Professional Documents
Culture Documents
F. Diagnosa Medis
Diagnosa medis DHF/DSS masih berdasarkan patokanWHO 1975 yang terdiri dari 4 kriteria dan
2 kriteria laboratorium dengan syarat bila criteria laboratorik terpenuhi minimal 2 kriteria klinik
satu diantaranya adalah demam, derajat I dan II disebut DHF/DBD sedangkan derajat III dan IV
DHF/DBD dengan renjatan atau DSS.
G. Pemeriksaan Penunjang.
Dalam menentukan diagnosis DHF/DBD minimal 2 kriteria laboratirik yaitu
1. Hemokonsentrasi yaitu meningginya nilai hematokrit/Ht > 20%
2. Trombositopenia yaitu penurunan trombosit dibawah 100.000/mm3
3. Sediaan harus darah tepi yaitu t'dapat fragmentosit yg menandakan t'jadinya hemolisis.
4. Sumsum tulang terdapat hipoplasi system eritopoietik yang disertai hiperplasi system RE
5. Kelainan elektrolit :
Hiponatremia
Hiperkalemia
Hipoloremia ringan
Asidosis metabolic dengan alkalosis kompensatori
Osmolalitas plasma menurun.
6. Tekanan koloid onkotik menurun
7. Protein plasma menurun
8. Serum transaminase sedikit meninggi.
H. Penatalaksanaan.
Penatalaksanaan renjatan pada DBD merupakan suatu masalah yang sangat penting yang harus
diperhatikan, oleh karena angka kematian akan sangat tinggi apabila penanganan DHF/DBD
dengan renjatan tidak ditanggulangi secara adekuat.
Prinsip utama penanganan DSS :
o Atasi segera hipovolemia
o Lanjutkan p'nggantian cairan yg msh trs keluar dr pembuluh darah slama 12 -24 jam / paling
lama 48 jam
o Koreksi keseimbangan asam-basa
o Beri darah segar bila ada perdarahan hebat.
Pada dasarnya pengobatan DHF hanya bersifat simptomatis dan suportif, karena obat yang
spesifik untuk mengobati virus belum ada.sedangkan untuk menjaga kestabilan sirkulasi perlu
pemantauan intensif mengenai TTV, hasil laboratorium (Ht,Tromb,Hb)setiap 4 jam kalau perlu.
Untuk mengatasi renjatan diperlukan terapi cairan/volume replacement karena biasanya
shock/renjatan pada kasus DBD karena terjadi deficit volume cairan hingga kejadian shock
hipovolemia.
1. Mengatasi renjatan
Sebaiknya diberikan cairan kristaloid yg isotonis atau sedikit hipertonis. Jenis cairan tersebut:
o RL
o Glucose 5% dlm half strength NaCl.0,9%
o RL-D5 dpt dibuat dgn jalan mengeluarkan 62,5 cc cairan RL kemdian ditambahkan D40
sbanyak 62,5cc
o NaCl 0,9%; D10,aa ditambahkan Natrium Bicarbonat 7,5% sebanyak 2 cc/kgBB.
Dosis /kecepatan cairan yang biasa diberikan ialah 20-40 ml/kg,bb dalam waktu 1-2 jam, untuk
renjatan berat kecepatan tetesan 20 ml/kg.bb/jam yang dapat diulangi hingga 2 kali kalau dengan
kecepatan tetesan tersebut tidak dapat dicapai maka bisa diberikan melalui spuit sebanyak 100200ml karena kemungkinan vena telah mengalami kolaps.sedangkan untuk menentukan tetesan
cairan dilakukan guyur atau tidak maka dilakukan pengukuran CVP kalau hasil CVP < 5cm
maka cairan dilakukan dengan cara guyur sampai CVP dapat dipertahankan antara 5-8 cm H2O
2. Cairan maintenance/rumatan.
Jenisnya :
o D5/10;NaCl 0,9% = 3:1 untuk anak besar sedangkan untuk bayi 4:1
o D5 dlm NaCl 0,225 kedalam cairan ini ditambahkan KCL 10 mEq,vit B complex,Vit.C.
o D5/D10 + KCL 10 mEq/botol bila kadar natrium dan klorida dalam serum tinggi.
o NaCl 0,9% : D10 aa.
o 2/3 cairan kristaloid + 1/3 cairan plasma expander.
o Pemberiannya adalah 100-150 ml/kg.bb/hari
3. Plasma/plasma expander.jenisnya a.l:
a. Plasbumin ( human albumin 255)
b. Plasmanate ( plasma protein fraction 5%)
c. Plasmafuchin
d. Dextran L40
Hal ini diperlukan pada penderita dengan renjatan berat atau pada penderita yang tidak segera
mengalami perbaikan dengan cairan kristaloid.
Bila dapat cepat disiapkan,diberikan sebagai pengganti cairan a.1 setelah hasil lab.Ht,trombo
mengalami perbaikan dapat dilanjutkan caitan yg pertama diberikan/RL akan tetapi apabila bila
Hasil lab.belum mengalami perbaikan maka dosis dapat diberikan 10-20ml/kg.bb dalam waktu
1-2 jam. Dan apabila nadi dan TD masih jelek dan hasil lab.masih jelek dapat ditambah plasma
10 ml/kg.bb setiap jam sampai total 40 ml/kg.bb.
4. Tranfusi darah.
o Sebaiknya darah segar
o Diberikan pd perdarahan hebat baik dgn hematemesis/melena yg memerlukan tamponade.
o Diberika pd 24 -48 jam setelah pengobatan syok anak jatuh dalam keadaan syok lagi
o Ht rendah ( < 35% - 40% ) tetapi anak masih syok
o Dosis 10-20 ml/kg.bb dapat ditambah apabila perdarahan masing berlangsung.
5. Obat-obat yg diberikan
o Antibiotik
diberikan sebagai proloned
shock,infeksi sekunder,profilaksis.
Obatnya adalah Ampisilin 400-800 mg/kg.bb/hari iv,gentamisin 2x5mg/kg.bb/hr.iv
o Antivirus, isoprinosin 4x50 mg/kg.bb/hari selama 8 hari, obat ini bermanfaat pd stadium dini.
o Heparin, diberikan sbg prolonged shock dimana diduga DIC sebagai penyebab perdarahan
( trombosit < 75.000/mm3 & fibrinogen <100 mg%) dgn dosis 0,5 mg/kg.bb iv setiap 4-6 jam
o Kortikosteroid, dipyridamol & asetosal utk mencegah adhesi dan agregasi trombosit kapiler,
mencegah permulaan DIC akan tetapi jarang dianjurkan krn ada kecenderungan perdarahan.
o Carbazochrom Sodium Sulfonat,diberikan pd penderita DSS yg disertai perdarahan GI yg
hebat.Untuk mencegah peningkatan permeabilitas pembuluh darah,memiliki aktifitas plasma
expander, dan mempersingkat waktu perdarahan
o Dopamin, diberikan sebagai pertimbangan pada kasus renjatan yang belum teratasi
o Sedative-antikonvulsan,diberikan pada kasus DSS dengan gelisah dan kejang
o Antasida,dipertimbangkan pd kasus DSS dgn muntah hebat ,nyeri epigastrium yg tdk jelas
o Diuretika, diberikan pada kasus overhidrasi
o Digitalis,diberikan kepada penderita dengan gejala gagal jantung
I. Komplikasi.
- Perdarahan massif
- Kegagalan pernafasan karena edema paru dan kolaps paru
- Ensefalopati dengue
- Kegagalan jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Sumarmo,s dkk, Buku Ajar Infeksi & Penyakit Tropis pada Anak,IDAI Jakarta 2008
Rampengan T.H dkk , penyakit infeksi tropic pada anak, EGC,1997
http:// anita-mail 2080.blogfriendster.com/2009/02/dengue- syok-syndrome-grade-iia/