Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
kesulitan individu saat menolong mereka untuk belajar keterampilan baru dan
mengumpulkan keberanian mereka. Cakupan yang luas pada masalah spektrum luas"
artinya tidak ada terapi yang paling baik untuk ASD. Bekerja dengan dokter atau
pelayan kesehatan professional merupakan hal yang penting untuk mencari program
terapi yang tepat. Anak dengan autisme memerlukan bantuan, bimbingan, dan
pengertian baik dari orang tuanya, pembimbing, maupun sistem pendidikan dimana
anak itu berada. Anak-anak ini dapat memperoleh keuntungan dari program-program
intervensi apabila terdeteksi dini dan cepat ditangani.(2)
1.2. Tujuan
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
(11)
. Pada saat ini, kenaikan prevalensi ini terus meningkat tiga kali lipat
sejak 1990, hal ini tidak diikuti dengan kenaikan penyakit gangguan mental lain pada
anak, yang artinya angka ini murni kenaikan prevalensi dari autisme. (6)
terlibat
dalam
beberapa
tugas),
koherensi
pusat
yang
lemah
(7)
Teori neurologis lainnya karena rusaknya formasio reticular dari brainstem sekitar
b. Kelompok yang pasif, dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan
anak lain jika pola permainannya disesuaikan dengan dirinya
c.
Kelompok yang aktif tapi aneh : secara spontan akan mendekati anak yang
lain, namun interaksinya tidak sesuai dan sering hanya sepihak. (9)
mencolok; misalnya, mereka memiliki lebih sedikit kontak mata dan postur antisipatif
dan lebih mungkin untuk berkomunikasi dengan memanipulasi tangan orang lain.
Anak-anak autis berumur tiga sampai lima tahun berusia cenderung menunjukkan
pemahaman sosial, pendekatan lain secara spontan, memulai dan menanggapi emosi,
dan berkomunikasi nonverbal. Namun, mereka bisa membentuk keterikatan dengan
pengasuh utama mereka. Membuat dan memelihara persahabatan seringkali terbukti
sulit bagi mereka. Ada beberapa laporan tentang agresi dan kekerasan di beberapa dari
mereka. (12)
Sekitar sepertiga sampai setengah dari individu dengan autisme gagal
mengembangkan pembicaraan alami yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
komunikasi sehari-hari. Masalah komunikasi termasuk tertundanya terjadinya
celotehan, gerak tubuh yang tidak biasa, respon berkurang, dan tidak sinkronnya pola
vokal dengan pengasuh. Pada tahun kedua dan ketiga, anak-anak autis memiliki
sedikit celotehan dan mungkin berhenti berbicara. Anak-anak ini cenderung untuk
membuat permintaan atau berbagi pengalaman, dan lebih mungkin untuk mengulangi
kata-kata orang lain. Individu autis menampilkan berbagai bentuk perilaku repetitif
atau terbatas. The Repetitive Behaviour Scale-Revised (RBS-R) mengkategorikan
mereka sebagai berikut: (12)
a. Perilaku stereotipe:
tampaknya
gerakan
tanpa
tujuan,
seperti
f. Cedera diri termasuk gerakan yang melukai atau bisa melukai orang,
seperti menggigit diri sendiri. Penting untuk dicatat bahwa tidak ada
perilaku abnormal khusus untuk anak autis, tetapi tampaknya ini sering
terjadi pada mereka.
Sebagian kecil dari mereka menunjukkan beberapa kemampuan yang tidak
biasa. Ini bisa menjadi menghafal masalah sepele atau menunjukkan bakat luar biasa
yang jarang. Juga, perilaku makan tidak khas terjadi pada sekitar 3/4 dari anak-anak
dengan gangguan tersebut. Masalah tidur terjadi pada sekitar 2/3 dari mereka seperti
sulit tidur, sering terbangun malam hari, dan terbangun pagi. Orang tua dari anak autis
memiliki tingkat stress yang lebih tinggi. Hal ini karena mereka khawatir tentang
hampir semua aspek perkembangan anak dan prospek masa depan. (12)
11
Skrining regular pada bayi dan balita untuk gejala dan tanda gangguan autisme sangat
penting karena memungkinkan identifikasi awal pada pasien.
Individu dengan autisme dan gangguan perkembangan berfasif biasanya
menguntungkan dari program terapi dalam berperilaku. Anak autis seharusnya
ditempatkan pada program khusus ini setelah terdiagnosis.
The National Autism Center telah memprakarsai Standar Proyek Nasional, yang
memiliki tujuan membangun satu set standar evidence based untuk intervensi
pendidikan dan perilaku untuk anak-anak dengan gangguan ASD.
Penatalaksanaan pada autisme harus secara terpadu, meliputi semua disiplin
ilmu yang terkait: tenaga medis (psikiater, dokter anak, neurolog, dokter rehabilitasi
medik) dan non medis (tenaga pendidik, psikolog, ahli terapi bicara/okupasi/fisik,
pekerja sosial). Tujuan terapi pada autis adalah untuk mengurangi masalah perilaku
dan meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya terutama dalam
penguasaan bahasa. Dengan deteksi sedini mungkin dan dilakukan manajemen
multidisiplin yang sesuai yang tepat waktu, diharapkan dapat tercapai hasil yang
optimal dari perkembangan anak dengan autisme.
Manajemen multidisiplin dapat dibagi menjadi dua yaitu non medikamentosa dan
medika mentosa.
Non Medikamentosa
a. Terapi edukasi
Pendekatan Perilaku dan Komunikasi
Menurut laporan oleh American Academy of Pediatrics dan Dewan Riset
Nasional, pendekatan perilaku dan komunikasi yang membantu anak-anak
12
dengan ASD adalah mereka yang menyediakan struktur, arah, dan organisasi
untuk anak selain partisipasi keluarga.(13)
Applied Behaviour Analysis (ABA)
Pendekatan pengobatan terkenal untuk orang-orang dengan ASD disebut
Applied Behaviour Analysis (ABA). ABA telah menjadi diterima secara luas di
kalangan profesional perawatan kesehatan dan digunakan di banyak sekolah
dan klinik pengobatan. ABA mendorong perilaku positif dan menghambat
perilaku negatif dalam rangka meningkatkan berbagai keterampilan. kemajuan
anak diikuti dan diukur. (13)
Ada berbagai jenis ABA. Berikut adalah beberapa contoh: (13)
Discrete Trial Training (DTT)
DTT adalah gaya mengajar yang menggunakan serangkaian uji coba untuk
mengajar setiap langkah dari perilaku atau respon yang diinginkan. Pelajaran
dipecah menjadi bagian-bagian yang paling sederhana dan penguatan positif
digunakan untuk menghargai jawaban dan perilaku yang benar. jawaban yang
salah diabaikan.
Early Intensive Behavioural Intervention (EIBI)
Ini adalah jenis ABA untuk anak-anak yang sangat muda dengan ASD,
biasanya lebih muda dari lima, dan sering lebih muda dari tiga.
Pivotal Response Training (PRT)
PRT bertujuan untuk meningkatkan motivasi anak untuk belajar, memonitor
perilaku sendiri, dan melakukan komunikasi dengan orang lain. perubahan
positif dalam perilaku ini harus memiliki efek luas pada perilaku lainnya.
Verbal Behaviour Intervension (VBI)
VBI adalah jenis ABA yang berfokus pada pengajaran keterampilan verbal.
13
terapi lain yang dapat menjadi bagian dari program perawatan lengkap untuk
anak dengan ASD meliputi:
Perkembangan, Perbedaan Individual, hubungan-Berbasis pendekatan (DIR,
juga disebut "Floortime"). Floortime berfokus pada emosional dan relasional
pengembangan (perasaan, hubungan dengan pengasuh). Hal ini juga berfokus
pada bagaimana anak berhubungan dengan pemandangan, suara, dan bau.
TEACCH (Treatment and Education of Autistic and related Communication
Handicapped Children)
Intervensi dalam bentuk pelatihan keterampilan sosial, keterampilan seharihari agar anak menjadi mandiri. Tedapat berbagai metode penganjaran antara
lain metode TEACCH (Treatment and Education of Autistic and related
Communication Handicapped Children) metode ini merupakan suatu program
yang sangat terstruktur yang mengintegrasikan metode klasik secara
individual, metode pengajaran yang sistematik terjadwal dan dalam ruang
kelas yang ditata khusus. TEAACH menggunakan isyarat visual untuk
mengajarkan keterampilan. Misalnya, kartu bergambar dapat membantu
mengajar anak bagaimana berpakaian dengan memecah informasi ke dalam
langkah-langkah kecil.
- Pekerjaan yang berhubungan dengan terapi
terapi okupasi mengajarkan keterampilan yang membantu orang hidup
secara mandiri mungkin. Keterampilan mungkin termasuk ganti,
-
Terapi berbicara
terapi wicara membantu untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
seseorang. Beberapa orang dapat belajar keterampilan komunikasi
verbal. Bagi orang lain, menggunakan gerakan atau papan gambar yang
nyata. (13)
b. Terapi perilaku
c. Terapi wicara
Intervensi dalam bentuk terapi wicara sangat perlu dilakukan, mengingat tidak
semua individu dengan autisme dapat berkomunikasi secara verbal. Terapi ini
harus diberikan sejak dini dan dengan intensif dengan terapi-terapi yang lain.
d. Terapi okupasi/fisik
15
e. Sensori integrasi
penciuman,
pengecapan,
penglihatan,
pendengaran)untuk
menghasilkan respon yang bermakna. Melalui semua indera yang ada otak
menerima informasi mengenai kondisi fisik dan lingkungan sekitarnya,
sehingga diharapkan semua gangguan akan dapat teratasi.
g. Intervensi keluarga
Pada dasarnya anak hidup dalam keluarga, perlu bantuan keluarga baik
perlindungan, pengasuhan, pendidikan, maupun dorongan untuk dapat
tercapainya perkembangan yang optimal dari seorang anak, mandiri dan dapat
bersosialisai dengan lingkungannya. Untuk itu diperlukan keluarga yang dapat
berinteraksi satu sama lain (antar anggota keluarga) dan saling mendukung.
Oleh karena itu pengolahan keluarga dalam kaitannya dengan manajemen
terapi menjadi sangat penting, tanpa dukungan keluarga rasanya sulit sekali
kita dapat melaksanakan terapi apapun pada individu dengan autisme. (13)
16
h. Diet
anak-anak dengan ASD secara signifikan lebih mungkin mengalami masalah
gastrointestinal dan alergi makanan. Menurut sebuah penelitian, anak-anak
dengan ASD yang 6 sampai 8 kali lebih mungkin untuk melaporkan seringnya
pasien autisme dengan kembung, sembelit, diare, dan kepekaan terhadap
makanan daripada anak-anak TD. Para peneliti juga menemukan hubungan
antara gejala GI dan perilaku maladaptif pada anak dengan ASD. Ketika anakanak ini memiliki gejala gastrointestinal yang sering, mereka menunjukkan
iritabilitas
buruk,
penarikan
sosial,
stereotypy, dan
skor
hiperaktif
17
autistik, tetapi obat mungkin efektif dalam mengobati masalah perilaku terkait dan
gangguan komordibitas. (19)(20)
Generasi kedua agen antipsikotik risperidone dan aripiprazole memberikan
efek menguntungkan pada perilaku menantang dan berulang pada anak-anak dengan
gangguan spektrum autisme, meskipun pasien mungkin mengalami efek samping
yang signifikan.
Individu yang destruktif seringkali menimbulkan suasana yang tegang bagi
lingkungan pengasuh, saudara kandung dan guru atau terapisnya. Kondisi ini
seringkali memerlukan medikasi dengan medikamentosa yang mempunyai potensi
untuk mengatasi hal ini dan sebaiknya diberikan bersama-sama dengan intervensi
edukational, perilaku dan sosial.
a) Jika perilaku destruktif yang menjadi target terapi, manajemen terbaik adalah
dengan dosis rendah antipsikotik/neuroleptik tapi dapat juga dengan agonis alfa
adrenergik dan antagonis reseptor beta sebagai alternatif.
Neuroleptik
- Neuroleptik tipikal potensi rendah-Thioridazin-dapat menurunkan agresifitas
-
dan agitasi.
Neuroleptik tipikal potensi tinggi-Haloperidol-dapat menurunkan agresifitas,
18
2.9. Prognosis
Prognosa untuk penyandang autis tidak selalu buruk. Bagi banyak anak, gejala
autisme membaik dengan pengobatan dan tergantung pada umur. Dukungan dan
layanan tetap dibutuhkan oleh penderita eautis walaupun umur bertambah, tetapi
ada pula yang dapat bekerja dengan sukses dan hidup mandiri dalam lingkungan
yang juga mendukung. (21)
Pronosis anak autis dipengaruhi oelh beberapa faktor, yaitu: (21)
1. Berat ringannya gejala atau kelainan otak
19
2. Usia, diagnosis dini sangat penting oleh karena semakin muda umur anak saat
dimulainya terapi semakin besar kemungkinan untuk berhasil.
3. kecerdasan, semakin cerdas anak tersebut, semakin baik prognosisnya.
4. Bicara dan Bahasa, 20% anak autis tidak mampu berbicara seumur hidup,
sedangkan sisanya mempuinyai kemampuan bicara dengan kefasihan yang
berbeda-beda.
5. terapi yang intensif dan terpadu
BAB III
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
and
Stroke
(NINDS).
http://www.ninds.nih.gov/disorders/autism/autism.htm#What_is
Available:
(Accessed:
at:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/autism-spectrum-
Immunotoxicology.
8(1):
6879.
Available
from
Spectrum
http://www.ima.org.il/FilesUpload/IMAJ/0/79/39892.pdf
10. Watts JT, 2008. The Pathogenesis of Autism. Clinical Medicine: Pathology.
99103.
Available
from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3160002/[Accessed
on
ASDs.
[online]
Available
at:
Available
at:
http://ypac-nasional.org/download/BUKU
22
%20PENANGANAN%20dan%20Pendidikan%20Autis%20di%20YPAC
%207April.pdf [Accessed 14 Oct. 2016].
16. Brook M. GI Troubles Common, Linked to Negative Behaviours in Autism.
Medscape
Medical
News.
Avaible
at
http://www.medscape.com/viewarticle/814364.
17. Chaidez V, Hansen RL, Hertz-Piccioto I. Gastrointestinal Problem in Children
with Autism, Developmental Delays or Typical Development. J Autism Dev
Disord.
18. Oswald DP, Sonenklar NA. Medication use among children with autism
spectrum disorder. J Child Adolesc Psychopharmacol.2007 Jun.17(3):348-55.
19. Spencer D, Marshall J, Post B, Kulakodlu M, Newschaffer C, Dennen T, et al.
Psychotropic medication use and polypharmacy in children with autism
spectrum disorders. Pediatrics. 2013 Nov. 132(5):833-40. [Medline].
20. Brauser D. Psychotropics Still Commonly Prescribed for Autism. Medscape
[serial online]. Available at http://www.medscape.com/viewarticle/812982.
Accessed: November 2, 2013.
21. Gitayanti, H, Sylvia, D. Elvira. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan
Penerbit FK UI.
23