Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN................................................................2
I. IDENTITAS PASIEN...............................................................4
II. ANAMNESA (AUTOANAMNESA)..............................................4
III. PEMERIKSAAN FISIK..........................................................5
IV. RESUME..........................................................................7
V. DIAGNOSIS BANDING...........................................................7
VI. DIAGNOSIS KERJA.............................................................7
VII. USULAN PEMERIKSAAN.....................................................7
VIII. PENGOBATAN.................................................................7
IX. PROGNOSIS......................................................................8
PEMBAHASAN.................................................................9
PROGNOSIS...................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................15
PENDAHULUAN
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat ditandai adanya rasa
nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada
dermatom yang dipersarafi serabut spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik
dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela zoster dari
infeksi endogen yang menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh
virus (1)
Herpes zoster terjadi secara sporadis sepanjang tahun tanpa prevalensi
musiman. Terjadinya herpes zoster tidak tergantung pada prevalensi varisela, dan
tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa herpes zoster dapat diperoleh oleh kontak
dengan orang lain dengan varisela atau herpes. Sebaliknya, kejadian herpes zoster
ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan host-virus (2). Salah
satu faktor risiko yang kuat adalah usia lebih tua (2,3,4). Ada peningkatan
insidens dari zoster pada anak anak normal yang terkena chicken pox ketika
berusia kurang dari 2 tahun (5). Faktor resiko utama adalah disfungsi imun selular.
Pasien imunosupresif memiliki resiko 20 sampai 100 kali lebih besar dari herpes
zoster
daripada
individu
imunokompeten
pada
usia
yang
sama(2).
Immunosupresif kondisi yang berhubungan dengan risiko tinggi dari herpes zoster
termasuk human immunodeficiency virus (HIV), transplantasi sumsum tulang,
leukimia dan limfoma, penggunaan kemoterapi pada kanker, dan penggunaan
kortikosteroid (2).
Pasien dengan herpes zoster kurang menular dibandingkan pasien dengan
varisela. Virus dapat diisolasi dari vesikel dan pustula pada herpes zoster tanpa
komplikasi sampai 7 hari setelah munculnya ruam, dan untuk waktu yang lebih
lama pada individu immunocompromised. Pasien dengan zoster tanpa komplikasi
dermatomal muncul untuk menyebarkan infeksi melalui kontak langsung dengan
lesi mereka. Pasien dengan herpes zoster dapat disebarluaskan, di samping itu,
menularkan infeksi pada aerosol, sehingga tindakan pencegahan udara, serta
pencegahan kontak diperlukan untuk pasien tersebut (6).
Manifestasi dari herpes zoster biasanya ditandai dengan rasa sakit seperti
tertusuk-tusuk dan pruritus selama beberapa hari sebelum mengembangkan
karakteristik erupsi kulit dari vesikel berkelompok pada dasar yang eritematosa.
Gejala prodromal biasanya nyeri, disestesia, parestesia, nyeri tekan
intermiten atau terus menerus, nyeri dapat dangkal atau dalam terlokalisir,
beberapa dermatom atau difus.1 Nyeri prodormal tidak lazim terjadi pada
penderita imunokompeten kurang dari usia 30 tahun, tetapi muncul pada penderita
mayoritas diatas usia 60 tahun.4 Nyeri prodormal : lamanya kira kira 2 3 hari,
namun dapat lebih lama (5).
Tujuan dari pengobatan adalah menekan inflamasi, nyeri dan infeksi.(7)
Pengobatan zoster akut mempercepat penyembuhan, mengkontrol sakit, dan
mengurangi resiko komplikasi (7). Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan
modifikasinya,
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Masuk
Tanggal Periksa
: Tn.M
: 37 Tahun
: Laki-Laki
: Islam
: Wiraswasta
: Poris Cipondoh Makmur 3/3
: 16 Juli 2016
: 16 Juli 2016
tersebut, pasien juga mengeluhkan adanya rasa nyeri pada luka tersebut,
rasa nyeri seperti ditusuk, terasa panas seperti terbakar dan terasa gatal.
7 hari sebelumnya, pasien mengeluhkan adanya demam. Suhu
demam tidak diukur, naik secara tiba-tiba, timbul tidak pada waktu
tertentu, dan turun apabila diberikan obat penurun panas. Selain demam,
pasien juga mengeluhkan adanya pegal pada persendian dan sakit kepala.
Pasien mengakui telah terkena cacar air pada saat pasien masih kanakkanak.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
E. Riwayat Kebiasaan
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda-tanda vital
:-
Kepala
Nadi
: 80x/menit
Respirasi
Suhu
Tekanan Darah
: 20x/menit
: 36,2C
: 120/80 mmHg
:Deformitas()
Wajah
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
:Tampaksimetris,tidakadadeformitas
:konjunctivaanemis/,skleraikterik/
:Septumnasiditengah,sekret/
:Meatusakustikuseksterna+/+,Sekret/
:Mukosabibirmerahmuda,mukosaoralbasah.
: Trakea simetris di tengah, tidak ada pembesaran KGB,
tidakadapembesarankelenjartiroid.
Toraks
Pulmo:A:Bunyinafasvesikuler+/+,rhonki/,wheezing/
Cor
:A:BunyijantungIdanIIreguler,murmur(),gallop()
Abdomen
Ekstremitas
:Edema/,akralhangat,CRT<2detik
B. Status Dermatologis
secara
polisiklik,
berbatas
tegas,
dengan
penyebaran
herpetiformis.
IV. RESUME
Pasien laki-laki berusia 37 tahun datang ke Puskesmas Cipondoh dengan
keluhan adanya gelembung gelembung disekitar punggung sejak 4 hari yang
lalu. Gelembung tersebut berisi air, dan menjalar ke bagian perut samping bagian
kanan. Selain itu terdapat keluhan nyeri dan panas pada daerah gelembung
tersebut.
Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan gambaran lesi makulopapular
eritem disertai dengan vesikel dan bula, berukuran milier hingga lentikuler,
tersusun secara polisiklik, berbatas tegas, dengan penyebaran herpetiformis pada
region lumbal kanan.
V. DIAGNOSIS BANDING
1. Herpes Simpleks
2. Varisela
VIII. PENGOBATAN
a. Umum
Istirahat
Usahakan agar lesi tidak terkena air
Tidak menggaruk-garuk bila gatal
b. Medikamentosa
Topikal
Salisil talk 2% ue
Oral
Antiviral : Asiklovir 5 x 800 mg / hari selama 7 hari
Analgetik : Paracetamol 3 x 500 mg
Roborantia : Vit. B Complex 2x1
IX. PROGNOSIS
- Qua ad Vitam
- Qua ad Fungtionam
- Qua ad Sanationam
- Qua ad Cosmetikan
: ad Bonam
: ad Bonam
: ad Bonam
: ad Bonam
PEMBAHASAN
Adanya gejala prodromal seperti demam dan nyeri sendi dan otot
Neuralgia pascaherpetik
Nyeri merupakan komplikasi tersering herpes zoster yang membuat pasien
menderita. Pada fase akut, nyeri biasanya berkurang dalam beberapa minggu.
Jika nyerinya masih menetap lebih dari 3 bulan setelah hilangnya ruam zoster,
maka diduga pasien mengalami komplikasi neuralgia pasca herpes (NPH).
Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun
dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kecenderungan ini dijumpai pada orang yang menderita herpes zoster di atas
usia 40 tahun, ruam yang meluas, dan intensitas nyeri akut yang lebih berat
merupakan indikator meningkatnya risiko terjadinya NPH (5).
Paralisis motorik terdapat pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat penjalaran
virus secara per kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang
9
10
11
Alogaritma Komplikasi
Terapi penunjang:
12
PROGNOSIS
Terhadap penyakitnya pada dewasa dan anak-anak umumnya baik, tetapi
usia tua risiko terjadinya komplikasi semakin tinggi, dan secara kosmetika dapat
menimbulkan makula hiperpigmentasi atau sikatrik. Dengan memperhatikan
higiene & perawatan yang teliti akan memberikan prognosis yang baik & jaringan
parut yang timbul akan menjadi sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
13
2. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ.
Varicella and Herpes Zoster. In : Fitzpatrick. Dermatology in General
Medicine. 7 thed. New York : McGraw Hill Company.2008.p. 1885-1898.
3. Marks James G Jr, Miller Jeffrey. Herpes Zoster. In: J Lookingbill
and Marks Principles of Dermatology. 4th ed. Philadelphia :
Elseiver Saunders. 2006 .p.145-148.
4. Habif P.Thomas. Warts, Herpes Simplex, and Other Viral Infection. In :
Clinical Dermatology. 5 thed. United States of America : Elseiver Saunders.
2010.p. 479 490
5. Mandal BK, dkk. Lecture Notes :Penyakit Infeksi.6 th ed. Jakarta : Erlangga
Medical Series. 2008 : 115 119
6. Habif, T.P. Viral Infection. In : Skin Disease Diagnosis and Treatment. 3rd ed.
Philadelphia : Elseiver Saunders. 2011 .p. 235 -239
7. Siregar, RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC.
Jakarta. 2009.
8. Schalock C.P, Hsu T.S, Arndt, K.A. Viral Infection of the Skin. In :
Lippincotts Primary Care Dermatology. Philadelphia : Walter Kluwer
Health. 2011 .p. 148 -151.
9. Daili SF, B Indriatmi W. Infeksi Virus Herpes. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2002.
10. Indrarini, Soepardiman L. Penatalaksaan Infeksi Virus Varisela-Zoster
pada Bayi dan Anak. Media Dermato-Venereologica Indonesiana. Volume
27. Jakarta: Perdoski, 2000; 65s-71s.
11. Stankus SJ, Dlugopolski M, Packer D. Management of Herpes Zoster and
Post Herpetic Neuralgia. eMedicine World Medical Library:
http://www.emedicine.com/info_herpes_zoster.htm [diakses pada tanggal 1
november 2013].
12. . Andrews. Viral Diseases. Diseases of the Skin. Clinical Dermatology. 9th
Edition. Philadelphia: WB Saunders Company, 2000; 486-491.
13. Wilmana PF. Antivirus dan Interferon. Farmakologi dan Terapi. Edisi Ke4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1995; 617.
14