Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Meningitis merupakan masalah kesehatan universal, dan merupakan kondisi
gawat darurat medis yang memiliki potensi tinggi terhadap
morbiditas dan
mortalitas1,2. Di Amerika Serikat, lebih dari 10,000 kasus dilaporkan setiap tahunnya,
tetapi insiden sesungguhnya dapat mencapai hingga 75,000. Kurangnya pelaporan
dikarenakan tidak ada hasil klinis kebanyakan kasus dan ketidakmampuan dari
beberapa agen viral untuk tumbuh dalam kultur. Menurut laporan CDC, perawatan
pasien dalam rumah sakit dari meningitis virus bervariasi dari 25,000-50,0000 setiap
tahun. Dalam beberapa laporan insiden diperkirakan 11 per 100,000 populasi
pertahun.3
Meningitis didefinisikan sebagai peradangan pada meningen yaitu membran
yang melindungi otak dan cairan serebrospinal. Meningitis dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, infeksi parasit dan obat-obatan tertentu 4,5. Meningitis yang disebabkan
oleh virus (82-94%) biasanya lebih ringan dan dapat sembuh sendiri secara spontan
sehingga tidak membutuhkan pengobatan spesifik. Meningitis akibat bakteri (6-18%)
dapat mematikan dan sering menyebabkan
kemudian hari5,6,7.
datang di rumah sakit, dari klinis maupun pemeriksaan penunjang masih menjadi
sebuah tantangan. Terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh apabila kita dapat
membedakan meningitis bakterial dan viral secara cepat, yaitu menurunkan
penggunaan antibiotik dan mengurangi risiko perawatan di rumah sakit8.
Parameter klinis konvensional dan laborat seperti demam, kejang, kaku
kuduk, jumlah leukosit atau kadar protein C-reaktif (CRP) yang meningkat sesuai
definisi yang diajukan oleh American College of Chest Physicians dan Society of
Critical Care Medicine, kurang sensitif dan spesifisik dalam mendiagnosis infeksi
bakteri berat. (Liaudat S et al., 2001). Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) masih
menjadi baku emas untuk mendiagnosis meningitis bakterial pada praktik klinis,
tetapi hasil tersebut dapat berubah negatif dalam beberapa jam setelah pemberian
antibiotik9.
Banyaknya kasus meningitis yang tersebar luas di dunia menuntut para dokter
untuk dapat dengan segera mendiagnosis dan memberikan tatalaksana yang tepat
karena kelangsungan hidup pasien meningitis sangat bergantung pada kecepatan
mendiagnosis dan mengobatinya10.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Meningitis merupakan suatu reaksi peradangan yang mengenai satu atau
semua lapisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang
belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa, disebabkan oleh
bakteri spesifik/non spesifik atau virus, yang dapat menyebabkan terjadinya
gejala perangsangan meningen seperti sakit kepala, kaku kuduk, fotofobia
disertai peningkatan jumlah leukosit pada liquor cerebrospinal (LCS). 2,3
Berdasarkan durasi dari gejalanya, meningitis dapat dibagi menjadi akut
dan kronik. Meningitis akut memberikan manifestasi klinis dalam rentang jam
hingga beberapa hari, sedangkan meningitis kronik memiliki onset dan durasi
berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
B. ETIOLOGI
Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur :
1. Neonatus : Eserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria
monositogenes
2. Anak di bawah 4 tahun : Hemofilus influenza, meningococcus, Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa : Meningococcus, Pneumococcus. 2,3
Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan
pulih tanpa pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis
meningitis.
Pemberian
vaksin
(Hib
vaccine)
telah
gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan
berkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan fontanella
yang mencembung. Kejang dialami lebih kurang 44 % anak dengan penyebab
Haemophilus influenzae, 25 % oleh Streptococcus pneumoniae, 21 % oleh
Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus. Pada anak-anak dan
dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas,
penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat,
malaise, nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh
atau purulen.3
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau
stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti
gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering
tanpa demam, muntah-muntah, nafsu makan berkurang, murung, berat badan
turun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan
kesadaran berupa apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul,
nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung,
halusinasi, dan sangat gelisah.1
Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 3 minggu dengan
gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat
dan kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda
rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat
tanda-tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih
hebat. Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan
gangguan kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal
dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana
mestinya.1
1.
tekanan intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah
sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa
jenis bakteri.
Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap Darah
(LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu,
pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal, gigi geligi) dan foto dada.5
F, PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi adalah menghilangkan infeksi dengan menurunkan tandatanda dan gejala serta mencegah kerusakan neurologik seperti kejang, tuli, koma
dan kematian.
Tergantung pada fasilitas yang tersedia bagi dokter umum yang bersangkutan,
maka penderita dapat dikirim ke dokter ahli saraf atau di rawat sendiri di rumah
sakit. Bilamana penderita akan di obati oleh dokter umum sendiri, maka ia harus
dimasukkan di rumah sakit. Di situ akan dilakukan tindakan pemeriksaan
neurologik dan tindakan terapeutik darurat yang pada hakekatnya sangat
menentukan.
Tindakan perawatan terdiri dari :
1. tindakan pencegahan dan higiene yang lazim diselenggarakan pada penderita
yang sakit keras atau yang tidak sadar.
Perawatan pada orang sakit keras atau koma dalam garis besar adalah
sama, baik yang disebabkan oleh infeksi, intoksikasi, neoplasma atau
gangguan peredaran darah serebral maupun karena trauma.
2. pemberian antibiotika.
Biasanya memakai penicillin G atau ampicilin selama lima hari, jika
dalam lima hari tidak ada perbaikkan maka bisa dikombinasikan dengan
chlorampenicol.
Berikut daftar obat-obat antibiotik pada menigitis
TERAPI ANTIBIOTIKA
Mikro-
Antibiotika
Organisme
Menigitis Akuta
Pneumokokus
Meningokokus
Penicilin G
Streptokokus
Stafilokokus
selanjutnya 500rb
unit i.m/2 jam
Neonatus : 50-100 ribu
unit/Kg/BB/hari
H. influenza
Ampicilin
E. coli
Kuman
suntikan
yang
tidak dikenal
dikombinasi
I,
selanjutnya 1 gr
dengan,
i.m/3 jam
Anak
300-400
mg/Kg/BB/hari
i.m, dibagi dalam
dosis angsuran 3
jam sekali
Neonatus :
dosis anak
Menigitis Sub-Akuta
M. tuberculosa
Sedangkan pada meningitis karena virus pengobatan bersifat simptomatik,
oleh karena belum ada antibiotika yang dapat digunakan secara efektif. Obat yang
biasanya dipakai pada meningitis karena virus biasanya menggunakan vidarabine
(9-beta-D-arabinosyladenine monohydrate) dengan nama dagang Vira-A.
Penggunaannya dengan melarutkan obat dalam air dan diberikan secara intravena
selama 12-24 jam. Dosisnya ialah 15mg/Kg/BB/sehari selama 10 hari berturutturut. Efek samping yang timbul yaitu mual, muntah, diare dan anoreksia tetapi
efek samping ini tidak merupakan indikasi untuk menghentikan obat, bila efek
samping berupa tremor, halusinasi, delirium dan psikosis maka pemakaian obat
ini harus dihentikan. Tetapi obat ini tergolong mahal.
Obat
antiviral
yang
lain
yaitu
isoprinosine
yang
mengandung
G. PROGNOSIS
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik
yang menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis
meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia
neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek,
yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan kematian.7
Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas
meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami
sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis purulenta mengakibatkan
kecacatan seperti ketulian, keterlambatan berbicara dan gangguan perkembangan
mental, dan 5 10% penderita mengalami kematian. 8
Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada
umumnya tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian
meningitis TBC dipengaruhi oleh umur dan pada stadium berapa penderita
mencari pengobatan. Penderita dapat meninggal dalam waktu 6-8 minggu. 6
Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan gejala klinis yang lebih
ringan,penurunan kesadaran jarang ditemukan. Meningitis viral memiliki
prognosis yang jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 2 minggu
dan dengan pengobatan yang tepat penyembuhan total bisa terjadi.
BAB III
PENUTUP
Meningitis merupakan masalah kesehatan universal, dan merupakan
kondisi gawat darurat medis yang memiliki potensi tinggi terhadap morbiditas
dan mortalitas. Meningitis didefinisikan sebagai peradangan pada meningen yaitu
membran yang melindungi otak dan cairan serebrospinal. Meningitis dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, infeksi parasit dan obat-obatan tertentu. Infeksi ini
disertai dengan frekuensi komplikasi akut dan resiko morbiditas kronis yang
tinggi.
Tanpa memandang etiologi, kebanyakan penderita dengan infeksi sistem
saraf pusat mempunyai sindrom yang serupa. Gejala gejala yang lazim adalah :
nyeri kepala, nausea, muntah, anoreksia, gelisah dan iritabilitas. Sayangnya,
kebanyakan dari gejala gejala ini sangat tidak spesifik. Tanda tanda infeksi
sistem saraf pusat yang lazim, disamping demam adalah : fotofobia, nyeri dan
kekakuan leher, kesadaran kurang, stupor, koma, kejang kejang dan defisit
neurologis setempat. Keparahan dan tanda tanda ditentukan oleh patogen
spesifik, hospes dan penyebaran infeksi secara anatomis
antiobiotik dosis tinggi; periksa darah perifer serial, uji fungsi hati dan uji fungis
ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Chaudhuri, A. et al.,2008.EFNS guideline on the management of communityacquired bacterial meningitis: report of an EFNS Task Force on acute bacterial
meningitis in older children and adults. European Journal of Neurology 2008, 15:
649659
4.
6.
Chalumeau, M., dkk. 2012. Distinction Between Bacterial Meningitis And Viral
Meningitis. United State Patent. hlm. 1-9.
7.
8.
Chadwick, D.R. 2006. Viral meningitis. British Medical Bulletin. Vol. 75, no. 75,
hlm. 1-14.
9.
Tan, J., dkk. 2015. Clinical Prognosis In Neonatal Bacterial Meningitis: The Role
Of Cerebrospinal Fluid Protein. Plos One Journal of Pediatric. Vol. 10, hlm.
141620.
10.