/menit;
Efek pada jantung mencakup sinus takikardia/aritmia jantung,
peningkatan tekanan nadi dan palpitasi.
5. Pemeriksaan penunjang pada hipertiroid, yaitu TSH (Tiroid
Stimulating

Hormone),

(triiodotironin),

bebas

T4

(tiroksin),

juga

boleh

dibuat

diagnosa

bebas

T3

menggunakan

ultrabunyi untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid, Tiroid


scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid, hipertiroidisme
dapat disertai
kepekaan

penurunan

terhadap

hiperglikemia.

kadar lemak serum, penurunan

insulin,

yang

dapat

menyebabkan

6. Terdapat 3 (tiga) bentuk terapi yang tersedia untuk mengobati


hipertiroidisme dan mengendalikan aktivitas tiroid yang berlebihan,
yaitu: farmakoterapi, penyinaran atau radiasi, pembedahan
dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, mahasiswa dan
mahasiswi dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan sistem endokrin: hipertiroidisme sehingga
bisa diterapkan dengan baik kepada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Bruuner, dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8


Volume 2. Jakarta: EGC.
Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan. Jakarta: EGC.
Anonim. 2008. Hipertiroidisme. http://www.medica store.com
Anonim. 2008. Mengenal Tiroid. http://www.demomedical.com
Zhali.

2011.
Asuhan
Keperawatan
http://zhaliendingnoova.blogspot.co.id/2011/08/askephipertiroidisme.html.

Hipertiroid.

You might also like